Anda di halaman 1dari 88

UNIVERSITAS INDONESIA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan


Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

YUDI ELYAS, S.Kep.


1006823620

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan


Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ners Keperawatan

YUDI ELYAS, S.Kep


1006823620

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama
NPM
Tanda Tangan

: Yudi Elyas, S.Kep


: 1006823620
:

Tanggal

: 4 Juli 2013

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

HALAMAN PENGESAHAN

KIA-N ini diajukan oleh


Nama
NPM
Program Studi
Judul KIA

:
: Yudi Elyas, S.Kep
: 1006823620
: Ilmu Keperawatan
: Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati
Atas RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Efy Afifah, S.Kp., M.Kes


NIP

: 196805111993032002

Penguji

: Ns. O. Rohana, S.Kep

NIP

: 196303111983032002

Ditetapkan di : Depok
Tanggal

: 4 Juli 2013

ii

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang senantiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 4 Juli 2013


Penulis

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Yudi Elyas S.Kep

NPM

: 1006823620

Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan


Fakultas

: Ilmu Keperawatan

Jenis Karya

: Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas


Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah
saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di


Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal

: 4 Juli 2013

Yang menyatakan,

(Yudi Elyas S.Kep)

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

ABSTRAK
Nama

Yudi Elyas S.Kep

Program Studi

Profesi Ilmu Keperawatan

Judul

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat


Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas
RSUP.Persahabatan

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan.
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virus
dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,
demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;
DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit
dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah
peningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8
perawatan.
Kata kunci: Wilayah Endemik DBD, Vektor, Pejamu, Lingkungan.

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

ABSTRACT
Name
Study Program
Title

: Yudi Elyas S.Kep


: Nursing
: Nursing Care In Client With Dengue Hemorrhagic Fever at Public
Health Problem In Urban Communities, Melati Atas RSUP. Persahabatan

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a disease in urban communities. Dengue is an infectious


disease caused by the dengue virus. Clinical manifestations of dengue virus infection may be
asymptomatic or may not be a typical fever, dengue fever, dengue hemorrhagic fever or dengue
shock syndrome. Dengues hemorrhagic fever is characterized by four major clinical
manifestations are high fever, hemorrhagic manifestations (especially the skin), hepatomegaly,
and a sign of circulatory failure. This paper discuss about the nursing care to clients with health
problems of urban communities; DHF. Implementation is done on client who were treated for 8
days at Melati Atas ward, Persahabatan Hospital. Number of nursing problems are body
temperature is increased, the risk of fluid volume deficit, risk of bleeding and the risk of
impaired nutritional needs. Nursing problem is solved until the 8th day care.
Keywords: Endemic dengue region, vector, host, environment.

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

ii

HALAMAN PENGESAHAN .

iii

KATA PENGANTAR...

iv

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI

ABSTRAK

vi

ABSTRACT

vii

DAFTAR ISI.

viii

BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang...

1.2 Tujuan Penulisan....

1.3 Metode Penulisan.......

1.4 Sistematika Penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................


2.1 Letak Demografis Indonesia......
2.2 Epidemiologi

dan

Masalah

Kesehatan

di

masyarakat

Indonesia........

2.3 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)...

2.4 Konsep

Asuhan

Keperawatan

Demam

Berdarah

Dengue........................................................................................

BAB 3 : TINJAUAN KASUS.....................................................................

23

36

3.1 Kasus Pemicu.............................................................................

36

3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................

36

3.2 Analisa Data...............................................................................

39

3.3 Diagnosa Keperawatan .............................................................

40

3.4 Intervensi Keperawatan..............................................................

41

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................

46

BAB 4 : PEMBAHASAN.......

66

A. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN....

74

B. DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura,
perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus
Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan penduduk.
Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus DBD,
pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian
DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di
wilayah DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan
bagi masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga
pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa
terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui
meninggal dunia. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari periode yang
sama pada tahun 2012 lalu, yakni sebanyak 355 pasien. (Compas.com,
26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI
Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di
DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni
kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI
Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai
18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan
wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim,
kurangnya peran serta masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program
pengendalian DBD, sehingga upaya program pengendalian DBD perlu lebih
mendapat perhatian terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta masyarakat dalam upaya
penanggulangan DBD menjadi fakor penting dalam penularan DBD. Peran serta
masyarakat dapat meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengendalian
vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,
bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan
inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.
Penatalaksanaan DBD membutuhkan penanganan yang tepat dalam rangka
mengatasi penyebaran DBD. Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya
berfokus kepada masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek
lingkungan dan pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tempattempat yang menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju
sembarangan. Asuhan keperawatan diawali dengan cara sistematis dan
berkesinambungan untuk memperoleh data dasar yang akurat. Hasil pengkajian
yang dilakukan diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan
kesembuhan bagi klien dengan DBD. Setelah pengkajian maka ditegakkan
diagosa keperawatan lalu menyusun

rencana tindakan (intervensi) sebagai

panduan dalam melakukan tindakan keperawatan (implementasi). Proses


keperawatan berikutnya adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan
dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien.

2. Tujuan Penulisan Laporan


a. Tujuan umum
Memberikan gambaran secara umum asuhan kepererawatan pasien dengan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah memberikan gambaran :
1) Mengenai konsep dasar Demam Berdarah Dengue
2) Mengenai hubungan penyakit DBD dengan masalah kesehatan di
perkotaan
3) Mengenai konsep asuhan keperawatan pada klien Demam Berdarah
Dengue.
4) Mengenai tinjauan kasus asuhan keperawatan pada klien Demam
Berdarah Dengue.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam
Berdarah Dengue.

4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB :
BAB I

Pendahuluan

BAB II

Tinjauan Pustaka

BAB III

Tinjauan Kasus

BAB IV

Penutup / Kesimpulan

Daftar Pustaka

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Letak Demografis Indonesia

Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di
Indonesia.
Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga.
Salah satu dari serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.

2.2. Epidemiologi dan Masalah Kesehatan di Masyarakat


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan
sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit DBD
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia, karena jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan


penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Faktor yang berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu :
1. Vector; perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di
lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
2. Pejamu; terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan; curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
Faktor Agent (Penyebab)
Agent yaitu semua unsure atau elemen hidup dan mati yang kejadiran atau
ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia
rentan dalam keadaan yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi
dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Dalam hal ini yang menjadi
agent dalam penyebaran DBD adalah virus dengue.
Factor host (penjamu)
Faktor host atau penjamu yang dimaksud adalah manusia yang kemugkinan
terpapar terhadap penyakit DBD. Factor host antara lain umur, ras, social
ekonomi, cara hidup, ststus perkawinan, hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam
penularan DBD factor manusia erat kaitannya dengan perilaku dan mobilitas
penduduk.
a. Kelompojk umur akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan penyakit.
Beberapa penelitian menunujukkan bahwa kelompok umur yang paling
banyak diserang DBD adalah kelompok umur < 15 tahun (depkes RI 1992),
yang semakin besar adalah usia sekolah.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

b. Kondisi social ekonomi akan mempengaruhi perilaku dalam mempercepat


penularan penyakit DBD. Seperti kurangnya pendingin (AC) di dalam rumah
sehingga membuat masyarakat terbiasa untuk duduk-duduk dui luar rumah
pada pagi dan sore hari yang merupakan waktu yang pas nyamuk Aedes
Aegepty mencari mangsanya (Gubler,1988).
c. Tingkat kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena
berkaitan dengan jarak terbang nyamuk sebagai vektornya. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan kejadian epidemic DBD banyak terjadi pada
daerah yang berpenduduk padat.
d. Imunitas adalah daya tahan tubuh terhadap benda asing atau system
kekebalan. Jika system kekebalan tubuh rendah atau menurun, maka dengan
mudah tubuh akan terkena penyakit.
e. Ststus gizi diperoleh dari nutrient yangdiberikan. Secara umum kekurangan
gizi akan berpengaruh terhadap daya tahan dan resp[on imunologis terhadap
penyakit
Faktor lingkungan
Factor lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik, lingkungan kimia,
lingkungan biologi dan lingkungan social ekonomi.
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik mencakup keadaa iklim yang terdiri dari curah hujan, suhu
udara, kelembaban udara sehingga nyamuk sangat rentan terhadap kelembaban
rendah. Spesies nyamuk yang mempunyai habitat hutan lebih rentan terhadap
perubahan kelembaban daripada spesies yang mempunyai habitat iklim kering
(Sukowati,2004).
2) Sinar matahari
Pada umumnya sinar matahari berpengaruh terhadap aktivitas nyamuk dalam
mencari makan dan beristirahat. Spesien nyamuk mempunyai variasi dalam
pilihan intensitas cahaya untuk aktivitas terbang, menggigit dan pilihan tempat
istirahat (sukowati, 2004).
3) Angin
Kecepatan angin secara tidak langsung mempengaruhi suhu udara. Sedangkan
pengaruh langsung dari kecepatan angin yaitu kemampuan terbang. Apabila
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

kecepatan angin 11-14 m/ detik akan menghambat aktivitas terbang nyamuk


(Vanleeuwen,1999). Nyamuk aedes aegepty mempunyai jarak terbang yang
paling efektif 50-100 mil atau 81-161 Km (Brown,1983).
4) Lingkungan kimia
Air adalah materi yang sangat penting dalam kehidupan. Air merupakan habitat
nyamuk pradewasa dan berperan penting dalam proses perkembangbiakan
nyamuk. Penyakit dapat dipengaruhi oleh perubahan penyediaan air. Salah satu
diantaranya adalah infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada
air seperti aedes aegepty dapat berkembang biak pada air denagn PH normal
6,5 9 (Sudrajat,1990)
5) Lingkungan biologi
Lingkungan biologi berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit menular. Hal
yang berpengaruh antara lain jenis parasit, ststus kekebalan tubuh penduduk, jenis
dan populasi serta potensi vector dana adanya predator dan populasi hewan yang
ada (Sukowati,2004).
6) Lingkungan social ekonomi
Secara umum faktor yang berkaitan dengan lingkungan social ekonomi adalah :
a) Kepadatan penduduk akan mempengaruhi terhadap ketersediaan makanan dan
kemudahan dalam penyebaan penyakit
b) Kehidupan social seperti perkumpulan olahearaga, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan, fasilitas ibadah dan lain sebagaianya
c) Stratifikasi social berdasarakan tingkat pendidikan, pekerjaan, etnis dan
sebagaianya
d) Kemiskinan, biasanya berkairtan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi yang
tidak memadai yang secara langsung merupakan factor peninjang dalam
proses penyebaran penyakit menular
e) Keberadaan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
Keberhasilan pemberantasan DBD di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain perilaku penduduk, tenaga kesehatan, sistem peringatan dini oleh
pemerintah, resistensi nyamuk terhadap insektisida, serta alokasi dana. Dalam
perilaku penduduk, Sebagian besar penduduk Indonesia belum menyadari
pentingnya memelihara kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

ditemukan adalah rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga agar tidak


terdapat wadah-wadah yang dapat menampung air di lingkungan tempat
tinggalnya. Hal itu terutama menjadi masalah pada musim hujan. Akibatnya,
terjadi peningkatan kasus DBD selama musim hujan. Kebiasaan lain yang turut
menghambat pemberantasan DBD adalah tidak menguras bak mandi secara benar
dan teratur. Pengurasan umumnya hanya dilakukan dengan mengganti air tanpa
menyikat dinding bak mandi. Cara tersebut tidak efektif karena telur Aedes
aegypti tetap melekat di dinding bak mandi. Telur Aedes aegypti dapat bertahan
hingga enam bulan sehingga jika tidak dihilangkan akan terus melanjutkan siklus
hidupnya.
Menurut Departemen Kesehatan RI, tempat penampungan air yang banyak
digunakan adalah bak mandi, tempayan, drum dan tangki air, tempat gelas pada
dispenser. Umumnya, penduduk Indonesia menggunakan bak mandi yang terbuat
dari semen. Dinding bak mandi yang terbuat dari semen bersifat kasar, gelap, dan
mudah menyerap air. Dinding tempat penampungan air seperti itu sangat disukai
Aedes aegypti. Tempat penampungan air yang tidak disukai Aedes aegypti adalah
yang dindingnya licin, tidak menyerap air dan terang misalnya keramik.
Berdasarkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan informasi agar menggunakan
tempat penampungan air yang dindingnya licin, berwarna terang (putih) dan tidak
menyerap air (Sungkar, 2007).
2.3

Konsep dasar Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.3.1 Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

10

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.
2.3.3 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Infeksi virus dengue
Asimptomatik
Differentiated
Fever

Simptomatik
Dengue Fever
Syndrome

Without haemorrahage

Dengue haemorragic fever

with Haemorrahage No shock

Dengue Fever

DSS

DHF

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 1997).
Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada DBD
ditemukan

permeabilitas

pembuluh

darah

yang

tinggi,

hipovolemia,

hipotensi,trombositopenia dan diathesis hemoragik.


Fase prarenjatan diawali dengan nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi sempit,
hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah dan berkeringat. Muntah dan nyeri abdomen
persisten meski tidak masuk kriteria WHO juga perlu diwaspadai. Seringkali
terdapat perubahan dari demam menjadi hipotermia disertai berkeringat serta
perubahan status mental (somnolen atau iritabilitas).
Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis berikut :
1. Nyeri kepala
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

11

2. Nyeri retro orbital


3. Mialgia/atralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan (petekie/uji bendung positif)
6. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif
Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila hal dibawah ini
dipenuhi :

Demam, riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :

Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, purpura

Perdarahan mukosa

Hematemesis atau melena

Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)

Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:

Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis kelamin

Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan


dengan nilaihematokrit sebelumnya.

Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.

Dengue Shock Syndrom (DSS)


Sindrom Renjatan Dengue (SRD) atau dengue shock syndrome (DSS) adalah
manifestasi renjatan yang terjadi pada penderita DBD derajat III dan IV (World
Health Organisation, 1997). Kebanyakan pasien memasuki fase SRD pada saat
atau setelah demamnya turun yaitu antara hari ke 3-7 setelah onset gejala. Pada
saat tersebut penderita dapat mengalami hipovolemi hingga lebih dari 30% dan
dapat berlangsung selama 24-48 jam.
Disamping ditemukannya demam, manifestasi perdarahan, trombositipenia, dan
tanda perembesan plasma, pada penderita DBD yang mengalami renjatan juga
terdapat tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab dan dingin, sianosis
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

12

sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.
Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya, mengakibatkan akumulasi asam
laktat dan berujung pada keadaan asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera
mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler
menyeluruh (PIM) atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).
2.3.4 Klasifikasi DBD menurut WHO
DD/
DBD

Derajat

DD

Gejala

Laboratorium

Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia

Serologi

tanda : sakit kepala, nyeri Trombositopenia, tidak

dengue

retro

positif

orbital,

mialgia, ditemukan

artralgia.
DBD

kebocoran

plasma

Gejala diatas ditambah uji Trombositopenia


bendung positif

(<100.000/ul),

Serologi
bukti

ada kebocoran plasma

dengue
positif

Trombositopenia
DBD

II

Gejala

diatas

ditambah (<100.000/ul),

perdarahan spontan

bukti

ada kebocoran plasma


Trombositopenia

DBD

III

Gejala

diatas

ditambah (<100.000/ul),

lembab

dengue
positif

bukti

kegagalan sirkulasi (kulit ada kebocoran plasma


dingin,

Serologi

serta Trombositopenia

Serologi
dengue
positif

gelisah)

DBD

IV

Syok berat disertai dengan (<100.000/ul),

bukti Serologi

tekanan darah dan nadi ada kebocoran plasma

dengue

tidak terukur

positif

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

13

2.3.5

Patofisiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga
hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock
dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem
komplemen

sehingga

dikeluarkan

zat

anafilaktosin

yang

menyebabkan

peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang


intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler;
(2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan
kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

14

Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.
Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain
munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit T
dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini
terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas
patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder
yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE,
IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan teori
mediator.
Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan
peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan
uji tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun
waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan
protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal tersebut
terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema,
hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia.
Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan
monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit kompolemen,
imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

15

fibrinogen degradation product (FDP). Trombositopeni pada DHF dapat


disebabkan karena adanya komplek imun di permukaan trombosit. Komplek imun
tersebut akan menyebabkan rusaknya trombosit yang kemudian akan diambil hati
dan lien. Trombositopeni dapat juga terjadi karena depresi sumsum tulang dan
konsumsi yang berlebihan di sirkulasi.
Koagulopati dibuktikan dengan adanya penurunan faktor fibrinogen, faktor V,
VII, VIII, X dan XII. Pada DHF fase akut terjadi koagulasi intravaskuler dan
fibrinolisis. Telah dibuktikan adanya pemanjangan partial thromboplastin time
(PTT), perpanjangan thrombin time, penurunan fibrinogen dan kenaikan FDP
hersama-sama dengan penurunan antithrombin IIi, alfa-2 antiplasminogen.
Koagulasi intravaskuler ini terutama pada DSS.
Perubahan imunologik pada DHF terdiri atas perubahan imunologik humoral dan
seluler. Perubahan humoral dapat dibuktikan dengan terbentuknya antibodi IgG
yang dipakai sebagai dasar uji haemaglitinasi inhibition (HI) dan Dengue Blot,
dan IgM yang pada umumnya dideteksi dengan IgM Elisa Capture. Selain
komplek imun IgG dan IgM, juga ada komplek imun IgA dan IgE. Perubahan
imunologik seluler adalah terjadinya leukopeni pada fase akut disertai
aneosinofili, kenaikan monosit dan basofili. Limfosit-T menurun dan limfosit-B
meningkat pada fase akut.
Peranan Makrofag
Makrofag adalah salah satu sel target pada infeksi dengue. Pembiakan virus
terjadi di dalam sel ini, semakin banyak makrofag yang diinfeksi virus makin
berat penyakit yang timbul. Berat ringan penyakit dapat diduga dipengaruhi
secara genetis, yaitu dengan cara membantu atau menghambat pertumbuhan virus
dalam monosit. Di Kuba mononuklear orang kulit putih lebih peka dari pada
orang kulit hitam.
Peranan IgM
IgM akan muncul pada fase awal penyakit yang dimulai pada hari keempat.
Infeksi sekunder tidak selalu menimbulkan dengue berat, dengue berat hanya
muncul pada 1-3% kasus. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian itu
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

16

adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.
Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar
pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler
perembesan plasma,

yang mengakibatkan

hipovolemia dan berujung pada renjatan.

Kedua,

abnormalitas sistem hemostasis akibat vaskulopati, trombositopenia dan


koagulopati. Hal ini menyebabkan berbagai manifestasi perdarahan yang
mengancam kehidupan penderita.
PATOFLOW TERJADINYA SYOK PADA DHF

Arbovirus
(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)

Infeksi virus dengue


( Viremia)

Hipertermi

Kebutuhan
Oksigen

Aktivasi system komplemen

Membentuk dan melepaskan zat C3a dan


C5a

Permeabilitas membrane meningkat

Agregasi trombosit

Kerusakan endotel
Pembuluh darah

Kebocoran plasma ke
ekstravaskular

Trombositopenia
Paru : Efusi pleura

Aktivasi factor pembekuan

Hepar :Hepatomegali
Perdarahan
Abdomen : Asites
DIC
Syok Hipovolemia

Haemokonsentrasi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

17

Sesak nafas, mual dan muntah

2.3.6 Fase DBD


Gangguan
menurut
WHO
perfusi jaringan

Meninggal
ANOKSIA
2009, dikatakan
bahwa DBD memiliki beberapa fase yaitu fase

febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala lainnya, Fase
Kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini :

1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam akut
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pasien
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah. Hal
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah nondengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase ini
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

18

terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat
hematokrit meningkat yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma
klinis signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif diikuti
dengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului kebocoran
plasma.
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik,
sementara dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih buruk
sebagai Hasil volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.
Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada derajat
kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-ray dan USG
perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan atas dasar
hematokrit sering mencerminkan tingkat keparahan kebocoran plasma.
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering
didahului oleh tanda-tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal saat shock
terjadi. Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi hipoperfusi
di progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan koagulasi intravascular
disebarluaskan. Ini pada gilirannya menyebabkan perdarahan parah menyebabkan
hematokrit turun dan menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat selama
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pasien
dengan pendarahan hebat.
3.

Fase Pemulihan

Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada
umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal
mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

19

mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung.

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DBD
adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan
apusan darah tepi.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :

Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.

Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia hari ke 3-8.

Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan


hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya di temukan pada hari ke-3
demam

Hemostasis : dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau


FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.

Protein/ albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma

SGOT/SGPT: dapat meningkat.

Ureum kreatinin : bila didapatkan gangguan ginjal

Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

20

Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah

Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.

2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.

2.3.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue


Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue, prinsip utama
adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat
diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika
asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen
cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia bersama dengan Divisi
penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protocol penatalaksanaan DBD
pada pasien dewasa. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :

Protokol 1

Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.


Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat Darurat dilakukan
pemerikksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit, bila :
-

Hb,Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien


dapat dipulangkan dengan anjuran control.

Hb, Ht normal tetapi trombosit < 100.000 dianjurkan untuk dirawat.

Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.

Protokol 2

Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa
syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid dengan rumus :
1500+ (20x(BB dalam Kg-20))
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

21

Protokol 3

Peningkatan Ht > 20% menunjukkan bahwa tubh mengalami deficit cairan


sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infuse cairan kristaloid sebanyak 6-7ml/kg/jam. Pasien dipantau
setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan
hematokrit turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat, maka jumlah cairan dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam.
Jika setelah pemberian terapi cairan awal 6-7ml/kgBB/jam tidak membaik, yang
ditandai dengan hemtokrit dan nadi meningkat, produksi urin menurun, maka kita
harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10ml/kgBB/jam.

Protokol 4

Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa.


Perdarahan spontan dan massif pada penderita DBD dewasa adalah: perdarahan
hidung, perdarahan saluran kemih, perdarahan saluran cerna, perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan sebanya 4ml/kgBB/jam. Pada
keadaan seperti ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan
DBD tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan
jumlah urin dilakukan dengan kewaspadaan Hb, Ht, dan thrombosis serta
hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit
sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

Protokol 5

Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa.


Bila berhadapan dengan sindrom syok Dengue maka hal yang perlu diingat adalah
bahwa renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan
intravascular harus segera dilakukan.
Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Selain
resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemeriksaan
yang harus dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, hemostasis, AGD, kadar
natrium, kalium dan klorida serta ureum dan kreatinin.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

22

Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti terjadi perdarahan internal maka
penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.

2.3.9 Langkah-langkah Pencegahan dan Pengendalian


Program pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan melakukan manajemen
lingkungan

mencakup

semua

perubahan

yang

dapat

mencegah

atau

meminimalkan perkembangbiakan vector, sehingga kontak antara manusia dan


vector berkurang.
a. Modifikasi lingkungan

Perbaikan persediaan air.

Tanki atau reservoir di atas atau bawah tanah anti nyamuk.

b. Manipulasi lingkungan

Drainase instalasi persediaan air

Penyimpanan air rumah tangga

Pot/vas bunga dan jebakan semut

Bagian luar bangunan

Keharusan menyimpan air untuk pemadaman kebakaran

Pembuangan sampah padat

Pengisian rongga pada pagar

Botol kaca dan kaleng

c. Perlindungan Diri

Pakaian pelindung

Tikar, obat nyamuk bakar dan aerosol

Penolak serangga
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

23

Insektisida untuk kelambu dan gorden

d. Pengendalian Biologis

Ikan pemakan larva

Bakteri penghasil endotoksin

Siklopoids/sejenis udang-udangan

Perangkap telur autosidal/ perangkap telur pembunuh

e. Pengendalian Kimiawi

Pemberian Larvasida kimiawi

Pengasapan wilayah

2.4

Asuhan Keperawatan Klien dengan DBD

Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun

rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan

tindakan keperawatan (implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir


adalah evaluasi keperawatan untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
yang telah dilakukan.
2.4.1 Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rekam
medis, diagnosa medis.
B. Riwayat Keperawatan
1.

Keluhan Utama

Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada


ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai
kejang dan penurunan kesadaran.
2.

Riwayat Penyakit Sekarang

Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3.

Riwayat Penyakit Dahulu


Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

24

Apakah pernah menderita DHF, malnutrisi.


4.

Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada keluarga yang terserang DHF.


5.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

Apakah lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF.

C. Pemeriksaan Fisik
1.

Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital


Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi;
nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah
menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).

2.

Sistem Tubuh
2.1. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan
pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan
oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan
pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal
dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2.2. Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi
2 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;
derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satusatunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

25

daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya


volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock,
nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
2.3. Persarafan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan
tingkat kesadaran.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami
perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis,
reflek fisiologis atau patologis sering terjadi.
2.4. Perkemihan Eliminasi Urinaria
Anamnesa : Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada
kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun (oliguria sampai anuria),
warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
2.5. Pencernaan Eliminasi Fekal
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati,
konstipasi.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 mukosa mulut kering, hiperemia
tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri
tekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium,
hematemisis dan melena.
2.6. Muskuloskeletal
Anamnesa : pada derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot,
persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah
memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot,
punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

26

disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien


mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan.

D. Data Penunjang

Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %.

Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3.

Masa perdarahan dan protombin memanjang.

Ig G dengue positif.

Hasil

pemeriksaan

kimia

darah

menunjukkan

hipoproteinemia,

hiponatremia, hipokloremia.

Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia,


peningkatan limfosit, monosit, dan basofil.

SGOT / SGPT mungkin meningkat.

Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia.
4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren: trombositopenia,
trauma.
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan,
ancaman kematian.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

27

11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah


interpretasi informasi, kurang pajanan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1.

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

2.

Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan.

Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien.

2.

3.

4.

1.
2.

Rasional

1. Pola demam dapat membantu


dalam diagnosis; kurva demam
lanjut lebih dari 4 hari menunjukan
infeksi yang lain.
Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan
suhu
tubuh
minum ( lebih kurang 2,5 liter/24
mengakibatkan penguapan tubuh
jam ).
meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Berikan kompres hangat.
3. Dengan
vasodilatasi
dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian
tipis
membantu
selimut dan pakaian yang tebal.
mengurangi penguapan tubuh.
Kolaborasi :
Berikan terapi cairan intravena dan 1. Pemberian cairan sangat penting
obat-obatan sesuai program dokter.
bagi pasien dengan suhu tinggi.
Berikan antipiretik.
2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

28

DX 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.


Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1.

Mengatakan nyeri hilang atau terkontrol.

2.

Menunjukan relaksasi, dapat tidur atau istirahat.

3.

Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.

Intervensi :

1.
2.

3.

1.

Intervensi
Mandiri :
Kaji tingkat nyeri yang dialami
pasien
Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan yang
tenang.
Berikan tindakan kenyamanan
seperti perubahan posisi dan
dorong
penggunaan
tehnik
relaksasi,
seperti
imajinasi,
visualisasi, latihan nafas dalam.
Kolaborasi :
Berikan obat-obat analgetik

DX 3. Ketidakseimbangan

nutrisi

Rasional
1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien.
2. Posisi nyaman dan lingkungan
tenang mengurangi rasa nyeri.
3. Menurunkan
tegangan
otot,
meningkatkan
istirahat
dan
relaksasi, memusatkan perhatian,
dapat meningkatkan kontrol dan
kemampuan koping.
1. Analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.
:

Kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual,


muntah, anoreksia.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1. Mempertahankan berat badan dan keseimbangan nitrogen positif.
2. Menunjukkan perilaku untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan
yang sesuai
Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, 1.

Rasional
Untuk

menetapkan

cara

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

29

dan muntah yang dialami pasien


2. Berikan makanan yang
ditelan seperti bubur.

mengatasinya.

mudah 2.

3. Berikan makanan dalam porsi kecil 3.


dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan yang 4.
dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik 1.
sesuai program dokter.

2. Antasida, contoh Mylanta.

2.

3. Vitamin, contoh B komplek, C, 3.


tambahan diet lain sesuai indikasi

Membantu mengurangi kelelahan


pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
Untuk menghindari mual.
Untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi.

pemenuhan

Antiemetik membantu pasien


mengurangi rasa mual dan muntah
dan meningkatkan toleransi pada
makanan.
Kerja pada asam gaster, dapat
menurunkan
iritasi/
resiko
perdarahan
Memperbaiki kekurangan dan
membantu proses penyembuhan.

DX 4 . Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas pembuluh darah, perdarahan.
Kriteria evaluasi (NOC ) :
Pasien akan :
1.

Mempertahankan

keseimbangan

cairan

dibuktikan

oleh

kelembapan

membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara individual
haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, 1. Menetapkan data dasar pasien
pucat, takikardi) serta tanda-tanda
untuk mengetahui penyimpangan
vital.
dari keadaan normal.
2. Observasi tanda-tanda syok.
2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan untuk menangani shock.
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum.
untuk menambah volume cairan
tubuh.
4. Catat intake dan output cairan.
4. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

30

temperatur kulit, kaji kesadaran,


tanda perdarahan.

kekurangan cairan ekstraselular


yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. hemokonsentrasi dan peningkatan
tiba, dispnea, sianosis, kecemasan
platelet
agregrasi
dapat
yang meningkat, kurang istirahat.
mengakibatkan
pembentukan
emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien.
7. Kegagalan
refleks
menelan,
anoreksia, tidak nyaman dimulut,
perubahan
tingkat
kesadaran
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi kemampuan klien
untuk mengganti cairan oral.
Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai 1. Hipotonik solution ( NaCl 0,45% )
program dokter : NaCl 0,45%, RL
digunakan
untuk
memenuhi
solution.
kebutuhan elektrolit.
2. Koloid : dextran, plasma/albumin, 2. Koreksi defisit konsentrasi protein
Hespan.
plasma, meningkatkan tekanan
osmotik
intravaskular,
dan
memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood / tranfusi 3. Mengindikasikan
hipovolemia
PRC
yang
berhubungan
dengan
kehilangan darah aktif.
4. Plasma beku segar ( FFP ).
4. Mugkin
diperlukan
untuk
menggantikan faktor pembekuan
pada adanya defek koagulasi.
5. Berikan sodium bicarbonat jika 5. Diberikan untuk koreksi asidosis
diindikasikan.
berat saat koreksi keseimbangan
cairan.
6. Berikan makanan melalui NGT 6. Penambahan penggantian cairan
termasuk cairan sesuai kebutuhan.
dan nutrisi ketika terjadi gangguan
menelan.
7. Monitor nilai laboratorium : Hb, 7. Bergantung pada kehilangan cairan
Ht,
Trombosit,
elektrolit,
vena, ketidakseimbangan elektrolit
koagulasi.
memerlukan koreksi, peningkatan
Ht,
penurunan
trombosit
meningkatkan resiko perdarahan.
DX 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipovolemia.
Kriteria evaluasi :
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

31

Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital
stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, kesadaran
normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital; palpasi 1. Merupakan indikator dari volume
denyut nadi perifer; catat suhu/
sirkulasi dan fungsi organ/ perfusi
warna kulit dan pengisian kapiler;
jaringan yang adekuat.
evaluasi waktu dan pengeluaran
urine.
2. Kaji adanya perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjukkan
kesadaran , keluhan pusing atau
ketidakadekuatan perfusi serebral.
sakit kepala.
3. Auskultasi
nadi
apikal.Awasi 3. Perubahan disritmia dan iskemia
irama jantung dengan EKG.
dapat terjadi sebagai akibat
hipotenSi,
hipoksia,
asidosis,
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Mengatasi hipoksemia dan asidosis
indikasi.
selama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadi 2. Mengidentifikasi
hipoksemia,
oksimetri.
keefektifan/
kebutuhan
untuk
terapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/ 3. Mempertahankan volume sirkulasi
produk darah sesuai kebutuhan.
dan perfusi jaringan.

DX 6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah


baring.
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1.

Melaporkan peningkatan intoleran aktifitas ( ADL ).

2.

Menunjukan penurunan tanda fisiologis intoleran, misal nadi, pernafasan, dan

3.

TD dalam rentang normal pasien.

Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Kaji keluhan pasien.

Rasional
1. Untuk mengidentifikasi masalahmasalah pasien.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

32

2. Kaji hal-hal yang mampu atau 2. Untuk


mengetahui
tingkat
yang tidak mampu dilakukan oleh
ketergantungan
pasien
dalam
pasien.
memenuhi kebutuhannya.
3.
-Bantu pasien untuk memenuhi 3. Pemberian
bantuan
sangat
kebutuhan aktivitasnya sehari-hari
diperlukan oleh pasien pada saat
sesuai tingkat keterbatasan pasien.
kondisinya lemah dan perawat
mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pasien
tanpa
mengalami
ketergantungan pada perawat.
4. Letakkan barang-barang di tempat 4. Akan membantu pasien untuk
yang mudah terjangkau oleh
memenuhi kebutuhannya sendiri
pasien.
tanpa bantuan orang lain.
5. Pertahankan tirah baring bila 5. Mengurangi resiko cedera akibat
diindikasikan, tingkatkan tingkat
penurunan
trombosit,
dan
aktifitas sesuai
toleransi.
memperbaiki tonus otot tanpa
kelemahan.
DX 7. Resiko terjadinya syok berhubungan dengan hipovolemia.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
-

Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil, haluaran urin
adekuat, nadi perifer normal.

Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Monitor keadaan umum pasien.

2.
3.

4.

5.

Rasional

1. Memantau kondisi pasien selama


masa perawatan terutama pada saat
terjadi perdarahan sehingga segera
diketahui tanda syok dan dapat
segera ditangani.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2 2. Tanda vital normal menandakan
sampai 3 jam.
keadaan umum baik.
Monitor tanda perdarahan.
3. Perdarahan cepat diketahui dan
dapat diatasi sehingga pasien tidak
sampai syok hipovolemik.
Palpasi nadi perifer; capilary refill, 4. Kondisi yang berkontribusi dalam
temperatur kulit, kaji kesadaran.
kekurangan cairan ekstraselular
yang dapat menyebabkan kolaps
pada sirkulasi/ syok.
Lapor dokter bila terdapat tanda 5. Untuk mendapatkan penanganan
syok hipovolemik.
lebih lanjut sesegera mungkin.
Kolaborasi :
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

33

1. Cek laboratorium :haemoglobin, 1. Untuk


mengetahui
tingkat
hematokrit, trombosit.
kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien sebagai acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
2. Berikan cairan sesuai program : 2. Koreksi defisit konsentrasi protein
Koloid : dextran, plasma/albumin,
plasma, meningkatkan tekanan
Hespan.
osmotik
intravaskular,
dan
memfasilitasi kembalinya cairan
kedalam kompartemen pembuluh
darah.
3. Tranfusi Whole blood/ tranfusi 3. Mengindikasikan
hipovolemia
PRC. / FFP
yang
berhubungan
dengan
kehilangan darah aktif.

DX 8. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).


Kriteria evaluasi :
Pasien bebas tanda infeksi/ inflamasi, eritema, dan demam.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Lakukan teknik aseptik saat 1. Tindakan
aseptik
merupakan
melakukan tindakan pemasangan
tindakan
preventif
terhadap
infus.
kemungkinan terjadi infeksi.
2. Observasi tanda-tanda vital.

2. Menetapkan data dasar pasien,


terjadi peradangan dapat diketahui
dari penyimpangan nilai tanda
vital.
3. Observasi daerah pemasangan 3. Mengetahui tanda infeksi pada
infus.
pemasangan infus.
4. Segera cabut infus bila tampak 4. Untuk menghindari kondisi yang
adanya
pembengkakan
atau
lebih buruk atau penyulit lebih
plebitis.
lanjut.
Kolaborasi :
1. Pemasagan infus kembali sesuai 1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
instruksi dokter.
pasien.
DX 9. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
-

Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.


Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

34

Menunjukan perilaku penurunan resiko perdarahan.

Intervensi:
Intervensi

Rasional

Mandiri :
1. Monitor tanda penurunan trombosit 1. Penurunan trombosit merupakan
yang disertai gejala klinis.
tanda kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Aktivitas pasien yang tidak
istirahat/bedrest.
terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien mendapatkan
melapor bila ada tanda perdarahan
penanganan sedini mungkin.
lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital

4. Peningkatan
nadi
dengan
penurunan TD dapat menunjukan
kehilangan volume darah sirkulasi.
5. Anjurkan
meminimalisasi 5. Pada gangguan faktor pembekuan,
penggunaan sikat gigi, dorong
trauma
minimal
dapat
penggunaan
antiseptik
untuk
menyebabkan perdarahan mukosa.
mulut.
6. Gunakan jarum kecil untuk injeksi 6. Menurunkan resiko perdarahan /
atau pengambilan sampel darah.
hematoma.
7. Observasi
adanya
ptekie, 7. DIC subakut dapat terjadi sekunder
epistaksis,
perdarahan
gusi,
terhadap
gangguan
faktor
melena.
pembekuan.
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor 1. Indikator adanya perdarahan aktif,
pembekuan.
hemokonsentrasi, atau terjadinya
komplikasi ( DIC ).
2. Berikan obat sesuai indikasi : vit 2. Meningkatkan sintesis protrombin
K, D,dan C.
dan koagulasi. Kekurangan vit C
meningkatkan
kerentanan
terjadinya iritasi / perdarahan.
DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
-

Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat ditangani.

tampak rileks.

Intervensi :
Intervensi

Rasional
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

35

Mandiri :
1. Kaji rasa cemas yang dialami 1. Menetapkan tingkat kecemasan
pasien.
yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya 2. Pasien bersifat terbuka dengan
dengan pasien.
perawat.
3. Tunjukkan sifat empati.
3. Sikap empati akan membuat pasien
merasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk 4. Meringankan beban pikiran pasien.
mengungkapkan perasaannya.
5. Gunakan komunikasi terapeutik.
5. Agar
segala
sesuatu
yang
disampaikan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif.
6. Berikan informasi tentang proses 6. Mengetahui apa yang diharapkan
penyakit dan antisipasi tindakan.
dapat menurunkan ansietas.
7. Jadwalkan istirahat dan tidur 7. Membatasi kelemahan, menghemat
adekuat .
energi,
dan
meningkatkan
kemampuan koping.
DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
-

Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan resiko komplikasi.

Berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Jelaskan pentingnya pembatasan 1. Memberikan informasi pada pasien
aktifitas selama periode penurunan
untuk merencanakan rutinitas /
trombosit
aktifitas
tanpa
menimbulkan
masalah.
2. Jelaskan gejala yang memerlukan 2. Upaya
intervensi
untuk
intervensi medik seperti akral/
menurunkan resiko komplikasi
tangan
dingin,
epistaksis,
serius seperti perdarahan, tanda
perdarahan gusi,melena, sesak.
syok.
3. Dorong aktifitas sesuai toleransi 3. Mencegah
kelemahan,
dapat
dengan periode istirahat periodik.
meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah
kembali ke aktifitas normal.
4. Diskusikan
penghindaran 4. Menurunkan resiko perdarahan
penggunaan
sikat
gigi,
sehubungan dengan trauma dan
menggunakan sikat gigi halus/ obat
perubahan koagulasi.
kumur, membersihkan kotoran
hidung dengan keras.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

36

5. Anjurkan
klien
menghindari 5. Menurunkan rangsangan pada
makanan / minuman karbonat,
asam lambung dan menceegah
pedas dan asam.
iritasi
6. Diskusikan perawatan, pengobatan, 6. Memberikan dasar pengetahuan
proses penyakit dan prognosis.
dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
7. Dorong
pertanyaan,
ekspresi 7. Komunikasi efektif dan dukungan
masalah.
turunkan cemas dan tingkatkan
penyembuhan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

36
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN

3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien

Tn. T

2. Usia

17 Tahun

3. Jenis kelamin

Laki-laki

4. Tgl lahir

15-01-1996

5. No. RM

1400429

6. Tanggal masuk

16/05/2013

7. Tanggal pengkajian :

17/05/2013

8. Alamat

Jl. Asrama Polri Cipinang atas blok D no 13 RT 05 RW 5

Kel. Cipinang Pulogadung

B. Keluhan utama masuk RS

Demam sejak 2 hari SMRS


C. Riwayat penyakit dahulu

Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit.
D. Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien
mengeluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimisan dan
gusi berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E. Riwayat penyakit keluarga

Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F. Riwayat kesehatan lingkungan

Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan
menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

37
G. Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /05/2013

Data subjektif :
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa
lemas.
Data Objektif :
TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala,
klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam
H. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan / Respirasi :
Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada,
batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.
2. Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3
detik, Uji tourniquet positif.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah
4.

Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.

5.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal


Selaput mukosa kering, mual, muntah, nyeri saat menelan, nafsu makan menurun,
porsi makan tidak habis, makan 1-2 sendok. nyeri ulu hati, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa (-), pembesaran hati (-), melena (-).

6.

Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan
dan kaki.

7. Pemeriksaan penunjang 13.5/37/6.14/142000


Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

DPL

Hemoglobin : 14.6

13,00-16,00 gr/dl

Hematokrit : 39

40-48%

Leukosit : 2.23

5000-10.000/mm3

Trombosit : 61 rb

150.-400.rb/mm3

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

38
Elektrolit

Natrium : 128

135-145

Kalium : 3.1

3.5-4.5

Cl = 99

98-109

SGOT = 86

0-37

SGPT = 46

0-40

Ureum

19

20-40

Kreatinin

0.8-1.5

NS 1 Dengue

Positif

APTT

(-)

(-)

Albumin

(-)

(-)

Rontgen

Efusi pleura (-)

Fungsi Hepar

PT

8. Pengobatan
- RL 500 cc/8 jam
- Fimahes / 24 jam
- Transfusi TC 10 ui
- Diet lunak 1700 kkal
- Paracetamol 3 x 500 mg
- OMZ 2 X 10 mg

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

39
3.2

ANALISA DATA

NO
1

DATA

MASALAH KEPERAWATAN

DS:

Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)

Klien mengeluh badan panas

Klien mengatakan demam


sejak 3 hari yang lalu

DO:
-

Kulit tampak kemerahan dan


berkeringat

Kulit teraba panas

Suhu 38 C

DS :
-

Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ;

Kien mengeluh mual dan kurang dari kebutuhan


muntah

Nafsu makan menurun

Nyeri ulu hati

Makan 1-2 sendok

Klien mengeluh lemas

DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
3

DS :
- Klien

Risiko perdarahan
mengatakan

tidak

mengalami perdarahan gusi


DO :
- Trombosit : 61 ribu/mm3
- Petechie (+)
4

DS :

Risiko Defisit volume cairan

- Klien mengeluh haus terus


- Klien

mengatakan

badan

berkeringat terus
- Klien

mengatakan

BAK

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

40
lancar kurang lebih 200 cc
setiap kali BAK.
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg

3.3 Diagnosa keperawatan


1.

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

2.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


mual, muntah, anoreksia.

3.

Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


dinding plasma.

4.

Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

41
3.4

No

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Peningkatan suhu tubuh Kriteria Hasil :


berhubungan
proses
(viremia).

dengan 1. Suhu tubuh dalam rentang


penyakit

normal
2. Nadi dan RR dalam rentang
normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing

Intervensi

Rasional

Mandiri :
1. Monitor suhu pasien.

1. Pola demam dapat membantu


dalam diagnosis; kurva demam
lanjut lebih dari 4 hari
menunjukan infeksi yang lain.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Peningkatan
suhu
tubuh
minum (lebih kurang 2,5 liter /
mengakibatkan penguapan tubuh
24 jam).
meningkat
sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
3. Berikan kompres hangat.
3. Dengan
vasodilatasi
dapat
meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu
tubuh.
4. Anjurkan untuk tidak memakai 4. Pakaian
tipis
membantu
selimut dan pakaian yang tebal.
mengurangi penguapan tubuh.

Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena 1. Pemberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai program
bagi pasien dengan suhu tinggi.
dokter
2. Berikan antipiretik.
2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

42
2

Gangguan

pemenuhan Kriteria Hasil :

kebutuhan nutrisi kurang 1. Tidak ada tanda tanda malnutrisi


dari
berhubungan

kebutuhan 2. Menunjukkan peningkatan fungsi


dengan

mual, muntah, anoreksia.

pengecapan dari menelan


3. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti

Mandiri :
1. Kaji
keluhan
mual,
sakit 1. Untuk
menetapkan
cara
menelan, dan muntah yang
mengatasinya.
dialami pasien
2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi kelelahan
ditelan seperti bubur.
pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
3. Berikan makanan dalam porsi 3. Untuk menghindari mual.
kecil dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan 4. Untuk mengetahui pemenuhan
yang dihabiskan oleh pasien
kebutuhan nutrisi.
setiap hari.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program dokter.

1. Antiemetik membantu pasien


mengurangi rasa mual dan
muntah
dan
meningkatkan
toleransi pada makanan.
Antasida, contoh Mylanta.
2. Kerja pada asam gaster, dapat
menurunkan
iritasi/
resiko
perdarahan
Vitamin, contoh B komplek, 3. Memperbaiki kekurangan dan
C, tambahan diet lain sesuai
membantu proses penyembuhan
indikasi

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

43
3

Risiko kurang volume Kriteria Hasil :


cairan
berhubungan

tubuh
dengan

peningkatan
permeabilitas
plasma.

dinding

Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien
1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
(lemah, pucat, takikardi) serta
untuk
mengetahui
tanda-tanda vital.
penyimpangan dari keadaan
dalam batas normal
normal.
2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
2. Observasi tanda-tanda syok.
2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan
untuk
menangani
Elastisitas turgor kulit baik,
shock.
membran mukosa lembab, tidak
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum.
untuk menambah volume cairan
ada rasa haus yang berlebihan
tubuh.
3. Haluaran urine adekuat, capilary
4. Catat intake dan output cairan.
4. Untuk
mengetahui
keseimbangan cairan.
refill time < 3dtk.
5. Palpasi nadi perifer, capilary 5. Kondisi yang berkontribusi
refill, temperatur kulit, kaji
dalam
kekurangan
cairan
kesadaran, tanda perdarahan
ekstraselular
yang
dapat
menyebabkan
kolaps
pada
sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. Hemokonsentrasi
dan
tiba,
dispnea,
sianosis,
peningkatan platelet agregrasi
kecemasan yang meningkat,
dapat
mengakibatkan
kurang istirahat.
pembentukan emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,
anoreksia,
tidak
nyaman
dimulut, perubahan tingkat
kesadaran merupakan faktor
yang
mempengaruhi
kemampuan
klien
untuk
mengganti cairan oral.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

44
1. Hipotonik solution (RL/NaCl
Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai
0,45%)
digunakan
untuk
program dokter : NaCl 0,45%,
memenuhi kebutuhan elektrolit.
RL solution.
2. Koreksi
defisit
konsentrasi
2. Koloid
:
dextran,
protein plasma, meningkatkan
plasma/albumin,
tekanan osmotik intravaskular,
Hespan/Fimahes.
dan memfasilitasi kembalinya
cairan kedalam kompartemen
pembuluh darah.
4

Risiko terjadi perdarahan Kriteria Hasil :


berhubungan

dengan -

trombositopenia.
-

Mandiri :
1. Monitor
tanda
penurunan
Mempertahankan
homeostasis
trombosit yang disertai gejala
klinis.
dengan tanpa perdarahan.
2. Anjurkan pasien untuk banyak
Menunjukan perilaku penurunan
istirahat/bedrest.
resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera
melapor
bila
ada
tanda
perdarahan lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital

5. Anjurkan
meminimalisasi
penggunaan sikat gigi, dorong
penggunaan antiseptik untuk
mulut.
6. Gunakan jarum kecil untuk
injeksi atau pengambilan sampel
darah
7. Observasi
adanya
ptekie,

1. Penurunan trombosit merupakan


tanda
kebocoran
pembuluh
darah.
2. Aktivitas pasien yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3. Membantu pasien mendapatkan
penanganan sedini mungkin.
4. Peningkatan
nadi
dengan
penurunan TD dapat menunjukan
kehilangan
volume
darah
sirkulasi.
5. Pada
gangguan
faktor
pembekuan, trauma minimal
dapat menyebabkan perdarahan
mukosa
6. Menurunkan resiko perdarahan /
hematoma.
7. DIC

subakut

dapat

terjadi

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

45
epistaksis,
melena.

perdarahan

gusi,

sekunder terhadap
faktor pembekuan.

gangguan

Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan 1. Indikator adanya perdarahan
faktor pembekuan.
aktif, hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan
sintesis
protrombin
dan
koagulasi.
Kekurangan vit C meningkatkan
kerentanan terjadinya iritasi /
perdarahan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

46
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 17 / 05 / 2013 (Hari ke 2 perawatan)
Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Peningkatan suhu tubuh Mandiri :

S:

berhubungan

dengan 1. Memantau suhu pasien.

Klien mengatakan badan masih

proses penyakit (viremia). 2. Menganjurkan pasien untuk banyak

terasa panas

minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 O :


DS:
-

Klien

jam).
mengatakan

badan terasa tambah


panas

Kulit

Kulit tampak kemerahan

Klien tampak berkeringat

4. Menganjurkan untuk menggunakan -

Kulit teraba panas

pakaian yang tipis, tidak memakai -

DO:
-

3. Memberikan kompres hangat.

selimut dan pakaian yang tebal.


tampak

kemerahan

dan

Suhu 38.3 C

A:

5. Memantau terapi cairan intravena Masalah belum teratasi


yang masuk (RL dan Fimahes)

P:

berkeringat

- Pantau

Kulit teraba panas

Suhu 38 C

suhu

tubuh

pasien

minimal tiap satu shift

Kolaborasi :
1. Memberikan

antipiretik - Berikan kompres hangat dan

Paracetamol 500 mg.

libatkan

keluarga

dalam

pemberian kompres
- Anjurkan terus untuk minum
yang banyak (2.5 liter/hari)

Gangguan

pemenuhan Mandiri :

kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji


dari
berhubungan

kebutuhan
dengan

mual, muntah, anoreksia.

S:
keluhan

mual,

sakit -

menelan, dan muntah yang dialami


pasien

DS :
-

Kien mengeluh masih


mual

mual

Klien mengatakan nafsu makan


masih kurang

3. Memantau jumlah / porsi makanan


yang dihabiskan oleh pasien

mengatakan

berkurang

2. Menyarankan makan dalam porsi


kecil dan frekuensi sering.

Kien

Klien mengatakan nyeri ulu


hati berkurang

4. Menimbang BB

Klien mengatakan porsi makan


tidak habis, hanya 3-4 sendok

Nafsu makan masih


kurang

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

47
-

Nyeri

ulu

hati Kolaborasi :

berkurang

O:

1. Memberikan obat antiemetik sesuai - Selaput mukosa masih kering

Makan 3-4 sendok

Klien mengeluh masih

program Ranitidine 40 mg

- Nyeri tekan pada epigastrik


berkurang

lemas

- Porsi makan tidak habis

DO :

- BB klien 45 kg

- Selaput mukosa kering

A:

- Nyeri

Masalah belum teratasi

tekan

pada

epigastrik berkurang
- Porsi

makan

P:

tidak

1. Kaji

habis

keluhan

mual

yang

dialami pasien
2. Anjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
4. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
5. Lakukan

penimbangan

BB

setiap hari
Risiko

kurang

volume Mandiri :

S:

cairan tubuh berhubungan 1. Memantau kondisi umum dan - Klien mengeluh haus terus
dengan

peningkatan

permeabilitas

tanda-tanda syok.

dinding 2. Menganjurkan pasien untuk tetap

plasma.

banyak minum.
3. Mengkaji intake minum dan output

DS :
- Klien

cairan.
mengatakan

masih sering merasa


haus
- Klien

mengatakan

badan

berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.

4. Memantau cairan intravena yang - BAK 4-5 kali/hari, warna urine


masuk sesuai program

jernih
O:

mengatakan

BAK 3-4 kali


DO :

- Klien

- TD : 110 / 70 mmHg
- Suhu 38 C
- Tampak berkeringat

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

48
- Tampak berkeringat

- Mukosa kering

- Suhu 39 C

- Turgor kulit baik

- Mukosa kering

- CRT < 3detik

- TD : 100/70 mmHg

- Hematokrit: 40%, HB: 14.9 g/dl


-

Terpasang RL 500 cc/6 jam dan


Hespan dlm 500 cc/24 jam.

- Balance cairan ?
A:
Masalah tidak terjadi
P:
- Pantau

kondisi

umum

dan

kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :

S:

berhubungan

- Klien

dengan

trombositopenia.

1. Memantau TTV.
2. Memantau
trombosit

DS :

mengalami perdarahan
gusi

- Petechie (+)

disertai

tidak

mengalami perdarahan gusi

gejala O :
- Trombosit : 48 ribu/mm3

3. Menganjurkan pasien untuk tetap - Petechie (+)


banyak istirahat/bedrest.
4. Menganjurkan

DO :

ribu/mm3

yang

penurunan

klinis (perdarahan gusi, melena).

- Klien mengatakan tidak

- Trombosit

tanda

mengatakan

- Perdarahan gusi tidak ada

meminimalisasi A :

penggunaan sikat gigi, dorong Masalah ; Perdarahan tidak terjadi


:

61

penggunaan

antiseptik

untuk P :

mulut.

- Pantau TTV

5. Gunakan jarum kecil untuk injeksi - Pantau


atau pengambilan sampel darah

tanda

penurunan

trombosit yang disertai gejala


klinis.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

49
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
2. Memberikan obat sesuai indikasi

- Anjurkan pasien untuk banyak


istirahat/bedrest.
- Anjurkan

kpd

segera

melapor

klien
bila

untuk
ada

perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

50

3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 18 / 05 / 2013 (Hari ke-3 perawatan)


Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Peningkatan suhu tubuh Mandiri :

S:

berhubungan

dengan 1. Memantau suhu pasien.

proses penyakit (viremia).

Klien

2. Menganjurkan pasien untuk banyak

mengatakan

badan

masiih terasa panas

minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 O :


DS:
-

Klien

jam).
mengatakan

badan terasa tambah


panas

Kulit

Klien tampak berkeringat

4. Menganjurkan untuk menggunakan -

selimut dan pakaian yang tebal.


tampak

kemerahan

dan

berkeringat
-

Kulit tampak kemerahan

Kulit teraba panas

pakaian yan tipis, tidak memakai -

DO:
-

3. Memberikan kompres hangat.

A:
Masalah belum teratasi

Kolaborasi :

1. Memberikan terapi cairan intravena P :


sesuai program

Kulit teraba panas

- Suhu 39 C

Suhu 38.3 C

2. Memberikan

- Pantau
antipiretik

Paracetamol 500 mg.

suhu

tubuh

pasien

minimal tiap satu shift


- Berikan kompres hangat dan
libatkan

keluarga

dalam

pemberian kompres
- Anjurkan untuk minum banyak
(2.5 liter/hari)
Gangguan

pemenuhan Mandiri :

kebutuhan nutrisi kurang 1. Mengkaji keluhan mual,


dari
berhubungan

kebutuhan

DS :
Kien mengeluh masih
mual
-

yang -

dialami pasien

kecil dan frekuensi sering.

yang dihabiskan oleh pasien

masih

Klien mengatakan nafsu makan

Klien masih mengeluh nyeri


ulu hati

Nafsu makan masih


kurang

mengatakan

masih kurang

3. Memantau jumlah / porsi makanan -

4. Menimbang BB klien

Kien

mengeluh mual

dengan 2. Menganjurkan makan dalam porsi -

mual, muntah, anoreksia.

S:

Klien mengatakan porsi makan


tidak habis, hanya 2-3 sendok

Klien mengeluh lemas

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

51
-

Nyeri

ulu

hati

berkurang

O:

Kolaborasi :

1. Memberikan obat-obatan sesuai - Selaput mukosa kering

Makan 3-4 sendok

Klien mengeluh masih

program Ranitidine 40 mg

- Nyeri tekan pada epigastrik


- Porsi makan tidak habis, msh

lemas

tampak penuh

DO :

- BB 45.5 kg

- Selaput mukosa kering

A:

- Nyeri

Masalah belum teratasi

tekan

pada

epigastrik berkurang
- Porsi

makan

P:

tidak

Kaji keluhan mual dan muntah

habis

yang dialami pasien


-

Berikan makanan yang mudah


ditelan seperti bubur.

Berikan makanan dalam porsi


kecil dan frekuensi sering.

Catat jumlah / porsi makanan


yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.

Berikan obat-obatan antiemetik


sesuai program

Lakukan

penimbangan

BB

setiap hari
Risiko

kurang

volume Mandiri :

S:

cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh haus terus
dengan
permeabilitas

peningkatan

serta tanda-tanda vital.

dinding 2. Menganjurkan

plasma.

pasien

- Klien
untuk

banyak minum.
3. Mencatat intake dan output cairan.

DS :
- Klien

mengatakan

berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.

mengatakan

masih sering merasa

- BAK 4-5 kali/hari, warna urine


jernih

haus
- Klien

badan

mengatakan

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

52
BAK 3-4 kali

O:

Kolaborasi :

DO :

1. Memantau cairan intravena sesuai - TD 110/60 mmHg

- Tampak berkeringat

program RL 500 cc/6jam dan - Tampak berkeringat

- Suhu 39 C

Fimahes 500cc/24 jam

- Suhu 38 C

- Mukosa kering

- Mukosa kering

- TD : 100/70 mmHg

- Turgor kulit baik


- CRT < 3detik
- Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl
-

Terpasang RL 500 cc/8 jam dan


Fimahes dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau

kondisi

umum

dan

kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
berhubungan

dengan 1. Memantau

trombositopenia.

S:
tanda

penurunan - Klien

trombosit cth. perdarahan gusi,


melena.

DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi

2. Menganjurkan

pasien

menggunakan

mengalami perdarahan gusi

untuk - Trombosit : 21 ribu/mm3


- Petechie (+)

3. Memberi anjuran perdarahan

penggunaan

tidak

O:

banyak istirahat/bedrest.

4. Menganjurkan

mengatakan

- Perdarahan gusi tidak ada

meminimalisasi A :
sikat

gigi

antiseptik

dan Masalah ; Perdarahan tidak terjadi


untuk

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

53
mulut.
DO :
- Trombosit
ribu/mm3
- Petechie (+)

Kolaborasi :
:

P:

29 1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Pantau TTV


dan faktor pembekuan.
2. Memberikan obat sesuai program

- Pantau

tanda

penurunan

trombosit yang disertai gejala


klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat/bedrest.
- Anjurkan

kpd

segera

melapor

klien
bila

untuk
ada

perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

54
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 19 / 05 / 2013 (Hari ke-4 perawatan)


Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Peningkatan suhu tubuh Mandiri :

S:

berhubungan

dengan 1. Memantau suhu pasien.

Klien mengatakan badan tidak

proses penyakit (viremia).

terasa panas
O:

Kolaborasi :
DS:
-

1. Melaporkan ke DPJP suhu tubuh -

Klien

mengatakan

badan

tiba2

tidak

klien afebris
2. Memberikan

terasa panas dan tidak

terapi

Klien tidak berkeringat

cairan -

Kulit tidak teraba panas

intravena sesuai program

berkeringat lagi

Kulit

Peningkatan suhu tubuh teratasi


tidak

tampak

P:

kemerahan
-

- Pantau ketat TTV

Tidak

tampak

- Pantau

berkeringat
-

Suhu 36.4 C

A:

DO:
-

Kulit tidak tampak kemerahan

tubuh

pasien

minimal tiap satu shift

Kulit teraba panas

- Laporkan ke DPJP bila suhu

- Suhu 36.8 C

Gangguan

suhu

tubuh kembali meningkat

pemenuhan Mandiri :

S:

kebutuhan nutrisi kurang 1.

Mengkaji keluhan mual, yang -

Kien

dari

dialami pasien

berkurang

Menganjurkan makan dalam porsi -

Klien mengatakan nafsu makan

kecil dan frekuensi sering.

masih kurang

kebutuhan

berhubungan

dengan 2.

mual, muntah, anoreksia.


3.
DS :
-

Nyeri

porsi -

pasien

Kolaborasi :
1.

ulu

hati

Klien

mengatakan

mual

tidak

merasakan nyeri ulu hati lagi


-

4. Menimbang BB klien

Nafsu makan masih


kurang

jumlah

makanan yang dihabiskan oleh

Kien mengeluh mual


berkurang

Memantau

mengatakan

Klien mengatakan porsi makan


habis hanya porsi

O:

Memberikan obat-obatan sesuai - Selaput mukosa lembab


program (OMZ 10 mg)

- Nyeri tekan pada epigastrik

berkurang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

55
-

Makan 3-4 sendok

Klien mengeluh masih

- Porsi makan tidak habis, msh


tampak penuh

lemas

- BB klien 44 kg

DO :

A:

- Selaput mukosa kering

Masalah belum teratasi

- Nyeri

P:

tekan

pada

epigastrik berkurang
- Porsi

makan

- Kaji keluhan mual dan muntah

tidak

yang dialami pasien

habis

- Berikan makanan yang mudah


ditelan seperti bubur.
- Berikan makanan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
- Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
- Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
- Lakukan

penimbangan

BB

setiap hari
Risiko

kurang

volume Mandiri :

cairan tubuh berhubungan


dengan

peningkatan

permeabilitas

dinding

plasma.

1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh haus terus


serta tanda-tanda vital.
2. Menganjurkan

3. Mencatat

untuk

intake

haus

mengatakan

berkeringat terus

dan

output

Kolaborasi :
1. Memantau cairan intravena sesuai

kurang lebih 200-250 cc setiap


kali BAK.
- BAK 4-5 kali/hari, warna urine
jernih

program RL 500 cc/6jam dan O :


mengatakan

BAK 3-4 kali


DO :
- Tampak berkeringat

badan

- Klien mengatakan BAK lancar

cairan.
mengatakan

masih sering merasa

- Klien

pasien

- Klien

banyak minum.

DS :
- Klien

S:

Gelofusin 500cc/24 jam

- TD 100/70 mmHg
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

56
- Suhu 39 C

- Turgor kulit baik

- Mukosa kering

- CRT < 3detik

- TD : 100/70 mmHg

- Hematokrit: 39%, HB: 14.6 g/dl


-

Terpasang RL 500 cc/8 jam dan


Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau

kondisi

umum

dan

kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri :


berhubungan

dengan

trombositopenia.

1. Memantau

S:
tanda

penurunan - Klien

trombosit cth. perdarahan gusi,


melena.

DS :

2. Menganjurkan

- Klien mengatakan tidak


mengalami perdarahan
gusi
DO :
- Trombosit
ribu/mm3
- Petechie (+)

29

pasien

menggunakan

mengalami perdarahan gusi

untuk - Trombosit : 21 ribu/mm3


- Petechie (+)

3. Memberi anjuran perdarahan

penggunaan

tidak

O:

banyak istirahat/bedrest.

4. Menganjurkan

mengatakan

- Perdarahan gusi tidak ada

meminimalisasi A :
sikat

gigi

antiseptik

dan Masalah ; Perdarahan tidak terjadi


untuk P :

mulut.
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.

- Pantau TTV
- Pantau

tanda

penurunan

trombosit yang disertai gejala


klinis.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

57
2. Memberikan obat sesuai program

- Anjurkan pasien untuk banyak


istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera

melapor

bila

ada

perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
- Transfusi trombosit 10 kantomg
- Periksa trombosit setiap 12 jam

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

58
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 20 / 05 / 2013 (Hari ke-5 perawatan)


Diagnosa
Gangguan

Implementasi

Evaluasi

pemenuhan Mandiri :

kebutuhan nutrisi kurang


dari

S:

1. Mengkaji keluhan mual,

kebutuhan

dialami pasien

dengan

2. Menganjurkan

berhubungan

mual, muntah, anoreksia.

yang -

mual dan nafsu makan


klien

untuk -

habis 1 porsi
O:

3. Melakukan penimbangan BB

Kien

- Selaput mukosa lembab

mengatakan

- Porsi makan tidak habis

tidak ada mual dan

- Tampak

nyeri ulu hati


-

Nafsu

Masalah teratasi
P:

Badan

sudah

tidak

- Anjurkan

terasa lemas lagi

terus

tekan

mual muncul kembali

pada

- Kolaborasikan

epigastrik berkurang
makan

kelanjutan

tidak

mengenai
pemberian

th/

antiemetic

habis

- Pantau BB klien setiap hari


kurang

volume Mandiri :

cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji


dengan
permeabilitas
plasma.

untuk

- Laporkan ke DPJP jika rasa

- Selaput mukosa kering

Risiko

klien

menghabiskan porsi makan

DO :

- Porsi

A:

Makan sudah habis 1

- Nyeri

berenergi

- BB klien 45 Kg

porsi
-

lebih

semangat
makan

membaik
-

Klien mengatakan porsi makan

melaporkan ke perawat atau dokter


jika rasa mual muncul kembali

DS :

Kien mengatakan sudah tidak

peningkatan

S:
keadaan

umum

/ - Klien

kesadaran pasien

dinding 2. Memantau

tanda-tanda

mengatakan

mengeluh
vital

selama fase kritis DHF

apa2

(tidak

demam)
O:

3. Memantau pemberian cairan

- TD 110/70 mmHg

4. Mencatat intake dan output cairan.

- Suhu 36.4 C

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

tidak
ada

59
DS :

- Turgor kulit baik

- Klien
badan

mengatakan
sudah

- CRT < 3detik

tidak

- Hematokrit: 43%, HB: 16.9 g/dl

panas

Terpasang RL 500 cc/6 jam dan

DO :

Hespan dlm 500 cc/24 jam.

- TD : 110/70 mmHg

A:

- Nadi : 84 x/mnt

Kekurangan volume cairan tidak


terjadi
P:
- Pantau

kondisi

umum

dan

kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Risiko terjadi perdarahan Mandiri :


berhubungan

dengan 1.

trombositopenia.

S:

Memantau

tanda

penurunan - Klien

trombosit cth. perdarahan gusi,


melena.

DS :

2.

- Klien mengatakan tidak


mengalami perdarahan
gusi

- Trombosit
ribu/mm3

Menganjurkan

mengalami perdarahan gusi

pasien

untuk - Trombosit : 22 ribu/mm3


- Hb :17.5

Mengingatkan kepada klien untuk - Perdarahan gusi tidak ada


mengurangi

DO :

tidak

O:

banyak istirahat/bedrest.
3.

mengatakan

penggunaan

sikat A :

gigi atau menggunakan sikat yang Masalah ; Perdarahan tidak terjadi


:

30

lembut

dan

menggunakan
mulut.

menganjurkan P :
antiseptik

untuk - Pantau TTV


- Pantau

tanda

penurunan

trombosit yang disertai gejala


klinis.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

60
Kolaborasi :
1.

Memantau nilai Hb, Ht, trombosit


dan faktor pembekuan.

2.

Memberikan transfuse trombosit

- Anjurkan pasien untuk banyak


istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera

melapor

bila

ada

perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

61
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 21 / 05 / 2013 (Hari ke-6 perawatan)
Diagnosa
Risiko

kurang

Implementasi
volume Mandiri :

S:

cairan tubuh berhubungan 1.

Mengkaji

dengan

kesadaran pasien

peningkatan

permeabilitas

dinding 2.

plasma.
DS :
- Klien
badan

Evaluasi

mengatakan
sudah

tidak

panas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/mnt
- Hb: 14.7
- Hematokrit : 39 %

Memantau

keadaan

umum

/ - Klien

mengatakan

mengeluh

tanda-tanda

vital

O:

3.

Memantau pemberian cairan

- Suhu 36.5 C

4.

Mencatat
cairan.

dan

(tidak

ada

demam)

selama fase kritis DHF

intake

apa2

tidak

output - TD : 110/80 mmHg


- Nadi : 84 x/mnt
- Hb: 14.7
- Hematokrit : 39 %
- Terpasang RL 500 cc/6 jam dan
Hespan dlm 500 cc/24 jam.
A:
Kekurangan volume cairan tidak
terjadi
P:
- Pantau

kondisi

umum

dan

kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

62
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
berhubungan

dengan

trombositopenia.

S:

1. Memantau

tanda

penurunan - Klien

trombosit cth. perdarahan gusi,


melena.

DS :

mengalami perdarahan
gusi

- Trombosit
ribu/mm3
- Hb : 14.7

pasien

mengalami perdarahan gusi

untuk - Trombosit : 36 ribu/mm3

banyak istirahat/bedrest.

- Hb :14.7

3. Mengingatkan kepada klien untuk - Perdarahan gusi tidak ada


mengurangi

DO :

tidak

O:

2. Menganjurkan

- Klien mengatakan tidak

mengatakan

penggunaan

sikat A :

gigi atau menggunakan sikat yang Masalah ; Perdarahan tidak terjadi


:

36

lembut

dan

menggunakan

menganjurkan P :
antiseptik

untuk - Pantau TTV

mulut.

- Pantau

tanda

penurunan

Kolaborasi :

trombosit yang disertai gejala

1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit

klinis.

dan faktor pembekuan.

- Anjurkan pasien untuk banyak


istirahat/bedrest.
- Anjurkan kepada klien untuk
segera

melapor

bila

ada

perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

63
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 22 / 05 / 2013 (Hari ke-7 perawatan)


Diagnosa
Risiko

kurang

Implementasi
volume Mandiri :

cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji


dengan

peningkatan

permeabilitas

Evaluasi
S:

keadaan

umum

/ - Klien

kesadaran pasien

mengeluh

dinding 2. Memantau tanda-tanda vital selama

plasma.

fase kritis DHF

badan

mengatakan
sudah

(tidak

ada

demam)

sering merasa haus

4. Mencatat intake dan output cairan.

- Klien

apa2

tidak

- Klien mengatakan sudah tidak

3. Memantau pemberian cairan


DS :

mengatakan

O:
- TD : 110/70 mmHg

tidak

- Nadi : 76 x/mnt

panas

- Hb: 14.5

DO :

- Hematokrit : 38 %

- TD : 110/70 mmHg

- Terpasang RL 500 cc/6 jam

- Nadi : 74 x/mnt

A:

- Hb: 14.4

Kekurangan volume cairan tidak

- Hematokrit : 38 %

terjadi
P:
- Pantau

kondisi

umum

dan

kesadaran klien
- Pantau TTV
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
berhubungan

dengan 1.

trombositopenia.

Memantau

S:
tanda

penurunan - Klien

trombosit cth. perdarahan gusi,


melena.
2.

Menganjurkan

mengatakan

mengalami perdarahan gusi


O:

pasien

banyak istirahat/bedrest.

tidak

untuk - Trombosit : 50 ribu/mm3


- Hb :14.5
- Perdarahan gusi tidak ada

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

64
DS :

3.

- Klien mengatakan tidak

Mengingatkan kepada klien untuk A :


mengurangi

penggunaan

sikat Masalah ; Perdarahan tidak terjadi

mengalami perdarahan

gigi atau menggunakan sikat yang P :

gusi

lembut

DO :
- Trombosit
ribu/mm3
- Hb : 14.7

dan

menggunakan
:

45

menganjurkan - Pantau TTV


antiseptik

mulut.
Kolaborasi :
1.

untuk - Pantau

tanda

penurunan

trombosit yang disertai gejala


klinis..

Memantau nilai Hb, Ht, trombosit - Anjurkan kepada klien untuk


dan faktor pembekuan.

segera

melapor

bila

ada

perdarahan
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan laporkan ke DPJP
- Lakukan

discharge

planning

jika diindikasikan boleh pulang

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

65
3.5 Implementasi dan Evaluasi

Tgl : 23 / 05 / 2013 (Hari ke-8 perawatan)


Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Risiko terjadi perdarahan Mandiri :

S:

berhubungan

- Klien mengatakan tidak ada

dengan 1. Memantau nilai trombosit

trombositopenia.

2. Tetap menganjurkan untuk banyak


minum

DS :

mengalami perdarahan
gusi

- Hb : 15.3

kepada
mengenai

klien

dan

perawatan

keluarga - Hb :15.3
klien

di - Perdarahan tidak ada

rumah

DO :

ribu/mm3

O:

3. Memberikan pendidikan kesehatan - Trombosit : 579 ribu/mm3

- Klien mengatakan tidak

- Trombosit

perdarahan

4. Memberikan
:

79

A:
informasi

kepada Masalah ; Perdarahan tidak terjadi

keluarga untuk segera kembali ke P :


pelayanan kesehatan jika keluhan - Laporkan kondisi terakhir klien
kembali muncul dan control rutin
sesuai program dari dokter

ke DPJP
- Lakukan

discharge

planning

jika diindikasikan boleh pulang

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

67

BAB 4
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan DBD dilakukan berdasarkan tahapan


asuhan

keperawatan

dimulai

dengan

pengkajian,

perumusan

diagnosa

keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.


Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara serta mencari data sekunder dari
catatan rekam

medis (status). Data yang terkumpul

kemudian diolah dan

dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat diprioritaskan. Selanjutnya


menyusun perencanaan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Implementasi
kemudian dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Setelah
intervensi dilakukan berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
4.1.

Pengkajian

Proses pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan sesuai
dengan standar format pengkajian secara umum dengan ditambah beberapa data
yang harus dikaji terkait proses terjadinya penyakit seperti kondisi lingkungan
rumah serta riwayat berpergian sebelum sakit.
1.

Identitas Klien
Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer rekam medis, diagnosa medis.
Pada pengkajian klien dengan DHF, data dasar yang menjadi informasi yang
penting terkait proses penyakit adalah informasi mengenai alamat rumah atau
tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat dapat mengetahui apakah
klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan kotor atau
daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD
kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan wilayah
perkotaan dan perubahan kepadatan dan distribusi penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Pada kasus di atas, keluarga mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di
area pemukiman yang cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah
Kelurahan Cipinang Pulogadung.
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

68

2.

Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah,
adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien datang ke
Rumah Sakit adalah karena demam tinggi. Demam tinggi yang dirasakan
terjadi secara mendadak dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain
demam, klien juga mengeluh nyeri pada area mata, mengeluh mual dan
sakit kepala. Keluhan tersebut merupakan keluhan umum yang terjadi
pada klien dengan DBD namun harus diperkuat lagi oleh data-data
tambahan atau pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji)
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual
dan badan terasa lemas. TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan
teraba panas, tampak meringis sakit kepala, klien tampak mual dan
menolak untuk makan. Keluhan tersebut masih dirasakan sampai hari ke7
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF
yang dialami klien saat ini yang pertama kali atau yang kedua kalinya
karena akan menentukan kepada jenis dari virus dengue.
Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous).
Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis
serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di dalam keluarga
ada yang menderita DHF untuk menentukan apakah DHF yang dialami
oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang atau lingkungan .
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

69

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh
terhadap penyebaran dari penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
3.

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi dari
yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada kasus di
atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik, klien masih
dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak dalam mondisi
syok.
b. Sistem Tubuh
1)

Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengalami
gangguan pernapasan, hal ini sesuai dengan konsep bahwa pada
penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan pada
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan penatalaksanaan
lebih lanjut.

2)

Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis
(-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif. Hal tersebut sesuai dengan
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.

3)

Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

70

4)

Perkemihan Eliminasi Urinaria (B4 : Bladder)


Klien mengatakan produksi urin masih banyak dan berwarna
kekunungan. Sesuai dengan derajat 2 DBD.

5)

Pencernaan Eliminasi Fekal (B5 : Bowel)


Klien mengeluh mual dan kadang-kadang muntah hal ini sesuai
dengan literature yang mengatakan bahwa klien dengan DHF akan
mengalami gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, nyeri tekan ulu hati dan konstipasi. Mukosa
mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat
pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit menelan, pembesaran limfe,
nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.

6)

Muskuloskeletal (B6 : Bone)


Pemeriksaan fisik klien dengan DHF derajat 1 dan 2 adalah Nyeri
pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah
tampak merah dapat disertai tanda kesakitan.

4. Pemeriksaan penunjang
Dalam menentukan dignostik DHF, selain dengan menggunakan gejala
klinis yang muncul juga harus didukung oleh data lain dari beberapa
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah yaitu pemeriksaan
darah rutin (DPL), pemeriksaan fungsi hepar (SGOT SGPT), pemeriksaan
fungsi ginjal (ureum kreatinin), pemeriksaan Dengue.
Pada pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian yang dilihat
berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb. Pada
kasus DBD, nilai trombosit biasanya turun sebagai akibat dari adanya
proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada klin Tn T dimana nilai
trombositnya dibawah normal yaitu 61 ribu/mm3. nilai hematokrit
mencerminkan nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah
semakin tinggi nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat
dari adanya kebocoran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler akibat
dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah
menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. T didapat nilai
hematokrit sebesar 39%. nilai tersebut masih dalam batas rentang normal
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

71

karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke


ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematokrit
yang meningkat.
Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40). hal ini tampak bahwa
Hepar sudah mengalami gangguan akibat proses penyakit yang terjadi.
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
proses penyakit sudah mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus
Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu ureum 19 (N : 20-40)
dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5). Pemeriksaan darah lain adalah pemeriksaan
NS dengue positif. pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya efusi pleura
bagi pasien DBD yang telah mengalami peningkatan permeabilitas kapiler.
namun pada kasus Tn. T efusi pleura tidak terjadi.
5. Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang digunakan
dan berlaku di rumah sakit, namun tetap mengacu kepada protocol standar
yang berlau secara nasional maupun internasional. pada kasus klien
diberikan cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan utama
pada kasus DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi demam,
antiemetic juga diberikan untuk mengatasi mual-mual. Diet makanan
diberikan diet lunak agar metabolism yang digunakan dalam proses
pencernaan tidak banyak terjadi.

4.2 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. merupakan masalah keperawatan
yang sering muncul pada pasien dengan DBD. namun dari sekian banyak masalah
keperawatan yang dapat muncul hanya beberapa masalah keperawatan saja yang
dapat diangkat dari kasus Tn. T.
masalah keperawatan diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang
merupakan gejala atau manifestasi klinis Tn. T dan juga didukung oleh data-data
dari pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang diangkat dalam kasus
Tn. T adalah :
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

72

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)


2. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ; kurang dari kebutuhan
3. Risiko perdarahan
4. Risiko Defisit volume cairan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah
keperawatan yang bersifat actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat
risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang muncul belum actual atau sudah
terjadi, namun risiko terjadinya hal tersebut ada.

4.3 Diagnosa Keperawatan


Tahap kedua dari asuhan keperawatan yaitu merumuskan diagnosa keperawatan.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa dan sintesa dari hasil pengkajian.
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang terkumpul, kemudian dirumuskan
diagnosa keperawatan. Dari masalah keperawatan kaus diatas maka disusunlah
diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat prioritas untuk pelaksanaan intervensi
yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Diagnosa diatas adalah diagnosa yang dibuat berdasarkan acuan dari diagnose
keperawatan bagi penderita DHF sesuai dengan literature atau buku sumber yang
ada namun tidak semua diagnosa pada literature diangkat karena disesuaikan
dengan kondisi klien saat ini.
4.4 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang sedang dialami
oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan
dilanjutkan dengan intervensi untuk masalah keperawatan yang bersifat risiko.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

73

Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
1. Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Mandiri :
-

Monitor suhu pasien.

Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).

Berikan kompres hangat

Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Kolaborasi :
-

Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

Berikan antipiretik.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan mual, muntah, anoreksia.
Mandiri :
-

Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien

Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

Kolaborasi :
-

Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.

3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas dinding plasma.
Mandiri :
-

Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda


vital.

Observasi tanda-tanda syok.

Anjurkan pasien untuk banyak minum.


Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

74

Catat intake dan output cairan.

Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran, tanda
perdarahan

Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang


meningkat, kurang istirahat.

Kaji kemampuan menelan klien.

Kolaborasi :
-

Berikan cairan intravena sesuai program dokter : NaCl 0,45%, RL


solution.

Koloid : dextran, plasma/albumin, Hespan/Fimahes.

4. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia


Mandiri :
- Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis.
- Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.
- Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut.
- Awasi tanda vital
- Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan
antiseptik untuk mulut.
- Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
- Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena.
Kolaborasi :
- Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor pembekuan.

4.5 Implementasi dan Evaluasi keperawatan


Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah ditegakkan
sebelumnya. dalam proses pelaksanaannya, tidak semua intervensi di dalam teori
dapat dilakukan sehubungan dengan keterbatasan yang ada di ruangan Melati
Atas. Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan keperawatan dan
selanjutnya dilakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

75

Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

75

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Terkait dengan konsep demam berdarah dengue (DBD), maka penulis


menyimpulkan;
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk pada hari kedua.
2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN 3,
merupakan serotie yang paling banyak.
3. Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti.
4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan,
hepatomegali dan syok.
5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua
kriteria klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untuk
menegakkan diagnosis demam berdarah dengue.
6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengobati
gejala penyerta dan suportif yaitu mengganti cairan yang hilang.
Asuhan keperawatan pada pasien DBD dilakukan secara menyeluruh meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi.
Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui wawancara. Berdasarkan
hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang akhirnya dapat
memunculkan masalah keperawatan yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses penyakit (viremia), gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. risiko kurang
volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma, risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Dari
masalah keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana intervensi untuk
menyelesaikan

masalah

kesehatan

tersebut.

Rencana

intervensi

disusun

berdasarkan masalah yang ditetapkan dan mengacu pada teori-teori terkait yang
kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan. Implementasi tindakan tidak

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

76

sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.

5.1 SARAN
1.

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus


dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat
atau derajat penyakitnya. Keputusan dan tindakan yang tepat dalam
menangani masalah yang timbul dapat menyelamatkan klien dari kematian.
Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan
yang baik dalam penanganan pasien dengan DBD.

2.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas


kesehatan harus memahami konsep dari terjadinya penyakit sehingga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dan efektif.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Bresler.( 2000). Kedokteran Darurat. EGC. Jakarta


Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Suhendro, dkk .(2006) Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua.
Penerbit FKUI. Jakarta.
World Health Organization (WHO),2009. New Guidelines for Diagnosis, Treatment,
Prevention and Control. New Edition,
Mansjoer Arif, dkk 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Edisi III, Media Aeculopius,
Jakarta.
Behrman, Kliegman, Arvin. (2000). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. ( 2008). Handbook of Pathophysiology. 3rd edition. Lippincott
William and Walkin.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. (1990). Petunjuk Diagnosa dan penatalaksanaan Penderita Demam
berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Handayani, W dan Haribowo.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Irianto, Kus.( 2004). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung : Yrama Widya.
Sutedjo, AY. (2008). Buku Saku Mengenal Penyakit melalui Hasil Laboratorium.
Yogyakarta : Amara Books.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. EGC : Jakarta.
Price, Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit. Ed.
6.Jakarta ;EGC
Sherwood, Lauralee.(2001). Fisiologi manusia.Ed. 2. Jakarta ; EGC

Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai