PR Yudi Elyas
PR Yudi Elyas
UNIVERSITAS INDONESIA
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
: 4 Juli 2013
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
:
: Yudi Elyas, S.Kep
: 1006823620
: Ilmu Keperawatan
: Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan
Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan:
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati
Atas RSUP Persahabatan
DEWAN PENGUJI
: 196805111993032002
Penguji
NIP
: 196303111983032002
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
: 4 Juli 2013
ii
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir
ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas
akhir dalam mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai
penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Keperawatan;
2. Ibu Efi Afifah, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing karya ilmiah akhir ners
yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan arahan serta masukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini
3. Bpk. I Made Kariasa S.Kp, M.Kep, Sp KMB selaku dosen pembimbing
pemintana keperawatan medikal bedah yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pikiran dan arahan serta masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini;
4. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia yang telah berkontribusi memberikan materi selama perkuliahan dan
praktikum berlangsung.
5. Teman sepembimbing dan seperjuangan dan kelompok KKMP peminatan KMB
di Rumah sakit persahabatan khususnya di Ruang melati Atas yang senantiasa
bersama selama proses bimbingan karya ilmiah akhir ners, saling memberikan
dukungan dan bertukar informasi selama penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NPM
: 1006823620
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal
: 4 Juli 2013
Yang menyatakan,
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit masyarakat di perkotaan.
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Manifestasi klinis infeksi virus
dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue,
demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh
empat manifestasi klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi. Karya ilmiah ini merupakan laporan ilmiah
mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan masyarakat perkotaan ;
DBD. Implementasi dilakukan pada Klien yang dirawat selama 8 hari di ruang rawat penyakit
dalam Melati Atas RSUP Persahabatan. Jumlah masalah keperawatan yang diangkat adalah
peningkatan suhu tubuh, risiko defisit volume cairan, risiko perdarahan dan risiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah keperawatan tersebut teratasi sampai hari ke-8
perawatan.
Kata kunci: Wilayah Endemik DBD, Vektor, Pejamu, Lingkungan.
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN .
iii
KATA PENGANTAR...
iv
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI.
viii
BAB1 : PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang...
dan
Masalah
Kesehatan
di
masyarakat
Indonesia........
2.4 Konsep
Asuhan
Keperawatan
Demam
Berdarah
Dengue........................................................................................
23
36
36
36
39
40
41
46
BAB 4 : PEMBAHASAN.......
66
74
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh
Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan gejala penyakit DBD adalah :
meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh, nyeri, sesak nafas, batuk,
epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie, ekimosis, purpura,
perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan
tertentu. Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus
Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan
penyebarannya yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan penduduk.
Data dari Depkes RI tahun 2010 mencantumkan peningkatan jumlah kasus DBD,
pada tahun 2008 137.469 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009 dan
sekitar 140.000 kasus di Indonesia pada tahun 2010. Peningkatan dan penyebaran
kasus DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang
tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan
dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang masih
memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Universitas Indonesia
Jakarta merupakan kota ke-dua setelah Bali yang menyumbang angka kejadian
DBD tertinggi di Indonesia. Intensitas hujan serta cuaca yang tak menentu di
wilayah DKI Jakarta, menyebabkan tingginya angka potensi gangguan kesehatan
bagi masyarakat, terutama penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD). Kepala
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Safarudin mengungkapkan, hingga
pertengahan Februari 2013, telah mendapat laporan dari rumah sakit bahwa
terdapat 433 pasien DBD di Jakarta Timur. Dua pasien di antaranya diketahui
meninggal dunia. Jumlah tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari periode yang
sama pada tahun 2012 lalu, yakni sebanyak 355 pasien. (Compas.com,
26 Februari 2013). Berdasarkan incidence rate secara nasional, Provinsi DKI
Jakarta berada di peringkat kedua setelah Provinsi Bali. Incidence rate DBD di
DKI Jakarta sebesar 202,4 per 100.000 penduduk atau jauh dari target, yakni
kurang dari 150 per 100.000 penduduk. Namun, dilihat dari jumlah kasus, DKI
Jakarta lebih tinggi. Pada tahun 2010, jumlah kasus di DKI Jakarta mencapai
18.006 dan kasus ditemukan hampir di seluruh wilayah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD yaitu perkembangan
wilayah perkotaan, peningkatan mobilitas, kepadatan penduduk, perubahan iklim,
kurangnya peran serta masyarakat, dan termasuk lemahnya upaya program
pengendalian DBD, sehingga upaya program pengendalian DBD perlu lebih
mendapat perhatian terutama pada tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Peran serta masyarakat dalam upaya
penanggulangan DBD menjadi fakor penting dalam penularan DBD. Peran serta
masyarakat dapat meningkatkan peran dan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya pemberantasan DBD salah satunya dengan pengendalian
vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992,
bahwa kegiatan PSN dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan pesan
inti 3M Plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur pada
keberadaan vektor yaitu dengan mengukur Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila
Universitas Indonesia
ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Kegiatan mengukur keberadaan
vektor dilakukan oleh peran serta masyarakat yang telah dikoordinir oleh RT/RW
dan tenaga kesehatan yang telah dilantik menjadi kader.
Penatalaksanaan DBD membutuhkan penanganan yang tepat dalam rangka
mengatasi penyebaran DBD. Asuhan keperawatan yang dilakukan tidak hanya
berfokus kepada masalah saat klien sakit dan dirawat namun juga melihat aspek
lingkungan dan pola kebiasaan di rumah seperti kebersihan lingkungan, tempattempat yang menyebabkan genangan air serta kebiasaan menggantungkan baju
sembarangan. Asuhan keperawatan diawali dengan cara sistematis dan
berkesinambungan untuk memperoleh data dasar yang akurat. Hasil pengkajian
yang dilakukan diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan
kesembuhan bagi klien dengan DBD. Setelah pengkajian maka ditegakkan
diagosa keperawatan lalu menyusun
Universitas Indonesia
3. Metode Penulisan
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penulisan deskritif melalui
pendekatan studi kepustakaan atau literatur dengan mencari sumber sumber
data dan melakukan pengkajian dari berbagai referensi mengenai Demam
Berdarah Dengue.
4. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB :
BAB I
Pendahuluan
BAB II
Tinjauan Pustaka
BAB III
Tinjauan Kasus
BAB IV
Penutup / Kesimpulan
Daftar Pustaka
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Iklim di indonesia ditentukan oleh letak geografisnya yang diapit oleh benua
eurasian di sebelah utara dan benua Australia di sebelah Selatan. Selain itu
dibatasi juga oleh samudra Pasifik di sebelah timur dan samudera Hindia di
sebelah Barat, sehingga sangat berperan pentig dalam variabilitas dari iklim di
Indonesia.
Iklim dan cuaca juga memiliki peranan yang penting baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap penyebaran, pemencaran dan perilaku serangga.
Salah satu dari serangga adalah Aedes Agepty. Sehingga iklim dan cuaca
berpengaruh terhadap penyebaran / distribusi penyakit DBD.
Universitas Indonesia
2.3.1 Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian,
hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
2.3.2 Penyebab
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavavirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.
Universitas Indonesia
10
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotip ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotip
terbanyak.
2.3.3 Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Infeksi virus dengue
Asimptomatik
Differentiated
Fever
Simptomatik
Dengue Fever
Syndrome
Without haemorrahage
Dengue Fever
DSS
DHF
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau
sindrom syok dengue. Demam berdarah dengue ditandai oleh empat manifestasi
klinik mayor yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan (terutama kulit),
hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi (World Health Organisation, 1997).
Yang membedakan DBD dengan demam dengue (DD) adalah, pada DBD
ditemukan
permeabilitas
pembuluh
darah
yang
tinggi,
hipovolemia,
11
Perdarahan mukosa
Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar usia dan jenis kelamin
12
sirkumoral, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi rendah, hipotensi, serta penurunan
status mental. Pada keadaan ini curah jantung menurun dan menyebabkan iskemia
jaringan, sehingga menimbulkan hipoksia jaringan bersangkutan.
Metabolisme anaerob yang terjadi selanjutnya, mengakibatkan akumulasi asam
laktat dan berujung pada keadaan asidosis metabolik. Asidosis yang tidak segera
mendapat koreksi akan segera memicu terjadinya pembekuan intravaskuler
menyeluruh (PIM) atau DIC (Robbins dan Kumar, 1995).
2.3.4 Klasifikasi DBD menurut WHO
DD/
DBD
Derajat
DD
Gejala
Laboratorium
Serologi
dengue
retro
positif
orbital,
mialgia, ditemukan
artralgia.
DBD
kebocoran
plasma
(<100.000/ul),
Serologi
bukti
dengue
positif
Trombositopenia
DBD
II
Gejala
diatas
ditambah (<100.000/ul),
perdarahan spontan
bukti
DBD
III
Gejala
diatas
ditambah (<100.000/ul),
lembab
dengue
positif
bukti
Serologi
serta Trombositopenia
Serologi
dengue
positif
gelisah)
DBD
IV
bukti Serologi
dengue
tidak terukur
positif
Universitas Indonesia
13
2.3.5
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek
imun Antibodi virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat
(3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2
di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga
hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock
dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup
dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi sistem
komplemen
sehingga
dikeluarkan
zat
anafilaktosin
yang
menyebabkan
Universitas Indonesia
14
Perubahan patofisiologi pada DBD yang sudah diketahui antara lain perubahan
pada vaskuler, trombosit, koagulasi dan imunologi. Pada perubahan vaskuler
terjadi kerapuhan pembuluh darah dan kenaikan permeabilitas kapiler. Trombosit
pada fase awal penyakit akan terjadi gangguan fungsi, kemudian menyusul
trombositopenia, gangguan agregasi, penurunan betathromboglobulin, kenaikan
PF4 dan umurnya memendek.
Koagulopati yang terjadi berupa penurunan sejumlah faktor koagulasi, dan terjadi
pula koagulasi intravaskuler. Perubahan imunologi seluler dan humoral antara lain
munculnya leukopenia, aneosinofilia, limfosit plasma biru, penurunan limfosit T
dan kenaikan limfosit-B, peningkatan imunoglobulin dan komplek imun. Saat ini
terdapat banyak teori patogenesis DHF yang menunjukkan belum jelas
patogenesis yang sesungguhnya. Patogenesis tersebut antara lain infeksi sekunder
yang berturutan dengan tipe virus yang lain, yang ada hubungannya dengan ADE,
IgM dan makrofag, teori virulensi virus, teori trombosit-endotel, dan teori
mediator.
Vaskulopati ditandai dengan terjadinya kerapuhan pembuluh darah dan
peninggian permeabilitas kapiler. Kerapuhan pembuluh darah dibuktikan dengan
uji tourniquet atau Rumpel Leede atau uji Hess. Uji ini mungkin positif meskipun
waktu perdarahan normal. Permeabilitas kapiler yang meningkat menyebabkan
protein plasma dan cairan dari intravaskuler bocor ke ektravaskuler. Hal tersebut
terbukti dengan timbulnya hemokonsentrasi, efusi pleura, ascites, edema,
hipoproteinemia terutama hipoalbuminemia.
Biopsi pada bercak merah di kulit menunjukkan adanya edema perivaskuler pada
mikrovaskulatur terminal di daerah papila kulit, dengan infiltrasi limfosit dan
monosit. Di daerah ini dapat ditemukan antigen dengue, deposit kompolemen,
imunoglobulin dan fibrinogen. Pada fase awal timbul vaskulopati dan disfungsi
trombosit, selanjutnya muncul trombositopenia. Fungsi trombosit yang terganggu
berupa penurunan agregasi, kenaikan platelet faetor 4 (PF4) dan penurunan
betathromboglobulin (BTG) disertai memendeknya umur trombosit.
Agregasi trombosit dihambat oleh adanya kompleks imun yang terdiri atas antigen
virus dengue dengan antiodi anti dengue di dalam plasma atau dihambat oleh
Universitas Indonesia
15
16
adalah IgM spesifik terhadap dengue. IgM yang bersifat netralisasi dapat
berikatan dan menetralisasi infeksi sekunder sehingga mencegah timbulnya sakit
yang berat. Bila IgM tidak cukup, maks timbul peningkatan IgG yang akan
menghasilkan dengue bentuk yang berat.
Perubahan patofisiologi mayor yang ditemukan pada kasus-kasus di atas berkisar
pada pertama, peningkatan permeabilitas vaskuler
perembesan plasma,
yang mengakibatkan
Kedua,
Arbovirus
(dibawa oleh nyamuk aedes agegypti)
Hipertermi
Kebutuhan
Oksigen
Agregasi trombosit
Kerusakan endotel
Pembuluh darah
Kebocoran plasma ke
ekstravaskular
Trombositopenia
Paru : Efusi pleura
Hepar :Hepatomegali
Perdarahan
Abdomen : Asites
DIC
Syok Hipovolemia
Haemokonsentrasi
Universitas Indonesia
17
Meninggal
ANOKSIA
2009, dikatakan
bahwa DBD memiliki beberapa fase yaitu fase
febris dapat berlangsung sekitar 2-7 hari disertai dengan gejala lainnya, Fase
Kritis dan fase pemulihan, Seperti yang terlihat dalam gambar dibawah ini :
1. Fase demam
Pasien biasanya mengalami demam tinggi yang tiba-tiba. Fase demam akut
biasanya berlangsung 2-7 hari dan sering disertai dengan kemerahan pada wajah,
eritema kulit, sakit badan, mialgia, arthralgia dan sakit kepala. Beberapa pasien
mungkin memiliki sakit tenggorokan faring, noreksia, mual dan muntah. Hal
tersebut bisa sulit untuk membedakan secara klinis dari demam berdarah nondengue penyakit pada fase awal demam. Tes tourniquet positif dalam fase ini
meningkatkan probabilitas dengue. Selain itu, fitur klinis tidak dapat dibedakan
antara kasus demam berdarah parah dan tidak parah. Oleh karena itu pemantauan
untuk peringatan tanda-tanda dan parameter klinis lainnya adalah penting untuk
mengenali perkembangan ke fase kritis. Mild manifestasi perdarahan seperti
membran petechiae dan perdarahan mukosa (mis. hidung dan gusi). Massive
pendarahan vagina (pada wanita usia subur) dan perdarahan gastrointestinal dapat
Universitas Indonesia
18
terjadi selama tahap ini tetapi tidak umum terjadi. Hepar sering membesar setelah
beberapa hari demam. Kelainan paling awal dalam jumlah darah lengkap adalah
penurunan progresif dalam sel putih yang harus waspada dokter untuk
kemungkinan demam berdarah tinggi.
2. Fase Kritis
Terjadi pada saat penurunan suhu badan sampai normal. Saat suhu turun menjadi
37,5-38 C atau kurang dan tetap di bawah tingkat ini, biasanya pada hari 3-7
penyakit terjadi peningkatan kapiler permeabilitas secara paralel dengan tingkat
hematokrit meningkat yang menandai awal fase kritis. Periode kebocoran plasma
klinis signifikan biasanya berlangsung 24-48 jam. leukopenia Progresif diikuti
dengan penurunan cepat dalam jumlah trombosit biasanya mendahului kebocoran
plasma.
Pada titik pasien tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik,
sementara dengan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menjadi lebih buruk
sebagai Hasil volume plasma yang hilang. Tingkat kebocoran plasma bervariasi.
Efusi pleura dan asites mungkin secara klinis terdeteksi tergantung pada derajat
kebocoran plasma dan volume terapi cairan. Oleh karena itu dada x-ray dan USG
perut bisa bermanfaat alat untuk diagnosis. Tingkat kenaikan atas dasar
hematokrit sering mencerminkan tingkat keparahan kebocoran plasma.
Shock terjadi ketika volume kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini sering
didahului oleh tanda-tanda awal. Suhu tubuh dapat di bawah normal saat shock
terjadi. Dengan shock yang berkepanjangan, hasil organ konsekuensi hipoperfusi
di progresif organ penurunan, asidosis metabolik dan koagulasi intravascular
disebarluaskan. Ini pada gilirannya menyebabkan perdarahan parah menyebabkan
hematokrit turun dan menjadi shock berat. Leukopenia biasanya terlihat selama
fase demam berdarah, total jumlah sel darah putih dapat meningkat pada pasien
dengan pendarahan hebat.
3.
Fase Pemulihan
Jika pasien bertahan pada fase kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
kompartemen cairan ekstravaskuler terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Pada
umumnya pasien kembali mempunyai nafsu makan, gejala gastrointestinal
mereda,status hemodinamik stabil dan diuresis terjadi kemudian. Beberapa pasien
Universitas Indonesia
19
mungkin memiliki ruam dari "pulau-pulau putih di laut merah. Beberapa mungkin
mengalami pruritus umum. Bradikardi dan perubahan elektrokardiografi biasa
terjadi selama tahap ini.
Hematokrit yang stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran yang
diserap cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik segera setelah
penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan jumlah trombosit
biasanya lebih dari itu dari jumlah sel darah putih. Distress pernapasan dari efusi
pleura masif dan ascites akan terjadi pada setiap saat jika cairan intravena yang
berlebihan telah diberikan. Selama kritis dan / atau pemulihan fase, terapi cairan
yang berlebihan berhubungan dengan edema paru atau kongestif gagal jantung.
Leukosit : dapat normal atau turun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru >15%
dari jumlah total leukosit yang ada pada fase syok akan meningkat.
Universitas Indonesia
20
Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfuse darah atau
komponen darah
2) Radiologi
Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura ditemui di kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral.
Protokol 1
Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk
dirawat.
Protokol 2
Pasien dengan tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa
syok maka diruang rawat diberika cairan infuse kristaloid dengan rumus :
1500+ (20x(BB dalam Kg-20))
Universitas Indonesia
21
Protokol 3
Protokol 4
Protokol 5
Universitas Indonesia
22
Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB dan dievalusi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan teratasi, jumlah cairan dikurangi menjadi
7ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi, maka
pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pilihan, tetapi bila nilai hematokrit turun, berarti terjadi perdarahan internal maka
penderita diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.
mencakup
semua
perubahan
yang
dapat
mencegah
atau
b. Manipulasi lingkungan
c. Perlindungan Diri
Pakaian pelindung
Penolak serangga
Universitas Indonesia
23
d. Pengendalian Biologis
Siklopoids/sejenis udang-udangan
e. Pengendalian Kimiawi
Pengasapan wilayah
2.4
Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil
pengkajian. Setelah pengkajian maka ditegakkan diagosa keperawatan lalu
menyusun
Keluhan Utama
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 7 hari,
terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering,
epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
3.
24
C. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
Sistem Tubuh
2.1. Pernapasan
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan
pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan
oksigen.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan
pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas
tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal
dan cepat disertai penurunan kesadaran.
2.2. Kardiovaskuler
Anamnesa : Pada derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi
2 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah;
derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami
penurunan kesadaran, gelisah dan kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satusatunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,
ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada
Universitas Indonesia
25
26
D. Data Penunjang
Ig G dengue positif.
Hasil
pemeriksaan
kimia
darah
menunjukkan
hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia.
4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemia.
6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
7. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pemasangan infus).
9. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren: trombositopenia,
trauma.
10. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan,
ancaman kematian.
Universitas Indonesia
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
Pasien akan :
1.
2.
Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien.
2.
3.
4.
1.
2.
Rasional
28
2.
3.
Intervensi :
1.
2.
3.
1.
Intervensi
Mandiri :
Kaji tingkat nyeri yang dialami
pasien
Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan yang
tenang.
Berikan tindakan kenyamanan
seperti perubahan posisi dan
dorong
penggunaan
tehnik
relaksasi,
seperti
imajinasi,
visualisasi, latihan nafas dalam.
Kolaborasi :
Berikan obat-obat analgetik
DX 3. Ketidakseimbangan
nutrisi
Rasional
1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami pasien.
2. Posisi nyaman dan lingkungan
tenang mengurangi rasa nyeri.
3. Menurunkan
tegangan
otot,
meningkatkan
istirahat
dan
relaksasi, memusatkan perhatian,
dapat meningkatkan kontrol dan
kemampuan koping.
1. Analgetik dapat menekan atau
mengurangi nyeri pasien.
:
Kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Rasional
Untuk
menetapkan
cara
Universitas Indonesia
29
mengatasinya.
mudah 2.
2.
pemenuhan
Mempertahankan
keseimbangan
cairan
dibuktikan
oleh
kelembapan
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara individual
haluaran urine adekuat, capilary refill cepat.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, 1. Menetapkan data dasar pasien
pucat, takikardi) serta tanda-tanda
untuk mengetahui penyimpangan
vital.
dari keadaan normal.
2. Observasi tanda-tanda syok.
2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan untuk menangani shock.
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum.
untuk menambah volume cairan
tubuh.
4. Catat intake dan output cairan.
4. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
5. Palpasi nadi perifer, capilary refill, 5. kondisi yang berkontribusi dalam
Universitas Indonesia
30
31
Pasien akan :
1. Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital
stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, AGD dalam batas normal, kesadaran
normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Pantau tanda-tanda vital; palpasi 1. Merupakan indikator dari volume
denyut nadi perifer; catat suhu/
sirkulasi dan fungsi organ/ perfusi
warna kulit dan pengisian kapiler;
jaringan yang adekuat.
evaluasi waktu dan pengeluaran
urine.
2. Kaji adanya perubahan tingkat 2. Perubahan dapat menunjukkan
kesadaran , keluhan pusing atau
ketidakadekuatan perfusi serebral.
sakit kepala.
3. Auskultasi
nadi
apikal.Awasi 3. Perubahan disritmia dan iskemia
irama jantung dengan EKG.
dapat terjadi sebagai akibat
hipotenSi,
hipoksia,
asidosis,
ketidakseimbangan elektrolit.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan sesuai 1. Mengatasi hipoksemia dan asidosis
indikasi.
selama perdarahan.
2. Pemeriksaan AGD/ awasi nadi 2. Mengidentifikasi
hipoksemia,
oksimetri.
keefektifan/
kebutuhan
untuk
terapi.
3. Berikan cairan IV sesuai indikasi/ 3. Mempertahankan volume sirkulasi
produk darah sesuai kebutuhan.
dan perfusi jaringan.
2.
3.
Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Kaji keluhan pasien.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi masalahmasalah pasien.
Universitas Indonesia
32
Menunjukkan membran mukosa / kulit lembab, tanda vital stabil, haluaran urin
adekuat, nadi perifer normal.
Intervensi :
Intervensi
Mandiri :
1. Monitor keadaan umum pasien.
2.
3.
4.
5.
Rasional
33
34
Intervensi:
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Monitor tanda penurunan trombosit 1. Penurunan trombosit merupakan
yang disertai gejala klinis.
tanda kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak 2. Aktivitas pasien yang tidak
istirahat/bedrest.
terkontrol dapat menyebabkan
resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera 3. Membantu pasien mendapatkan
melapor bila ada tanda perdarahan
penanganan sedini mungkin.
lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital
4. Peningkatan
nadi
dengan
penurunan TD dapat menunjukan
kehilangan volume darah sirkulasi.
5. Anjurkan
meminimalisasi 5. Pada gangguan faktor pembekuan,
penggunaan sikat gigi, dorong
trauma
minimal
dapat
penggunaan
antiseptik
untuk
menyebabkan perdarahan mukosa.
mulut.
6. Gunakan jarum kecil untuk injeksi 6. Menurunkan resiko perdarahan /
atau pengambilan sampel darah.
hematoma.
7. Observasi
adanya
ptekie, 7. DIC subakut dapat terjadi sekunder
epistaksis,
perdarahan
gusi,
terhadap
gangguan
faktor
melena.
pembekuan.
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan faktor 1. Indikator adanya perdarahan aktif,
pembekuan.
hemokonsentrasi, atau terjadinya
komplikasi ( DIC ).
2. Berikan obat sesuai indikasi : vit 2. Meningkatkan sintesis protrombin
K, D,dan C.
dan koagulasi. Kekurangan vit C
meningkatkan
kerentanan
terjadinya iritasi / perdarahan.
DX.10. Ansietas berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan
perdarahan
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
-
tampak rileks.
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Universitas Indonesia
35
Mandiri :
1. Kaji rasa cemas yang dialami 1. Menetapkan tingkat kecemasan
pasien.
yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya 2. Pasien bersifat terbuka dengan
dengan pasien.
perawat.
3. Tunjukkan sifat empati.
3. Sikap empati akan membuat pasien
merasa diperhatikan dengan baik.
4. Beri kesempatan pada pasien untuk 4. Meringankan beban pikiran pasien.
mengungkapkan perasaannya.
5. Gunakan komunikasi terapeutik.
5. Agar
segala
sesuatu
yang
disampaikan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif.
6. Berikan informasi tentang proses 6. Mengetahui apa yang diharapkan
penyakit dan antisipasi tindakan.
dapat menurunkan ansietas.
7. Jadwalkan istirahat dan tidur 7. Membatasi kelemahan, menghemat
adekuat .
energi,
dan
meningkatkan
kemampuan koping.
DX 11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria evaluasi :
Pasien akan :
-
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Jelaskan pentingnya pembatasan 1. Memberikan informasi pada pasien
aktifitas selama periode penurunan
untuk merencanakan rutinitas /
trombosit
aktifitas
tanpa
menimbulkan
masalah.
2. Jelaskan gejala yang memerlukan 2. Upaya
intervensi
untuk
intervensi medik seperti akral/
menurunkan resiko komplikasi
tangan
dingin,
epistaksis,
serius seperti perdarahan, tanda
perdarahan gusi,melena, sesak.
syok.
3. Dorong aktifitas sesuai toleransi 3. Mencegah
kelemahan,
dapat
dengan periode istirahat periodik.
meningkatkan penyembuhan dan
perasaan sehat, dan mempermudah
kembali ke aktifitas normal.
4. Diskusikan
penghindaran 4. Menurunkan resiko perdarahan
penggunaan
sikat
gigi,
sehubungan dengan trauma dan
menggunakan sikat gigi halus/ obat
perubahan koagulasi.
kumur, membersihkan kotoran
hidung dengan keras.
Universitas Indonesia
36
5. Anjurkan
klien
menghindari 5. Menurunkan rangsangan pada
makanan / minuman karbonat,
asam lambung dan menceegah
pedas dan asam.
iritasi
6. Diskusikan perawatan, pengobatan, 6. Memberikan dasar pengetahuan
proses penyakit dan prognosis.
dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
7. Dorong
pertanyaan,
ekspresi 7. Komunikasi efektif dan dukungan
masalah.
turunkan cemas dan tingkatkan
penyembuhan.
Universitas Indonesia
36
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI RUANG MELATI ATAS RS. PERSAHABATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
1. Inisial klien
Tn. T
2. Usia
17 Tahun
3. Jenis kelamin
Laki-laki
4. Tgl lahir
15-01-1996
5. No. RM
1400429
6. Tanggal masuk
16/05/2013
7. Tanggal pengkajian :
17/05/2013
8. Alamat
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dan tidak pernah dirawat di Rumah
Sakit.
D. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh demam sejak 2 SMRS. Demam dirasakan dating tiba2 dan tinggi, klien
mengeluh nyeri orbita, myalgia, mengeluh mual dan sakit kepala, tidak ada mimisan dan
gusi berdarah. Pemeriksaan Lab : DPL Hb : 12.4, Ht: 39, Leuko : 4100, Tromb:125000 rb.
E. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama saat ini dengan klien
F. Riwayat kesehatan lingkungan
Klien mengatakan saat ini tinggal di lingkungan yang padat namun bersih. Beberapa
minggu sebelumnya klien melakukan perjalanan keluar kota bersama teman-temannya dan
menginap selama 2 hari. Klien mengatakan selama menginap banyak nyamuk.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
37
G. Anamnesis klien saat dikaji tgl. 17 /05/2013
Data subjektif :
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa
lemas.
Data Objektif :
TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit kepala,
klien tampak mual dan menolak untuk makan. Terpasang IUFD RL 500 cc/6jam
H. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan / Respirasi :
Frekuensi nafas 28 x/mnt, pergerakan dada simetris, nafas cuping hidung tidak ada,
batuk tidak ada, suara paru vesikuler, ronchi dan Crakles tidak ada.
2. Sistem Kardiovaskuler
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3
detik, Uji tourniquet positif.
3. Sistem Persyarafan / neurologi
Kesadaran baik, Compos mentis, tidak tampak gelisah
4.
Sistem perkemihan
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari, warna urine jernih.
5.
6.
Sistem integument
Tampak kemerahan pada kulit, kulit teraba panas, tampak bintik merah di kulit lengan
dan kaki.
Hasil
Nilai normal
DPL
Hemoglobin : 14.6
13,00-16,00 gr/dl
Hematokrit : 39
40-48%
Leukosit : 2.23
5000-10.000/mm3
Trombosit : 61 rb
150.-400.rb/mm3
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
38
Elektrolit
Natrium : 128
135-145
Kalium : 3.1
3.5-4.5
Cl = 99
98-109
SGOT = 86
0-37
SGPT = 46
0-40
Ureum
19
20-40
Kreatinin
0.8-1.5
NS 1 Dengue
Positif
APTT
(-)
(-)
Albumin
(-)
(-)
Rontgen
Fungsi Hepar
PT
8. Pengobatan
- RL 500 cc/8 jam
- Fimahes / 24 jam
- Transfusi TC 10 ui
- Diet lunak 1700 kkal
- Paracetamol 3 x 500 mg
- OMZ 2 X 10 mg
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
39
3.2
ANALISA DATA
NO
1
DATA
MASALAH KEPERAWATAN
DS:
DO:
-
Suhu 38 C
DS :
-
DO :
- Selaput mukosa kering
- Nyeri tekan pada epigastrik
- Porsi makan tidak habis
3
DS :
- Klien
Risiko perdarahan
mengatakan
tidak
DS :
mengatakan
badan
berkeringat terus
- Klien
mengatakan
BAK
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
40
lancar kurang lebih 200 cc
setiap kali BAK.
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
2.
3.
4.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
41
3.4
No
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
normal
2. Nadi dan RR dalam rentang
normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Monitor suhu pasien.
Kolaborasi :
1. Berikan terapi cairan intravena 1. Pemberian cairan sangat penting
dan obat-obatan sesuai program
bagi pasien dengan suhu tinggi.
dokter
2. Berikan antipiretik.
2. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
42
2
Gangguan
Mandiri :
1. Kaji
keluhan
mual,
sakit 1. Untuk
menetapkan
cara
menelan, dan muntah yang
mengatasinya.
dialami pasien
2. Berikan makanan yang mudah 2. Membantu mengurangi kelelahan
ditelan seperti bubur.
pasien dan meningkatkan asupan
makanan .
3. Berikan makanan dalam porsi 3. Untuk menghindari mual.
kecil dan frekuensi sering.
4. Catat jumlah / porsi makanan 4. Untuk mengetahui pemenuhan
yang dihabiskan oleh pasien
kebutuhan nutrisi.
setiap hari.
Kolaborasi :
1. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program dokter.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
43
3
tubuh
dengan
peningkatan
permeabilitas
plasma.
dinding
Mandiri :
1. Kaji keadaan umum pasien 1. Menetapkan data dasar pasien
1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
(lemah, pucat, takikardi) serta
untuk
mengetahui
tanda-tanda vital.
penyimpangan dari keadaan
dalam batas normal
normal.
2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
2. Observasi tanda-tanda syok.
2. Agar dapat segera dilakukan
tindakan
untuk
menangani
Elastisitas turgor kulit baik,
shock.
membran mukosa lembab, tidak
3. Anjurkan pasien untuk banyak 3. Asupan cairan sangat diperlukan
minum.
untuk menambah volume cairan
ada rasa haus yang berlebihan
tubuh.
3. Haluaran urine adekuat, capilary
4. Catat intake dan output cairan.
4. Untuk
mengetahui
keseimbangan cairan.
refill time < 3dtk.
5. Palpasi nadi perifer, capilary 5. Kondisi yang berkontribusi
refill, temperatur kulit, kaji
dalam
kekurangan
cairan
kesadaran, tanda perdarahan
ekstraselular
yang
dapat
menyebabkan
kolaps
pada
sirkulasi/ syok.
6. Monitor adanya nyeri dada tiba- 6. Hemokonsentrasi
dan
tiba,
dispnea,
sianosis,
peningkatan platelet agregrasi
kecemasan yang meningkat,
dapat
mengakibatkan
kurang istirahat.
pembentukan emboli sistemik.
7. Kaji kemampuan menelan klien. 7. Kegagalan refleks menelan,
anoreksia,
tidak
nyaman
dimulut, perubahan tingkat
kesadaran merupakan faktor
yang
mempengaruhi
kemampuan
klien
untuk
mengganti cairan oral.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
44
1. Hipotonik solution (RL/NaCl
Kolaborasi :
1. Berikan cairan intravena sesuai
0,45%)
digunakan
untuk
program dokter : NaCl 0,45%,
memenuhi kebutuhan elektrolit.
RL solution.
2. Koreksi
defisit
konsentrasi
2. Koloid
:
dextran,
protein plasma, meningkatkan
plasma/albumin,
tekanan osmotik intravaskular,
Hespan/Fimahes.
dan memfasilitasi kembalinya
cairan kedalam kompartemen
pembuluh darah.
4
dengan -
trombositopenia.
-
Mandiri :
1. Monitor
tanda
penurunan
Mempertahankan
homeostasis
trombosit yang disertai gejala
klinis.
dengan tanpa perdarahan.
2. Anjurkan pasien untuk banyak
Menunjukan perilaku penurunan
istirahat/bedrest.
resiko perdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera
melapor
bila
ada
tanda
perdarahan lebih lanjut.
4. Awasi tanda vital
5. Anjurkan
meminimalisasi
penggunaan sikat gigi, dorong
penggunaan antiseptik untuk
mulut.
6. Gunakan jarum kecil untuk
injeksi atau pengambilan sampel
darah
7. Observasi
adanya
ptekie,
subakut
dapat
terjadi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
45
epistaksis,
melena.
perdarahan
gusi,
sekunder terhadap
faktor pembekuan.
gangguan
Kolaborasi :
1. Awasi Hb, Ht, trombosit dan 1. Indikator adanya perdarahan
faktor pembekuan.
aktif, hemokonsentrasi, atau
terjadinya komplikasi ( DIC ).
2. Meningkatkan
sintesis
protrombin
dan
koagulasi.
Kekurangan vit C meningkatkan
kerentanan terjadinya iritasi /
perdarahan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
46
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 17 / 05 / 2013 (Hari ke 2 perawatan)
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
S:
berhubungan
terasa panas
Klien
jam).
mengatakan
Kulit
DO:
-
kemerahan
dan
Suhu 38.3 C
A:
P:
berkeringat
- Pantau
Suhu 38 C
suhu
tubuh
pasien
Kolaborasi :
1. Memberikan
libatkan
keluarga
dalam
pemberian kompres
- Anjurkan terus untuk minum
yang banyak (2.5 liter/hari)
Gangguan
pemenuhan Mandiri :
kebutuhan
dengan
S:
keluhan
mual,
sakit -
DS :
-
mual
mengatakan
berkurang
Kien
4. Menimbang BB
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
47
-
Nyeri
ulu
hati Kolaborasi :
berkurang
O:
program Ranitidine 40 mg
lemas
DO :
- BB klien 45 kg
A:
- Nyeri
tekan
pada
epigastrik berkurang
- Porsi
makan
P:
tidak
1. Kaji
habis
keluhan
mual
yang
dialami pasien
2. Anjurkan makan dalam porsi
kecil dan frekuensi sering.
3. Catat jumlah / porsi makanan
yang dihabiskan oleh pasien
setiap hari.
4. Berikan obat-obatan antiemetik
sesuai program
5. Lakukan
penimbangan
BB
setiap hari
Risiko
kurang
volume Mandiri :
S:
cairan tubuh berhubungan 1. Memantau kondisi umum dan - Klien mengeluh haus terus
dengan
peningkatan
permeabilitas
tanda-tanda syok.
plasma.
banyak minum.
3. Mengkaji intake minum dan output
DS :
- Klien
cairan.
mengatakan
mengatakan
badan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.
jernih
O:
mengatakan
- Klien
- TD : 110 / 70 mmHg
- Suhu 38 C
- Tampak berkeringat
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
48
- Tampak berkeringat
- Mukosa kering
- Suhu 39 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
- Balance cairan ?
A:
Masalah tidak terjadi
P:
- Pantau
kondisi
umum
dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
S:
berhubungan
- Klien
dengan
trombositopenia.
1. Memantau TTV.
2. Memantau
trombosit
DS :
mengalami perdarahan
gusi
- Petechie (+)
disertai
tidak
gejala O :
- Trombosit : 48 ribu/mm3
DO :
ribu/mm3
yang
penurunan
- Trombosit
tanda
mengatakan
meminimalisasi A :
61
penggunaan
antiseptik
untuk P :
mulut.
- Pantau TTV
tanda
penurunan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
49
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
2. Memberikan obat sesuai indikasi
kpd
segera
melapor
klien
bila
untuk
ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
50
Implementasi
Evaluasi
S:
berhubungan
Klien
mengatakan
badan
Klien
jam).
mengatakan
Kulit
kemerahan
dan
berkeringat
-
DO:
-
A:
Masalah belum teratasi
Kolaborasi :
- Suhu 39 C
Suhu 38.3 C
2. Memberikan
- Pantau
antipiretik
suhu
tubuh
pasien
keluarga
dalam
pemberian kompres
- Anjurkan untuk minum banyak
(2.5 liter/hari)
Gangguan
pemenuhan Mandiri :
kebutuhan
DS :
Kien mengeluh masih
mual
-
yang -
dialami pasien
masih
mengatakan
masih kurang
4. Menimbang BB klien
Kien
mengeluh mual
S:
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
51
-
Nyeri
ulu
hati
berkurang
O:
Kolaborasi :
program Ranitidine 40 mg
lemas
tampak penuh
DO :
- BB 45.5 kg
A:
- Nyeri
tekan
pada
epigastrik berkurang
- Porsi
makan
P:
tidak
habis
Lakukan
penimbangan
BB
setiap hari
Risiko
kurang
volume Mandiri :
S:
cairan tubuh berhubungan 1. Mengkaji keadaan umum pasien - Klien mengeluh haus terus
dengan
permeabilitas
peningkatan
dinding 2. Menganjurkan
plasma.
pasien
- Klien
untuk
banyak minum.
3. Mencatat intake dan output cairan.
DS :
- Klien
mengatakan
berkeringat terus
- Klien mengatakan BAK lancar
kurang lebih 200-250 cc setiap
kali BAK.
mengatakan
haus
- Klien
badan
mengatakan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
52
BAK 3-4 kali
O:
Kolaborasi :
DO :
- Tampak berkeringat
- Suhu 39 C
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
kondisi
umum
dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
berhubungan
dengan 1. Memantau
trombositopenia.
S:
tanda
penurunan - Klien
DS :
- Klien mengatakan tidak
mengalami perdarahan
gusi
2. Menganjurkan
pasien
menggunakan
penggunaan
tidak
O:
banyak istirahat/bedrest.
4. Menganjurkan
mengatakan
meminimalisasi A :
sikat
gigi
antiseptik
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
53
mulut.
DO :
- Trombosit
ribu/mm3
- Petechie (+)
Kolaborasi :
:
P:
- Pantau
tanda
penurunan
kpd
segera
melapor
klien
bila
untuk
ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
54
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi
Evaluasi
S:
berhubungan
terasa panas
O:
Kolaborasi :
DS:
-
Klien
mengatakan
badan
tiba2
tidak
klien afebris
2. Memberikan
terapi
cairan -
berkeringat lagi
Kulit
tampak
P:
kemerahan
-
Tidak
tampak
- Pantau
berkeringat
-
Suhu 36.4 C
A:
DO:
-
tubuh
pasien
- Suhu 36.8 C
Gangguan
suhu
pemenuhan Mandiri :
S:
Kien
dari
dialami pasien
berkurang
masih kurang
kebutuhan
berhubungan
dengan 2.
Nyeri
porsi -
pasien
Kolaborasi :
1.
ulu
hati
Klien
mengatakan
mual
tidak
4. Menimbang BB klien
jumlah
Memantau
mengatakan
O:
berkurang
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
55
-
lemas
- BB klien 44 kg
DO :
A:
- Nyeri
P:
tekan
pada
epigastrik berkurang
- Porsi
makan
tidak
habis
penimbangan
BB
setiap hari
Risiko
kurang
volume Mandiri :
peningkatan
permeabilitas
dinding
plasma.
3. Mencatat
untuk
intake
haus
mengatakan
berkeringat terus
dan
output
Kolaborasi :
1. Memantau cairan intravena sesuai
badan
cairan.
mengatakan
- Klien
pasien
- Klien
banyak minum.
DS :
- Klien
S:
- TD 100/70 mmHg
- Tampak berkeringat
- Suhu 38 C
- Mukosa kering
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
56
- Suhu 39 C
- Mukosa kering
- TD : 100/70 mmHg
kondisi
umum
dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok.
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Kaji kemampuan menelan klien.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
dengan
trombositopenia.
1. Memantau
S:
tanda
penurunan - Klien
DS :
2. Menganjurkan
29
pasien
menggunakan
penggunaan
tidak
O:
banyak istirahat/bedrest.
4. Menganjurkan
mengatakan
meminimalisasi A :
sikat
gigi
antiseptik
mulut.
Kolaborasi :
1. Memantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
- Pantau TTV
- Pantau
tanda
penurunan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
57
2. Memberikan obat sesuai program
melapor
bila
ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
- Transfusi trombosit 10 kantomg
- Periksa trombosit setiap 12 jam
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
58
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi
Evaluasi
pemenuhan Mandiri :
S:
kebutuhan
dialami pasien
dengan
2. Menganjurkan
berhubungan
yang -
untuk -
habis 1 porsi
O:
3. Melakukan penimbangan BB
Kien
mengatakan
- Tampak
Nafsu
Masalah teratasi
P:
Badan
sudah
tidak
- Anjurkan
terus
tekan
pada
- Kolaborasikan
epigastrik berkurang
makan
kelanjutan
tidak
mengenai
pemberian
th/
antiemetic
habis
volume Mandiri :
untuk
Risiko
klien
DO :
- Porsi
A:
- Nyeri
berenergi
- BB klien 45 Kg
porsi
-
lebih
semangat
makan
membaik
-
DS :
peningkatan
S:
keadaan
umum
/ - Klien
kesadaran pasien
dinding 2. Memantau
tanda-tanda
mengatakan
mengeluh
vital
apa2
(tidak
demam)
O:
- TD 110/70 mmHg
- Suhu 36.4 C
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
tidak
ada
59
DS :
- Klien
badan
mengatakan
sudah
tidak
panas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
A:
- Nadi : 84 x/mnt
kondisi
umum
dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
dengan 1.
trombositopenia.
S:
Memantau
tanda
penurunan - Klien
DS :
2.
- Trombosit
ribu/mm3
Menganjurkan
pasien
DO :
tidak
O:
banyak istirahat/bedrest.
3.
mengatakan
penggunaan
sikat A :
30
lembut
dan
menggunakan
mulut.
menganjurkan P :
antiseptik
tanda
penurunan
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
60
Kolaborasi :
1.
2.
melapor
bila
ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
61
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tgl : 21 / 05 / 2013 (Hari ke-6 perawatan)
Diagnosa
Risiko
kurang
Implementasi
volume Mandiri :
S:
Mengkaji
dengan
kesadaran pasien
peningkatan
permeabilitas
dinding 2.
plasma.
DS :
- Klien
badan
Evaluasi
mengatakan
sudah
tidak
panas
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 84 x/mnt
- Hb: 14.7
- Hematokrit : 39 %
Memantau
keadaan
umum
/ - Klien
mengatakan
mengeluh
tanda-tanda
vital
O:
3.
- Suhu 36.5 C
4.
Mencatat
cairan.
dan
(tidak
ada
demam)
intake
apa2
tidak
kondisi
umum
dan
kesadaran klien
- Pantau tanda-tanda syok (fase
kritis DHF).
- Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
62
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
berhubungan
dengan
trombositopenia.
S:
1. Memantau
tanda
penurunan - Klien
DS :
mengalami perdarahan
gusi
- Trombosit
ribu/mm3
- Hb : 14.7
pasien
banyak istirahat/bedrest.
- Hb :14.7
DO :
tidak
O:
2. Menganjurkan
mengatakan
penggunaan
sikat A :
36
lembut
dan
menggunakan
menganjurkan P :
antiseptik
mulut.
- Pantau
tanda
penurunan
Kolaborasi :
klinis.
melapor
bila
ada
perdarahan
- Anjurkan untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut atau
menggunakan antiseptik untuk
mulut.
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan faktor pembekuan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
63
3.5 Implementasi dan Evaluasi
kurang
Implementasi
volume Mandiri :
peningkatan
permeabilitas
Evaluasi
S:
keadaan
umum
/ - Klien
kesadaran pasien
mengeluh
plasma.
badan
mengatakan
sudah
(tidak
ada
demam)
- Klien
apa2
tidak
mengatakan
O:
- TD : 110/70 mmHg
tidak
- Nadi : 76 x/mnt
panas
- Hb: 14.5
DO :
- Hematokrit : 38 %
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 74 x/mnt
A:
- Hb: 14.4
- Hematokrit : 38 %
terjadi
P:
- Pantau
kondisi
umum
dan
kesadaran klien
- Pantau TTV
- Catat intake dan output cairan.
- Berikan cairan intravena sesuai
program
Risiko terjadi perdarahan Mandiri :
berhubungan
dengan 1.
trombositopenia.
Memantau
S:
tanda
penurunan - Klien
Menganjurkan
mengatakan
pasien
banyak istirahat/bedrest.
tidak
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
64
DS :
3.
penggunaan
mengalami perdarahan
gusi
lembut
DO :
- Trombosit
ribu/mm3
- Hb : 14.7
dan
menggunakan
:
45
mulut.
Kolaborasi :
1.
untuk - Pantau
tanda
penurunan
segera
melapor
bila
ada
perdarahan
- Pantau nilai Hb, Ht, trombosit
dan laporkan ke DPJP
- Lakukan
discharge
planning
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
65
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi
Evaluasi
S:
berhubungan
trombositopenia.
DS :
mengalami perdarahan
gusi
- Hb : 15.3
kepada
mengenai
klien
dan
perawatan
keluarga - Hb :15.3
klien
rumah
DO :
ribu/mm3
O:
- Trombosit
perdarahan
4. Memberikan
:
79
A:
informasi
ke DPJP
- Lakukan
discharge
planning
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
67
BAB 4
PEMBAHASAN
keperawatan
dimulai
dengan
pengkajian,
perumusan
diagnosa
Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dengan DBD dilakukan sesuai
dengan standar format pengkajian secara umum dengan ditambah beberapa data
yang harus dikaji terkait proses terjadinya penyakit seperti kondisi lingkungan
rumah serta riwayat berpergian sebelum sakit.
1.
Identitas Klien
Data-data dasar pasien yang dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer rekam medis, diagnosa medis.
Pada pengkajian klien dengan DHF, data dasar yang menjadi informasi yang
penting terkait proses penyakit adalah informasi mengenai alamat rumah atau
tempat tinggal pasien. Dari data tersebut perawat dapat mengetahui apakah
klien bertempat tinggal di daerah yang menjadi daerah padat dan kotor atau
daerah endemik terjadinya DBD. Peningkatan dan penyebaran kasus DBD
kemungkinan salah satunya disebabkan oleh perkembangan wilayah
perkotaan dan perubahan kepadatan dan distribusi penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Pada kasus di atas, keluarga mengatakan bahwa mereka bertempat tinggal di
area pemukiman yang cukup bersih dan tidak terlalu padat di daerah
Kelurahan Cipinang Pulogadung.
Universitas Indonesia
68
2.
Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum
adalah demam yang mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah,
adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas,
dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran.
Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien datang ke
Rumah Sakit adalah karena demam tinggi. Demam tinggi yang dirasakan
terjadi secara mendadak dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain
demam, klien juga mengeluh nyeri pada area mata, mengeluh mual dan
sakit kepala. Keluhan tersebut merupakan keluhan umum yang terjadi
pada klien dengan DBD namun harus diperkuat lagi oleh data-data
tambahan atau pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (saat dikaji)
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual
dan badan terasa lemas. TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan
teraba panas, tampak meringis sakit kepala, klien tampak mual dan
menolak untuk makan. Keluhan tersebut masih dirasakan sampai hari ke7
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF
yang dialami klien saat ini yang pertama kali atau yang kedua kalinya
karena akan menentukan kepada jenis dari virus dengue.
Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous).
Tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis
serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di dalam keluarga
ada yang menderita DHF untuk menentukan apakah DHF yang dialami
oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang atau lingkungan .
Universitas Indonesia
69
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan masalah DHF dapat bervariasi dari
yang ringan sampai yang berat tergantung dari derajat DBD. Pada kasus di
atas keadaan umum klien masih dalam kondisi yang baik, klien masih
dalam kondisi kesadaran penuh tidak ada kejang atau tidak dalam mondisi
syok.
b. Sistem Tubuh
1)
Pernapasan
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengalami
gangguan pernapasan, hal ini sesuai dengan konsep bahwa pada
penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan pada
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang sering
disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan penatalaksanaan
lebih lanjut.
2)
Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan
TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt, pulsasi lemah, akral hangat, sianosis
(-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif. Hal tersebut sesuai dengan
tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3)
Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat
dari penurunan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan
perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.
Universitas Indonesia
70
4)
5)
6)
4. Pemeriksaan penunjang
Dalam menentukan dignostik DHF, selain dengan menggunakan gejala
klinis yang muncul juga harus didukung oleh data lain dari beberapa
pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah yaitu pemeriksaan
darah rutin (DPL), pemeriksaan fungsi hepar (SGOT SGPT), pemeriksaan
fungsi ginjal (ureum kreatinin), pemeriksaan Dengue.
Pada pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian yang dilihat
berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb. Pada
kasus DBD, nilai trombosit biasanya turun sebagai akibat dari adanya
proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada klin Tn T dimana nilai
trombositnya dibawah normal yaitu 61 ribu/mm3. nilai hematokrit
mencerminkan nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah
semakin tinggi nilai hematokrit. pengentalan darah terjadi sebagai akibat
dari adanya kebocoran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler akibat
dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah
menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. T didapat nilai
hematokrit sebesar 39%. nilai tersebut masih dalam batas rentang normal
Universitas Indonesia
71
72
Universitas Indonesia
73
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk
menentukan masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan
rasionalisasi tindakan yang tepat.
Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data
masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang
disusun adalah :
1. Dx. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Mandiri :
-
Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24 jam).
Kolaborasi :
-
Berikan antipiretik.
Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Kolaborasi :
-
74
Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran, tanda
perdarahan
Kolaborasi :
-
Universitas Indonesia
75
Klien dirawat selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah
keperawatan dapat diatasi dank lien dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh
dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Universitas Indonesia
75
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
masalah
kesehatan
tersebut.
Rencana
intervensi
disusun
berdasarkan masalah yang ditetapkan dan mengacu pada teori-teori terkait yang
kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan. Implementasi tindakan tidak
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
76
sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi lansia.
5.1 SARAN
1.
2.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan..., Yudi Elyas, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA