Makalah Tetrasiklin
Makalah Tetrasiklin
Disusun Oleh :
Kelompok 2
G 301 11 005
3. Moh. Fadhil K
G 301 11 006
4. Lina
G 301 11 007
G 301 11 010
7. Ririn Anggriani
G 301 11 011
8. Nina Rahmadani
G 301 11 012
9. Nur Febrianti
G 301 11 016
G 301 11 017
G 301 11 018
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini banyak macam antibiotik tersedia di pasaran. Begitu banyak
macamnya sehingga kadang-kadang membingungkan bagi dokter yang ingin
menggunakannya. Apalagi dengan adanya tekanan promosi yang sangat gencar,
tidak jarang merangsang
pemakaian
ketidakrasionalan.
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai
efek
menekan
atau
menghentikan
suatu
proses biokimia di
berkaitan
dengan
pengobatan
penyakit
infeksi,
meskipun
dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman.
Antibiotik
bekerja
menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya
adalah bakteri.
Walaupun diagnosa mikrobiologik hanya dapat dilakukan pada sebagian
kecil kasus penyakit infeksi, tetapi agar kita tetap ada dalam garis pemakaian
antibiotik yang rasional kita harus tetap berfikir secara mikrobiologik. Kalau kita
menghadapi suatu penyakit infeksi dengan berbagai macam simtomnya harus kita
bayangkan kira-kira kuman apa yang menyebabkannya gram positif atau gram
negatif, ataukah anaerob/dan terhadap antibiotika yang mana kuman tersebut
diperkirakan masih sensitif .
Anggapan bahwa antibiotik yang lebih baru dan lebih mahal mujarab dari
antibiotika yang sudah lama digunakan merupakan anggapan yang salah. Justru
banyak antibiotika yang baru menpunyai spesifikasi tertentu sehingga bila tidak
dipergunakan sesuai dengan spesifikasinya maka khasiatnya tidak seperti yang
diharapkan.
Pada makalah ini akan dibahas antiobiotik tetrasiklin dan glikosida
sianogenik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah dan asal mula tetrasiklin dan glikosida sianogen
2. Apakah pengertian tetrasiklin dan glikosida sianogen
3. Bagaimanakah biosintesis dan reaksi-reaksi pokok serta sifat kimiawi tetrasiklin
dan glikosida sianogen.
4. Bagaimanakah jenis senyawa glikosida sianogenik
5. Bagaimanakah manfaat dari tetrasiklin dan glikosida sianogenik
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan asal mula tetrasiklin dan glikosida sianogen
2. Mengetahui pengertian tetrasiklin dan glikosida sianogen
3. Mengetahui biosintesis dan reaksi-reaksi pokok serta sifat kimiawi tetrasiklin dan
glikosida sianogen.
4. Mengetahui jenis senyawa glikosida sianogenik
5. Mengetahui manfaat dari tetrasiklin dan glikosida sianogenik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tetrasiklin
1. Sejarah dan asal mula
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang
Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan
antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan
antibiotika penting.
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin
yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin
dari Streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari
klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.
Para tetrasiklin adalah suatu keluarga besar antibiotik yang ditemukan sebagai
produk alami oleh Benjamin Minge Duggar dan pertama kali dijelaskan pada 1948.Di
bawah Yellapragada Subbarao , Benjamin Duggar membuat penemuan pertama dunia
antibiotik tetrasiklin, Aureomycin , pada tahun 1945.
In 1950, Harvard Professor Robert Woodward determined the chemical structure of
Terramycin, the brand name for a member of the tetracycline family; the patent
protection for its fermentation and production was also first issued in 1950.
Pada tahun 1950, Profesor Harvard Robert Woodward menentukan struktur
kimia Terramycin, nama merek untuk anggota keluarga tetrasiklin; paten
perlindungan untuk fermentasi dan produksi juga pertama kali diterbitkan pada tahun
1950. A research team of seven scientists at
participated in the two-year research leading to the discovery . Sebuah tim riset dari
tujuh ilmuwan di Pfizer, bekerja sama dengan Woodward, berpartisipasi dalam dua
tahun penelitian yang mengarah ke penemuan tersebut (2).
mummies have been studied in the 1990s and were found to contain
significant levels of tetracycline; there is evidence that the beer brewed at the time
could have been the source.
chemically altered antibiotics and in doing so has proved to be one of the most
important discoveries made in the field of antibiotics.Nubia mumi telah dipelajari
pada 1990-an dan ditemukan mengandung level signifikan tetracycline; ada bukti
bahwa bir brewed pada saat itu bisa saja sumbernya.Tetracycline memicu
pengembangan banyak antibiotik kimiawi berubah dan dalam melakukannya terbukti
menjadi salah satu penemuan paling penting yang dibuat dalam bidang antibiotik. It is
used to treat many gram-positive and gram-negative bacteria and some protozoa. Hal
ini digunakan untuk mengobati bakteri gram positif dan gram-negatif banyak dan
beberapa protozoa. It, like some other antibiotics, is also used in the treatment of .Ini,
seperti beberapa antibiotik lainnya, juga digunakan dalam pengobatan jerawat.
2. Definisi Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam
natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan
garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin
sangat labil sehingga cepat berkurang potensinya.
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara deklorrinasi
klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau dengan fermentasi.
Tetrasiklin mempunyai mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari
975 g tetrasiklin hidroklorida,(C22H24N2O8.HCl),per mg di hitung terhadap zat
anhidrat (4).
peran historis dalam memerangi kolera di negara maju. It is sold under the brand
names Sumycin , Terramycin , Tetracyn , and Panmycin , among others. Actisite is a
thread-like fiber form, used in dental applications. Itu dijual dengan merek Sumycin,
Terramycin, Tetracyn, dan Panmycin, antara lain. Actisite adalah seperti bentuk-serat
benang, digunakan dalam aplikasi gigi. It is also used to produce several semisynthetic derivatives, which together are known as the . Hal ini juga digunakan untuk
memproduksi turunan semi-sintetik beberapa yang bersama-sama dikenal sebagai
antibiotik tetrasiklin (3).
Menurut farmakope Indonesia Edisi 4, Tetrasiklin memiliki pemerian serbuk
hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi pada pemaparan dengan cahaya
matahari kuat, menjadi gelap. Dalam laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi
berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali hidroksida (4).
Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 50
bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dan dalam eter P. Larut
dalam asam encer, larut dalam alkali disertai peruraian (3).
Tetrasiklin adalah salah satu antibiotik yang dapat menghambat sintesis
protein pada perkembangan organisme. Antibiotik ini diketahui dapat menghambat
kalsifikasi dalam pembentukan tulang. Tetrasiklin diketahui dapat menghambat
sintesis protein pada sel prokariot maupun sel eukariot. Mekanisme kerja
penghambatannya, yaitu tetrasiklin menghambat masuknya aminoasil-tRNA ke
tempat
mRNA-ribosom,
sehingga menghalangi
dengan
2-oksosuksinamat
menghasilkan
malonamoil-KoA.
2-
4.
5.
Limfogranuloma venereum.
Untuk penyakit ini golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama. Pada
infeksi akut diberikan terapi selama 3-4 minggu dan untuk keadaan kronis
diberikan terapi 1-2 bulan. Empat hari setelah terapi diberikan bubo mulai
mengecil.
Psikatosis
Pemberian golongan tetrasiklin selama beberapa hari dapat mengatasi gejala
klinis. Dosis yang digunakan ialah 2 gram per hari selama 7-10hari atau 1
yang baik.
2. Infeksi Basil
Bruselosis
Pengobatan dengan golongan tetrasiklin memberikan hasil baik sekali untuk
penyakit ini. Hasil pengobatan yang memuaskan biasanya didapat dengan
pengobatan selama 3 minggu. Untuk kasus berat, seringkali perlu diberikan
B. GLIKOSIDA SIANOGEN
1. Asal usul glikosida sianogen
Dengan
adanya
perkembangan
zaman,
ilmu
pengetahuan
semakin
berkembang dan begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak
senyawa-senyawa aktif alamiah yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk
sarana pengobatan berbagai macam penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida.
Glikosida banyak terdapat dalam alam.
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk
dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman, glikosida tidak lagi diubah
menjadi senyawa lain, kecuali bila memang mengalami peruraian akibat pengaruh
lingkungan luar.
Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan
gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen (O
glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (Sglikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula
biasa disebut glikon sedangkan bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau
genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai
glikosida.
Aglikon dari glikosida terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawasenyawa kimiawi tersebut meliputi senyawa-senyawa alkoholik fenolik, isotiosianat,
nitril sianogenetik, turunan antrasen, flavonoid dan fenolik, flavonoid dan steroid.
Bagian aglikon atau genin terdiri dari berbagai macam senyawa organik, seperti
triterpena, steroid, antrasena, maupun senyawa-senyawa yang mengandung gugus
fenol, alkohol, aldehid, keton dan ester.
dll. Glikosida
ini contohnya
manihotoksin (
dari tanaman
acid) pada hidrolisis dan merupakan glikosida sianppora atau sianogen yang
pertama.
3. Hidrolisis glikosida sianogenik
Glikosida sianogenik dapat terhidrolisis secara enzimatis menghasilkan asam
sianida (HCN), atau asam prusat yang sangat beracun. Hidrolisis ini dilakukan oleh
enzim Beta glikosidase, menghasilkan gula dan sianohidrin. Tahap berikutnya adalah
degradasi sianohidrin menjadi HCN dan senyawa keton atau aldehid.
Tahap lain dari hidrolisis Glikosida sianogenik adalah melalui enzim
Hidroksinitril Liase yang tersebar luas pada berbagai tanaman. Pada tanaman utuh,
keberadaan enzim hidroksinitrilliase dengan Glikosida sianogen terpisah. Namun,
pada saat terjadi kerusakan jaringan tertentu pada bagian tanaman tersebut, maka
enzim ini akan langsung bertemu dengan senyawa glikosida sianogen hingga
pelepasan HCN dapat terjadi. Reaksi peruraian glikosida sianogenik hingga
dihasilkan asam sianida.
mitokondria
Amigdalin
Spesies
Nama
umum
Almond
Nama latin
Prunus
amygdalus
Struktur
Dhurrin
Shorgum
Shorgum album
Linamarin
Singkong
Manihot
esculenta
Lotaustralin
Singkong
Manihot
carthaginensis
Prunasin
Stone
fruits
Prunus sp.
Taxyphyllin
Bambu
Bambusa
vulgaris
4,4
BAB III
KESIMPULAN
1. Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin
yang dipatenkan pertama kali tahun 1955.
2. Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat basa yang sukar larut dalam air,
tetapi bentuk garam natrium atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan
kering, bentuk basa dan garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil.
3. Biosintesis tetrasiklin bermula dari karboksilasi asetil-KoA membentuk malonilKoA dengan enzim asetil-KoA karboksilase. Malonil-KoA kemudian bereaksi
dengan 2-oksosuksinamat menghasilkan malonamoil-KoA. Malonamoil-KoA
kemudian dikonversi lebih lanjut menjadi 4-hidroksi-6-metilpretetramida melalui
6-metilpretetramida.
Senyawa
inilah
yang
akan
diubah
menjadi
4-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Bagian farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gayabaru
Arifin, Sjamsul. 1985. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka
Chandury A. In vitro activity of Cefpirome A new fourth generation cephalosporin.
Indian J. of Medical Microbiology 2003; 21:50-51
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional. Edisi 1, 1992, Jakarta.
Ganiswara S.G. ( Ed) : Farmakologi dan terapi . Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran UI, 1955, Jakarta.
Mandel G. L., Douglas R. G., Bennet J. E., Dolin R. : Principles and Practice Of
Infectious Disease : Antimicrobial Therapy 1995 / 1996. Churchill
Livingstone, 1995.Tierney L. M., Mc Phee S. J.,Papadakis M. A. : Current
Medical Diagnosis and Treatment 35 th Ed. Appleton and Lange, 1996,
Stamfod.
Tumah H. Fourth-Generation Cephalosporins : In vitro Activity against Nosocomial
Gram-Negative Bacili Compared with -Lactam Antibiotics and
Ciprofloxacin. Chemoteraphy 2005;51:80-85
Schwartz, dkk, 2000, Intisari Prinsip - Prinsip Ilmu Bedah. Editor : G. Tom Shires
dkk, EGC ; Jakarta
Schwartz.Shires.Specer Intisari Prinsip-Prinsip
kedokterean EGC 1995 Jakarta 47
Ilmu
bedah
Ed
6Buku