DM4 Miniproject
DM4 Miniproject
Disusun oleh :
dr. Rien Novia Maulida
Pembimbing :
dr. Nanang Rahardi
PUSKESMAS KEMBANGBAHU
KABUPATEN LAMONGAN
JUNI 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya yang
diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Mini Project berjudul Tingkat
Pengetahuan masyarakat di Puskesmas Kembangbahu mengenai Diabetes mellitus ini dalam
memenuhi kewajiban tugas pada Program Internsip di Puskesmas Kembangbahu Kecamatan
Kembangbahu- kabupaten Lamongan
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Nanang Rahardi sebagai pembimbing
internsip di puskesmas Kembangbahu yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
belajar lebih banyak tentang Diabetes Melitus dan komplikasi sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari dalam penyusunan mini project ini banyak terdapat kekurangan.
Semoga mini project ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan bagi penulis
khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMBANGBAHU
TENTANG DIABETES MELLITUS
Peserta,
BAB 1
PENDAHULUAN
Mengingat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak baik
masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan
Diabetes Mellitus, khususnya dalam upaya pencegahan3 .
1.2. Pernyataan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa pernyataan
masalah, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diabetes mellitus
2. Kurangnya intervensi dari petugas kesehatan dalam rangka promotif mengenai
pencegahan diabetes mellitus
1.3. Tujuan Mini Project
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi :
1. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu
terhadap diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan promosi kesehatan sebagai
pencegahan primer atau sekunder bagi masyarakat yang tidak menderita diabetes mellitus
tetapi memiliki faktor resiko ataupun untuk masyarakat yang menderita diabetes mellitus
tetapi tidak berobat rutin
2. Mengetahui pola aktivitas dan makan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Kembangbahy yang menjadi faktor resiko diabetes mellitus sehingga dapat dilakukan
promosi kesehatan terutama secara individual.
1..4. Manfaat
1. Bagi penulis, mini project ini menjadi pengalaman yang berguna dalam menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh sebelum internship.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan tentang
pentingnya pencegahan diabetes mellitus dan perlunya mengenali diabetes mellitus lebih
dini untuk menekan prevalensi penyakit diabetes mellitus di masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Diabetes Mellitus
Menurut American Association (ADA) tahun 2010, Diabetes Mellitus merupakan suaatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya 4 .
bahan kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi setelah transplantasi
organ).
4. Diabetes melitus gestasional, yaitu tipe diabetes yang terdiagnosa atau dialami selama
masa kehamilan.
pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa, namun lebih sering didapat pada anak anak.
2.4.2 Diabetes Melitus tipe 2
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya disebut dengan
DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling sering terjadi. Pada tipe ini,
disposisi genetik juga berperan penting. Namun terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak
mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan
meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin. Sebagian
besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi karena disposisi genetik,
asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan
antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal
ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak. Akibatnya,
terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi
menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang
penting, namun bukan merupakan penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yang lebih
penting adalah adanya disposisi genetic yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali,
pelepasan insulin selalu tidak pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang
menigkatkan terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa factor, kelaian genetic pada
protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika
terdapat disposisi genetik yang kuat, diabetes tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan
sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa, sedangkan
pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi,
diabetes tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan
metabolisme lemak.
Poliuria
Polidipsia
Polifagia
9
Lemah badan
Kesemutan
Gatal
Mata Kabur
Bukan DM
Kadar
Belum Pasti
DM
< 100
DM
100-199
>200
<90
90 199
>200
<100
100 125
>126
<90
90 99
>126
( mg /dl )
Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring
dan diagnosis Diabetes Mellitus ( mg/dl) .
10
Diperlukan anamnesis yang cermat serta pemeriksaan yang baik untuk menentukan
diagnosis diabetes melitus, toleransi glukosa terganggu dan glukosa darah puasa tergagnggu.
Berikut adalah langkah-langkah penegakkan diagnosis diabetes melitus, TGT, dan GDPT.
11
12
2.Ketoasidosis diabetic
Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi ( 300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan
gejala asidosi dan plasma aseton (+) kuat.
Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM . Hal ini terjadi
karena kadar insulin sangat menurun, dan pasien akan mengalami hal berikut: (Boon et.al
2006)
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolik
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis ,peningkatan lipolisis
dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton
(asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan
ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis
osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat menjadi
hipotensi dan mengalami syok. (Price et.al 2005)
Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami
koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini jarang terjadi, karena
pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan
pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.
Tanda dan Gejala ketoasidosis metabolik :
1. Dehidrasi
2. Hipotensi (postural atau supine)
3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer
4. Takikardi
5. Kusmaul breathing
13
14
15
2.Mikroangiopati
Retinopati diabetic
Nefropati diabetic
Neuropati diabetic
2.7. Masalah-Masalah Khusus Pada Diabetes4,5
2.7.1. Diabetes dengan Infeksi
Adanya infeksi pada pasien sangat berpengaruh terhadap pengendalian glukosa darah.
Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi
meningkatkan kemudahan atau memperburuk infeksi. Infeksi yang banyak terjadi antara lain:
obat Tuberkulosis.
Kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering mengalami infeksi.
Kuman stafilokokus merupakan kuman penyebab utama. Ulkus kaki terinfeksi biasanya
melibatkan banyak mikro organisme, yang sering terlibat adalah stafilokokus,
streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob.
16
Penatalaksanaan
bertambah berat, diet protein diberikan 0,6 0,8 gram/kg BB per hari.
Terapi dengan obat penyekat reseptor angiotensin II, penghambat ACE, atau
kombinasi keduanya. Jika terdapat kontraindikasi terhadap penyekat ACE atau
Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan
merupakan akibat adanya neuropati autonom, angiopati dan problem psikis.
17
kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan pada saat konsultasi.
Pengelolaan DE pada diabetes dapat mengacu pada Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi
(Materi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI, 1999). DE dapat didiagnosis dengan
menggunakan instrumen sederhana yaitu kuesioner IIEF5 (International Index of Erectile
Function 5).
Upaya pengobatan utama adalah memperbaiki kontrol glukosa darah senormal mungkin
dan memperbaiki faktor risiko DE lain seperti dislipidemia, merokok, obesitas dan
hipertensi.
Perlu diidentifikasi berbagai obat yang dikonsumsi pasien yang berpengaruh mterhadap
Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat (TGT,
GDPT, DM) yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang
berlangsung.
Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk
pemeriksaan kehamilannya
Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya riwayat pernah mengalami DMG,
glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya riwayat
melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram,
dan adanya riwayat preeklamsia. Pada pasien dengan risiko DMG yang jelas perlu segera
dilakukan pemeriksaan glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa darah sewaktu 200
mg/dL atau glukosa darah puasa 126 mg/dL yang sesuai dengan batas diagnosis untuk
diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu yang lain untuk konfirmasi.
dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa
darah 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah 155 mg/dL, sudah
ibu nantinya
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit
Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan makan saja tidak akan
mengalami kesulitan untuk berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati
aktivitas fisik pada siang hari dan bila beraktivitas fisik dianjurkan pada sore hari.
Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis tunggal, juga tidak
mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat berbuka puasa. Hati-hati
terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis
maksimal.
Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan
sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.
Untuk penyandang diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja
19
penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin. Bila terjadi gejala hipoglikemia, puasa
dihentikan.
Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk tidak
Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu
terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada penyandang
diabetes harus dipersiapkan seoptimal mungkin sasaran kadar glukosa darah puasa <150
mg/dL, PERKENI 2002)
Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien
dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun sekali dan bila dianggap
perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien yang pemeriksaan profil lipid
menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40 mg/dL,
wanita >50 mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan 2
tahun sekali.
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes adalah
peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL, sedangkan kadar
dalam darah.
Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi
penyandang diabetes yang disertai dislipidemia
Target terapi:
20
Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida 150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau HDL 40
samping.
Niasin merupakan salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan
HDL, namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa darah
Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi
Indikasi pengobatan : Bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80 mmHg.
Sasaran (target penurunan) tekanan darah: Tekanan darah <130/80 mmHg Bila disertai
proteinuria 1gram / 24 jam : < 125/75 mmHg
Pengelolaan:
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan diastolik
antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bila
Catatan
- Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II (ARB = angiotensin II receptor blocker)
dan antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki mikroalbuminuria.
- Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.
- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk toleransi glukosa.
- Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.
- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkan dosis secara
bertahap.
- Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.
2.7.9. Obesitas pada Diabetes
22
Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan
insulin
Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus
Terapi aspirin 75-160 mg/hari diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder bagi
penyandang diabetes dengan riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular dan
Jangka pendek
Menghilangkan keluhan dan tanda diabetes, mempertahankan rasa nyaman,
dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang
23
mencegah
dan
menghambat
progresivitas
penyulit
mikroangiopati,
c. Latihan jasmani
3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
d. Farmakologis
apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan dalam bentuk suntikan.
1.
Sulfonilurea
Memiliki efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas
dan merupakan pilihan utama pada pasien dengan berat badan normal dan
kurang.
Glinid
24
Golongan ini terdiri dari dua macam obat yaitu Repaglinid dan
nNateglinid. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian secara oral dan
dieksresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia
post prandial.
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin ; metformin dan tiazolidindio
c. Penghambat gluconeogenesis : metformin
Memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa hati (gluconeogenesis)dan
memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada penerita diabetes
yang gemuk.
Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
( serum kreatinin > 1,5 mg/dl) dan hati., serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia.
Metformin memberikan efek samping mual. Sehingga untuk mengurangi
keluhan dapat diberikan saat atau sesudah makan.
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
2.
Suntikan4,7
a. Insulin diperlukan pada keadaan :
Ketoasidosis diabetic
26
3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan dengan
pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal
atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixedcombination dalam bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
27
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan
insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana insulin tidak memungkinkan
untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi pilihan. Untuk kombinasi OHO
dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan
pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang
diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi
insulin. (PERKENI,2011)
2.9. Strategi Pencegahan Diabetes Mellitus4,5
Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan
peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan oleh
karena :
a. faktor demografi, antara lain :
jumlah penduduk meningkat
penduduk usia lanjut bertambah banyak
urbanisasi makin tak terkendali
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah
orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas.
Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada
pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun
29
30
2.12.
31
BAB 3
32
3.3.
BAB IV
33
Puskesmas Kecamatan
kembangbahu, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur tahun 2015 dalam Upaya
pengendalian kadar gula darah.
4.1.
Kecamatan Kembangbahu adalah salah satu kecamatan dari 27 Kecamatan yang berada
di Kabupaten Lamongan dengan jarak orbitasi kurang lebih 15 KM dari Ibukota Kabupaten
Lamongan atau 14 KM dari arah kota Lamongan (Kota terdekat)
Batas wilayah: Sebelah Utara Kecamatan Sukodadi Sebelah timur Kecamatan Tikung
Sebelah Selatan Kecamatan Mantup sebelah Barat Kecamatan Sugio
Pembagian Wilayah : Kecamatan Kembangbahu terdiri atas 18 desa 77 dusun 100
RW 354 RT dengan komposisi jumlah penduduk 21.939 Jiwa laki-laki dan 22.360 Jiwa
Perempuan, Luas wilayah 6.384,320 Ha dengan tataguna tanah 3.795,430 Ha untuk sawah,
1.890,020 Ha tegal, 476,250 Ha Pekarangan, Tanah Hutan Negara 16 Ha dan lain-lain 205,720
Ha. Tanah data bagian utara dengan kemiriingan 65% sisanya 35 % bagian selatan. Adapun
struktur tanah secara uimum dengan jenis alovial 10 %, Gromosol 90 % dan kedalaman air
tanah rata-rata 20 meter. Data data di wilayah Kembangbahu, jumlah SD 31 unit, MI 18 unit,
SMPN 3 unit, Tsanawiyah 3 unit, SMA 1 unit, Aliyah 3 unit dan Bank Pasar I unit, BRI I Unit,
LKURK I1 Unit Koperasi 5 unit bank desa I unit serta pasar desa 2 unit.
34
JENIS TENAGA
JUMLAH
1.
Dokter Umum
2.
Dokter Gigi
3.
Perawat
4.
Bidan
21
5.
Perawat Gigi
6.
Ahli Gizi
7.
Apoteker
8.
Asisten Apoteker
9.
Analis
10.
Koordinator Imunisasi
11.
Sanitarian
12.
Administrasi
Barang
13.
Administrasi Umum
14.
Administrasi Loket
15.
JUMLAH
Keuangan
dan
43
Sarana Prasarana
T T UGD
T T Rawat Inap
VIP
Klas I
Klas II
Klas III
Jumlah
3
20
3
2
6
9
ECG
Spectrofotometri
PONED kit
Ambulance
2
35
USG
UGD Set
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan bahwa dari total 29 orang subjek yang
dilakukan wawancara terstruktur, didapatkan bahwa 15 orang diantaranya tidak mengetahui apa
itu diabetes mellitus/ kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 14 orang
mengerti apa itu diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya.
Seperti yang dibahas pada bab teori, disebutkan bahwa diabetes mellitus atau kencing
manis adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan metabolisme sehingga kadar gula darah
dalam tubuh melebihi normal. Diabetes mellirus memiliki gejala-gejala, diantaranya sering
buang air kecil terutama malam hari, sering haus, sering lapar, luka tidak sembuh-sembuh,
kesemutan, berat badan menurun meskipun nafsu makan meningkat, sering mengantuk/ lemas,
gatal-gatal terutama di daerah kemaluan, dan impoten. Dari 14 orang subjek yang mengetahui
gejala kencing manis, 5 orang menyebutkan gejalanya adalah sering buang air kecil terutama
pada malam hari, 4 orang menyebutkan lemas/mengantuk, 3 orang menyebutkan keluhan luka
yang tidak sembuh-sembuh,
Menurut teori, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus. Salah
satu faktor yang tidak dapat iubah adalah keturunan. Namun demikian, yang paling menentukan
seseorang mengidap diabetes mellitus atau tidak adalah faktor pola makan dan aktivitas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 29 orang subjek di atas, didapatkan pada 14 orang subjek
yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 3 orang subjek yang memiliki riwayat
keluarga penderita diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 29 orang subjek yang
diwawancara menyebutkan bahwa sebanyak 20 orang mengaku tidak pernah berolah raga
(sedentary life style) dan 4 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok
makan, dan 4 orang diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk.
36
BAB V
DISKUSI
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana diperkirakan sekitar 5 juta
lebih penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus. Menurut penelitian epidemiologi yang
sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4
dengan 1,6%. Terjadi tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global terutama disebabkan
oleh karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan demikian dapat dimengerti
bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang
kekerapan DM di Indonesia akan meningkat dengan drastis. Indonesia akan menempati peringkat
nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025,
naik 2 tingkat dibanding tahun 1995. Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
a) Edukasi, meliputi : pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga, perencanaan makan
dan masalah yang mungkin dihadapi.
b) Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan lemak 20-25%.
c) Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
d) Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.
Komplikasi diabetes mellitus yang dapat ditemukan, antara lain : hipoglikemia, infeksi,
komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah, kerusakan pada ginjal (nefropati),
kerusakan saraf (neuropati), dan kerusakan pada mata (retinopati).
Jika melihat dari segi teori di atas, bahwa jelas jika mencegah lebih baik daripada
mengobati. Hal ini juga dikarenakan banyak komplikasi yang terjadi pada penyakit diabetes
mellitus. Pada seseorang yang mengidap penyakit diabetes mellitus, maka penatalaksanaan yang
pertama kali dilakukan adalah edukasi tentang perjalanan penyakitnya, olah raga dan
perencanaan makan. Untuk itu, dalam hal ini peran promosi kesehatan sangatlah penting dalam
37
wawancara, didapatkan bahwa 15 orang diantaranya tidak mengetahui apa itu diabetes mellitus/
kencing manis dan bagaimana gejalanya. Sementara itu, sejumlah 14 orang mengerti apa itu
diabetes mellitus/ kencing manis dan mengetahui gejala pernyertanya. Oleh karena itu, sangat
diperlukan promosi kesehatan sebagai usaha pencegahan primer terhadap penyakit diabetes
mellitus. Mengingat jika promosi kesehatan dilakukan secara serentak dengan mengumpulkan
kader atau masyarakat di suatu ruangan kurang efektif, maka perlunya dilakukan promosi
kesehatan secara individual terutama bagi masyarakat yang saat diwawancara sama sekali tidak
mengerti apa itu diabetes mellitus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 29 orang subjek di atas, didapatkan pada 15 orang subjek
yang mengerti tentang penyakit diabetes mellitus terdapat 14 orang subjek yang memiliki
riwayat keluarga penderita diabetes mellitus. 3 orang subjek yang memiliki riwayat keluarga
penderita diabetes mellitus. Untuk faktor pola makan, dari 29 orang subjek yang diwawancara
menyebutkan bahwa sebanyak 20 orang mengaku tidak pernah berolah raga (sedentary life style)
dan 4 orang mengaku setiap hari setidaknya mengkonsumsi gula 1 sendok makan, dan 4 orang
diantaranya memiliki status gizi yang berlebih/ gemuk. Jika melihat hasil wawancara ini, maka
sebagian masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas kembangbahu memiliki faktor resiko
diabetes mellitus. Oleh karena itu, penting jika dilakukan pencegahan primer agar penderita
diabetes mellitus di Indonesia tidak semakin meningkat.
Pendekatan populasi/masyarakat bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum,
antara lain mendidik masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup
beresiko. Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah
penyakit lain sekaligus oleh karena itu penulis menganggap pentingnya dilakukan pendekatan
individu, terutama pada individu yang beresiko tinggi, yang berarti semua upaya pencegahan
yang dilakukan pada individu yang beresiko mengidap diabetes mellitus, antara lain umur > 40
tahun, gemuk, hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat melahirkan bayi >4 kg, riwayat DM
pada saat kehamilan, dan dislipidemia.
Tetapi mengingat keterbatasan waktu dan lokasi, serta jumlah pasien yang banyak penulis
melakukan pendekatan individu tanpa memandang seseorang itu beresiko atau tidak (dipilih
secara acak) dengan maksud sasaran pencegahan primer akan lebih sampai kepada setiap orang
yang belum mengerti mengenai apa itu diabetes mellitus dan bagaimana pencegahannya. Dengan
38
begitu, penulis dapat melakukan penyuluhan/ promosi secara individual tentang diabetes mellitus
dan mengedukasi jika menemukan keluarga/tetangga dengan gejala seperti itu segera
diperiksakan ke Puskesmas. Penulis melakukan promosi kesehatan dengan menggunakan
pamphlet bergambar agar lebih menarik dan memberikannya kepada subjek yang sudah
diedukasi. Dengan cara seperti ini diharapkan sasaran pencegahan primer dan sekunder akan
lebih berhasil karena menggunakan pendekatan individual.
Dalam mini project kali ini, penulis juga menemukan 10 orang subjek yang menderita
diabetes mellitus/ kencing manis tetapi tidak berobat secara rutin. Pada kasus ini, penulis
melakukan pencegahan sekunder berupa upaya untuk mencegah komplikasi dengan edukasi agar
rutin berobat, olah raga, dan pengaturan pola makan. Diharapkan prevalensi diabetes mellitus
kedepannya dapat ditekan jika seluruh lapisan masyarakat ikut serta dalan pencegahan primer
ataupun sekunder.
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu terhadap
diabetes mellitus belum merata. Oleh karena itu, diperlukan adanya promosi kesehatan
sebagai upaya pencegahan primer dan sekunder terhadap kejadian penyakit diabetes
mellitus, tidak hanya oleh petugas kesehatan melainkan juga masyarakat umum.
2. Pola aktivitas dan makan sebagian masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu
menjadi faktor resiko diabetes mellitus. Oleh karena itu, promosi kesehatan primer
nampaknya akan lebih bermanfaat jika dilakukan secara individual (seperti konseling)
dibandingkan jika dilakukan melalui pendekatan populasi.
6.2. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta : Penerbit FK UI.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. Edisi IV. Jakrta: IPD FKUI. 2006.
41
42