Anda di halaman 1dari 25

Hifema et causa trauma tumpul

Nuraihan Bt Mohd Jalaludin


102008309
Universitas Kristen Krida Wacana
Kampus II,Arjuna Utara No.6,
Jakarta 11510
nuraihan6624@yahoo.com

Pendahuluan
Hifema adalah suatu keadaan dimana adanya darah dalam bilik mata depan
yang bersal dari pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah yang dapat terjadi
akibat trauma ataupun secara spontan, sehinnga darah terkumpul di dalam bilik mata,
yang hanya mengisi sebagian ataupun seluruh isis bilik mata depan. Perdarahan bilik
depan bola mata akibat rudapaksa ini merupakan akibat yang paling sering dijumpai
karena persentuhan mata dengan benda tumpul. Berat ringannya traumatik hifema ini
selain tergantung pada tingginya perdarahan juga tergantung pada ada tidaknya
komplikasi yang menyertainya.

Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien atau dengan orang tua
,keluarga ,pasangan,penjaga atau orang terdekat dengan pasien untuk mendapatkan
permasalahan pokok tentang keluhan yang dihadapi pasien saat datang ke dokter .keluahn
yang dikeluhkan penderita perlu digali lebih lanjut untuk mendapatkan keterangan lebih
terarah pada penyakit sehingga lebih mudah menegakkan disgnosis serta memberikan
keterangan pada pasien mengenai penyakitnya .Teknik yang digunakan dalam kasus kita ini
adalah teknik alloanamnesis karena pasien merupakan seorang anak berusia 7 tahun .1
Perlu dicatat hal yang terkait dengan keterangan yang didapatkan dari kelengkapan status
yang sudah sering menjadi baku :1
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
1

4. Alamat
5. Agama
6. Pekerjaan
Jenis kelamin perlu diperhatikan karena ada penyakit yang sering terdapat pada jenis
kelamin tertentu seperti glaukoma kongestif akut ,buta warna dan lainnya . Jika pasien sudah
remaja atau dewasa ,diperhatikan juga pekerjaan pasien karena dapat menyebabkan beberapa
penyakit tertentu seperti trauma di dalam pabrik atau di dapur.1
Antara hal-hal yang bisa dipertanyakan :1
1. Keluhan utama pasien datang ke dokter?
2. Riwayat penyakit terdahulu?
3. Riwayat penyakit sekarang?
4. Adakah anak mempunyai masalah kesehatan yang lain?
5. Sudah berapa lama keluhan ini terjadi?
6. Riwayat ahli keluarga lain yang turut menderita keluhan yang sama?
7. Penglihatan kabur?
8. Kebolehan melihat normal atau menurun?
9. Ada terasa sakit dan nyeri pada mata,daerah sekitar mata atau sakit kepala?
10. Adakah mata berwarna merah ,terasa gatal atau berair?
11. Ada terasa tekanan di bola mata?
12. Adakah mata pernah mengeluarkan sebarang cairan atau sekret?
13. Aktivitas sehari-hari si anak?
14. Pernah mengambil sebarang obat-obatan sebelum ini?

Anamnesis yang baik dapat mengarah diagnosis .Anamnesis yang perlu ditanya seperti telah
berapa lama penyakit diderita .Biasanya penyakit mata dianggap akut bila terjadi dalam 1
minggu dan kronik bila telah 2 minggu diderita .Akut dan kroniknya suatu penyakit tertentu
akan mengakibatkan prognosis tertentu .Uveitis akut bila diberi pengobatan adekuat tidak
akan mengakibatkan cacat sisa yang banyak dibanding dengan uveitis kronik .Glaukoma akut
akan memberikan prognosa yang lebih buruk dibanding glaukoma simpleks .1

Pemeriksaan
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan dengan
cedera bola mata disingkirkan. Dilakukan pemeriksaan hifema dan menilai perdarahan ulang.
Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan mata
2

luar. Hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan
kelainan berupa trauma tembus, seperti:2

Ekimosis
Laserasi kelopak mata
Proptosis
Enoftalmus
Fraktur yang disertai gangguan pada gerakan mata

Kadang-kadang kita menemukan kalainan berupa defek epitel, edema kornea dan imbibisi
kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari. Ditemukan darah di dalam bilik mata depan.
Menentukan derajat keparahan hifema, antara lain:2

Grade 1 : darah mengisi < 1/3 bilik depan mata


Grade 2 : darah mengisi 1/3 bilik depan mata
Grade 3 : darah mengisi sampai hampir seluruh bilik depan mata
Grade 4 : bilik depan mata tampak bekuan darah yang berbentuk blackball atau 8-ball

Saat melakukan pemeriksaan, hal terpenting adalah hati-hati dalam memeriksa kornea karena
akan meningkatkan resiko bloodstaining pada lapisan endotel kornea. Keadaan iris dan lensa
juga dicatat, kadang-kadang pada iris dapat terlihat iridodialisis atau robekan iris. Akibat
trauma yang merupakan penyebab hifema ini mungkin lensa tidak berada di tempatnya lagi
atau telah terjadi dislokasi lensa bahkan luksasi lensa.2

Pemeriksaan Slit-Lamp Biomicroscopy


Pemeriksaan ini adalah cara pilihan untuk memeriksa mata. Ia untuk menentukan kedalaman
COA dan ridocorneal contact, aqueous flare, dan synechia posterior Pasien duduk di kerusi
pemeriksaan, meletakkan dagu dan dahu pada alat pemeriksa. Menggunakan biomicroscope,
dokter memeriksa mata pasien. Sebuah strip halus, diwarnai dengan fluorescein pewarna
neon, menyentuh ke sisi mata, warna ini untuk membantu pemeriksaan. Zat warna secara
alami dibilas keluar dari mata dengan air mata. 2

Tes berikutnya tetes mata. Tetes memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit untuk bekerja,
setelah pemeriksaan diulang, bagian belakang mata yang akan diperiksa. Pasien akan
mengalami beberapa sensitivitas cahaya selama beberapa jam setelah ujian ini, dan tetes juga
dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam mata, yang menyebabkan mual dan nyeri.
Pasien yang mengalami gejala serius disarankan untuk mencari bantuan medis segera.2
Orang dewasa tidak perlu persiapan khusus untuk ujian, namun anak-anak mungkin perlu
beberapa persiapan, tergantung pada usia, pengalaman sebelumnya, dan tingkat kepercayaan.2

Gambar 1 : Pemeriksaan Slit-Lamp Biomicroscopy

Slit Lamp Biomicroscopy terdiri dari 3 bagian :2


i.
ii.

Sistem Pengamatan (Mikroskop)


Terdiri dari lensa mikroskop dan lensa pembesaran (6X,10X,16X,25X...)
Sistem Illuminasi (Slit Lamp)
Slit/Celah yang dapat diatur lebar dan posisi :
Seksi Optik (1mm)
Pipa Paralel (3mm)
Konical (5mm)
Lampu
Cobalt Biru, (Filter Wrattan # 12 Kuning), digunakan untuk penilaian
fitting lensa RGP
4

iii.

Hijau, digunakan untuk mengamati pembuluh - pembuluh darah

dibagian Limbus
Kuning, digunakan untuk mengamati semua jenis fitting lensa kontak
Penyanggah mesin terdiri dari Joystick dan Sandaran Kepala

Pemeriksaan Tekanan Intraokuler


Pada hifema sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata untuk mengetahui apakah
sudah terjadi peningkatan tekanan bola mata. Menguji tekanan intraokuler (TIO) Normal: 12
25 mmHg2

Pemeriksaan Funduskopi
Penilaian fundus perlu dicoba tetapi biasanya dangat sulit sehingga perlu situnggu sampai
hifema hilang. Pemeriksaan funduskopi diperlukan untuk mengetahui akibat trauma pada
segmen posterior bola mata. Kadang-kadang pemeriksaan ini tidak mungkin karena terdapat
darah pada media penglihatan. Pada funduskopi kadang-kadang terlihat darah dalam badan
kaca. Pemberian midriatika tidak dianjurkan kecuali bila untuk mencari benda asing pada
polus posterior.2

Kartu mata Snellen/ Telebinokular


Tes ini adalah menguji ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan. Mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau humor vitreus, kesalahan refraksi atau penyakit
saraf.2
Luas lapang pandang
Mengalami penurunan akibat dari tumor/ massa, trauma, arteri cerebral yang patologis atau
karena adanya kerusakan jaringan pembuluh darah akibat trauma. 2
Pemeriksaan Goneoskopi
Untuk mencari pembuluh darah rusak dan resesif sudut.2

Pemeriksaan penunjang

CT-Scan Orbita
Potongan dilihat pada axial dan koronal, dengan 1 3 mm potongan sepanjang orbita.
Pemeriksaan ini dijalankan pada indikasi seperti fraktur orbital atau kehilangan
kesedaran.2

Skrining sickle cell dan Elektroforesis


Pada pasien Black dan Mediterranean, perlu dilakukan skrining trait sickle sel atau
penyakit. Elektroforesis untuk menentukan apakah sickle cell trait atau sickle cell
disease.2

Pemeriksaan laboratorium

Tes fungsi hati


Prothombin, Trombosit dan waktu perdarahan
LED = menunjukan anemsia sistemik/ infeksi
KG = Kolesterol, serum dan pemeriksaan lipid
Tes Toleransi = Glukosa menentukan adanya DM

Diagnosis
Working Diagnosis
Diagnosis kerja yang dipilih untuk kasus ini adalah hifema .Hifema atau darah di
dalam bilik mata depan / kamera okuli anterior (COA) dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar .Pasien akan mengeluh sakit ,disertai
dengan epifora dan blefarospasme .Penglihatan pasien akan sangat menurun .Bila pasien
duduk ,hifema akan terlihat berkumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan .Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan
iridodialisis .3

Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30
derajat pada kepala ,diberi koagulasi ,dan mata ditutup .Pada anak yang gelisah ,dapat
diberikan obat penenang .Asetazolamid diberikan bila terjadi penyulit glaukoma.3
Biasanya hifema akan hilang sempurna .Bila berjalan penyakit tidak berjalan demikian
maka sebaiknya penderita dirujuk .3
Parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbisi kornea ,glaukoma sekunder ,hifema penuh dan
berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.3
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi
perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih
hebat karena perdarahan lebih sukar hilang .3
Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses
sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran caian mata .Zat besi di dalam bola
mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis
bulbi dan kebutaan .Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukimia
dan retinoblastoma .3

Klasifikasi Hifema
Berdasarkan banyaknya perdarahan dalam bilik mata depan
Menurut Edard Layden :

Tingkat I : <1/3 bilik mata depan


Tingkat II : 1/3-1/2 bilik mata depan
Tingkat III : >1/2 bilik mata depan

Menurut Rakusin :

Tingkat I : 1/4 bilik mata depan


Tingkat II :1/2 bilik mata depan
Tingkat III: 3/4 bilik mata depan
Tingkat IV : Mengisi penuh bilik mata depan

Selain hifema ,juga terdapat mikrohifema traumatik dan hifema post-surgikal dan hifema
non-traumatik(spontan) .Tanda-tanda pada mikrohifema traumatik adalah terendapnya sel
darah merah (SDM) , terlihat hanya dengan slit lamp .Kadang-kadang ,mungkin SDM nya
cukup untuk kita melihat tanpa slit lamp .Bagi hifema non-traumatik pula ,bisa disertai
dengan penurunan penglihatan atau hilang penglihatan transien (perdarahan yang intermitten
boleh mengkaburi visus buat sementara )3
Differential Diagnosis
1. Hematoma Palpebra
Merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat
pecahnya pembuluh darah palpebra .Merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma
tumpul kelopak .Trauma dapat terjadi akibat pukulan tinju atau benda-benda keras lainnya
.Dapat tidak berbahaya atau pun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain di
belakangnya .Pada keadaan yang lebih gawat ,akan terbentuk hematoma kaca mata .Ianya
terjadi apabila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan
berbentuk kaca mata hitan yang sedang dipakai .Hematoma kaca mata dapat terjadi akibat
pecahnya A.oftalmika ,maka darah masuk ke dalam kedua rongga orbita melalui fisura
orbita .Akibat darah tidak dapat menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak
mata maka akan berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai
kaca mata .3
2. Pendarahan Subkonjungtiva
Kebanyakan perdarahan subkonjungtiva terjadi secara spontan tanpa ada penyebab
yang pasti karena perdarahan ini datang dari pembuluh darah konjungtiva. Beberapa hal berikut bisa saja menghasilkan perdarahan subkonjungtival yang spontan seperti: bersin, batuk,
muntah, menggosok mata, trauma (perlukaan), tekanan darah tinggi, kelainan perdarahan atau
kelainan medis yang menyebabkan perdarahan. Perdarahan subkonjungtiva juga dapat terjadi
bukan secara spontan dan merupakan akibat dari infeksi mata yang parah, trauma terhadap
8

kepala atau mata, atau setelah operasi mata atau kelopak mata. Gejala pendarahan
subkungjungtiva adalah sangat jarang orang merasakan nyeri saat perdarahan dimulai. Ketika
perdarahan pertama kali terjadi mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa ada
sesuatu di di mata atau di balik kelopaknya. Apabila perdarahan selesai, beberapa orang
masih merasakan iritasi yang sedang atau semata-mata rasa tidak nyaman yang membuat dia
selalu membawa pikirannya untuk mengamati matanya sendiri. Perdarahan sendiri adalah
sesuatu yang pasti, wilayah merah terang yang berbatas tegas berada di sklera. Dalam area itu
biasanya seluruh bagian putih tertutupi oleh darah. Perdarahan akan tampak meluas/membesar
dalam 24 jam pertama setelah onset (pertama kali terjadi) dan secara perlahan berkurang
ukurannya bersamaan dengan darah diserap kembali. 3
Etiologi
Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,
peluru senapan angin, dll. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur
operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah
adanya tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya
juvenile xanthogranuloma). 3
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris,
korpus siliaris dan koroid.Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga
akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera
anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di bagian
terendah.3
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:3

Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior

bola mata.
Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).
Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga
pembuluh darah pecah

Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile
9

xanthogranuloma).

Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu: 3

Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.


Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma

Hifema dibagi menjadi beberapa grade menurut Sheppard berdasarkan tampilan


klinisnya: 3
Grade I: darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
Grade II: darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)
Grade III: darah mengisi hampir total COA (14%)
Grade IV: darah memenuhi seluruh COA (8%

Anatomi mata
Kelopak mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,serta mengeluarkan
sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.Palpebra merupakan alat
penutup mata yang berguna untuk ,melindungi bola mata terhadap trauma,taruma sinar dan
pengeringan bola mata.Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian seperti :2

10

Gambar 2 : Kelopak mata

Kelenjar seperti : Kelenjar sebasea,kelenjar Zeis,dan kelenjar Meiborn


Otot seperti : M.orbicularis occuli,M.rioland,
Di dalam kelopak tedapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di

dalamnya
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan

pembatas isi orbita dengan kelopak depan.


Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra a.palpebra
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal N.V ,sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf 5.

Sistem lakrimal
Sistem sekresi lakrimal terletak di daerah temporal bola mata.Sistem ekskresi mulai pada
pungtum lakrimal,kanalikuli lakrimal,sakus lakrimal,duktus nasolakrimal,meatus
inferior.Sistem lakrimal terdiri dari 2 bagian iaitu :2

11

Gambar 3 : Sistem lakrimal mata

Sistem produksi atau glandula lakrimal.Glandula lakrimal terletak di temporo antero

superior rongga orbita.


Sistem ekskresi yang terdiri dari puntum lakrimal,kanalikuli lakrimal,sakus lakrimal
dan duktus nasolakrimal.Saku lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita.Air
mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus
inferior.

Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang.Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.Konjungtiva
terdiri atas tiga bagian iaitu:2

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsal,konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari

tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera bawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Bola mata

12

Gambar 4 : Anatomi bola mata


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu:

1. Sklera, merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibandingkan sklera
2. Jaringan uvea, merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea
dibatasi oleh ruang yan potensial yang mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakhoroid. Jaringan
uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan khoroid. Pada iris didapatkan pupil,
dan oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola
mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di
badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar
yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuor humor)
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris yang
dibatasi kornea dan sklera.
3. Retina, terletak paling dalam dan mempunyai susunan sebanyak 10 lapisan
yang merupakan membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi
13

rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang
potensial antara retina dan khoroid sehingga retina dapat terlepas dari khoroid
yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan
bersifat gelatin yang hanya menempel pada papil saraf optik, makula dan pars
plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan
pada retina, maka retina akan robek dan akan terjadi ablasi retina. Lensa
terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah akuatornya pada badan
siliar melalui zonula zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi
atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita. Sistem sekresi air
mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi
dimulai pada punctum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus
nasolakrimal, dan meatus inferior.
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata,bagian selaput mata yang tembus cahaya
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas
lapis: 2
1.
2.
3.
4.
5.

Epitel
Membran Bowman
Stroma
Membran Descement
Endotel

Gambar 5 : Lapisan lapisan kornea


Rongga orbita
14

Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita iaitu lakrimal,etmoid,sfenoid,frontal,dan dasar orbita yang
terutama terdiri atas tulang maksila bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.2
Dinding orbita terdiri atas tulang :2
1.
2.
3.
4.

Atap atau superior : os frontal


Lateral : os frontal,os zigomatik,ala magna os sfenoid
Inferior : is zigomatik,os maksila,os palatina
Nasal : os maksila,os lakrimal,os etmoid

Otot penggerak mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada
letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot iaitu :2

M.oblik inferior
Mempunyai origo pada fossa lakrimal tulang lakrimal,berinsersi pada sklera
posterior 2mm dari kedudukan makula,dipersarafi saraf okulomotorius bekerja untuk

menggeakkan mata ke atas,abduksi dan eksiklotorsi2


M.oblik superior
Mempunyai origo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas
foramen optik,berjalan menuju troklea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan di
atas otot rektus superior,yang kemudian berinsersi pada sklera di bagian temporal
belakang bola mata.Berfungi untuk menggerakkan bola mata untuk depresi terutama

bila mata melihat ke nasal,abduksi dan insikoltorsi.2


M.rektus inferior
Mempunyai origo pada anulus Zinn,berjalan antara oblik inferior dan bola
mata atau sklera dan insersi 6mm di belakang limbus yang pada persilangan dengan
oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.Menggerakkan mata depresi (gerak

primer) dan eksoklotorsi ,aduksi (gerak sekunder)2


M.rektus lateral
Mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen
optik.Menggerakkan bola mata terutama abduksi.2

M.rektus medius
Mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura saraf
optik.Menggerakkan mata untuk aduksi (gerakan primer.)2
M.rektus superior

15

Mempunyai origo di anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura
saraf optik.Fungsinya menggerakkan mata elevasi terutama bila mata melihat ke
lateral : aduksi terutama bila tidak melihat ke lateral dan insklitorsi.2

Patofisiologis
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada pembuluh
darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata
depan. Iris bagian perifer merupakan bagian paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata
akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta
merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non reaktif. Tenaga yang
timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke dalam isi bola mata melalui sumbu
anterior posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata
ke lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa hari akan berhenti,
oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga
akan menjadi jernih kembali. 4

Reaksi peradangan
Peradangan akut merupakan respon langsung tubuh terhadap cedera atau kematian
sel.Gambaran makroskopis peradangan digambarkan pada 2000 tahun lalu dan masih dikenal
sebagai tanda-tanda pokok peradangan yang mencakup kemerahan ,panas,nyeri dan
pembengkakan atau dalam bahasa Latin klasik rubor,kalor,dolor dan tumor.Pada abad terakhir
ditambahkan tanda pokok yang kelima iaitu perubahan fungsi atau fungsio laesa.4

16

Gambar 6 : Mekanisme peradangan

Rubor (kemerahan)
Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan.Seiring dengan dimulainya reaksi peradangan ,arteriol yang memasuk
daerah tersebut berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam
mikrosirkulasi local.Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau mungkin hanya sebagian
meregang ,secara cepat terisi penuh dengan darah.Keadaan ini disebut hyperemia atau
kongesti,menyebabkan kemerahan local pada peradangan akut.Tubuh mengontrol produksi
hyperemia pada awal reaksi peradangan,baik secara neurologis maupun kimiawi melalui
pelepasan zat-zat seperti histamine.4

Kalor (Panas)
Kalor atau panas,terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan
akut.Sebenarnya,panas secara khas merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada
permukaan tubuh yang secara normal lebih dingin dari 37C yang merupakan inti
tubuh.Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak
darah dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan ke
daerah normal.Fenomena hangat local ini tidak terlihat di daerah-daerah meradang yang
terletak jauh di dalam tubuh karena jaringan jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37
C dan hyperemia local tidak menimbulkan perbedaan.4

17

Dolor (Nyeri)
Dolor atau nyeri pada suatu reaksi peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai
cara.Perubahan pH local atau konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung
saraf.Hal yang sama ,pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamine atau zat-zat kimia
bioaktif lain dapat merangsang saraf.Selain itu,pembengkakan jaringan yang meradang
menyebabkan peningkatan tekanan local yang tidak meragukan lagi dapt menimbulkan nyeri.4
Tumor (Pembengkakan)
Aspek yang paling mencolok pada peradangan akut mungkin adalah tumor atau
pembengkakan local yang dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran darah
ke jaringan intertisial.Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun di daerah peradangan
disebut eksudat.Pada awal perjalanan reaksi peradangan sebagian besar aksudat adalah cairan
yang terlihat secara cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada
kulit.Kemudian,sel-sel darah putih atau leukosit,meniggalkan aliran darah dan tertimbun
sebagai bagian eksudat. 4

Fungsio laesa (Perubahan fungsi)


Fungsio laesa atau perubahan fungsi merupakan bagian yang lazim pada reaksi
peradangan.Sepintas mudah dimengerti bagian yang bengkak,nyeri disertai sirkulasi abnormal
seharusnya berfungsi secara abnormal.Akan tetapi,cara bagaimanapun fungsi jaringan yang
meradang itu terganggu tidak dipahami terperinci.4

Manifestasi klinis5

Nyeri pada mata dan berair


Penglihatan menurun
Udem palpebra
Penglihatan menurun
Penglihatan ganda
Tampak darah menumpuk di bagian bawah BMD
TIO meningkat
18

Midriasis
Epifora dan bleforospasm

Pasien yang dating dengan hifema biasanya akan mengeluh nyeri dan mata berair.
Penglihatan ketajaman pasien biasanya menurun dan terdapat penumpukan darah pada mata
yang dapat dilihat sekiranya pendarahannya banyak. Semasa pasien duduk akan terlihat darah
terkumpul pada bagian bawah segmen anterior mata da hifema akan terlihat memenuhi
seluruh ruang bilik mata depan. Selain itu, bias juga terdapat peningkatan tekanan intraocular
yang bisa terjadinya glukoma.5
Terjadinya hifema akan menyebabkan penurunan visus mata karena mata menggangu
media refraksi mata. Darah yang mengisi kamera okuli secara langsung ini akan
mengakibatkan tekanan intraocular mata meningkat karena pertambahan volume pada mata
oleh darah. Kenaikan tekanan intraokuler ini disebut glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder
juga dapat terjadi akibat massa darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi
membuang humor aqueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama
berada di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan
kerusakan jaringan kornea. Terdapat pula tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan
ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat.5
Penatalaksanaan
Banyak aspek yang menjadi kontroversi ,termasuklah hospitalisasi dan tirah baring
total di mana dipersoalkan adakah ianya diperlukan .Tetapi suatu kondisi persekitaran yang
atraumatik dibutuhkan .Hospitalisasi dipertimbangkan pada pasien non-compliant ,pasien
dengan perdarahan diathesis atau diskrasia darah ,pasien dengan kecederaan orbital atau
cedera okular berat yang lain ,dan juga pada pasien dengan peningkatan TIO dan sickle cell .6
Hospitalisasi dan rawatan yang agresif juga dipertimbangkan juga untuk kasus anak-anak
terutama pada anak-anak yang berisiko amblyopia misalnya pada anak-anak yang berusia
sekitar 7-8 tahun atau apabila dicurigai kasus penderaan .6
1. Meninggikan kepala ketika berbaring untuk memperlancar aliran darah
2. Letakkan suatu perlindungan (bisa plastik atau logam) pada mata yang terlibat setiap
masa .Jangan ditambal ,karena ini dapat menghalang kita daripada mengetahui jika
pasien itu mengalami sebarang kehilangan penglihatan secara tiba-tiba akibat
perdarahan semula.
3. Larutan Atropin 1% atau Skopolamin 0,25%
19

4. Tidak boleh diberi NSAID atau sebarang produk yang mengandung Aspirin
5. Analgesik ringan misalnya Acetaminophen .Hindari sedatif .
6. Gunakan steroid topikal misalnya Prednisolon asetat 1% 4-8 kali sehari jika terjadinya
iritis (photophobia ,luka dalam) ,ruptur kapsul lensa ,terdapatnya protein atau sel darah
putih di dalam bilik mata depan .Kurangkan frekuensi penggunaan steroid sejurus
selepas gejala dan simptom berkurang untuk menurunkan angka kejadian glaukoma
akibat steroid
Pada anak-anak ,langkah berhati-hati diperlukan dalam pengambilan obat steroid
topikal .Peningkatan cepat TIO sering terjadi pada anak-anak dan penggunaan steroid jangka
lama berisiko untuk terkena katarak .Pada sesetengah kasus ,penggunaan steroid
bermanfaat .Anak-anak perlu selalu diperhatikan jika terjadi peningkatan TIO dan harus
ditappering off penggunaan steroid secepatnya .6
7. Jika terjadi peningkatan TIO:
Peningkatan TIO terutama selepas trauma ,bisa transien atau akut .Meninggikan kepala pasien
dapat menurunkan TIO dan dengan itu masalah sel darah merah dapat diselesaikan.6
Penyakit / trait non-sickle cell (>30mmHg) :6

Dimulakan dengan Beta-Blocker (misalnya Timolol atau Levobunolol 0,5% b.i.d)


Jika TIO masih tinggi ,tambahkan agonis alpha topikal (misalnya Apraclonidine 0,5%
atau Brimonidine 0,2% t.i.d) atau carbonic anhidrase inhibitor topikal (misalnya
Dorzolamide 2% atau Brinzolamide 1% t.i.d) .Elakkan dari menggunakan analog
Prostaglandin dan miotika (dapat menyebabkan inflamasi) .Pada anak balita ,agonis

alpha topikal dikontraindikasikan .


Jika terapi obat topikal gagal ,tambahkan Asetazolamid (500mg p.o 20mg/kg/hari
dibagi 3 kali per hari untuk anak-anak ) atau Manitol (1-2g/kg IV dalam waktu 45
menit sehari) .Jika Manitol benar-benar dibutuhkan untuk mengawal TIO ,evakuasi
pembedahan akan segera dilakukan .

Penyakit/trait sickle cell (24mmHg) :6

Dimulakan dengan Beta-Blocker (misalnya Timolol atau Levobunolol 0,5% b.i.d)


Penggunaan obat-obatan yang lain harus digunakan dengan sangat berhati-hati
.Dorzolamide topikal dan Brinzolamide dapat menurunkan pH aqueous dan

20

menginduksi peningkatan sickle cell .Miotika atau Prostaglandin pula dapat

menyebabkan inflamasi .
Seeloknya ,elak pemakaian diuretik sistemik karena ianya meningkatkan sickle
cell dengan menginduksi asidosis sistemik dan kontraksi volume .Jika carbonic
anhydrase inhibitor dibutuhkan ,gunakan Metazolamid 50mg p.o selama 8 jam
.Jika Manitol dibutuhkan untuk mengawal TIO ,evakuasi pembedahan akan segera

dilakukan .
AC parasentesis selamat dan efektif jika TIO tidak bisa diturunkan secara medis
.Prosedur ini selalunya hanya sementara apabila evakuasi pembedahan diantisipasi

.
8. Jika dihospitalisasi ,gunakan antiemetik p.r.n untuk mual hebat atau muntah
6

(misalnya Proklorperazin 10mg IM selama 8 jam atau 25mg p.r.n selama 12 jam :

<12tahun ,trimetobenzamid supossitoria,100mg PR selama 6 jam p.r.n)


9. Indikasi dilakukan surgeri pada hifema :6
Tumpukan darah stroma kornea
Visual memburuk
Hifema yang tidak menurun <50% dalam waktu 8 hari [(untuk memprevensi

sinekia periferal anterior (PAS)]


TIO > 60mmHg dalam waktu 48 jam ,di samping terapi medis maksimal

(untuk prevensi atrofi optik)


TIO>25mmHg dengan hifema total > 5 hari (untuk prevensi tumpukan darah

stroma kornea)
TIO 24mmHg > 24jam (atau sebarang peningkatan transien pada TIO >
30mmHg ) pada pasien penyakit sickle cell/trait .

Sebelum ini ,Asam Aminokaproik sistemik digunakan untuk memstabilisasikan bekuan


darah dan memprevensi perdarahan semula.Terapi ini sudah jarang digunakan .Asam
Aminokaproik topikal sekarang lagi di bawah penyelidikan .Ia juga dapat mengurangkan
perdarahan semula .6
Follow up
1. Pasien perlu harus berjumpa dokter setiap hari selama 3 hari selepas trauma inisial
untuk diperiksa visual acuity ,TIO ,dan untuk pemeriksaan slit lamp .Dilihat jika ada
perdarahan baru ,peningkatan TIO ,tumpukan darah kornea dan cedera intraokular lain
.Hemolisis yang mungkin muncul seperti fluid merah terang harus dibedakan dari
perdarahan semula yang mana sepatutnya akan membentuk bekuan merah terang yang
baru .Jika TIO meningkat ,rawatlah seperti yang dinyatakan awal tadi .6
21

2. Pasien harus diinstruksi untuk kembali segera jika terjadi peningkatan sakit atau
penurunan penglihatan secara tiba-tiba (mungkin simptom perdarahan semula atau
glaukoma sekunder)6
3. Jika terjadi perdarahan semula ,atau TIO meningkat ,pasien harus dihospitalisasi
4. Setelah follow up inisial ,pasien mungkin dipertahankan dengan siklopegia long acting
(misalnya larutan Atropin 1% ,Skopolamin 0.25% ) tergantung kepada keburukan
kondisi.Steroid topikal mungkin ditappering off apabila darah ,fibrin dan sel darah
putih membaik .6
5. Kaca mata atau perlindungan mata semasa siang dan perlindungan mata waktu
malam.Pada semua pasien ,pemakaian perlindungan mata (polikarbonat atau lensa
Trivex) harus dipakai pada bila-bila masa dirasakan wujudnya potensi cedera mata.6
6. Pasien harud menghindar dari aktivitas fisikal berat (termasuk Valsalva Manuever atau
menunduk bawah) selama 1 minggu setelah perdarahan semula atau cedera inisial
.Waktunya harus diperpanjang > 1 minggu kalau darah masih kekal dalam COA .6

Bedah Pada Hifema


1. Parasintesis
Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah
atau nanah dari bilik mata depan ,dengan teknik dibuat insisi kornea 2mm dari limbus
ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris .Biasanya bila dilakukan
penekanan pada bibir luka maka koagulum dari bilik mata depan keluar .Bila darah
tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik
.Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit .2

2. Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjai reaksi jaingan uvea sehingga menimbulkan
iridosiklitis atau radang uvea anterior .Pada mata akan terlihat mata merah ,akibat
adanya darah di dalam bilik mata depan amak akan terdapat suar dan pupil yang
mengecil dengan tajam penglihatan menurun .2

22

Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topikal .Bila
terlihat tanda radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik .Sebaiknya pada
mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan
midriatika .2
Terapi Mikrohifema
1) Kebanyakan mikrohifema boleh dirawat menggunakan prosedur pasien luar
2) Skopolamin 0,25% b.i.d atau Atropin 1% q.d .Pada anak-anak ,Skopolamin lebih
dipilih.
3) Selebihnya ,sama seperti terapi hifema di atas
Terapi non-traumatik (spontaneous) dan hifema post-surgikal atau mikrohifema
Pertimbangkan larutan Atropin 1% q.d t.i.d atau Skopolamin 0,25% q.d-t.i.d ,aktivitas
dibatasi ,elevasi kepala ketika berbaring ,penghindaran Aspirin dan NSAID .Direkomendasi
plastik protektif atau pelindung logam jika etiologi tidak jelas .Monitor TIO .Hifema postsurgikal dan mikrohifema selalunya memerlukan observasi sahaja dengan perhatian yang
benar terhadap TIO.2
Komplikasi
1. Imbibisi kornea
Darah yang terdapat pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel
darah merah melalui bilik mata (kanal schlem) dan permukaan depan iris. Penyerapan
melalui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik
yang berlebihan didaerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin.
Bila terdapat hemosiderin yang berlebihan dalam bilik mata depan maka dapat terjadi
penimbunan pigmen ini didalam lapisan-lapisan kornea yang berwarna kecoklat-coklatan
yang disebut imbibisi kornea. Jika sudah terjadi seperti ini hanya dapat diperbaiki dengan
keratoplasty.7
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau
apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan penyumbatan pupil. Hal ini terjadi
akibat darah dalam bilik mata, karena unsur-unsur darah menutupi sudut bilik mata
trabekula, sehingga hal ini akan menyebabkan tekanan intraocular.7
3. Uveitis
23

Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat riwayat truma
tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda asing, atau
abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity dan tekanan
intraocular mungkin terpengnaruh, dan mungkin juga terdapat darah pada anterior
chamber.7
4. Kebutaan
Zat besi didalam mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan dapat
menimbulkan fitsis bulbi dan kebutaan.7
Prognosis
Mata sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi sekuele jangka
panjang. Prognosis tergantung pada jumlah banyaknya darah yang tertimbun pada kamera
okuli anterior (COA).

Pada hifema dengan darah yang sedikit tanpa adanya glukoma

biasanya prognosis baik karena darah akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam
beberapa hari. Sedangkan pada hifema yang telah mengalami glaukoma, prognosisnya
tergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut menimbulkan defek pada ketajaman
penglihatan. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka
prognosa buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam
bilik mata depan akan memberikan prognosis lebih buruk dibandingkan dengan hifema
sebagian.Bila tajam penglihatan telah mencapai 1/60 atau lebih rendah maka prognosis
penderita adalah buruk (malam) karena dapat menyebabkan kebutaan. Trauma tumpul dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada
fovea.
Hifema sekunder terjadi pada hari ke 5-7 sesudah trauma biasanya lebih hebat dibanding
dengan hifema primer, dan dapat memberikan rasa sakit sekali. Dapat terjadi keadaan yang
disebut sebagai hemoftalmitis atau peradangan intraokular akibat adanya darah yang penuh di
dalam bola mata. Dapat juga terjadi siderosis akibat hemoglobin atau siderin tersebar dan
diikat oleh jaringan mata. Prognosis penglihatan pada penderita hifema dipengaruhi oleh 3
faktor penting, yaitu:
a. Kerusakan struktur mata yang lain: ruptur koroid
b. Perdarahan sekunder
c. Komplikasi berupa glaukoma, corneal bloodstaining atau atropi optikus

24

Penanganan adalah untuk mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi. Sekiranya


terdapat pembaikkan visus mata maka penanganan hifema dikatakan berhasil. Hifema yang
sembuh dengan visus 20/40 atau lebih baik tergantung dari derajat keparahan hifema, yaitu:

Hifema grade 1 : 80%


Hifema grade 2 : 60%
Hifema grade 3 dan 4 : 35%

Daftar pustaka
1. TRAUMA, David VF, Kenneth LM, Physical Examination, McGraw Hill. 8th Ed.
2008. 422-31
2. Prof.dr.H.Sidarta Ilyas,SpM ,Ilmu penyakit mata,Edisi ketiga,2010, ,Fakultas
Kedokteran UI,halaman 1-12
3. S ankar PS, Chen TC, Grosskreutz CL, Pasquale LR. Traumatic hyphema. Int
Ophthalmol Clin 2002;42:57-68
4. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 6,Vol 1,2006,Penerbit
Buku Kedokteran EGC,halaman 56-58
5. lyas,Sidharta.Katarak lensa mata Keruh. Glosari Sinopsis. Cerakan Kedua. Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2007.
6. Ilyas, Sidharta; Mailangkay; Taim, Hilman; Saman,Raman; Simarmata,Monang;
Widodo,Purbo.Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Edisi kedua. Sagung Seto.Jakarto. 2002.
7. Ilyas,Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga. Balai PenerbitanFKUI.Jakarta.
200

25

Anda mungkin juga menyukai