Preeklamsi Post Partum
Preeklamsi Post Partum
(22020112120003)
2. Linda Riana P
(22020112140016)
3. Amanat Buya A
(22020112140095)
4. Nurbaiti
(22020112140102)
5. Ita Rosita
(22020112140020)
(22020112130031)
(22020112110019)
(22020112120006)
9. Fauziyah Latief
(22020112120008)
(22020112130115)
(22020112140097)
(22020112140083)
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang
2014
sebagai suatu sistem dengan para anggota saling berinteraksi satu sama lain. Kesenangan
dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini, pria dan wanita harus menyelesaikan efek
dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan membina
karir, dan memerlukan suatu upaya khusus yang harus dilakukan untuk memperkuat
hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan keluarga.
d. Fase blues dan depresi
Terjadi perubahan emosi tiba-tiba pada hari ke 10, dan sering terjadi pada
primipara. Menangis irritable, gangguan makan dan tidur. Terjadi konflik peran,
flluaktuasi hormonal, kelelahan serta adanya rasa tidak puas dengan penampilan setelah
postpartum.
Sedangkan penyesuaian psikologis yang dapat terjadi pada ayah adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2. Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
seperti human plasenta laktogen (hPL), human corionik gonadotropin (hCG).
Estrogen dan progesteron mencapai kadar terendah pada minggu pertama postpartum
b. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium Hormon prolaktin meningkat secara progresif
selama kehamilan dan setelah melahirkan akan tetap meningkat pada ibu menyusui.
Kadar prolaktin akan ditentukan oleh lama dan frekuensi menyusui, status nutrisi ibu,
serta kekuatan bayi dalam menghisap. Penurunan kadar estrogen dan progesteron
juga menyebabkan kadar hormon prolaktin meningkat. Pada ibu tidak menyusui
kadar prolaktin akan berkurang dan mencapai kadar seperti sebelum kehamilan pada
minggu ke 4-6 postpartum. Ovulasi pada ibu tidak menyusui terjadi pada hari ke 27
setelah persalinan, denga rata-rata waktu 7075 hari. Pada ibu menyusui, menstruasi
terjadi pada minggu ke-17 postpartum. Ovulasi mungkin terjadi sebelum menstruasi
pertama, sehingga perlu didiskusikan tentang metode keluarga berencana yang tepat.
3. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum akan kembali normal hampir seperti kondisi
sebelum hamil setelah minggu ke-6 postpartum. Striae mungkin masih ada.
Pengembaliuan tonus otot dipengaruhi oleh tonus itu sendiri, latihan yang tepat, dan
jumlah dari sel lemak. Diaktasis rektus abdominis tetap ada.
4. Sistem Perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi
meningkat. Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga
menurun. Ginjal akan kembali normal seperti sebelum hamil setelah 1 bulan
persalinan.
a. Komponen Urin BUN meningkat akibat autolisis pada proses involusi. Proteinuria
+ 1 normal karena pemecahan sel otot uterus selama 1 dan 2 postpartum.
Ketonuria terjadi pada ibu dengan persalinan lama yang disertai dehidrasi
b. Diuresis Postpartum
Selama 12 jam postpartum, ibu mulai kehilangan cairan yang bertumpuk di
ekstrasel selama kehamilan akibat dari penurunan kadar estrogen. Pengeluaran
cairan dapat mengurangi berat badan ibu postpartum sebanyak 2.25 kg.
c. Uretra dan Bladder Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat
menyebabkan penurunan sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang
ada di bladder. Ditambah adanya laserasi di perineum dan episiotomi
D. PATOFISIOLOGI PREEKLAMSI
JANTUNG Vasospasma
Peningkatan Edema
HCL meningkat
Keluhan utama merupakan masalah utama yang dikeluhkan oleh klien saat pengkajian.
Intake nutrisi tidak adekuat, Peningkatan produksi vasodilator/ prostanoid
PREEKLAMSIA
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji riwayat kesehatan keluarga tentang ada atau tidaknya penyakit menular atau
penyakit menurun
padadarah
anggota
Tekanan
naikkeluarga klien seperti HIV/AIDS, hepatitis, TBC,
hipertensi, asma, diabetes mellitus, jantung, paru-paru, ginjal, dll.
5) Mulut
: adakah stomatitis, gigi tidak berlubang, tidak ada caries dentis, lidah
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, trauma
jaringan atau kulit rusak, penurunan Hb malnutrisi.
Data fokus
Diagnosa
Ds:
Resiko
-
Tidak
cukup
pengetahuan
dalam
paparan
Do:
-
trauma
-
berhubungan
selama
paska trauma
bebas
drainase
jaringan
penyembuhan,
adekuat
(kulit
malnutrisi
rentan
terhadap
2. Inspeksi
balutan
abdominal
terhadap
dapat
memrelukan
diet
steril
yang
khusus.
2. Balutan
sekitar
infus
eritema
atau
terhadap
melindungi
luka
dari
nyeri tekan.
uterus lunak/tidak
nyeri tekan aliran
dan
tidak
purulen
dan
dari
operasi
atau kulit rusak,
Destruksi
penurunan
Hb
jaringa
malnutrisi.
Peningkatan
primer
dengan
1. Anemia
lebih
jam
kriteria hasil :
- Menunjukkan luka
paparan
-
3x24
lingkungan,
lingkungan
Malnutrisi
Pertahanan
pemajanan
Terdapat
Rasional
peningkatan
pathogen
Intervensi
tinggi Setelah
terhadap
dengan
menghindari
Tujuan
karakter
lokhea normal.
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Memperlihatkan
higene
personal
4. Perhatikan
sistem 3. Tanda-tanda
ini
yang steril.
5. Tinjau
pranatal,
ulang
HB/HT
perhatikan
oleh
streptokokus,
stapilokokus,
pseudomonas.
4. Mencegah
bakteri
bila
dan
introduksi
kateter
dan
trauma
jaringan)
yang adekuat
indwelling.
5. Anemia,
diabetes
dan
frekuensi/jumlah
perawatan
kelahiran
sesarea
meningkatkan
resiko
penggantian pengalas
8. Dorong masukan cairan
oral
dan
diet
tinggi
urinarius
meningkatkan
resiko
infeksi.
tehnik mencuci tangan 7. Membantu menghilangkan
dengan cermat.
volume
penyebaran
Etiologi
Diagnosa
DS :
Post
section caesaria
Klien
seperti
ditusuk-tusuk
Nyeri di perut
bagian
bawah
dengan
skala
nyeri 8
Klien
Gangguan
nyaman
akut
mengatakan
nyeri
operasi
Tujuan / Kriteria
Hasil
rasa Setelah dilakukan
pada
waktu
mmhg
160/110
nyeri
secara
Mengidentifikasi
skala
nyeri
dan
ketidaknyaman
(PQRST)
Pantau TTV
klien
Mengumpulkan dan
klien
Berikan
diharapkan
klien
nyeri
berkurang
dengan
kriteria
yang
Pasien
melaporkan
menganalisis
tenang
tubuh
dan nyaman
Ajarkan non
bahwa
farmakologi
nyerinya
teknik
nafas
berkurang
dalam
atau
dari skala 8
relaksasi atau
menjadi 5
Klien mampu
aroma terapi
Kolaborasi
data
kardiovaskuler,
lingkungan
hasil :
DO :
TD
Mengkaji
komprehensif
bergerak
-
Rasional
keperawatan
mengatakan
dirasakan
nyeri tindakan
nyeri
Intervensi
menentukan
untuk
dan
mencegah
3
komplikasi
Dapat mengurangi
rasa
ketidaknyamanan
Untuk mengontrol
diri ketika terjadi
RR 22 X/ mnit
Nadi 88 x/menit
Suhu 37o C
Klien
terlihat
mengenali
dengan tenaga
nyeri, lokasi,
medis
menahan nyeri
Luka
tingkat nyeri.
TTV
klien
durasi
-
dalam
batas
di
normal
(TD
bawah
pusar
120/80
dengan
garis
mmhg,RR 16-
pembedahan
terdapat
dan
vertical
Luka tertutup
24
x/menit)
dalam
pemberian
anlgetik
rasionalisasinya
mengurangi
secara farmakologis
x/menit,
nadi
60-100
ada rembesan
Diagnosa
Etiologi
Tujuan dan
DS :
Intolerensi Kelemaha
kriteria hasil
Setelah
Klien
aktivitas
dilakukan
n Umum
mengatakan :
tindakan
klien
keperawatan
mengatakan
selama
2x24
Intervensi
Rasionalisasi
Terapi Aktifitas
1
terhadap aktivitas.
Observasi tanda-
tanda vital.
Kolaborasikan
nyeri
Menentukan
pilihan intervensi
selanjutnya.
Mengetahui
parameter
TTD
tidak
bisa
jam, diharapkan
dengan
beraktifitas
aktivitas
rehabilitasi medic
mengkaji
seperti biasa
tidak terganggu.
dalam
fisiologi terhadap
karena nyeri
Dengan
merencanakan
yang
terbaring di
tempat tidur
Klien
tampak
lemas
-
2
3
dan
lesu
Wajah pucat
aktivitas
lebih
sering
program
melakukan
DO :
Klien
kriteia
hasil :
1 Mampu
dirasakan
-
klien
tenaga
terapi
(ADLs) secara
mampu dilakukan.
Bantu
untuk
mandiri.
Tanda-tanda
memilih
vital normal.
Mampu
konsisten
sesuai
berpindah
yang
psikologi
tanpa bantuan
6
sisial.
Bantu klien untuk
membuat
latihan
jadwal
diwaktu
luang.
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
intervensi.
Membantu
aktivitas
klien
secara
mandiri.
Mencegah
meningkatnya
dengan
dan
dalam
untuk melakukan
kemampuan fisik,
atau
respon
penerapan
aktifitas
yang
dan
aktivitas klien.
Untuk membantu
klien
mengidentifikasi
aktifitas
alat.
yang tepat.
Bantu klien untuk
sehari-hari
dengan
membantu
tiba-tiba.
Untuk
melatih
kerja jantung.
Untuk mendorong
klien
melakukan
aktivitas.
dalam
penguatan.
mengatakan
cemas
kondisi janin
Klien
mengeluh
susah
tidur
penyakitnya
DO:
- Klien tampak
cemas
pucat
Ekspresi
wajah tegang
Klien terlihat
emosional;
klien
dalam
mempelajari
mengidentifikasi
mekanisme
yang
koping
lazim
baru
dan
lima
untuk
menurunkan ansietas.
Klien dapat meningkatkan
kesehatan
jari
fisiknya
dan
kesejahteraannya.
Pasien kelihatan rileks/dapat
dapat
tentang
mengungkapkan masalah
Membantu memfasilitasi
adaptasi
yang
terhadap
peran
Menurangi
menyebabkan
rasa cemasnya
Klien dapat
yang
keadaan
kesalahpahaman
meningkatkan
baru.
perasaan
informasi
positif
ansietas
dan
gelisah
Klien tampak
yang
dukungan
mendorong
menjadi 2
Klien dapat mengidentifikasi
situasi
memikirkan
Rasional
- Memberikan
partisipasi pasangan
atau
terhadap
-
ansietas
keberadaan
dapat
tingkat
ansietas
Mengurangi ansietas yang
mungkin
berhubungan
terhadap
sesuatu
tidak
tenang
dan khawatir
Tentukan
pasien
tingkat
dan
menganggap
ansietas
sumber
hal
yang
dari
keadaan bayi
masalah
-
Mendorong
pasien
pasangan
atau
untuk
mengungkapkan
keluhan
dalam
proses
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, Irena. M. 2004. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC
2. Pratiwi, Ratna. 2011. Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea
Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan Aromaterapi
Lavender Di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran
3. Vista Lukman, Trullyen. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Operasi Sectio Caesaria Di RSUD Prof. DR. Hi.
Aloei Saboe Kota Gorontalo. Gorontalo: Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
4. Arianie Rusli, Risa; dkk. 2011. Perbedaan Depresi Pasca Melahirkan Pada Ibu
Primipara Ditinjau Dari Usia Ibu Hamil. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Hang Tuah