Anda di halaman 1dari 21

PAPER KEPERAWATAN MATERNITAS

ASKEP PREEKLAMSI PADA IBU POST PARTUM


Di susun untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Maternitas
Disusun Oleh :
Kelompok 2 A12.1
1. Vika Asyharul Ulya

(22020112120003)

2. Linda Riana P

(22020112140016)

3. Amanat Buya A

(22020112140095)

4. Nurbaiti

(22020112140102)

5. Ita Rosita

(22020112140020)

6. Diksi Puspita Dewi

(22020112130031)

7. Sri Wahyuni Tyas Pritami

(22020112110019)

8. Endar Giri Budiharto

(22020112120006)

9. Fauziyah Latief

(22020112120008)

10. Sandy Eka Saputra

(22020112130115)

11. Ismi Rofiqoh

(22020112140097)

12. Nurul Hidayati

(22020112140083)

Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang
2014

A. PERUBAHAN FAKTOR PSIKOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM


Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran sampai
uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum hamil, biasanya
berlangsung sekitas 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran ibu mengalami perubahan
fisiologis dan anatomis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil. Sedangkan secara
psikologis ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan bayi
(walsh,2007).
Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum, early postpartum dan late
postpartum. Immediate postpartum adalah masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
dua puluh empat jam pertama. Periode early postpartum dimulai dari dua puluh empat jam
sampai satu minggu dan periode late postpartum mulai dari satu minggu sampai lima
minggu (saleha,2009). Periode late postpartum mulai minggu kedua sampai minggu keenam
sesudah melahirkan, dan terjadi perubahan secara bertahap.
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsuung selama kirakira 6 mingguan (abdul,dkk,2002).
B. Adaptasi Psikologis normal pada postpartum
Kelahiran seorang anak menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar terhadap
struktur interaksi keluarga yang sudah terbentuk. Menjadi orang tua menciptakan periode
ketidakstabilan yang menuntut perilaku untuk menjadi orang tua. Ada tiga fase penyesuaian
ibu terhadap perannya sebagai orang tua (Bobak, 2004)
a. Fase dependen (taking-in)
fase dependen ini ibu memerlukan perlindungan dan perawatan selama 1-2 hari
pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu semakin menonjol pada waktu ini, ibu
mengaharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain, ibu memindahkan
b.

energi psikologisnya kepada anaknya


Fase dependen mandiri (taking-hold)
Dalam fase dependen mandiri secara bergantian muncul kebutuhan untuk
mendapatkan perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri, ia berespon dengan penuh semangat untuk
memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayinya secara

langsung. Fase taking hold ini berlangsung kira-kira 10 hari.


c. Fase interdependen (letting-go)
Fase interdependen atau letting-go merupakan fase yang penuh stress bagi orang
tua. Pada fase ini perilaku interdependen muncul, ibu dan keluarganya bergerak maju

sebagai suatu sistem dengan para anggota saling berinteraksi satu sama lain. Kesenangan
dan kebutuhan sering terbagi dalam masa ini, pria dan wanita harus menyelesaikan efek
dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan membina
karir, dan memerlukan suatu upaya khusus yang harus dilakukan untuk memperkuat
hubungan orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan keluarga.
d. Fase blues dan depresi
Terjadi perubahan emosi tiba-tiba pada hari ke 10, dan sering terjadi pada
primipara. Menangis irritable, gangguan makan dan tidur. Terjadi konflik peran,
flluaktuasi hormonal, kelelahan serta adanya rasa tidak puas dengan penampilan setelah
postpartum.
Sedangkan penyesuaian psikologis yang dapat terjadi pada ayah adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ayah mulai melibatkan diri dalam perawatan bayi


Ayah terpikat pada bayi
Sering mengadakan kontak dengan sentuhan
Merasa menigkatkan harga diri
Merasa lebih matur dan lebih tua
Merasa menjadi ayah
Post partum blues
Postpartum blues biasanya bersifat sementara dan mempengaruhi 75%-80%
wanita melahirkan. Kategori blues cukup sulit di diagnosis karena tidak ada instumen
pengkajian standar. Menurut Kennerley dan Gath ada instrument untuk mengukur gejala
postpartum blues: perubahan mood, merasa rendah, cemas, merasa terlalu
emosional,mudah menangis, letih, dan bingung atau pikiran kacau.
Faktor predisposisi postpartum blues melliputi perubahan biologis, stress, respon
normal, atau penyebab sosial atau lingkungan. Setiap peristiwa yang menimbulkan stress
misal pembedahan dapat merangsang reaksi seperti blues. Blues juga dianggap normal
karena merupakan peristiwa fisiologis berdasarkan respon yang meningkat naluri ibu
untuk melindungi bayinya.masalah sosial dan lingkungan seperti rasa takut terhadap
persalinan, depresi selama hamil,penyesuaian sosial yang buruk dapat merupakan faktor
predisposisi.

Postpartum depression , sering juga disebut depresi pasca melahirkan adalah


suasana hati yang depresif lebih berlarut-larut dengan keluhan afektif : tertekan , mudah
tersinggung , sedih . Dia mungkin memiliki keluhan kognitif dantanda-tanda vital:
insomnia, kurang nafsu makan , gangguan konsentrasi , kehilangan libido. Depresi
pascamelahirkan bukanlah jenis khusus depresi. Memang benar bahwa periode
postpartum merupakan masa yang rawan bagi sebagian wanita, keadaan yang terkait
dengan ibu memainkan peran ( ketersediaan dukungan sosial , perubahan gaya hidup ) .
Disfungsi tiroid Postpartum dapat berkontribusi. Insiden depresi postpartum berat telah
dilaporkan sebanyak 6 %. dan periode yang paling rentan adalah antara 8 dan 20 minggu
postpartum Depresi yang terjadi kemudian lebih berlarut-larut dan lebih serius dari pada
periode postpartum awal. Depresi memiliki pengaruh penting pada interaksi ibu - bayi
selama tahun pertama , karena bayi mengalami stimulasi memadai ( Beck,1995) .
Tidak ada bukti bahwa pengobatan dengan hormon ( progesteron atau
turunannya ) efektif , walaupun pengobatan tersebut telah sering dianjurkan. Namun
dalam kasus yang parah, pengobatan dan dukungan yang diperlukan . Pengobatan dapat
terdiri dari psikoterapi dan antidepresan , dan tidak berbeda dengan pengobatan depresi
diumum. Dukungan dari pengasuh untuk tertekan wanita postpartum / pasangan telah
diselidiki dalam dua percobaan acak. dukungan ini dikaitkan dengan kejadian penurunan
distress perempuan enam bulan kemudian . Hal ini belum jelas jika dukungan tersebut
sebaiknya dijalankan oleh pengasuh terlatih , atau jika dukungan oleh perempuan awam
atau kelompok swadaya sudah cukup . Untuk pencegahan depresi lingkungan kerja juga
tampaknya penting : uji coba secara acak dari persahabatan selama persalinan
menunjukkan bahwa depresi dan peringkat kecemasan 6 minggu setelah melahirkan lebih
rendah pada kelompok yang menerima dukungan selama persalinan.
Psikosis Postpartum
Krisis psikiatri yang paling parah ialah psikosis pascapartum. Gejalanya
seringkali bermula dengan postpartum blues atau depresi pascapartum. Waham,
halusinasi, konfusi, delirium dan panik bias timbul. Wanita tersebut dapat memprlihatkan
gejala yang menyerupai skizofrenia.

Dia bereaksi abnormal terhadap anggota keluarganya. Secara bertahap menjadi


jelas bahwa gangguan psikotik kepribadiannya eksis yang dapat menjadi berbahaya bagi
dirinya sendiri dan untuk bayi. Penyakit psikosis seperti tidak dapat dibedakan dari
psikosis lain. Hal ini dapat disimpulkan dari fakta bahwa wanita yang sama setelah
berikutnya kehamilan memiliki peluang peningkatan jelas kekambuhan dari psikosis
nifas . Para wanita ini juga memiliki peningkatan risiko gangguan psikotik dalam
keadaan stres lainnya .Tugas pengasuh utama adalah untuk waspada dan untuk
mendiagnosa penyakit dalam waktu;riwayat penyakit psikotik harus waspada pengasuh
untuk masalah potensial. dimana ditemukan tanda-tanda yang jelas dari psikosis pasien
harus disertai ke rumah sakit atau klinik di mana dia dapat menerima pengobatan dan
dukungan yang tepat .
C. Adaptasi Fisiologis Postpartum Pada Preeklampsia
1. Sistem Reproduksi
UTERUS
a. Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang
dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus. Dalam 12
jam persalinan, tinggi fundus uteri kurang lebih 1 cm di atas umbilicus dan turun 1-2
cm tiap harinya. 6 hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan anatara
umbilicus dan simfisis.
9 hari postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga pelvis 1 2 minggu
postpartum, berat uterus berkisar antara 500350 gr. Dan pada minggu ke 6
postpartum, berat uterus antara 50-60 gr. Penurunan hormon esterogen dan
progesteron setelah persalinan menyebabkan terjadinya autolisis pada jaringan uterus
dalam proses pengembalian ke kondisi sebelum hamil. Penyebab utama dari
b.

subbinvolusi adalah tertinggalnya jaringan plasenta dan infeksi


Kontraksi Uterin Intensitas kontraksi uterin meningkat secara bermakna segera
setelah persalinan bayi, yang merupakan respon untuk segera mengurangi jumlah
volume intra uterin. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum, aktivitas uterin

menurun dengan halus dan dengan progresif dan stabil


c. Afterpains Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodik menyebabkan
kram uterus yang tidak nyaman dan sisebut sebagai afterpains dan terjadi pada awal
postpartum. Afterpains lebih dirasakan ibuibu yang melahirkan bayi yang besar,

gemeli atau hidramnion. Menyusui dan oksitosin injeksi dapat memperberat


afterpains karena menyebabkan kontraksi uterus lebih kuat
d. Tempat Perlekatan Plasenta Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi
vasokonstriksi dan trombosis untuk mencegah tempat perlekatan plasenta melebar.
Pertumbuhan endometrium menyebabkan terlepasnya jaringan nekrotik dan
mencegah timbulnya jaringan scar. Hal ini akan mempengaruhi tempat perlekatan
plasenta pada kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium akan selesai
pada minggu ke-3 postpartum, sedangkan pada tempat plasenta akan pulih pada
minggu ke-6 postpartu.
Lokhea Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut sebagai lokhea.
Pengeluaran lokhea meliputi 3 tahap yang dikarakteristikkan dengan warna, jumlah
dan waktu pengeluaran:
a. Lokhea Rubra Mengandung darah, sel desidua, dan bekuan darah, berwarna merah
menyala berbau amis. Pada 2 jam setelah melahirkan, jumlah lokhea mungkin
seperti saat menstruasi. Hal ini berlangsung sampai hari ke 3-4 postpartum.
b. Lokhea Serosa Mengandung sisa darah, serum, dan leukosit. Warna pink atau
kecoklatan dan berlangsung sampai hari ke-10 postpartum. c. Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Berwarna
kekuningan hingga putih dan berlangsung sampai minggu ke2-6 postpartum
c. Cerviks Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Cerviks atas atau
segmen bawah uterus tampak edema, tipis dan fragil selama beberapa hari setelah
postpartum. Porsio mungkin menonjol kearah vagina, tampak memar dengan sedikit
laserasi. Laktasi dapat menghambat produksi mukosa cerviks karena menghambat
produksi estrogen.
d. Vagina dan Perineum Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi
pada minggu ke 6-8 postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu ke 4
postpartum tetapi tidak mungkin kembali ke kondisi seperti saat sebelum menikah.
Penurunan estrogen juga menyebabkan produksi mukosa vagina berkurang sehinga
lubrikasi minimal mukosa kembali menebal setelah ovarium kembali berfungsi.

2. Sistem Endokrin
a. Hormon Plasenta Keadaan hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
seperti human plasenta laktogen (hPL), human corionik gonadotropin (hCG).
Estrogen dan progesteron mencapai kadar terendah pada minggu pertama postpartum
b. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium Hormon prolaktin meningkat secara progresif
selama kehamilan dan setelah melahirkan akan tetap meningkat pada ibu menyusui.
Kadar prolaktin akan ditentukan oleh lama dan frekuensi menyusui, status nutrisi ibu,
serta kekuatan bayi dalam menghisap. Penurunan kadar estrogen dan progesteron
juga menyebabkan kadar hormon prolaktin meningkat. Pada ibu tidak menyusui
kadar prolaktin akan berkurang dan mencapai kadar seperti sebelum kehamilan pada
minggu ke 4-6 postpartum. Ovulasi pada ibu tidak menyusui terjadi pada hari ke 27
setelah persalinan, denga rata-rata waktu 7075 hari. Pada ibu menyusui, menstruasi
terjadi pada minggu ke-17 postpartum. Ovulasi mungkin terjadi sebelum menstruasi
pertama, sehingga perlu didiskusikan tentang metode keluarga berencana yang tepat.
3. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum akan kembali normal hampir seperti kondisi
sebelum hamil setelah minggu ke-6 postpartum. Striae mungkin masih ada.
Pengembaliuan tonus otot dipengaruhi oleh tonus itu sendiri, latihan yang tepat, dan
jumlah dari sel lemak. Diaktasis rektus abdominis tetap ada.
4. Sistem Perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi
meningkat. Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga
menurun. Ginjal akan kembali normal seperti sebelum hamil setelah 1 bulan
persalinan.
a. Komponen Urin BUN meningkat akibat autolisis pada proses involusi. Proteinuria
+ 1 normal karena pemecahan sel otot uterus selama 1 dan 2 postpartum.
Ketonuria terjadi pada ibu dengan persalinan lama yang disertai dehidrasi
b. Diuresis Postpartum
Selama 12 jam postpartum, ibu mulai kehilangan cairan yang bertumpuk di
ekstrasel selama kehamilan akibat dari penurunan kadar estrogen. Pengeluaran
cairan dapat mengurangi berat badan ibu postpartum sebanyak 2.25 kg.
c. Uretra dan Bladder Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat
menyebabkan penurunan sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang
ada di bladder. Ditambah adanya laserasi di perineum dan episiotomi

menyebabkan keinginan untuk berkemih menjadi menurun. Hal ini menyebabkan


timbulnya distensi bladder yang dapat menghambat turunnya uterus dan
memudahkan timbulnya infeksi. Syaraf dan otot dinding bladder akan kembali
normal setelah 57 hari postpartum.
5. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena energi
yang dikeluarkan saat persalinan Buang air besar BAB Spontan mungkin terjadi
pada hari 2-3 postpartum. Keterlambatan ini disebabkan oleh penurunan tonus otot
kolon selama persalinan dan postpartum, diare, kekurangan makanan, atau dehidrasi.
Trauma karena persalinan pada sistem gastrointestinal, seperti : laserasi perineum
grade 3 dan 4 juga dapat menghambat BAB secara normal
6. Payudara Ibu Menyusui Saat mulai menyusui, massa berupa kantong ASI dapat teraba
di payudara, hanya berbeda dengan massa pada tumor atau karsinoma, massa pada
payudara ibu menyusui berpindah-pindah dan tidak menetap. Sebelum proses
menyusui dimulai, pengeluaran payudara berupa cairan kekuningan yang disebut
kolostrum. Payudara tegang dapat terjadi setelah 48 jam menyusui dan gangguan
putting dapat terjadi, seperti pecah-ecah, kemerahan dan melepuh
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume Darah Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan darah saat
persalinan dan pengeluaran edema fisiologi saat kehamilan. Volume darah yang
bertambah (1000-1500 ml) selama kehamilan akan berkurang sampai 2 minggu
postpartum dan kembali ke kondisi sebelum kehamilan pada bulan ke-6
postpartum.
b. Cardiac Output (CO) CO akan meningkat dibanding saat kehamilan pada 30-60
menit setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan sirkulasi
uteroplasenta. Ini akan menurun cepat pada minggu ke-2 postpartum dan
kembali pada kondisi sebelum kehamilan pada 24 minggu postpartum
c. Komponen Darah
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) Selama 72 jam setelah persalinan,
terdapat kehilangan plasma dalam jumlah besar sehingga menyebabkan Hb dan
Ht meningkat hingga 7 hari setelah persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darau
merah selama periode postpartum dan kadar sel darah merah akan kembali
normal setelah minggu 8 postpartum Sel Darah Putih Leukosit normal pada ibu
hamil adalah 12.000/mm3. pada ibu postpartum, kadar leukosit bisa mencapai

20.000-25.000/mm 3 dan ini normal. Faktor Pembekuan Faktor pembekuan dan


fibrinogen akan meningkat selama kehamilan dan masa postpartum. Jika
ditambah dengan kerusakan pembuluh darah dan immobilisasi maka hal ini akan
beresiko terjadinya tromboembolisme.
d. Varicosites Varicosites di ekstremitas dan anus, kadang-kadang di vulva akan
berkurang segera setelah persalinan.
8. Sistem Persyarafan Sakit kepala (headaches) saat postpartum dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti : preeklamsi (PIH), stress, kehilangan cairan serebrospinal saat
dilakukan spinal anesthesi. Tergantung pada penyebab dan tindakan, sakit kepala akan
berkurang pada hari ke 1-3 postpartum sampai beberapa minggu
9. Sistem Muskuloskeletal
Relaksasi sendi terutama pada sendi panggul yang terjadi selama persalinan kembali
mendekat dan stabil pada minggu ke 6-8 post partum
10. Sistem integument
Kleasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi
pada areola dan linea nigra mungkin masih ada sampai setelah persalinan. Striae di
payudara, abdomen dan tungkai mungkin berkurang tetapi tidak hilang.

D. PATOFISIOLOGI PREEKLAMSI

Peningkatan tekanan peredaran darah

Penurunan volume plasma yang beredar

Peningkatan permeabilitas kapiler

JANTUNG Vasospasma

mbul emboli) Penurunan kadar aldosterone dan kenaikan kadar prolaktin

Peningkatan Edema

Prostasiklin prostaglandin tidak seimba

MK : Nyeri Akut Retensi air serta natrium

Penurunan volume Intravaskular

Pasien akan mudah terkena Edema


Permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat

Gejala awal preeklamsia


proteinuria
MK : Perubahan
Perfusi Jaringan PeriferPenurunan tonus otot polos arteriol

E. PENGKAJIAN PREEKLAMSI POST PARTUM


1.
Identitas
Gejala awal preeklamsia
Tekanan vasodilatasi perifer menurun
Berisi identitas klien dan penanggung jawab klien yang terdiri dari nama, agama, umur, suku,
pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
Keluhan Utama

HCL meningkat
Keluhan utama merupakan masalah utama yang dikeluhkan oleh klien saat pengkajian.
Intake nutrisi tidak adekuat, Peningkatan produksi vasodilator/ prostanoid
PREEKLAMSIA
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji riwayat kesehatan keluarga tentang ada atau tidaknya penyakit menular atau
penyakit menurun
padadarah
anggota
Tekanan
naikkeluarga klien seperti HIV/AIDS, hepatitis, TBC,
hipertensi, asma, diabetes mellitus, jantung, paru-paru, ginjal, dll.

Gejala awal preeklamsia

b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Menanyakan kepada klien apakah klien pernah didiagnosa menderita sakit atau dirawat di
rumah sakit karena suatu penyakit.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Obstetric
a. Haid
Mengkaji siklus haid klien yang terdiri dari usia menarche, lamanya siklus, lamanya
haid, volume, HPHT, dan HPL.
b. Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Mengkaji kehamilan sebelumnya, sudah berapa kali hamil dan melahirkan, apakah
mengalami gangguan pada kehamilan atau persalinan sebelumnya, jenis persalinan,
penolong persalinan, komplikasi paska persalinan,.
c. Kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang
Berisi tentang G-P-A- , riwayat pemeriksaan selama hamil dan setelah persalinan,
d. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Mengkajian mengenai kontrasepsi yang digunakan klien seperti waktu penggunaan,
jenis alat kontrasepsi, lamanya penggunaan, dan alas an melepas alat kontasepsi.
4. Pola kebutuhan dasar manusia
a. Nutrisi
Mengkaji nutrisi ibu selama hamil dan setelah persalinan seperti pola makan ibu dalam
sehari, porsi sekali makan, komposisi makanan yang dikonsumsi ibu (nasi, lauk, sayur,
buah, dll). Adakah keluhan ibu dalam pemenuhan kebutuhan nutrisimisalnya mual,
tidak nafsu makan, dll.
b. Pola eliminasi
Menkaji pola eliminasi klien selama hamil dan setelah persalinan seperi frekuensi
buang air besar dalam sehari, bagaimana konsistensi fesesnya, bau, dan warnanya.
Mengkaji juga pola buang air kecilnya, berapa volumenya, kaji warna dan
kejernihannya serta baunya. Lakukan pemeriksaan urin di laboratorium jika
diperlukan. Tanyakan apakah ada keluhan pola eliminasi selama hamil dan setelah
persalinan.
c. Pola mobilisasi
Mengkaji adakah gangguan atau keterbatasan ibu dalam bermobilisasi selama hamil
dan setelah persalinan. Tanyakan kapan ibu mulai dapat bermobilisasi setelah

persalinan misalnya miring ke kiri atau ke kanan, duduk, berjalan, melakukan


perkerjaan rumah, dll. tanyakan juga kebiasaan ibu dalam melakukasn aktivitas seharihari.
d. Pola Istirahat dan tidur
Mengkaji berapa lama klien dapat beristirahat dalam sehari, apakah tidurnya
berkualitas, adakah hal-hal yang mengganggu klien saat beristirahat.
e. Pola personal hygiene
Mengkaji apakah kebutuhan klien telah terpenuhi setelah persalinan. Tanyakan berapa
kali ibu mandi, gosok gigi, dan ganti baju dalam sehari,
f. Psikologi
Mengkaji psikologis ibu setelah persalinan. Adakah perasaan cemas dan takut yang
dirasakan ibu.
g. Kenyamanan
Biasanya terdapat nyeri pada epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan, pasien
mengalami kegelisaha, nyeri pada luka pembedahan.
h. Keamanan
Biasanya terdapat trauma paska operasi, destruksi jaringan, peningkatan paparan
lingkungan, malnutrisi, pertahanan primer tidak adekuat (kulit yang tidak utuh dan
trauma jaringan), terjadi perdarahan.
i. Sirkulasi
Biasanya terjadi penurunan kadar oksigen.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital berisi pemeriksaan tekanan darah, suhu, dan respiratori rate yang
biasanya terjadi peningkatan pada penderita pre-eklamsia. Pemeriksaan nadi biasanya
terjadi peningkatan atau penurunan.
b. Status Present
1) Kepala
: apakah bentuk kepalnya simetris, bagaimana ukurannya, adakah
benjolan pada kepala.
2) Rambut : urus, hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe.
3) Mata
: Mengkaji bentuk mata simetris apa tidak, konjungtiva anemis atau
tidak, adanya sclera ikterik, palpebra tidak oedem, penglihatan ibu, dan reflek pupil.
4) Hidung
: apakah bentuknya simetris, adanya secret atau pembesaran polip,
cuping hidung.

5) Mulut

: adakah stomatitis, gigi tidak berlubang, tidak ada caries dentis, lidah

bersih, mukosa bibir dan mulut lembab.


6) Leher
: Adakah pembesaran kelenjar tyroid atau vena jugularis.
7) Aksilla
: apakah ada pembesaran kelenjar limfe.
c. Dada
Pulmonal
1. Inspeksi
: apakah simetris kanan dan kiri
2. Palpasi
: apakah vocal premitus kanan dan kiri sama kuat
3. Perkusi
: Sonor
4. Auskultasi : apakah ada kelainan bunyi paru
Jantung
1. Inspeksi
: apakah terlihat ictus cordis
2. Palpasi
: adakah teraba ictus cordis
3. Perkusi
: Pekak
4. Auskultasi : adakah kelainan bunyi pada jantung
d. Abdomen : apakah ada pembesaran kelenjar limpa, serta ada atau tidaknya infeksi pada
luka operasi.
e. Genetalia
: apakah ada oedema, varises, condiloma akuminata, pembesaran kelenjar
bartolini, dan terpasang DC.
f. Anus
: bersih, tidak ada hemoroid.
g. Ekstremitas
1) Atas
: apakah ada oedema serta apakah dapat melakukan pergerakan aktif
2) Bawah
: apakah ada oedema serta apakah dapat melakukan pergerakan aktif

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan atau peningkatan pemajanan lingkungan, trauma
jaringan atau kulit rusak, penurunan Hb malnutrisi.
Data fokus

Diagnosa

Ds:

Resiko
-

Tidak

cukup

pengetahuan
dalam
paparan
Do:
-

trauma
-

berhubungan

selama

paska trauma

bebas
drainase

jaringan

penyembuhan,

adekuat

(kulit

yang tidak utuh

malnutrisi

rentan

terhadap

2. Inspeksi

balutan

abdominal

terhadap

rembesan atau eksudat.

dapat

memrelukan

diet

steril

yang

khusus.
2. Balutan

menutup luka membantu


3. Inspeksi

sekitar

infus

eritema

atau

terhadap

melindungi

luka

dari

cedera dan kontaminasi.

nyeri tekan.

uterus lunak/tidak
nyeri tekan aliran
dan

tidak

purulen

dan

infeksi pascapartum dan

dari

dengan tanda awal

operasi
atau kulit rusak,
Destruksi
penurunan
Hb
jaringa
malnutrisi.
Peningkatan

primer

dengan

1. Anemia
lebih

jam

kriteria hasil :
- Menunjukkan luka

paparan
-

3x24

invasif dan atau infeksi

lingkungan,

lingkungan
Malnutrisi
Pertahanan

dilakukan 1. Kaji status nutrisi klien.

prosedur tidak ada tanda-tanda

pemajanan

Terdapat

Rasional

infeksi tindakan keperawatan

peningkatan

pathogen

Intervensi

tinggi Setelah

terhadap
dengan

menghindari

Tujuan

karakter

lokhea normal.
Klien bebas dari
tanda dan gejala

infeksi
Memperlihatkan
higene

personal

4. Perhatikan

sistem 3. Tanda-tanda

ini

drianase urine tertutup

menandakan infeksi luka,

yang steril.

dan biasanya disebabkan

5. Tinjau
pranatal,

ulang

HB/HT

perhatikan

adanya kondisi yang


mempredisposisikan

oleh

streptokokus,

stapilokokus,
pseudomonas.
4. Mencegah
bakteri

bila

dan
introduksi
kateter

dan

trauma

jaringan)

yang adekuat

klien pada infeksi pasca


operasi.

indwelling.
5. Anemia,

diabetes

dan

persalinan lama sebelum


6. Catat

frekuensi/jumlah

dan karakteristik urine.


7. Berikan

perawatan

perineal dan kateter, dan

kelahiran

sesarea

meningkatkan

resiko

infeksi dan perlambatan


penyembuhan.

penggantian pengalas
8. Dorong masukan cairan
oral

dan

diet

tinggi

protein, vitamin C, dan 6. Stasis


zat besi.
9. Anjurkan dan gunakan

urinarius

meningkatkan

resiko

infeksi.
tehnik mencuci tangan 7. Membantu menghilangkan
dengan cermat.

media pertumbuhan bakteri


dan meningkatkan hygiene.
8. Mencegah dehidrasi dan
memaksimalkan

volume

sirkulasi dan aliran urin.


9. Membantu mencegah atau
membatasi
infeksi.

penyebaran

Gangguan rasa nyaman nyeri akut


Data Fokus

Etiologi

Diagnosa

DS :

Post

section caesaria

Klien
seperti

ditusuk-tusuk
Nyeri di perut

bagian

bawah

dengan

skala

nyeri 8
Klien

Gangguan
nyaman
akut

mengatakan
nyeri

operasi

Tujuan / Kriteria
Hasil
rasa Setelah dilakukan

pada

waktu

mmhg

160/110

nyeri

secara

Mengidentifikasi
skala

nyeri

dan

ketidaknyaman

selama 2x24 jam,


2

(PQRST)
Pantau TTV

klien
Mengumpulkan dan

klien
Berikan

diharapkan
klien

nyeri

berkurang

dengan

kriteria

yang

Pasien
melaporkan

menganalisis

respirasi dan suhu

tenang

tubuh

dan nyaman
Ajarkan non

bahwa

farmakologi

nyerinya

teknik

nafas

berkurang

dalam

atau

dari skala 8

relaksasi atau

menjadi 5
Klien mampu

aroma terapi
Kolaborasi

data

kardiovaskuler,

lingkungan

hasil :

DO :
TD

Mengkaji
komprehensif

bergerak
-

Rasional

keperawatan

mengatakan
dirasakan

nyeri tindakan

nyeri

Intervensi

menentukan

untuk
dan

mencegah
3

komplikasi
Dapat mengurangi
rasa

ketidaknyamanan
Untuk mengontrol
diri ketika terjadi

RR 22 X/ mnit
Nadi 88 x/menit
Suhu 37o C
Klien
terlihat

mengenali

dengan tenaga

nyeri, lokasi,

medis

menahan nyeri
Luka

tingkat nyeri.
TTV
klien

durasi
-

dalam

batas

di

normal

(TD

bawah

pusar

120/80

dengan

garis

mmhg,RR 16-

pembedahan
terdapat

dan

vertical
Luka tertutup

24

kasa dan tidak

x/menit)

rasa tidak nyaman

dalam

pemberian

atau emosi nyeri


Kolaborasi
analgetik,

anlgetik

rasionalisasinya
mengurangi

secara farmakologis

x/menit,

nadi

60-100

ada rembesan

Intolerensi aktivitas (00092)


Data fokus

Diagnosa

Etiologi

Tujuan dan

DS :

Intolerensi Kelemaha

kriteria hasil
Setelah

Klien

aktivitas

dilakukan

n Umum

mengatakan :

tindakan

klien

keperawatan

mengatakan

selama

2x24

Intervensi

Rasionalisasi

Terapi Aktifitas
1

Kaji respon klien

terhadap aktivitas.
Observasi tanda-

tanda vital.
Kolaborasikan

nyeri

Menentukan
pilihan intervensi

selanjutnya.
Mengetahui
parameter

TTD

tidak

bisa

jam, diharapkan

dengan

beraktifitas

aktivitas

rehabilitasi medic

mengkaji

seperti biasa

tidak terganggu.

dalam

fisiologi terhadap

karena nyeri

Dengan

merencanakan

yang

terbaring di
tempat tidur
Klien
tampak
lemas
-

2
3

dan

lesu
Wajah pucat

aktivitas

lebih

sering

program

melakukan

DO :
Klien

kriteia

hasil :
1 Mampu

dirasakan
-

klien

tenaga

terapi

(ADLs) secara

mampu dilakukan.
Bantu
untuk

mandiri.
Tanda-tanda

memilih

vital normal.
Mampu

konsisten
sesuai

berpindah

yang

psikologi

tanpa bantuan
6

sisial.
Bantu klien untuk
membuat
latihan

jadwal
diwaktu

luang.
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan

intervensi.
Membantu
aktivitas

klien
secara

mandiri.
Mencegah
meningkatnya

dengan
dan

dalam

untuk melakukan

kerja jantung yang

kemampuan fisik,
atau

respon

penerapan

aktifitas
yang

dan

aktivitas klien.
Untuk membantu
klien

mengidentifikasi
aktifitas

alat.

yang tepat.
Bantu klien untuk

sehari-hari

dengan

membantu

tiba-tiba.
Untuk
melatih

kerja jantung.
Untuk mendorong
klien
melakukan
aktivitas.

dalam

penguatan.

Rencana tindakan keperawatan respons ansietas


Data Fokus
DS:
- Klien

Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi
Setelah
dilakukan
tindakan - Dorong
keperawatan selama 1x24 jam,

mengatakan
cemas
kondisi janin
Klien
mengeluh
susah

tidur

penyakitnya
DO:
- Klien tampak
cemas

pucat
Ekspresi

wajah tegang
Klien terlihat

emosional;

klien

dalam

mempelajari

mengidentifikasi

mekanisme
yang

koping
lazim

baru
dan

baru jika dibutuhkan


Berikan informasi
akurat

koping yang adaptif


Klien dapat melakukan teknik
terapi

lima

untuk

menurunkan ansietas.
Klien dapat meningkatkan
kesehatan

jari

fisiknya

dan

kesejahteraannya.
Pasien kelihatan rileks/dapat

dapat

tentang

mengungkapkan masalah
Membantu memfasilitasi
adaptasi

yang

terhadap

peran

Menurangi

perkembangn strategi koping

menyebabkan

rasa cemasnya
Klien dapat

Bantu pasien atau pasangan

yang

keadaan

Khayalan yang disebabkan


atau

kesalahpahaman
meningkatkan

Mulai kontak antara pasien


atau pasangan dengan baik
sesegera mungkin

baru.
perasaan

informasi

pasien dan bayi


-

positif

ansietas

napas dalam, distraksi dan

dan

gelisah
Klien tampak

yang

dukungan

mendorong

menjadi 2
Klien dapat mengidentifikasi
situasi

memikirkan

Rasional
- Memberikan

partisipasi pasangan

akan berkurang dari skala 5


-

atau

klien akan berkurang

dengan kriteria hasil :


- Tingkat kecemasan

terhadap
-

ansietas

keberadaan

dapat
tingkat

ansietas
Mengurangi ansietas yang
mungkin

berhubungan

dengan penanganan bayi,


takut

terhadap

sesuatu

tidak

tenang

dan khawatir

tidur/istirahat dengan benar

yang tidak diketahui, atau


-

Tentukan
pasien

tingkat

dan

menganggap

ansietas

sumber

hal

yang

buruk berkenaan dengan

dari

keadaan bayi

masalah
-

Mendorong

pasien

pasangan

atau
untuk

mengungkapkan

keluhan

atau harapan yang tidak


terpenuhi

dalam

proses

ikatan atau menjadi orang


tua

DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, Irena. M. 2004. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC
2. Pratiwi, Ratna. 2011. Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea
Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan Aromaterapi
Lavender Di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran
3. Vista Lukman, Trullyen. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Operasi Sectio Caesaria Di RSUD Prof. DR. Hi.
Aloei Saboe Kota Gorontalo. Gorontalo: Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
4. Arianie Rusli, Risa; dkk. 2011. Perbedaan Depresi Pasca Melahirkan Pada Ibu
Primipara Ditinjau Dari Usia Ibu Hamil. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Hang Tuah

Anda mungkin juga menyukai