Anda di halaman 1dari 8

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR


Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Pembimbing Akademik :
Dr. Anggorowati, S. Kp., M. Kep. Sp. Mat

Disusun oleh:
Rizki Marwa Putri
22020120210015

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
RESUME
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada Bayi A dilakukan pukul 07.30 WIB. Bayi A lahir pukul 05.45 WIB,
jenis kelamin perempuan. Hasil pemeriksaan APGAR score menit ke 1, 5 dan 10 yaitu
9/10/10. Pemeriksaan plasenta: plasenta berbentuk cakram, ukuran 24x15x2 cm, panjang
tali pusat 50 cm, terdapat 2 arteri, 1 vena. BB bayi saat lahir 3.150 gram, PB 50 cm.
Tanda-tanda vital: suhu bayi 36,5oC, RR 38x/menit, denyut jantung 142 x/menit. Hasil
pengkajian fisik diperoleh semua organ tidak ada kelainan. Sistem integument: warna
kulit kemerahan atau pink, hidrasi baik, tidak ada lesi, kuku ada, verniks ada sedikit
kulit, lanugo terdapat di bahu, nevi tidak ada pada tubuh, dan terdapat milia pada hidung.
Kepala: bentuk bulat, kepala tidak ada moolding, tidak ada kaput suksedamun, tidak ada
hematom, sutura teraba tidak menyatu, ada ubun-ubun kecil, dan ukuran lingkar kepala
32 cm. Mata: posisi simetris kanan kiri, koordinasi mata kanan kiri baik, reflek mata
baik, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Telinga: simetris kanan kiri, bentuk
telinga normal, lubang telinga terbuka, dan merespon terhadap suara. Hidung: tidak ada
pengeluaran, pernafasan tidak menggunakan cuping hidung. Mulut: posisi mulut
simetris, gerakan bibir simetris, tidak ada bibir sumbing, tidak ada kelainan pada
palatum, dan tidak muntah. Wajah: bentuk muka normal, bulat, dan tidak ada kelainan
pada wajah. Leher: pergerakan leher baik dari satu sisi ke sisi lain. Dada: bentuk dada
siemtris, gerakan dada simetris, gerakan pernafasan teratur, dan lingkar dada 37cm.
Abdomen: tidak ada distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak ada perdarahan, tali
pusat belum mengering, tali pusat terbuka, bising usus terdengar. Genetalia: tidak ada
kelainan, labia mayora menutupi labia minora, lubang uretra terpisah dengan lubang
vagina. Anus: anus berlubang, sudah keluar mekonium. Pungung: fleksibilitas tulang
punggung baik, bentuk simetris, dan tidak ada kelainan pada bentuk tulang punggung.
Ekstremitas: panjang tangan kanan kiri simetris, panjang kaki kanan kiri simetris, jari
tangan dan kaki baik, nadi brachial teraba, nadi femoral teraba, pergerakan aktif, tidak
ada tremor, dan posisi kaki normal. Status neurologi normal. Refleks menghisap baik,
bayi dapat menetek ke ibunya.
Berdasarkan hasil pengkajian bayi A merupakan bayi baru lahir normal.
B. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Menyusui efektif berhubungan dengan tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi
(D.0028)
Diagnosa keperawatan menyusui efektif berhubungan dengan tidak ada kelainan
bentuk pada mulut bayi ditandai dengan bayi dapat menetek ke ibunya. Diagnosa
keperawatan tersebut ditegakkan berdasarkan data yang ada dan untuk kesiapan
meningkatkan proses menyusui yang efektif dengan meningkatkan faktor-faktor
yang mempengaruhi menyusui efektif seperti teknik menyusui, produksi ASI
adekuat, dll.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (D.0142)
Diagnosa keperawatan risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
dimana terdapat pemotongan tali pusat (terputusnya kontinuitas jaringan), sehingga
dapat berisiko menjadi jalan masuknya mikroorganisme. Diagnosa keperawatan
risiko infeksi perlu ditegakkan agar dilakukan tindakan pencegahan terjadinya
infeksi.
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan bayi baru lahir (D.0140)
Diagnosa keperawatan risiko hipotermia berhubungan dengan bayi baru lahir. Bayi
baru lahir berisiko tinggi mengalami hipotermia yang disebabkan oleh ketidak-
mampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas (sistem termoregulasi belum matang).
C. TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Menyusui efektif berhubungan dengan tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi
(D.0028)
SLKI
Status menyusui (L.03029)
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu baik
b. Kemampuan ibu memposisikan bayi saat menyusui baik
c. Miksi bayi >8x/24 jam
d. Tetesan/pancaran ASI baik
e. Suplai ASI adekuat
f. Hisapan bayi baik
SIKI

Promosi ASI eksklusif (I.03135)

Observasi

- Identifikasi kebutuhan laktasi bagi ibu postnatal

Terapeutik

- Fasilitasi ibu untuk rawat gabung atau rooming in


- Dukung ibu menyusui dengan mendampingi ibu selama proses menyusui
berlangsung
- Diskusikan dengan keluarga tentang ASI eksklusif
- Siapkan kelas menyusui pada periode pascapartum minimal 4 kali

Edukasi

- Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu


- Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
- Jelaskan pentingnya menyusui di malam hari untuk mempertahankan dan
meningkatkan produksi ASI
- Jelaskan tanda-tanda bayi cukup ASI
- Anjurkan ibu memberikan nutrisi pada bayi hanya dengan ASI
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
SLKI
Tingkat infeksi (L.14137)
a. Tidak ada demam
b. Tidak keluar cairan berbau busuk dari tali pusat
c. Tali pusat bersih tidak ada drainase purulen
d. Sel darah putih normal

SIKI

Perawatan luka (I.14564)

Observasi

- Monitor karakteristik luka (tali pusat) (misalnya drainase, warna, bau)


- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik

- Pertahankan teknik aseptik saat melakukan tindakan

Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi


- Ajarkan prosedur perawatan luka (tali pusat) secara mandiri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu


3. Risiko hipotermia berhubungan dengan bayi baru lahir (D.0140)
SLKI
Termoregulasi Neonatus (L.14135)
a. Bayi tidak tampak menggigil
b. Tidak ada akrosianosis
c. Status oksigenasi baik
d. Tidak ada cutis memorata
e. Tidak ada dasar kuku sianotik
f. Suhu tubuh normal
g. Frekuensi nadi baik
h. CRT <2 detik
i. Tidak ada piloereksi
SIKI
Manajemen hipotermia (I. 03115)
Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab hipotermia
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia

Terapeutik

- Sediakan lingkungan hangat (misalnya atur suhu ruangan, inkubator)


- Ganti pakaian dan atau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif (misalnya memakaikan selimut, penutup kepala)
- Lakukan penghangatan aktif eksternal (misalnya PMK)
-
D. PEMBAHASAN
1. Menyusui efektif berhubungan dengan tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi
(D.0028)
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu mengajarkan teknik
menyusui yang tepat. Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Untuk
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik
menyusui yang benar. Indikator dalam proses menyusui yang efektif meliputi posisi
ibu dan bayi yang benar (body position), perlekatan bayi yang tepat (latch),
keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking). (Rinata, Rusdyati &
Sari, 2016)
Menyusui dengan teknik yang salah menimbulkan masalah seperti puting
susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi
produksi ASI selanjutnya enggan menyusu. Hal ini menyebabkan kebutuhan ASI
bayi tidak tercukupi. Sebaliknya, teknik menyusui yang benar akan mendorong
keluarnya ASI secara maksimal sehingga keberhasilan menyusui bisa tercapai
(Rinata, Rusdyati & Sari, 2016)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu mengajarkan prosedur
perawatan tali pusat secara mandiri. Pada kasus ini, tali pusat terbuka. Perawatan tali
pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali
pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik lainnya.
Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara. Perawatan terbuka akan membantu
pengeringan tali pusat lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jeli Wharton yang
banyak mengandung air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya dan
secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat secara
otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada pembuluh darah didalam sisa tali
pusat terhambat atau bahkan tidak mengalir lagi yang membuat tali pusat kering dan
layu yang kemudian sisa tali pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan
penguapan pada kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga
kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami mumifikasi
kemudian mengering dan mengalami perubahan morfologi yang membuatnya cepat
terlepas dari umbilikus bayi. (Reni, dkk, 2018)
Perawatan yang dilakukan pada tali pusat terbuka dianjurkan untuk tetap
bersih dan kering. Selama tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi, cukup dilap saja untuk mencegah agar
tali pusat tidak basah dan lembab. (Reni, dkk, 2018)
3. Risiko hipotermia berhubungan dengan bayi baru lahir (D.0140)
Salah satu tindakan pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir dapat
dilakukan dengan menghangatkan tubuh bayi yaitu dengan metode Kangaroo
Mother Care (KMC) atau bisa disebut perawatan metode kanguru (PMK).
Perawatan metode kanguru (PMK) adalah metode perawatan bayi dengan kontak
kulit ke kulit dengan ibu atau anggota keluarga lainnya agar bayi tumbuh dan
berkembang secara optimal. Manfaat PMK yaitu meningkatkan pemberian ASI
eksklusif, mengurangi risiko kematian bayi, mengurangi infeksi/sepsis, mencegah
hipotermia dan menstabilkan suhu tubuh, memberikan ketenangan dan kenyamanan
pada bayi, serta mengurangi lama rawat inap. Pengenalan PMK sebaiknya dilakukan
sejak ibu melakukan antenatal care di fasilitas kesehatan. (Laila, Nur & Riyanti,
Eka, 2019)
Prinsipnya adalah skin to skin contact yaitu perpindahan panas secara
konduksi dari ibu ke bayi sehingga bayi tetap hangat. Posisi saat melakukan PMK
ada 2 yaitu posisi prone dan side lying (posisi lateral). Posisi prone yaitu kepala bayi
dimiringkan ke kanan atau ke kiri dengan posisi sedikit ekstensi agar bayi mudah
bernafas. Pangkal paha bayi dalam posisi fleksi dan melebar persis seperti dalam
posisi kodok. Lengan harus dalam posisi fleksi. Sedangkan posisi lateral yaitu bayi
diposisikan persis seperti posisi bayi selama di kandungan. Bayi dimiringkan ke kiri
atau ke sebelah kanan. Tangan harus fleksi dan diarahkan ke wajah atau mulut. Lutut
juga harus fleksi (Laila, Nur & Riyanti, Eka, 2019). PMK dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu secara terus-menerus dalam 24 jam atau yang disebut juga dengan secara
kontinyu dan yang kedua secara intermitten atau dengan cara selang-seling, dimana
waktu dan durasi KMC tergantung dari respon tingkah laku bayi dan fisiologis ibu
dengan durasi minimal selama 1 jam. (Setiyawan, Prajani, W. D, & Agussafutri, W.
D, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Laila, Nur & Riyanti, Eka. 2019. Buku Panduan Perawatan Metode Kanguru. Yogyakarta:
Leutikaprio.
Reni, dkk. 2018. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Terbuka dan Kasa Kering Dengan Lama
Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya.
Vol.6 (2): hal 7-13.
Rinata, Rusdyati & Sari. 2016. Teknik Menyusui Posisi, Perlekatan Dan Keefektifan
Menghisap - Studi Pada Ibu Menyusui di RSUD Sidoarjo. Rakernas Aipkema. Hal
128-139.
Setiyawan, Prajani, W. D, & Agussafutri, W. D. 2019. Pengaruh Pelaksanaan Kangaroo
Mother Care (KMC) Selama Satu Jam Terhadap Suhu Tubuh Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali. Jurnal
Keperawatan Global: 35-44.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai