Semen
Semen
SEMEN
KELOMPOK 6/ 4 KA
Nama :
1.
Intan Nevianita
2.
Irda Agustina
3.
Nurul Agustini
TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugan mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia yang membahas Semen
dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dosen Ir. Hj. Elina Margaretty, M.Si yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Teman- teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.
Palembang, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................. i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar .. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan .. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori Semen ....................... ... 4
2.1.1 Unsur- unsur Kimia Utama di Dalam Semen ... 4
2.2 Klasifikasi Semen .... 6
2.2.1 Klasifikasi Semen ada 3 Macam ... 6
2.2.2 Klasifikasi bubuk semen ada 8 . 7
2.3 Proses Pembuatan Semen .... 8
2.3.1 Bahan Baku Pembuatan Semen . 9
2.3.2 Bahan Baku Pendukung Semen . 9
2.3.3 Bahan Kimia Pembuatan Semen ... 11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Unsur- unsur Kimia Utama didalam Semen... 5
Gambar 2. Batu Kapur . 9
Gambar 3. Tanah Liat ..... 9
Gambar 4. Pasir Besi .
10
........................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H
(Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahanbahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras.
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau bahan lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di China yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo
Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak
zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat
teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Meski sempat populer di
zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep
ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran. Baru pada abad ke-18 (ada juga
sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris
- menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan
dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara
suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang
akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin,
juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang
kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya
mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang di toko-toko bangunan. Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh
dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan
kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral
berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu
kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :
Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses
produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen
merupakan bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama untuk pekerjaan
pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk pekerjaan lainnya
misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding, pemasangan keramik lantai, dll.
1.2
Tujuan
Mengingat pentingnya mengetahui tentang semen dalam penggunaannya dalam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
membuat beton, dll. Semen yang terbaik saat ini adalah semen Portland yang ditemukan
tahun 1824 oleh Joseph Aspdin.
Semen dibuat dari batu kapur (limestone) dan campuran material lain seperti
lempung (clay) dan pasir (sand) yang dipanaskan sampai 1450C di dalam sebuah
tungku pemanas (kiln). Hasil pembakaran ini adalah clinker yang kemudian digiling
halus dengan ditambahkan sedikit bahan gypsum sehingga menjadi semen yang di
kenal.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan beton, unsur-unsur kimia di dalam semen
ini sangat mempengaruhi sifat karakteristik beton yang dibuat.
2.1.1. Unsur-unsur Kimia Utama di Dalam Semen
phosporus pentoksida.
Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara semen
dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram
C2S
C3A
C4AF
tipe semen ini berbeda sifat dan kegunaannya karena perbedaan komposisi unsur-unsur
kimia di dalamnya.
Tipe
Penggunaan
Beton biasa
II
10
55 19
11
55 17
42 32
15
54 22
13
sedang
2.2
Klasifikasi Semen
2.2.1
1.
Puzzolan Semen : Ini terdiri dari campuran silikat kalsium dan aluminium. Ini
menunjukkan es properti hidrolik bila dalam bentuk bubuk dan dicampur dengan
proporsi yang sesuai kapur. Tingkat pengerasan jauh lebih lambat dan kekuatan telah
comprehensi dikembangkan adalah sekitar setengah dari semen Portland. Hal ini
ditemukan hanya resisten terhadap aksi kimia dari yang lain. Pozzolan : Adalah bahan
yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak
mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan
adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan
Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar
membentuk senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.
Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia
Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adlah hasil
pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
2.
3.
Sifat Semen
Semen Portland
2.2.2
2. Kelas B
3. Kelas C
4. Kelas D
5. Kelas E
6. Kelas F
7. Kelas G
8. Kelas H
2.3.1
Senyawa
alumina
silikat
berdasarkan
kelompok
mineral
yang
Gambar 6. Gypsum
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen
Hilangnya kristal air pada gypsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat
gypsum sebagai retarder.
2.3.3. Bahan Kimia Pembuatan Semen
1. Trikalsium Silikat
2. Dikalsium Silikat
3. Trikalsium Aluminat
Cara pembuatan semen secara garis besar dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan
air dalam jumlah tertentu dan dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur
halus dengan kadar air 25 - 40% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang
(long rotary kiln). Produk hasil semen akan diperoleh setelah pengeringan
dilakukan. Proses ini dimulai dengan mencampur semua bahan baku dengan
air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancukan tadi
dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak
BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.
2. Proses Kering
Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras misalnya
untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam
keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam
ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah.
Paling banyak menggunakan proses kering, karena penggunaan bahan bakar
yang lebih sedikit, dan energy yang dikonsumsi lebih kecil. Ukuran tanur yang lebih
pendek
penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini
meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
-
Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
penyempitan dalam saluran material masuk kiln. Deposit yang tidak homogen tidak
Kerugian : Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya
cukup tinggi Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi
bahan bakar lebih banyak Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan
yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang kiln.
Keuntungan dan Kerugian dari Proses Kering :
Proses Kering
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan
kering dan halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas
sebagai media pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw
mill tersebut yang berkadar air 0,5 1% dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi
panas di rotary kiln yang dibutuhkan yaitu 900 700 Kcal/Kg klinker. Hasil
pembakaran di tanur putar berupa butiran hitam yang disebut terak / klinker. Kemudian
terak / klinker tersebut digiling di finish mill dengan menambahkan gipsum pada
perbandingan tertentu untuk membentuk semen. Proses kering ini menawarkan banyak
keuntungan yaitu: tanur putar yang digunakan relatif pendek, kapasitas produksi lebih
besar, konsumsi panas yang digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar
rendah, sehingga menjadikan proses kering ini pilihan banyak produsen semen dalam
proses pembuatan semennya.
2.
Proses ini dikenal dengan nama grate process yang merupakan transisi antara
proses basah dan kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air dengan alat yang
bernama granulator (pelletizer) untuk mengubah umpan tanur menjadi granular atau
nodule dengan kandungan air 10 12% dan ukurannya 10 -12 mm seragam. Proses ini
menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk
proses ini sebesar 1000 Kcal/Kg klinker.
3.
namun umpan tanur yang akan diberikan, disaring terlebih dahulu dengan press filter.
Filter cake dengan kadar 15 25% digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas
yang digunakan pada proses ini cukup besar sekitar 1000 1200 Kcal/Kg klinker.
Proses ini jarang digunakan karena biaya produksinya yang terlalu besar dan kurang
menguntungkan.
4.
Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam
jumlah tertentu dan dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar
air 25 40% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk
hasil semen akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan.
2.3.6
7. Pendinginan
8. Pendinginan akhir
Penambangan Batu Kapur
-
merupakan butiran yang saling lepas dan tidak terkait satu sama lain
Penambangan dilakukan dengan pendorongan batu silica menggunakan
dozer ke tepi tebing dan jatuh di loading area
selang seling
1. Penghancuran
Pemecahan material- material haisl penambangan menjadi ukuran yang lebih
kecil.
Alat utama : crusher
Alat pendukung :
- Dump truck : alat pengangkut bahan mentah
- Hopper
: tempat penampungan sementara sebelum ke crusher
- Feeder : alat penghancur yang terdapat dalam crusher, agar bahan
mentah masuk kedalamnya.
2.
baku)
Setelah mengalami proses penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim menuju
4.
Pendinginan (Cooling)
Alat utama
: cooler
Clinker dari tanur putar, didinginkan didalam cooler (yang didalamnya
terdapat 9 compartemen untuk pendinginan)
Clinker yang keluar dari cooler adalah sekitar 90oC sehingga tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
8.
Penggilingan Akhir
Alat utama : Ball mill
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi penghalusan
clinker-clinker bersama 5% gypsum. Setelah itu campuran yang sudah
siap (semen) dikantongi dan siap dipasarkan.
Penyimpanan Semen
Semen jika tidak digunakan, harus disimpan dengan baik. Semen tidak
boleh diletakkan langsung di atas permukaan tanah atau lantai karena dapat
menyebabkan kelembaban. Jika lembab, ada uap air, semen bereaksi dengan air
sehingga mengeras. Oleh karena itu, dudukan semen harus kering, bersih, dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.
Aplikasi Semen
2.4.1
Kapur (CaO)
60% - 65%
Silika (SiO2)
25%- 25%
7% - 12%
untuk
mencapai
kekuatan
tertentu,
semen
cepat mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-4% Al 2O3, 6% Fe2O3,
35% C3S, 6% MgO, 40% C2S, dan 15% C3A.
4. Jenis IV (Low Heat Portland Cement) : digunakan pada konstruksi yang
menuntut persyaratan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan pada
bangunan dengan tingkat panas hidrasi yang rendah misalnya pada bangunan
beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat
Portland Cement ini memiliki kandungan C3S dan C3A lebih rendah sehingga
kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5% MgO, 2,3% SO 3,
dan 7% C3A.
5. Jenis V (Super Sulphated Cement) : digunakan pada konstruksi yang menuntut
persyaratan sangat tahan pada sulfat. Semen ini sangat tahan terhadap pengaruh
sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas pantai, pelabuhan, dan
terowongan. semen portland dengan daya tahan sulfat yang tinggi termasuk
tahan terhadap larutan garam sulfat dalam air. Digunakan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang pengaruh gas
atau uap kimia yang agresif dan bangunan yang selalu berhubungan dengan air
panas. Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi dengan
kandungan aluminanya yang tinggi, 5% terak portland cement, 6% MgO, 2,3%
SO3, dan 5% C3A.
Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai pada
penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah artesis.
Semen ini merupakan semen portland yang dicampur dengan retarder untuk
memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein, dan gula.
5. Semen Alami (Natural Cement)
Semen alam ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat
seperti komposisi semen di alam. Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya hingga
menghasilkan terak. Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen yang halus.
Dalam pemakaiannya dicampur dengan semen portland.
6. Semen Slag (Slag Cement)
Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu :
1. Eisen portland cement yaitu semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran 60%
terak portland dan 40 % butir-butir slag tanur tinggi.
2. Hogh Ofen Cement yaitu semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran yang
mengandung 15 19 % terak portland cement dan 41 85 % butir butir slag
dengan penambahan CaSO4.
digiling hingga halus. Ciri dari semen ini memiliki ketahanan terhadap air yang
mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi.
2.4.2
paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material
pembentuk
dinding
(seperti
bata,
dll)
untuk
mencegah
terjadinya
retak.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling
tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk
dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Segregasi
Penyebabnya :
1. Slump yang terlalu rendah
2. Gradasi agregat yang kurang baik
3. BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
Penanggulangannya :
5. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh2.
Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan
admixture3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara
menambah bahan
Bleeding
Penyebabnya :
1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air
pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material
2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka
admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
Shrinkage Crack
Shrinkage (susut) adalah :
1. Perubahan volume beton ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada
waktu mengeras.
2. Menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau
retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.
3. Shrinkage biasanya berlangsung hingga 3 hari.
Penyebabnya :
1. Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
2. Pemakaian semen terlalu banyak.
3. Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
4. Intensitas pengadukan yang kurang baik.
5. Kelembaban udara.
Penanggulangannya :
Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko shrinkage cracking. Type
curing compound yang dapat digunakan :
1. Sodium silicate based material.~ Meresap ke dalam beton.~ Mempercepat proses
hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton
dapat dihindari.~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang
antara 1-3 hari.
2. Wax based material.~ Membentuk lapisan membran di permukaan beton.~
Lapisan membran tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.~ Untuk aplikasi
beam, coloum, menggunakan clear curing compound.~ Untuk aplikasi jalan beton
semen sebaiknya menggunakan white pigmented
Bug Holes
Penyebabnya :Bug holes terjadi akibat udara yang terjebak di dalam beton. Udara
di dalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata
Efflorescence (pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau
batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul di bawah lapisan cat dan disertai
Blistering (menggelembung)
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga
terdapat air atau cairan lain yang tertahan di bawahnya dapat mengakibatkan
menggelembungnya lapisan cat tersebut.
2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya
lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan
lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila
pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah
masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer)
tersebut akan terjebak di bawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen
http://www.scribd.com/doc/37854282/Produksi-Semen
http://building-smart.blogspot.com/2009/09/aplikasi-semen-bagian-i.html
http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm
http://chemengfamily09.blogspot.com/2011/02/semen-merupakan-bahan-bangunanyang.html
http://arpumiko.blogspot.com/2010/07/proses-produksi-semen-portland.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-proses-pembuatan-semen/
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/12/semen-cement.html
http://www.scribd.com/doc/52037694/2/Proses-kering#page=34
http://www.scribd.com/doc/38532319/Semen
http://www.scribd.com/doc/46624945/Presentasi-Semen
http://vinderscout.wordpress.com/2009/04/17/bahan-galian-terkait-dengan-industrisemen-dan-konstruksi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Gresik