Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga lanjut


usia, seseorang mempunyai kecenderungan atau kebiasaan menggunakan suatu
pola relatif serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Bila diperhatikan,
cara atau metode penyelesaian itu tampak sebagai suatu pola tertentu dan dapat
ditengarai sebagai ciri atatu tanda untuk mengenal orang tersebut. Fenomena ini
dikenal sebagai karakter atau kepribadian.1
Setiap orang memiliki ciri-ciri kepribadian masing-masing. Ciri kepribadian
yang mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berperilaku, yang membuat
masing-masing individu unik. Ciri-ciri kepribadian menjadi gangguan kepribadian
ketika pola berpikir dan perilaku ekstrim, tidak fleksibel dan maladaptif. Mereka
dapat menyebabkan gangguan besar untuk kehidupannya, kehidupan orang lain
dan biasanya berhubungan dengan distres yang signifikan dengan diri sendiri.
Gangguan kepribadian dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan sepanjang
masa dewasa. Prevalensi gangguan kepribadian tidak pasti dan bervariasi untuk
gangguan yang berbeda. Perbatasan gangguan kepribadian yang dialami oleh
sekitar satu dalam 100 orang. Sementara kepribadian bisa sulit untuk berubah,
dengan awal dan tepat pengobatan dan dukungan, orang-orang dengan gangguan
kepribadian bisa hidup penuh dan hidup produktif.2
Data di Kanada mengenai prevalensi gangguan kepribadian sangat kurang.
Amerika Serikat memperkirakan prevalensi diagnosis gangguan kepribadian
apapun, berkisar dari 6% sampai 9%, tergantung pada kriteria yang digunakan
untuk definisi.3 Pada saat ini, data rawat inap memberikan keterangan terbaik
mengenai individu dengan gangguan kepribadian. Data ini memiliki keterbatasan,
karena sebagian besar orang dengan gangguan kepribadian, kecuali mereka yang
menunjukkan perilaku bunuh diri, dirawat di masyarakat bukan di rumah sakit.
Banyak yang tidak pernah didiagnosis atau diobati. Di antara perempuan dan lakilaki, yang tertinggi tingkat rawat inap untuk gangguan kepribadian di antara

individu antara usia 15 dan 44 tahun. Lebih dari tiga perempat (78%) dari seluruh
penerima di rumah sakit adalah antara usia ini dan yang lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pria.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Gangguan Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas sifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi
yang biasanya. Kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. 1,5 Kepribadian
meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun ke dalam dirinya baik
yang datang dari lingkunganya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari
dirinya sendiri (dunia dalamnya), sehingga corak perilakunya itu merupakan
suatu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu.6
Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karaktek tersebut
yang di rentang normal yang ditemukan pada sebagaian besar orang. Pasien
dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap
lingkungan dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam, tidak fleksibel
serta bersifat maladaptif.1,5 Gangguan kepribadian meliputi berbagai keadaan
dan pola perilaku yang klinis bermakna yang cenderung menetap dan
merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas dari individu serta cara
berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa dari keadaan dan
pola perilaku ini timbul secara dini dalam masa pertumbuhan atau
perkembangan individu, sebagai hasil dari baik faktor konstitusional maupun
pengalaman sosial, sementara lainnya didapat pada masa kehidupan
selanjutnya.6
Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri kepribadian
seseorang yang menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan hidup, sehingga menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial
atau pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi dirinya. Orang yang menderita
gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian yang sangat kaku
dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Gejala-gejala dari
orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik. Artinya, orang
3

dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah lingkungan untuk


disesuaikan

dengan

keinginannya.

Selain

itu,

gejala-gejalanya

juga

egosintonik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima


dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang dengan gangguan kepribadian
menolak bantuan secara psikiatrik. Mereka dengan gangguan kepribadian
tidak merasa cemas tentang perilaku maladaptifnya.6
Sampai saat ini penyebab gangguan kepribadian belum diketahui
dengan pasti. Tetapi, terdapat beberapa faktor diduga mempunyai hubungan
yang erat dengan gangguan kepribadian. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.

Faktor Genetik
Diantara kembar monozigot, angka kesesuaian untuk ganggaun
kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar
dizigotik. Selain itu, menurut satu penelitian tentang penilaian
multipel kepribadian dan tempramen, minat okupasional dan waktu
luang dan sikap sosial, kembar monozigot yang dibesarkan terpisah
adalah kira-kira sama dengan kembar monozigot yang dibesarkan

2.

bersama-sama.
Faktor biologi
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan yang erat dengan
gangguan kepribadian. Orang yang menderita gangguan kepribadian
dibandingkan dengan saudara kembar dua telur.
Meningkatnya kadar serotonin dengan obat serotonergik tertentu
seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada
beberapa karakteristik kepribadian. Efek neurotransmiter pada sifat
kepribadian telah menciptakan minat dan kontroversi tentang apakah

3.

sifat kepribadian dibawa sejak lahir atau didapat.


Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menduga ciri kepribadian berhubungan erat
dengan fiksasi pada salah satu fase perkembangan sebelumnya.
Misalnya, orang yang pasif dan dependen mempunyai fiksasi pada
fase oral. Selanjutnya, Wilhem Reich mengemukakan bahwa gejala
gangguan kepribadian sangat ditentukan oleh jenis defen mekanisme
yang dipergunakannya. Misalnya, orang dengan gangguan kepribadian
paranoid menggunakan defen mekanisme proyeksi, orang dengan

gangguan kepribadian kompulsif menggunakan defen mekanisme


isolasi,

dan

orang

dengan

gangguan

kepribadian

histrionik

menggunakan defen mekanisme disosiasi.5


Jika mekanisme pertahanan berfungsi baik, pasien dengan
gangguan kepribadian adalah mampu mengatasi perasaan kecemasan,
depresi, kemarahan, malu, bersalah, atau afek lainnya. Ciri pusat lain
dari gangguan kepribadian adalah hubungan objek internal pasien.

Gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dalam


Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM)-IV.
1.

2.

Kelompok A
terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal;
orang dengan gangguan ini sering kali tampak aneh dan eksentrik.
Kelompok B
terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan
narsistik; orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik,

3.

emosional dan tidak menentu.


Kelompok C
terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan
obsesif-kompulsif dan satu kategori yang dinamakan gangguan
kepribadian yang tidak ditentukan; orang dengan gangguan ini sering
tampak cemas atau ketakutan.5,7

II. Gangguan Kepribadian Skizotipal


A. Definisi
Gangguan kepribadian skizotipal dapat didefinisikan sebagai pola
defisit dalam hubungan sosial dan interpersonal: merasa tidak nyaman dan
kurang mampu untuk membina hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau
persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa
muda dan nyata dalam berbagai konteks atau situasi kehidupan.1
Gangguan kepribadian skizotipal (STPD) ditandai oleh defisit sosial
dan interpersonal yang mendarah daging, dan terlihat menyerupai gejala
psikotik.1,8

B. Epidemiologi
Amerika Serikat memperkirakan prevalensi diagnosis gangguan
kepribadian apapun, berkisar dari 6% sampai 9%, tergantung pada kriteria
yang digunakan untuk definisi.3 Pada saat ini, data rawat inap memberikan
keterangan terbaik mengenai individu dengan gangguan kepribadian. Data ini
memiliki keterbatasan, karena sebagian besar orang dengan gangguan
kepribadian, kecuali mereka yang menunjukkan perilaku bunuh diri, dirawat
di masyarakat bukan di rumah sakit. Banyak yang tidak pernah didiagnosis
atau diobati. Di antara perempuan dan laki-laki, yang tertinggi tingkat rawat
inap untuk gangguan kepribadian di antara individu antara usia 15 dan 44
tahun. Lebih dari tiga perempat (78%) dari seluruh penerima di rumah sakit
adalah antara usia ini dan yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.4
Gambaran kepribadian skizotipal terjadi pada kira-kira 3% dari jumlah
populasi. Rasio jenis kelamin tidak diketahui dengan pasti. Terdapat
hubungan kasus yang lebih besar antara sanak saudara biologis pasien
skizofrenik dibanding kontrol. Insidensi yang lebih besar diantara kembar
monozigot dibandingkan kembar dizigotik (33% banding 4% dalam satu
penelitian).5 Prevalensi gangguan kepribadian skizotipal diperkirakan terjadi
pada sampai dengan 3% dari populasi umum dan menyiratkan cukup banyak
biaya soasial yan ditimbulkan dan dampak kesehatan masyarakat. Berkenaan
dengan komorbiditas psikiatrik, pasien cenderung menderita kecemasan dan
gangguan depresi dan beberapa dari mereka juga memenuhi kriteria gangguan
kepribadian borderline, paranoid dan avoidant. Ada sejumlah data biologis
yang menyarankan gangguan kepribadian skizotipal yang merupakan
gangguan spektrum skizofrenia: risiko yang lebih tinggi untuk gangguan
skizofrenia terkait kerabat tingkat pertama. 4
C. Gambaran Klinis
Dalam gangguan kepribadian skizotipal, pikiran dan komunikasi
mengalami gangguan. Pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal
mungkin tidak mengetahui perasaan mereka sendiri; malah mereka sangat
peka dalam mendeteksi perasaan orang lain, khususnya afek negatif seperti

kemarahan. Dalam dunia mereka mungkin terisi oleh khayalan yang jelas dan
ketakutan dan fantasi yang mirip anak-anak. Mereka percaya bahwa mereka
memiliki kekuatan pikiran dan tilikan khusus. Mereka mengakui bahwa
mereka memiliki ilusi perseptual atau yang terlihat oleh mereka sebagai kayu
atau jadi-jadian. Pembicaraan orang dengan gangguan kepribadian skizotipal
hanya dapat dimengerti oleh diri mereka sendiri. Mereka menunjukkan
hubungan interpersonal yang buruk dan mungkin berkelakuan secara tidak
sesuai. Sebagai akibatnya, mereka terisolasi dan memiliki sedikit teman. Di
bawah stres, pasien gangguan kepribadian skizotipal mungkin mengalami
dekompensasi dan gejala psikotik, tetapi gejalanya biasa singkat. Pada kasus
yang berat, anhedonia dan depresi berat dapat ditemukan.5
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu
bermasalah dengan orang lain dan bersikap tidak ramah kepada siapapun.
Kebanyakan dari individu dengan gangguan kepribadian ini hidup dalam
kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan sekitar yang mengisolasinya.
Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk hubungan interpersonal
akan terus berkembang dalam diri individu itu. Selanjutnya, ia akan
menunjukkan perilaku yang aneh, respon yang tidak tepat dalam
bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak lazim.6
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu
berbicara tidak teratur ketika ia hendak membicarakan suatu hal dan
memandang sekelilingnya secara ekstrim. Kadang mereka juga mempercayai
bahwa mereka mempunyai kekuatan supranatural, indera ke enam atau
kekuatan magis lainnya yang dapat mempengaruh pikiran, perilaku dan emosi
orang lain.6
Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal
memasuki masa dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya.
Seperti gangguan kepribadian lainnya, gangguan kepribadian skizotipal
disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak tepat pada masa kanakkanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan oleh kesulitan
dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan distres. Kemunculan
kepribadian skizotipal di masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa
7

sebelumnya (anak-anak) dimana individu hidup dalam kesendirian tanpa


orangtua atau anggota keluarga yang mendampingi, kehidupan sosial yang
penuh kecemasan juga dapat menimbulkan gangguan ini.6
D. Etiologi dan Faktor yang mempengaruhi
Penyebab dari perilaku aneh, terkadang pemikiran paranoid, tingkah laku
yang aneh dan gangguan hubungan interpersonal, mengacu pada gangguangangguan yang berhubungan dengan faktor genetik dari skizofrenia. 5,6
Gangguan kepribadian skizotipal masuk dalam gangguan kepribadian
kelompok A dimana lebih sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari
pasien skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol. Secara bermakna lebih
banyak sanak saudara dengan gangguan skizotipal ditemukan di dalam
riwayat kelomok orang dengan skizofrenia dibandingkan kelompok kontrol. 5
Penelitian keluarga secara konsisten menunjukkan bahwa keluarga dan
saudara dari pasien skizofrenia berisiko lebih tinggi mengalami gangguan
kpribadian skizotipal. Meskipun begitu, meningkatnya risiko skizotipal juga
dijumpai pada keluarga kandung pasien dengan depresi unipolar, mengacu
bahwa gangguan kepribadian skizotipal tidak hanya berhubungan dengan
skizofrenia.6
Demikian penelitian keluarga menyediakan setidaknya sedikit bukti yang
menyebutkan bahwa adanya gangguan kepribadian berhubungan degan
skizofrenia dan gangguan-gangguan lainnya seperti pada skizotipal. Beberapa
pasien mempunyai defisit pada kognitif dan fungsi neuropsikologikal yang
sama dengan yang biasa dilihat pada pasien skizofrenia. Pasien dengan
gangguan kepribadian skizotipal dijumpai mempunyai pembesaran ventrikel
dan lesi lobus temporal pada gray matter.6
Gangguan kepribadian tertentu mungkin berasal dari kesesuaian
parenteral yang buruk, yaitu ketidaksesuaian antara tempramen dan cara
membesarkan anak. Sebagai contoh, seorang anak yang pencemas dibesarkan
oleh ibu yang sama pencemasnya adalah lebih rentan mengalami gangguan
kepribadian dibandingkan anak yang sama dibesarkan oleh ibu yang tenang.5

Banyak orang dengan kepribadian gangguan tidak mencari bantuan


sampai setelah bertahun-tahun kesusahan. Ini berkontribusi pada kurangnya
pengetahuan tentang penyebab dan perkembangan mereka. Penyebab yang
berbeda tampak terkait dengan jenis gangguan kepribadian yang berbeda.
Namun, seperti kebanyakan penyakit mental, penyebab tampaknya menjadi
kombinasi yang kompleks antara faktor genetik, faktor biokimia, individu,
keluarga dan faktor lingkungan.2
Perumusan kepribadian (potensi gangguan) terjadi selama masa
perkembangan anak. Tidak ada orang tua dan tidak ada lingkungan keluarga
yang sempurna. Dengan demikian, ketidaksempurnaan lingkungan rumah
akan

mengarah

pada

pengembangan

dari

beberapa

kecenderungan

kepribadian. Kecenderungan itu disebut gaya kepribadian. Dalam kasus di


mana lingkungan rumah secara signifikan bersifat maladaptif, trauma, atau
merusak jiwa anak, potensi pengembangan full-blown gangguan kepribadian
meningkat dengan timbulnya pada awal masa dewasa. Daftar berikut berisi
kemungkinan masalah yang muncul selama masa kanak-kanak yang memiliki
kecenderungan terjadi gangguan kepribadian skizotipal . Banyak dari masalah
ini tidak dapat diterima secara kognitif oleh pasien dan ada kemungkinan
bahwa banyak dari isu-isu ini akan ditolak oleh pasien. Meskipun penolakan
pasien (yang sangat umum terjadi) ini adalah alasan yang paling umum
diterima pada gangguan kepribadian ini. Terapis harus mengenali perbedaan
antara gaya kepribadian yang berfungsi optimal dan kepribadian yang
bergerak (atau telah pindah) ke arah terbentuknya suatu gangguan. Terapis
tidak "otomatis" mengasumsikan bahwa masing-masing item adalah
kenyataan di lingkungan rumah tempat tinggal. Daftar ini harus digunakan
untuk penyelidikan dan eksplorasi bahwa terapis mungkin memahami
dinamika lingkungan rumah tempat tinggal.
Trauma ekstrim di rumah. Hal ini dapat berkisar dari kematian salah satu
atau kedua orang tua (kematian menjadi trauma), meninggalkan anak
dengan sosok orang tua, penyalahgunaan semua jenis termasuk kekerasan

fisik dan / atau penyiksaan, pelecehan emosional dan / atau penyiksaan,


serta pelecehan seksual (termasuk Ritual Pelecehan Seksual).
Kurangnya kehangatan emosional di dalam rumah. Rumah ini cenderung
dingin dan tidak terdapat kesenangan dan kenyamanan didalamnya.
Lingkungan mungkin kritis dan didakwa dengan rasa bersalah.
Komunikasi orangtua terfragmentasi. Orang tua biasanya mengutuk anak.
Miskin

stimulasi

pada

masa

kanak-kanak.

Hal

ini

disebabkan

ketidakpedulian orangtua terhadap kebutuhan stimulasi anak. Ini mungkin


salah satu penyebab bagi kehidupan fantasi orang dewasa.
Pengetahuan Magic pada bagian dari orang tua. Orang tua menanamkan
dalam diri anak keyakinan (biasanya pada awal masa kanak-kanak) bahwa
mereka "tahu" apa yang anak itu pikirkan atau yang sementara dilakukan
anak sementara orang tua tidak berada disana. Tujuan dari perilaku
orangtua ini tampaknya upaya untuk mengontrol pemikiran dan perilaku
melalui jarak. Orangtua menanamkan kecurigaan dan keyakinan yang
salah dalam pikiran anak. Ini mengembangkan kecurigaan otomatis dalam
pikiran anak. Anak menderita konstan takut serangan dan penghinaan
karena "keyakinan" bahwa orang tua mereka dapat mengetahui apa yang
mereka perbuat.
Tanggung jawab orang tua kepada seorang anak. Anak itu diberikan
tanggung jawab dari orangtua/orang dewasa dan di ancam jika tanggung
jawab itu tidak dilakukan. Latihan ini mungkin bertujuan mengendalikan
anak sementara orang tua tidak ada. Hal ini juga memotong anak dari
komunikasi sosial dan interaksi.
Perilaku orangtua yang merumuskan gangguan kepribadian ini harus
dipertimbangkan sebagai bentuk yang sangat kuat dari pelecehan
emosional dan psikologis.9

E. Diagnosis

10

Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosis berdasarkan keanehan


pikiran, perilaku, dan penampilan pasien. Penggalian riwayat penyakit
mungkin sukar karena cara berkomunikasi pasien yang tidak lazim.5
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian skizotipal menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) V, sebagai
berikut:7
A. Pola pervasif defisit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh
ketidaknyamanan akut dengan, dan penurunan kapasitas untuk,
hubungan erat dan juga oleh penyimpangan kognitif atau persepsi dan
perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
berikut :
1) Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference)
2) Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku
dan tidak konsisten dengan norma kultural (misalnya, percaya
tahayul, percaya dapat melihat apa yang akan terjadi, telepati atau
indra keenam pada anak-anak dan remaja, khayalan atau
preokupasi yang kacau).
3) Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh.
4) Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar-samar,
5)
6)
7)
8)

sirkumstansialitas, metaforik, terlalu berbelit-belit atau stereotipik).


Kecurigaan atau ide paranoid
Afek tang tidak sesuai atau terbatas
Perilaku atau penampilan yang aneh, ekstrensik, atau janggal
Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain

sanak saudara derajat pertama


9) Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan
keakraban dan cenderung disertai dengan ketakutan paranoid
dibandingkan pertimbangan negatif tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu
gangguan mood dengan ciri psikotik lain, atau suatu gangguan
perkembangan pervasif.
F. Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian skizotipal dibedakan dari skizofrenia, gangguan
delusional dan gangguan afektif dengan psikosis berdasarkan waktu-waktu
11

terjadinya gejala psikotik, seperti delusi dan halusinasi. Adanya gangguan


psikotik dengan delusi akan menyebabkan diagnosa untuk gangguan
kepribadian skizotipal menjadi lebih susah. Pasien dengan gangguan
skizotipal dapat dibedakan dengan dari pasien skizofrenik oleh ada tidaknya
gejala psikosis. Jika gejala psikotik memang ditemukan, gejala tersebut
adalah singkat dan terpecah. Beberapa pasien memenuhi kriteria untuk
gangguan kepribadian skizotipal dan gangguan kepribadian ambang. Pasien
dengan gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan tetapi tidak
memiliki perilaku yang aneh seperti pada gangguan kepribadian skizotipal.5
Gangguan kepribadian skizotipal juga susah dibedakan dengan beberapa
kelompok heterogen dari masyarakat, anak-anak dengan tingkah laku aneh
yang dikarakteristikan dengan adanya isolasi sosial, perilaku eksentrik dan
bahasa yang aneh yang juga dapat terlihat pada gangguan autistik, gangguan
asperger and mixed receptive-expressive language disorder. Gangguan
berkomunikasi dapat dibedakan melaui kapan pertama kali dan seberapa
parah gangguan bahasa anak tersebut. Hal ini juga harus ditemukan
bersamaan dengan usaha kompensasi dari anak tersebut untuk berkomunikasi
dengan menggunakan cara lain dan mempunyai spesialisasi dalam bahasa.
Gangguan

autistik

dan

gangguan

asperger

dibedakan

berdasarkan

terganggunya interaksi sosial dan tingkah laku stereotipe.10


Gangguan kepribadian skizotipal dibedakan dari gangguan kepribadian
lain :
-

Skizoid dan paranoid (dimana gangguan ini dapat dijumpai pemikiran


magis, pengalaman persepsi yang tidak biasa, aneh dalam berbicara,

penampilan dan pemikiran, tetapi jarang).


Narsistik (dengan perasaan dominan

mengenai

kebesaran,

kepercayaan diri yang rapuh, dan rasa takut mempunyai kekurangan


-

atau rahasia kejelekannya terbongkar).


Menghindar (dimana jarang juga ditemukan aneh dalam penampila
dan tingkah laku dan takut dipermalukan, tidak tertarik dan tidak bisa
berhubungan tetap yang menyebabkan menghindar dari sosial dan
terisolasi).

12

Borderline (dikarakteristikan dengan tidak stabilnya afektif dan


hubungan yang terus terganggu, dimana adanya ditemukan tingkah
laku impulsif dan manipulatif).10

G. Penatalaksanaan
Individu dengan gangguan kepribadian tidak sadar bahwa dirinya sakit
dan jarang mencari pertolongan kecuali orang lain disekitarnya, misalnya
pasangan atau orang tua yang memaksa. Hal ini terjadi ketika tingkah laku
yang terjadi mulai mempengaruhi dan menyebabkan masalah perkawinan,
keluarga dan karir atau ketika gangguan mental lainnya atau gangguan
somatik mempengaruhi ggambaran klinis. Umumnya pasien dengan
gangguan kepribadian membutuhkan beragam rencana pengobatan yang
sering mengkombinasikan antara psikoterapi dan farmakoterapi.
1.

Psikoterapi
Pikiran yang aneh dan ganjil dari pasien dengan gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan hati-hati. Beberapa pasien terlibat
dalam pemujaan, religius yang aneh dan okulitis. Ahli terapi tidak boleh
menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau
aktivitas mereka.
Prinsipnya :
a. Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan kepribadiannya
menyebabkan disfungsi diri, hubungan interpersonal dan hubungan
b.
c.

sosialnya, jadi bukan menyalahkan atau menghakimi pasien.


Membantu agar sifat egosintoniknya menjadi egodistonik.
Jenis psikoterapi berupa terapi kognitif, terapi keluarga dan terapi
behavioral
- Terapi kognitif
Dalam terapi ini individu belajar untuk merespon dan
dilatih untuk fokus terhadap suatu masalah dari pikiran-pikiran
menganggu. Terapi ini juga melatih individu untuk memisahkan
masalah-masalah sosial yang membingungkan dari pikiranpikirannya sendiri terutama dari hal-hal yang membuat individu
mengelak dari situasi interpersonal. 10-12

13

Terapi kognitif (CT), merupakan sistem yang menerapkan


psikoterapi dengan pengobatan yang dioperasionalkan, didasarkan
pada uraian teori psikopatologi dan kepribadian. Terapi kognitif
sangat efektif dalam membantu pasien tidak hanya mengatasi
gangguan mereka tetapi juga dalam mencegah kekambuhan.
Pengobatan dengan terapi kognitif berorientasi pada tujuan,
sensitivitas waktu, edukatif, dan kolaboratif. Cara orang melihat
pengalaman mereka mempengaruhi emosi mereka, perilaku, dan
reaksi

fisiologis.

Memperbaiki

kesalahan

persepsi

dan

memodifikasi pemikiran dapat membantu.13


- Terapi keluarga
Terapi dapat efektif bila semua anggota keluarga dilibatkan,
konselor atau ahli terapi dilibatkan secara langsung dalam
mengurangi letupan amarah dan menjaga hubungan emosional
antar sesama anggota keluarga maupun dengan pasien. Dalam hal
ini keluarga merupakan orang terdekat pasien. Terapi ini juga
dapat meningkatkan moral dalam keluarga. 10-12
- Terapi behavioral
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal membutuhkan
kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang
lain, ia membutuhkan teknik-teknik baru untuk melakukan
pendekatan dengan orang lain. Terapis mengajarkan bagaimana
mengungkapkan perasaan-perasaan dan berekspresi secara tepat.
Individu juga diajarkan bagaimana mengatur suara atau berbicara
ketika berhadapan dengan orang lain.10-12
Ada enam mekanisme pertahanan utama yang umum digunakan oleh
individu dengan jenis gangguan kepribadian skizotipal, lima
diantaranya melibatkan beberapa jenis distorsi gambar dan mungkin
menunjukkan masalah yang signifikan mengarah pada psikosis.9
1. Intelektualisasi. Klien menggunakan cara berpikir abstrak yang
berlebih,

penalaran

intelektual,
14

atau

generalisasi

untuk

mengontrol atau meminimalkan ketidaknyamanan emosional


yang terkait dengan stresor internal ataupun eksternal. Ini

2.

merupakan upaya dari pihak klien untuk "mematikan" emosi


terkait dengan stressor.
Denial. Klien menolak untuk mengakui beberapa aspek yang
relatif menyakitkan secara eksternal atau pengalaman subjektif

3.

yang jelas kepada orang lain.


Proyeksi. Klien memberi impuls palsu agar dapat diterima oleh
perasaan sendiri, impuls, atau pengalaman ke orang lain tanpa

4.

alasan.
Proyeksi delusi. Klien menggunakan proyeksi dengan komponen
tambahan realitas distorsi. Proyeksi menempatkan perilaku
negatif sendiri seseorang pada orang lain. Dengan proyeksi delusi,
individu benar-benar percaya apa yang telah mereka proyeksikan
ke orang lain karena mereka percaya bahwa mereka memiliki

5.

bukti.
Psikotik Denial. Klien menggunakan penyangkalan dengan
komponen

tambahan

distorsi

realitas.

Denial

adalah

ketidakmampuan internal untuk mengakui bahwa suatu peristiwa


telah terjadi. Psikotik Denial membangun pertahanan yang
"membuktikan" kepada klien bahwa peristiwa telah atau tidak
6.

terjadi.
Distorsi psikotik. Klien mengalami halusinasi intern (visual dan /
atau

pendengaran)

dan

delusi

lainnya.

Unsur-unsur

ini

membentuk pandangan realitas eksternal pasien dan menciptakan


"realitas baru" untuk pasien yang menentang realitas objektif.
2.

Farmakoterapi
Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan
mengenai diri sendiri, waham dan gejala lain dari gangguan dan dapat
digunakan bersama-sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah
dilaporkan dengan haloperidol. Antidepresan digunakan jika ditemukan
suatu komponen depresif dan kepribadian.5
Tidak ada obat khusus untuk menyembuhkan gangguan kepribadian
ini, dokter menganjurkan obat antidepressant atau antipsikotik bila

15

individu tersebut juga mengalami gangguan kecemasan, depresi atau


gangguan mood lainnya. Obat risperidone (Risperdal) dan olanzapine
(Zyprexa) diberikan bila individu mengalami penyimpangan (gangguan)
dalam berpikir.11,12
H. Komplikasi
Pada seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi
dalam hubungan keluarga, pekerjaan dan fungsi sosial. Dapat pula berkaitan
dengan tindakan kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, perceraian, problem pemeliharaan anak. Seringkali gangguan
kepribadian berkaitan dengan gangguan jiwa yang lain antara lain depresi,
gangguan panik, dll.1
Komplikasi lain dari gangguan ini adalah episode psikotik yang terus
menerus biasanya dipicu oleh stres. Gejala terkadang begitu jelas sehingga
memenuhi kriteria gangguan skizofreniform, gangguan delusi dan gangguan
psikotk ringan. Lebih dari setengah pasien setidaknya pernah mengalami
episode depresi mayor, dan 30-50% pasien dengan depresi mayor
berhubungan dengan gangguan kepribadian ini. Gangguan kepribadian yang
sering dijumpai bersamaan dengan skizotipal adalah skizoid, paranoid,
menghindar dan borderline.10 Menurut Morey (1988) dijumpai pada 33%
yang didiagnosa dengan skizotipal juga mempunyai gangguan narsistik, 59%
mempunyai gangguan kepribadian menghindar, 59% mempunyai gangguan
kepribadian paranoid dan 44% mempunyai gangguan kepribadian skizoid.6
I.

Prognosis
Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan melaporkan bahwa
10% orang dengan gangguan kepribadian skizotipal akhirnya melakukan
bunuh dri. Penelitian retrospektif telah menunjukkan bahwa banyak pasien
yang diperkirakan menderita skizofrenia sebenarnya menderita gangguan
kepribadian skizotipal dan pemikiran klinis sekarang ini adalah bahwa
skizotipe adalah kepribadian pramorbid dari pasien skizofrenik. Tetapi,
banyak pasien mempertahankan kepribadian skizotipal sepanjang hidupnya
dan bekerja walaupun dengan keanehan mereka.5

16

Pendekatan kepribadian yang akurat secara umum dapat memprediksi


tingkah laku yang berbeda dan membantu dalam prognosis selanjutnya.
Pasien dengan gangguan kepribadian lainnya, seperti gangguan kepribadian
anti sosial dan lainnya, cenderung akan mengalami perbaikan seiring dengan
umur dan kedewasaan seseorang. Akan tetapi, hal ini kurang didapat pada
gangguan kepribadian anankastik dan khusunya pada gangguan kepribadian
skizotipal.5

17

BAB III
KESIMPULAN
Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karaktek tersebut yang
di rentang normal yang ditemukan pada sebagaian besar orang. Pasien dengan
gangguan kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan
dan diri sendiri yang bersifat berakar mendalam, tidak fleksibel serta bersifat
maladaptif.1,5
Gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM)-IV7
1.

2.

Kelompok A
terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal; orang
dengan gangguan ini sering kali tampak aneh dan eksentrik.
Kelompok B
terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik dan
narsistik; orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional

3.

dan tidak menentu.


Kelompok C
terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan obsesifkompulsif dan satu kategori yang dinamakan gangguan kepribadian yang
tidak ditentukan; orang dengan gangguan ini sering tampak cemas atau
ketakutan.(Kaplan)
Gangguan kepribadian skizotipal dapat didefinisikan sebagai pola defisit

dalam hubungan sosial dan interpersonal: merasa tidak nyaman dan kurang
mampu untuk membina hubungan akrab, disertai distorsi kognitif atau persepsi
dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya dewasa muda dan nyata
dalam berbagai konteks atau situasi kehidupan.

18

Gambaran kepribadian skizotipal terjadi pada kira-kira 3% dari jumlah


populasi. Rasio jenis kelamin tidak diketahui dengan pasti. Penyebab dari perilaku
aneh, terkadag pemikiriran paranoid, tingkah laku yang aneh dan gangguan
hubungan interpersonal, mengacu pada gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan faktor genetik dari skizofrenia. Penyebab lain selain faktor genetik ialah
terjadi kombinasi yang kompleks antara faktor genetik, faktor biokimia, individu,
keluarga dan faktor lingkungan.2
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosis berdasarkan keanehan pikiran,
perilaku, dan penampilan pasien. Penggalian riwayat penyakit mungkin sukar
karena cara berkomunikasi pasien yang tidak lazim. Kriteria diagnostik untuk
gangguan kepribadian skizotipal menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM) V.5
Individu dengan gangguan kepribadian tidak sadar bahwa dirinya sakit dan
jarang mencari pertolongan kecuali orang lain disekitarnya, misalnya pasangan
atau orang tua yang memaksa. Hal ini terjadi ketika tingkah laku yang terjadi
mulai mempengaruhi dan menyebabkan masalah perkawinan, keluarga dan karir
atau ketika gangguan mental lainnya atau gangguan somatik mempengaruhi
ggambaran klinis. Umumnya pasien dengan gangguan kepribadian membutuhkan
beragam rencana pengobatan yang sering mengkombinasikan antara psikoterapi
dan farmakoterapi.10-12
Pendekatan kepribadian yang akurat secara umum dapat memprediksi
tingkah laku yang berbeda dan membantu dalam prognosis selanjutnya. Pasien
dengan gangguan kepribadian lainnya, seperti gangguan kepribadian anti sosial
dan lainnya, cenderung akan mengalami perbaikan seiring dengan umur dan
kedewasaan seseorang. Akan tetapi, hal ini kurang didapat pada gangguan
kepribadian anankastik dan khusunya pada gangguan kepribadian skizotipal.5

19

DAFTAR PUSTAKA

1.

Mangindaan L. Gangguan Kepribadian. Elvira SD. Hadisukanto G. Buku


Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Badan Penernit

2.

FKUI: Jakarta. 2010: 329-34.


What is a Personality Disorders? Mental Health and Workforce Division of

3.

The Australian Goverment Department of Health. 2008.


Samuels JF, Nestadt G, Romanoski AJ, Folstein MF, McHugh PR. DSM-III
personality disorders in the community. Am J Psychiatry 2000 ;151:1055-

4.

62.
Chapter 5 Personality Disorder. A Report on Mental Illnesses in Canada.

5.

2006. p. 69-78.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan

6.

Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Binarupa Aksara. 2010: 258-91.


Davidson, Gerald C., John M. Neale, & Ann M. Kring. Abnormal

7.
8.

Psychology. Edisi 9. 2004. US: Jhon Wiley & Sons, Inc.


DSM 5
Herpertz SC., Zanarini M., Schulz CS., Siever L., Lieb K., Moller HJ. World
Federation of societies of Biological Psychiatry Guidelines for biological
treatment of personality disorders. The World Journal of Biological

9.

Psychiatry. 2007; 8(4): 212-44.


American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder, fourth edition, text revision.. Washington D.C., American

10.

Psychiatric Association. 2000, p. 697


Cloninger CR, Svrakic DM. Personalaity Disorders. In: Kaplan and
Sadocks, editors. Te Comprehensive Textbook of Psychiatry, Vol 11. Edisi

11.

9. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2009. P. 2197-240.


Kaplan H.I, M.D and Sadock B.J, M.D; Theories of Personality and
Psychopathology in Synopsis of Psychiatry, sixth edition; William and

12.

Wilkins; Baltimore USA ; 1991.


Pong D. Schizotypal Personality Disorder. Artikel Psikologi Umum.
Psikologi. 2008 Desember [diakses pada tanggal 18 Juli 2015]
20

13.

Beck JS. The Corsini Encyclopedia of Psychology. Beck Institute for


Cognitive Therapy and Research and University of Pennsylvania. 2009.
John Wiley & Sons, Inc. p. 1-3.

21

Anda mungkin juga menyukai