Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PELAYANAN INFORMASI OBAT

KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI OBAT

DISUSUN OLEH:
1. FRISTA ANESTI NOMI

(1620323459)

2. GUSTI BAGUS BRIMOB TOHPATI

(1620323460)

3. HANA DEWI PRATIWI

(1620323461)

4. HANUM ACHIRISIAM PASCA FITRI (1620323462)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan


pasien terhadap regimen pengobatan, mengidentifikasi dan menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan terapi obat (Anonim, 2004)
Tinjauan Pengumpulan Informasi dari Pasien
Salah satu tahapan pada pelayanan resep adalah mengumpulkan informasi dari
pasien dengan tujuan mengidentifikasi masalah yang ada atau mungkin akan muncul
pada pasien terkait penggunaan obat, sehingga pada akhirnya farmasis dapat
mengidentifikasi informasi obat yang akan dibutuhkan dan akan diberika kepada
pasien. Pengumpulan informasi dasar dari pasien perlu di lakukan farmasis yang
meliputi nama, alamat, nomor telepon, umur dan jenis kelamin. Selain itu, informasi
yang berkaitan dengan keadaan penyakit pasien atau penyakit lain, reaksi alergi pada
obat pada pasien, serta obat alat kesehatan yang sedang digunakan oleh pasien
(Rantucci, 20007). Informasi berikut perlu ditanyakan pada pasien , selain informasi
tentang pasien dan informasi riwayat pengobatan yang disebutkan sebelumnya.
1. Penggunaan sebelumnya
Apoteker harus mengetahui apakah pasien pernah menggunakan obat yang
diresepkan.
2. Pengetahuan tentang tujuan pengobatan dan kondisi pasien
Apoteker harus memastikan kondisi pasien yang sedang dioati serta
pemahamanan dan persepsi pasien tentang kondisi tersebut. Apoteker juga
harus menanyakan kepada pasien informasi apa yang telah diberikan oleh
dokter tentang tujuanpengobatan.
3. Pengetahuan tentang regimen pengobatan
Apoteker harus mengetahui pemahaman pasien tentang cara penggunaan obta.
Apoteker harus bertanya pada pasien tentang cara penggunaan obat dan
apakah pasien dapat
melakukan antisipasi setiap kesulitan dalam
penggunakan obat sesuai dengan aturan resep.
4. Sasaran terapi
Pasien ditanyakan tentang apa yang ingin dicapai dari pengobatannya.
5. Masalah yang mungkin muncul.

Apoteker dapat mulai mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul


dengan menanyakan perasaan pasien dalam menggunakan obat dan
menanyakan kesulitan yang diduga akan muncul dalam penggunaan obat.
Tinjauan Tentang Pemberian Informasi Obat
A. Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini, informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi, cara pemakaiaan obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu
pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004)
Berkaitan dengan pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care), seorang
apoteker memiliki tanggung jawab spesifik, yaitu:
a. Menjamin terapi obat yang dilaksanakan oleh pasien sudah tepat indikasi,
efektif, dan terjamin keamanannya.
b. Mengidentifikasi, menyelesaikan, dan mencegah terjadinya semua masalah
terkait terapi obat.
c. Menjamin tercapainya tujuan terapi yang optimal. (Cipolle et al, 1998)
Bentuk tanggung jawab untuk menghindari masalah terkait terapi obat (Drug
Therapy Problem) dapat dilakukan dengna pemberian informasi tentang obat. Ada
beberapa kebutuhan terkait obat (drug related need) yang ditunjukkan oleh pasien
yang bisa menjadi masalah terkait terapi obat (Drug Therapy Problem) apabila
kebutuhan terkait obat tersebut tidak ditunjukkan dengan tepat. Drug Therapy
Problem merupakan hal yang tidak diinginkan dialami oleh pasien karena dapat
mempengaruhi terapi obat dan dapat mengganggu hasil yang diinginkan oleh pasien.
Oleh karena itu, sangat penting bagi apoteker untuk mengetahui dan mengidentifikasi
kebutuhan terkait obat yang dibutuhkana pasien. Untuk melaksanakan hal tersebut
diperlukan hubungan terapetik apoteker-pasien yang merupakan dasar dari asuhan
kefarmasian. Objek pertama yang perlu didiskusikan dengan pasien adalah apakah
pasien mengerti dengan terapi obat, apakah harapan yang berkaitan dengan terapi
obat, dan kepedulian pasien terhadap terapi obat (Cipolle et al, 1998).

Menunjukkan peran atau tanggung jawab apoteker maka apoteker perlu


menerjemahkan kebuthan pasien terkait obat, kedalam format penyelesaian masalah.
Mengetahui masalah terkait terapi obat yang dialami pasien merupakan hal penting
karena membantu apoteker dalam mengambil keputusan yang tepat dalam setiap
tindakannya. Ada empat petanyaan yang harus diajukan apoteker kepada pasien agar
dapat membuat keputusan tentang ada tidaknya masalah terkait terapi obat (Drug
Therapy Problem) yang dialami pasien, yaitu apakah terapi obat sesuai indikasinya,
apakah terapi obat tersebut efektif, apakah terapi obat tersebut aman, dan apakah
pasien mematuhi aturan obat yang diresepkan. Untuk dapat menerjemahkan Drug
Related Need ke dalam Drug Therapy Problem dirangkum dalm Tabel 1. berikut
(Cipolle et al, 1998):
Tabel 1. Menerjemahkan Drug Related Need ke dalam Drug Therapy Problem

Ekspresi
pasien

Drug Related
Need

Pemahaman

Indikasi

Drug Therapy Problem


1. Terapi obat tambahan
2. Terapi obat yang tidak dibutuhkan

Harapan

Efektifitas

3. Salah obat
4. Dosis yang terlalu rendah

Peduli

Keamanan

5. Reaksi obat yang merugikan


6. Dosis terlalu tinggi

Perilaku

Kepatuhan

7. Kepatuhan

B. Pemberian Informasi untuk Resep Baru


Untuk resep baru, pasien perlu diberi edukasi mengenai semua aspek pengobatan.
Karena sering mencakup banyak informasi, pemberian informasi harus dilakukan
dengan singkat dan teratur. Informasi yang biasanay diberikan kepada pasien adalah
informasi umum tentang obat (nama, kegunaan), cara penggunaan (dosis dan jadwal
penggunaan), dan hasil (peringatan, efek samping ringan, efek samping berat).
Jenis informasi khusus yang kemungkinan perlu diberikan kepada pasien yang
mendapat resep baru meliputi (Rantucci, 2007):

1. Nama dan Gambaran obat


Meskipun nama obat tercantum pada penandaan resep, mama generik dan
nama dagang dapat membingungkan pasien, hubungan antara kedua nama
tersebut harus dijelaskan. Bentuk sediaan obat juga harus dijelaskan.
2. Tujuan
Tujuan pengobatan dan, dengan singkat, cara kerja obat perlu dijelaskan
dengan istilah-istilah yang sederhana. Bila diperlukan, penjelasan yang lebih
terperinci tentang kondisi yang diobati dapat diberikan.
3. Cara dan waktu penggunaan
Waktu penggunaan pada kemasan obat harus ditunjjukan pada pasien dan
harus dibacakan. Pada beberapa kasus, kemungkinan diperlukan penjelasan
yang lebih mendetail mengenai waktu penggunaan apabila obat harus ditelan
atau digunakan dengan cara tertentu, maka pasien harus diberitahu prosedur
penggunaan yang benar.
4. Saran Ketaatan dan Pemantauan Sendiri
Pasien harus ditanyakan apakah akan mengalami suatu kesulitan dalam
menggunakan obat yang sesuai petunjuk. Apabila pasien mengalami kesulitan,
pemberian saran untuk mengatasi hal tersebut harus diberikan. Pasien perlu
mengetahui bagaimana mengevaluasi keefektifan obat yang digunakan dan
alasan menghentikan pengobatan, atau waktu yang tepat untuk menghentikan
pengobatan.
5. Efek Samping dan Efek merugikan
Informasi tentang efek samping dan efek merugikan serta gejala-gejala dari
efek tersebut sebaiknya disebabkan dan dihindari penggunaan nama penyakit
yang sulit dimengerti pasien. Penting bagi pasien untuk mengetahui cara
mengatasi gejala yang timbul, baik dengan melakukan tindakan yang akan
meminimalkan gejala atau dengan menghubungi dokter penulis resep
secepatnya. Pasien harus diberitahukan gejala apa yang ringan dan tidak perlu
dikhawatirkan dan gejala apa yang harus dikonsultasikan pada dokter.
6. Tindakan Pencegahan, Kontraindikasi, dan interaksi

Pasien harus selalu diingatkan tentang setiap tindakan pencegahan yang


berkaitan dengan pengobatan yang khususnya berlaku pada pasien tersebut.
Jika ada sejumlah kemungkinan interaksi, pasien sebaiknya diberitahu untuk
berkonsultasi dengan apoteker atau dokter yang menulis resep sebelum
menggunakan obat. Kontraindikasi penggunaan obat juga perlu disampaikan
bila pasien kemungkinan akan mengalami kondisi tersebut dikemudian hari.
7. Petunjuk Penyimpanan
Setiap petunjuk penyimpanan khusus harus disebutkan meskipun informasi
tersebut tercantum pada penandan tambahan yang ditempelkan pada kemasan.
8. Informasi Pengulangan Resep dan Rencana Pemantauan Lanjutan.
Pasien harus diberitahubila dokter menyatakan dalam resep bahwa resep dapat
diisi ulang. Jika tidak ada instruksi seperti itu di dalam resep, pasien harus
ditanyakann apakah dokter memberikan perintah secara lisan mengenai
tindakan selanjutnya. Bila dokter tidak diskusikan hal ini dengan pasien
pasien, pasien sebaiknya disarankan untuk berkonsulasi dengan dokter.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi:
a. Cara pemakainan obat
b. Cara penyimpanan obat
c. Jangka waktu pengobatan
d. Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

KASUS RESEP

R/ Metformin tab No XC
S 3 dd 1
R/ Glibenclamid tab No XXX
S 1 dd 1
R/ Amlodipin mg 5 tab No XXX
S 1 dd 1
R/ Neurobion tab No XXX
S 1 dd 1

Pro: Ny (50 thn)

R/ Metformin tab No XC
S 3 dd 1
1.

Obat Metformin

Aturan pakai : Metformin diminum 3 x sehari 1 tablet (diminumnya tiap pagi jam
6, siang jam 2 dan malam jam 10). Obat ini dihabiskan dalam
waktu 1 bulan.
Indikasi : Metformin adalah obat lini pertama penurun gula darah bagi
penderita kencing manis (diabetes). Metformin ini bekerja langsung
pada hati dengan cara menurunkan produksi glukosa di dalam hati.
Metformin juga sangat cocok untuk penderita diabetes dengan tubuh
gemuk. (4)
Efek Samping : Metformin adalah obat diabetes yang cukup aman. Pada awal
penggunaan mungkin menimbulkan gangguan lambung atau
diare yang akan berkurang jika dimunum bersama makanan.
(3)
Non Farmakologi :Rajinlah berolah raga dan menjaga pola makan, hindari
alkohol, laporkan bila ibu mengalami gejala asidosis laktat
seperti kejang, nyeri otot, hiperventilasi, kelelahan yang tidak
wajar dan kelemahan. (4)
R/ Glibenclamid tab No XXX
S 1 dd 1
2.

Obat Glibenklamid

Aturan pakai : Glibenklamid diminum 1 x sehari 1 tablet (sebaiknya diminum


pada pagi hari bersamaan atau setelah sarapan). Obat ini
dihabiskan dalam waktu 1 bulan.
Indikasi : Glibenklamid adalah obat yang digunakan pada pasien diabetes tipe 2
untuk mengendalikan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi karena

pada diabetes tipe 2, tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik dalam
menyimpan gula berlebih yang ada di aliran darah. (4)
Efek Samping : Reaksi tubuh seseorang terhadap sebuah obat berbeda-beda.
Terdapat beberapa efek samping umum yang berpotensi
terjadi, seperti: Gejala-gejala hipoglikemia, merasa mual,
nyeri ulu hati, sembelit atau konstipasi, mengalami diare dan
berat badan naik. Jika efek samping yang terjadi
berkepanjangan atau Anda mengalami reaksi alergi, segera
temui dokter atau datangi rumah sakit terdekat. (4)
Non Farmakologi : Obat ini memiliki efek penurunan gula darah yang sangat
cepat sehingga ibu perlu melakukan jadwal makan yang ketat.
(4)
R/ Amlodipin mg 5 tab No XXX
S 1 dd 1
3.

Obat Amlodipin

Indikasi

: Hipertensi, profilaksis angina

Mekanisme kerja : Amlodipin merupakan golongan penghambat kanal kalsium. Obat


ini bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium melalui
membran sel ke dalam sel otot polos vaskular dan sel otot jantung yang
akan mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan kontraksi otot
jantung. Bekerja mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan

menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan


darah. Selain itu, CCB juga akan meningkatkan suplai oksigen
miokard dengan efek vasodilatasi koroner.
Aturan pakai : Amlodipin diminum 1 x sehari 1 tablet karena efeknya dapat bertahan
hingga 24 jam. Amlodipine per oral tidak dipengaruhi makanan.
Peringatan

: kurangi dosis pada pasien gangguan fungsi hati atau gangguan


bermakna fungsi ventrikel yang bermakna karena pasien dengan
fungsi hati didapatkan peningkatan AUC sekitar 40-60%, sehingga
diperlukan pengurangan dosis pada awal terapi. Demikian juga pada
pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.

Efek Samping : edema perifer, nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap amlodipine atau komponen lain dalam
sediaan.
Tempat penyimpanan: Disimpan dalam suhu kamar (15 30C)
Non farmakologi : Bagi yang obesitas turunkan berat badan, Diet garam (< 2.4
g/hari), Kurangi konsumsi lemak, Tidak merokok, kurangi kopi,
alkohol, Istirahat cukup, Olahraga teratur.
R/ Neurobion tab No XXX
S 1 dd 1
4. Obat Neurobion

Indikasi : Neurobion digunakan untuk memperbaiki metabolisme tubuh dan


memenuhi kebutuhan sehari-hari akan vitamin B kompleks. Khusus

pada vitamin B6 dan B12, vitamin ini diperlukan dalam pembentukan


dan kematangan sel darah merah. Keuntungan-keuntungan dari
pemakaian neurobion, yaitu mengatur metabolisme saraf terutama pada
saraf tepi, membantu proses pembentukan energi, memaksimalkan
kinerja, menjaga kerja jantung dan nafsu makan.
Efek Samping : Walaupun neurobion merupakan suplemen vitamin, namun neurobion
dapat menimbulkan efek samping pula. Beberapa gejala efek samping
dari neurobion, yaitu reaksi alergi (gatal-gatal, timbul biduran pada
seluruh tubuh), perdarahan, serta rasa berdebar-debar dan nyeri pada
dada. Umumnya efek samping yang timbul hanya berupa gejala ringan.
Bila efek samping mengganggu aktifitas, segera memeriksakan diri ke
dokter.
Aturan Pakai : Neurobion memiliki lingkaran hijau pada kemasannya, hal ini
menandakan neurobion merupakan obat bebas. Walaupun bebas,
penggunaan harus sesuai dengan anjuran. Setiap 1 tablet suplemen
neurobion mengandung vitamin B1 sebanyak 100 mg (miligram),
vitamin B6 sebanyak 200 mg, dan vitamin B12 200 mcg (mikrogram).
Dosis konsumsi neurobion yang dianjurkan yaitu 1 tablet sehari.
Non farmakologi : Sebaiknya banyak minum air putih.
Tempat penyimpanan : di tempat sejuk dan kering
Referensi :
1. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley. P.C., (1998). Pharmaceutical Care
Practice. New York. Mc Graw-Hill.
2. DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.
3. Priyanto. 2009. Farmakoterapi & Terminologi Medis. Lembaga Studi dan
Konsultasi Farmakologi. Depok : Jawa Barat.
4. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. 2005. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
5. Rantucci, M.J., 2007, Pharmacist Talking with Patient : A Guide to
Patient Counseling, Lippincott Williams&Wilkins, Philadelphia : 11 24.

Anda mungkin juga menyukai