Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


telekomunikasi berkembang pesat. Di negara maju, program magang bagi pelajar
institusi pendidikan pada suatu perusahaan adalah pilihan yang sangat tepat dalam
usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk memajukan bangsa dan
negaranya. Dalam perusahaan program training merupakan suatu program pilihan
proses penyesuaian atau adaptasi karyawan baru dengan lingkungan kerjanya.
Kesesuaian lingkungan kerja akan sangat membantu peningkatan kerja karyawan.
Di Indonesia, program magang kerja ini telah ditetapkan oleh pemerintah dalam
rangka memperoleh kesesuaian dan kesepadanan (link and match) antara
perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja dengan dunia industri sebagai
pemakai tenaga kerja.
Sistem magang kerja membantu sekali dalam usaha untuk mentransfer
pengetahuan sekaligus penerapan pengetahuan secara nyata bagi mahasiswa dari
pihak institusi pendidikan. Keuntungan dari pihak perusahaan dalam sistem
magang kerja adalah suatu perusahaan akan mendapatkan tenaga kerja yang siap
dan terbiasa kerja secara nyata. Mengingat pentingnya kegiatan magang kerja, jika
tidak dilaksanakan akan dapat menimbulkan kesenjangan antara dunia industri
dan dunia pendidikan. Sebagai salah satu elemen dunia usaha di Indonesia
berkewajiban membantu program pemerintah.

1.1 LATAR BELAKANG


Meningkatnya popularitas Gunung Bromo pada saat ini memang
menjadi kabar baik bagi Pemerintah Kabupaten Probolinggo maupun bagi
Indonesia. Wisatawan lokal maupun asing berbondong bondong berkunjung ke
Bromo untuk menikmati lingkungan alam dan kearifan lokal warga Tengger.
Tetapi Gunung Bromo juga mengalami kondisi alam yang naik turun sesuai
aktifitas layaknya gunung api aktif lain di Indonesia. Oleh karena itu perlu upaya

pencegahan apabila ditemukan aktifitas gunung api yang mulai meningkat. Hal ini
bertujuan untuk keamanan para wisatawan sekaligus warga lain yang mungkin
masuk wilayah terdampak Gunung Bromo.
Dengan didukung teknologi yang mampu tahan lingkungan ekstrim
seperti Gunung Bromo, dibutuhkan pengamatan langsung ke Gunung Bromo
secara real time dan online menggunakan kamera. Hal ini diharapkan menjadi
inovasi dalam menerapkan pengamatan visual secara real time di lingkungan
alam. Dan menjadi ujung tombak dalam pencegahan bencana alam.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dengan pelaksanaan praktek kerja ini, beberapa permasalahan yang akan
diangkat sebagai topik bahasan adalah :
1.2.1

Bagaimana mengimplementasikan sistem Wireless jarak jauh


untuk pemantauan Gunung Api Bromo ?

1.2.2

Bagaimana pemilihan alat yang digunakan untuk membuat sistem


Wireless jarak jauh untuk pemantauan Gunung Api Bromo ?

1.2.3

Bagaimana pengadaan perangkat pemantau Gunung Api Bromo ?

1.3 BATASAN MASALAH


Agar dalam pengerjaan laporan praktek kerja lapangan ini dapat lebih
terarah, maka pembahasan penulisan dibatasi hanya pada ruang lingkup
pembahasan yang meliputi sistem wireless jarak jauh dari Kantor BPBD
Kabupaten Probolinggo ke Gunung Api Bromo. Hal ini juga disebabkan
kurangnya waktu praktek kerja yang mengakibatkan survei lokasi yang
seharusnya menjadi hal terpenting menjadi sedikit terabaikan. Akibatnya sistem
inipun masih jauh dari kata sempurna.

1.4 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang dapat kami peroleh pada
laporan ini adalah :
1.4.1

Untuk mengetahui implementasi sistem Wireless jarak jauh untuk


pemantauan Gunung Api Bromo.

1.4.2

Untuk mengetahui alat apa saja yang digunakan untuk membuat


sistem Wireless jarak jauh untuk pemantauan Gunung Api Bromo.

1.4.3

Sebagai media untuk meminimalkan perbedaan antara kerja


praktek di lapangan dengan disiplin ilmu yang dipelajari dalam
perkuliahan.

1.4.4

Sebagai media untuk referensi bagi seorang teknisi di lapangan


dalam menghadapi beberapa masalah.

1.5 WAKTU DAN TEMPAT KERJA PRAKTEK


1.5.1

Waktu Praktek Kerja Lapangan


Kami melakukan Praktek Kerja Lapangan kurang lebih
selama 1,5 bulan, yang dimulai pada tanggal 27 Juli 2015 dan
berakhir pada tanggal 4 September 2015.

1.5.2

Tempat Praktek Kerja Lapangan


Tempat pelaksanaan kerja praktek di Pusat Data Statistik
dan Lokasi Operasional (Pusdalops) Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo.

1.6 METODE PENELITIAN


Dalam laporan ini, kami membuat laporan berdasarkan data yang kami
kumpulkan dari berbagai sumber di bawah ini :
1.6.1

Data data perkuliahan dalam mata kuliah Praktek Sistem


Komunikasi Bergerak

1.6.2

Data data yang kami peroleh dari BPBD Kabupaten Probolinggo

1.6.3

Data data yang kami peroleh selama melakukan kerja praktek di


kantor maupun lapangan

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistem Penulisan serta pembahasan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
waktu dan tempat praktek kerja, metode penelitian, serta sistematika
penulisan. Bab ini memberikan gambaran umum mengenai isi dari
Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Bab II Deskripsi Perusahaan
4

Bab ini berisi deskripsi dan profil dari Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, mulai dari sejarah secara umum
sampai khusus, logo, slogan, visi dan misi, serta struktur organisasi.

Bab III Landasan Teori


Bab ini berisi teori teori yang sesuai dan dapat digunakan sebagai
landasan dalam permasalahan yang dibahas dalam Laporan Praktek Kerja
Lapangan.

Bab IV Pelaksanaan PKL


Bab ini berisi tentang bagaimana tahapan untuk mengimplementasikan /
membuat sistem Wireless jarak jauh dari kantor BPBD Kabupaten
Probolinggo ke Gunung Api Bromo yang digunakan untuk pemantauan
gunung menggunakan Video Surveillance yang Real Time.

Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penulis dan saran yang dibutuhkan
penulis untuk membenahi ataupun menambah kekurangan dari laporan ini.

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN


Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur yang mempunyai pola sirkulasi secara eksisting sangat bertumpu pada
transportasi darat. Dengan demikian, kondisi jaringan jalan, sangat mempengaruhi
kelancaran aktivitas manusia serta distribusi barang menuju ataupun keluar daerah
Probolinggo. Sebagai kabupaten yang masih tergolong rawan bencana khususnya
kekeringan di musim kemarau panjang ini. Di Provinsi Jawa Timur, berbagai
upaya guna meningkatkan kualitas maupun kuantitas sarana air bersih dan
perpipaan merupakan tantangan daerah ini di masa mendatang.
Memasuki musim kemarau panjang tahun ini terasa lebih berat bagi
sebagian warga di Kabupaten Probolinggo. Khususnya warga di dua belas
kecamatan kini tengah mengalami kris air bersih. Ke-dua belas kecamatan
tersebut masing-masing, Banyuanyar, Tegalsiwalan, Leces, Wonomerto, Kuripan,
Tongas, Lumbang Bantaran, Kuripan, Sukapura Sumber dan Tiris. Memang tidak
seluruh wilayah kecamatan krisis air bersih, tetapi hanya sejumlah desa. Seperti
warga di Desa Tigasan Wetan, Kec. Leces selalu krisis air bersih setiap kemarau
panjang tiba. Warga di desa tersebut harus membeli air bersih. Itu pun dengan
jarak tempuh sekitar 2 km dari rumahnya. Namun untuk Kecamatan Kuripan
hampir melanda semua desa kecauali 1 desa Menyono.
Secara geografi Kabupaten Probolinggo dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
wilayah topografis, yaitu; daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai.
Dengan kondisi seperti ini Kabupaten Probolinggo merupakan daerah rawan
bencana seperti yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dan pada tahun
2011 telah terjadi bencana kekeringan yang melanda si 12 kecamatan tersebar di
35 desa. Untuk Kecamatan Sumber dan Sukapura perpipaan air bersih banyak
yang rusak terkena dampak erupsi Gunung Bromo dan lahar dingin / pasir yang
mengantam sarama perpiaan dan air bersih di sumber sumber mata air.
Kekeringaan tersebut menambah beban ekonomi masyarakat di lokasi
bencana kekeringan. Hal itu tentu saja berdampak buruk bagi kesehatan
masyaraka. Untuk meringaankan beban ekonomi masyarakat perlu penganan di
nasa tanggap darurrat ini berupa bantuan pasokan air bersih melalui tangki. Untuk
6

penanganan permanen perlu sumur bor dan perpipaan ke desa- desa rawan
kekeringan. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Probolinggo, diperlukan dukungan dana darii Pemerintah pusat dan Propiiinsi
dalam menangani krisi sir bersih ini.
Dalam menanggulangi terjadinya bencana dan mengurangi dampak resiko
dari bencana di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur telah terbentuk lembaga
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

yang ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor : 09 Tahun 2010 tentang : Organisasi


dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Probolinggo, yang memiliki tugas pokok : membantu Kepala Daerah dalam
merumuskan

dan

menetapkan

kebijakan

penanggulangan

bencana

dan

penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien serta
pengkoordinasian

pelaksanaan

kegiatan

penanggulangan

bencana

secara

terencana, terpadu dan menyeluruh.

2.2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PROBOLINGGO


2.2.1 Geografi
Kabupaten Probolinggo adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur
yang memiliki wilayah pantai dan pegunungan. Kabupaten Probolinggo yang
terdiri dari 24 kecamatan dengan bentang 55 Km. Secara geografis wilayah
daratan tersebut terletak di antara 113,070 BT sampai 113,600 BT dan 7,670
LS sampai 7,820 LS, dengan luas wilayah sebesar 1.696,16 Km2. Kabupaten
Probolinggo terdiri dari 24 kecamatan. Dilihat dari geografisnya Kabupaten
Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung membujur dari Barat ke Timur,
yaitu Gunung Semeru, Gunung Argopuro, dan Gunung Tengger. Secara
administratif Kabupaten Probolinggo memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Selat Madura
Timur : Kabupaten Situbondo
Barat : Kabupaten Pasuruan
Selatan: Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember

Ibu Kota Kabupaten Probolinggo berlokasi di kota Kraksaan sesuai


dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2/2010 tentang Penetapan Kraksaan
sebagai Ibukota kabupaten Probolinggo.

2.2.2 Topografi
Secara topografi Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri-ciri fisik
yang menggambarkan kondisi geografis terdiri dari dataran rendah pada
bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi
pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan.
Kabupaten Probolinggo berada pada ketinggian 02.500 m di atas permukaan
air laut dengan temperatur rata-rata 27 C30 C.
Hal ini menyebabkan tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak
mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi yang berupa
pasir dan batu, lumpur bercampur dengan tanah liat yang berwarna kekuningkuningan. Sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan dan sangat
cocok untuk ditanami sayur-sayuran seperti diiii sekitar Pegunungan Tengger
yang mempunyai ketinggian antara 750-2.500 m di atas permukaan laut.iv
Tanah yang membujur dari Barat ke Timur di bagian Selatan yang
menyusuri kaki pegunungan Argopuro yang berketinggian antara 150-750 m
di atas permukaan laut sangat cocok untuk ditanami kopi, buah-buahan
seperti durian, alpokat, dan lain-lain. Wilayah kecamatan yang sangat tepat
untuk tanaman buah-buahan adalah Kecamatan Tiris dan Krucil. Wilayah di
Kabupaten Probolinggo sebagian besar (34,70 %) di dominasi oleh daerah
yang memiliki kemiringan sebesar >40 % dengan jumlah 58.856,22 ha
diantaranya terdapat di Kecamatan Sumber dan Krucil. Sedangkan yang
paling sedikit yaitu daerah yang memiliki kemiringan antara 1540% dengan
total jumlah 20.968,52 ha. Berdasarkan reliefnya, Kabupaten Probolinggo
merupakan daerah datar, 18,69 % merupakan daerah landai, dan 12,38%
merupakan daerah miring, selebihnya merupakan daerah terjal.

Jika ditinjau dari data luas daerah berdasarkan ketinggian tempat,


maka wilayah Kabupaten Probolinggo sebesar 27,28 % atau 46.275,13 ha
berada pada ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut atau termasuk
dalam dataran tinggi. Kondisi ini terutama dapat ditemui di bagian selatan
bahkan 18,21% luas wilayah tersebut berada pada ketinggian 500-1000 mdpl
serta 19,88% lainnya berada pada ketinggian >1000 mdpl.
Gambar 2.2.2.1 Peta Kabupaten Probolinggo

Sumber Dokumen Perusahaan

2.2.3 Topografi dan Klimatologi


Kondisi geografis Kabupaten Probolinggo terdiri dari dataran rendah
dan pesisir di bagian utara (ketinggian 0-100 M dpl), lereng-lereng
gunung/perbukitan di bagian tengah (ketinggian 100-1.000 M dpl) dan
dataran tinggi/pegunungan di bagian selatan (ketinggian 1.000-2.500 M dpl).v
Kabupaten Probolinggo beriklim tropis dan mempunyai dua musim
(kemarau dan penghujan). Di antara kedua musim tersebut terdapat musim
pancaroba dengan tiupan angin yang cukup kencang dan kering, yaitu Angin
Gending.

2.2.4 Kawasan Bencana Alam

Kabupaten Probolinggo merupakan wilayah dengan karekteristik


geologi dan geografis yang cukup beragam mulai dari kawasan pantai hingga
pegunungan/dataran tinggi, Adanya perbedaan karekteristik ini menyebabkan
perbedaan perlakuan pada

masing masing kawasan, terutama pada

kawasan kawasan yang di mungkinkan sebagai kawasan rawan bencana


alam. Kawasan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi
tinggi mengalami bencana alam.
Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk
melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang di sebabkan oleh
alam maupun seacara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kriteria
kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung merapi,
gempa bumi, tanah longsor, banjir, putting beliung, dan abrasi.

Daerah daerah yang rawan bencana seperti diatas adalah :


Gunung Merapi
Gunung berapi yang berpotensi untuk menyebabkan bencana di
daerah Kabupaten Probolinggo yaitu Gunung Api Bromo, dan
beberapa daerah yang berpotensi terkena dampak letesan Gunung
tersebut yaitu : Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumber, Kecamatan
Kuripan, Kecamatan Tiris, dan Kecamatan Wonomerto.
Tanah Longsor
Gerakan tanah banayak terjadi di bagian selatan wilayah Kabupaten
Probolinggo, secara keseluruhan klarifikasi gerakan tanah di
Kabupaten probolinggo di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu menengah,
rendah, dan tinggi.
Kekeringan
Kawasan rawan kekeringan di Kabupaten Probolinggo sebagian besar
didominasi oleh kawasan tengah dan sebagian daerah atas , kawasan
kekeringan tersebut antara lain : Kecamata Banyuanyar, Tegalsiwalan,

10

Leces, Wonomerto, Kuripan, Tongas, Lumbang Bantaran, Kuripan,


Sukapura Sumber dan Tiris.
Angin Puting Beliung
Kabupaten Probolinggo terkenal dengan angin Gending dengan
kecamatan angin sampai 40 - 50 km/ jam dan juga angin puting
beliung yang hampir melanda semua kecamatan namun dengan
tingkat intensitas angin yang besar sampai sedang, daerah daerah
tersebut antara lain : Gending, Dringu, Kraksaan, Sumberasih,
Tongas, Kota Anyar.Sumber, Sukapura, dan Tiris
Banjir
Kawasan rawan banjir di Kabupaten Probolinggo sebagian besar
didominasi oleh kawasan pesisir dan daratan banjir, dan ada kawasan
cekungan, daerah daerah tersebut antara lain : Gending, Dringu,
Kraksaan, Sumberasih, Tongas, Kota Anyar.
Kebakaran
Kebakaran bisa disebabkab oleh kelalaian manusia atau karena alam
seperti kebakaran hutan di kawasan bentar.

Semua Kecamatan

berpotensi kebakaran. Untuk kesiapan aparat Pemasdan Kebakaran


berbasis masyarakat diperlukan.
Abrasi
Kawasan rawan abrasi pantai terbesar mulai dari Kecamatan Tongas
sampai ke Kecamatan Paiton, distribusi kawasan rawan abrasi yaitu :
Tongas, Sunberasih, Dringu, Kraksaan, Gending, Pajarakan, Paiton.vi
Gagal Teknologi
Di Kabupaten Probolinggo ada 3 Pabrik besar yakni PLTU Paiton, PT.
Sasa Inti Gending dan PT. Kertas Leces yang berpotensi untuk
terjadinya Dadal Teknologi misalnya. Tower meledak dan zat kimia
dan debu bisa berdampak pada kesehatan, PT, Kertas Leces
membangun

PLTU

dengan

bahan

bakar

batu

bara

juga

memungkinkan terjadinya gagal teknologi.


11

2.3 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


Kabupaten Probolinggo dengan ibukota Kraksaan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 2 / 2010 dibentuk secara resmi tanggal 18 April 1746 dan kini
telah berusia 265 tahun. Secara administratif Kabupaten Probolinggo, terdiri dari
24 Kecamatan, 325 desa, 5 kelurahan, 1425 dusun, 1.581 RW dan 6.035 RT.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
serta pelayanan kepada masyarakat, Kabupaten Probolinggo mempunyai visi:

Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri ,


Berwawasan Lingkungan dan Beraklak Mulia.
vii

Adapum misi-nya adalah:


a. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing
daerah, pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan, dan optimalisasi
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan
b. Mewujudkan masyarakat yang beraklak mulia melalui peningkatan
kualitas

pelaksanaan

otonomi

daerah

dalam

penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik dan bersih

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut di bidang Penanggulangan Bencana


di Kabupaten Probolinggo telah dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo tanggal 14
Oktober 2010

No : 09 Th. 2010 tentang : Organisasi dan Tata Kerja Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Probolinggo.

2.4. Visi dan Misi BPBD Kabupaten Probolinggo

Visi

12

Terwujudnya upaya penanggulangan bencana secara cepat, tepat, efektif dan


efisien terpadu dan akuntabel melalui koordinasi.

Misi
1. Meningkatkan profesionalitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
2. Meningkatkan koordinasi secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
3. Meningkatkan peran kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD).
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya bencana.

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengenalan Sistem Jaringan Wireless Surveillance

13

Video surveillance System atau di sebut Closed Circuit Television


System berfungsi mengontrol semua kegiatan secara visual (audio visual)
pada area tertentu yang dipasang suatu alat berupa kamera. Yang fungsinya
secara lansung dapat mengawasi, dan mengamati serta merekam kejadian di
suatu tempat, ruangan atau area tertentu, Alat ini terdiri dari : kamera, digital
video recorder, dan monitor yang terintegrasi dalam suatu system jaringan
secara online. Tujuan dari setiap orang menggunakan CCTV adalah untuk
memantau daerah yang luas dan mungkin jauh dari suatu lokasi yang sulit di
control dan dijangkau pada saat waktu yang bersamaan.

3.2 Struktur Bagian Dari Outdoor Surveillance System


3.2.1 IP Camera
IP Camera berfungsi sebagai layaknya computer yang berada di
jaringan LAN Kamera jenis ini dapat berdiri sendiri tanpa Caed atau bantuan
alat lain untuk terintegrasi dalam media digital computer (HDD), Kamera
jenis ini memiliki jenis penyimpanan yang lebih kecil (MPEG4). Serta dapat
diakses dimanapun asalkan jaringan LAN atau computer server induknya
sudah terkoneksi dengan Internet dan memiliki IP Public sehingga dapat
dilihat semua jenis Browser Internet yang ada.
Ketersediaan jaringan akses LAN, Penggunaan kabel UTP/Jaringan,
Ketersediaan HUB serta repeater tiap 100-150M Merupakan persyaratan yang
harus disiapkan di luar kestabilan transfer data jaringan.

14

Gambar 3.2.1.1 IP Camera

3.2.2 Backhaul
Mendengar kata backhaul, tentunya tidak menjadi hal yang asing,
backhaul dalam jaringan telekomunikasi merupakan sebuah keniscayaan,
maksudnya hampir selalu ada dalam sistem telekomunikasi. Dalam sistem
komunikasi seluler bergerak yang saat ini lagi ramai misalnya penghubung
antara transeiver dengan BSC, dan BSC dengan MSC, kemudian MSC
dengan MSC lain, dan MSC dengan sentral PST diperlukan adanya backhaul.
Pada sistem komunikasi trunk backhaul merupakan jaringan utama
untuk menghubungkan antar sentral. Dalam teknologi internet backhaul
digunakan untuk menghubungkan ISP dengan transeiver, maupun transceiver
(pemancar) dengan end user. Pada corporate communication jaringan
backhaul lebih bervariasi lagi, semisal sebagai penghubung jaringan kantor
pusat, gudang, proyek, atau kantor cabang.

15

Gambar 3.2.2.1 Carrier Backhaul Radio

3.2.3 Kabel UTP/LAN


Kabel UTP/LAN, berfungsi sebagai kabel jaringan LAN (Local Area
Network) pada sistem jaringan komputer, dan biasanya kabel UTP
mempunyai impedansi kurang lebih 100 ohm, serta dibagi menjadi beberapa
kategori berdasarkan kemampuannya sebagai penghantar data.

Gambar 3.2.3.1 Kabel UTP

3.2.4 Modem Hotspot Access Point


Modem Hotspot Access Point, berfungsi sebagai Hub/Switch yang
bertindak

untuk

menghubungkan

jaringan

lokal

dengan

jaringan

wireless/nirkabel, di access point inilah koneksi data/internet dipancarkan


atau dikirim melalui gelombang radio, ukuran kekuatan sinyal juga

16

mempengaruhi area coverage yang akan dijangkau, semakin besar kekuatan


sinyal (ukurannya dalam satuan dBm atau mW) semakin luas jangkauannya.

Gambar 3.2.4.1 Modem Hotspot AP

3.2.5 Antena
Antena, berfungsi sebagai sebuah komponen penting dari semua jenis
peralatan yang memanfaatkan radio. Ini termasuk: siaran radio, siaran
televisi, radio dua arah, penerima komunikasi, radar, ponsel, dan komunikasi
satelit, serta perangkat lain seperti pembuka pintu garasi, mikrofon nirkabel,
bluetooth perangkat diaktifkan, jaringan komputer nirkabel, monitor bayi, dan
tag RFID pada barang dagangan.
Jenis-jenis antena yaitu :
Antena Directional, Merupakan jenis antena narrow beam width,
atinya hanya memiliki sudut pancaran yang kecil namun lebih terarah.
Contoh antena directional adalah seperti antena satelit parabola, wajan
bolic, Grid, Yagi, Antena Sectoral dan sebagainya.
Antena Omni directional, Merupakan jenis antena wide beam width
yang memiliki sudut pancaran yang lebih besar, namun jaraknya lebih
pendek. Jadi antena ini digunakan untuk mengirim atau menerima
sinyal kesegala arah. Contohnya seperti antena untuk pemancar
hospot, Antena HP, Dipole dan sebagainya.

17

Gambar 3.2.5.1 Antena


3.2.6 Panel Surya
Panel Surya, berfungsi sebagai pengubah energi dari cahaya matahari
menjadi listrik. Alat utama untuk mengkap perubahan dan penghasil listrik
adalah fotovoltaik atau yang disebut sebagai Modul atau Panel Solar Cell.
Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik melalui proses
aliran-aliran elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut karena
perbedaan electron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik
DC yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi baterai atau aki sesuai
tegangan dan ampere yang diperlukan.

Gambar 3.2.6.1 Panel Surya

3.2.7 Solar Charger Controller


Solar Charger Controller, berfungsi untuk mengatur arus searah yang
diisi ke baterai dan diambil dari baterai ke beban. Solar charger controller
mengatur overcharging dan kelebihan voltase dari panel surya. Kelebihan

18

voltase dan pengisian akan mengurangi umur baterai. Jadi tanpa solar charger
controller baterai akan rusak oleh overcharging dan ketidakstabilan voltase.

Gambar 3.2.7.1 Solar Charger Controller

3.2.8 Baterai / Aki


Baterai atau Aki, Berfungsi sebagai alat penyimpan energi yang diisi
oleh aliran DC dari panel surya. Disamping menyimpan tenaga DC dapat juga
berfungsi mengubah energi kimia menjadi aliran listrik.

Gambar 3.2.8.1 Baterai

3.2.9 Inverter
Inverter, berfungsi untuk mengubah arus AC ke DC untuk menyuplay
listrik ke dinamo motor dengan arus DC, jadi alat ini aslinya mempunyai
multi fungsi, merubah AC ke DC kemudian mengeluarkannya dengan arus

19

AC kembali. semua ini dilakukan dengan mengubah potensiner yang terdapat


pada inverter tersebut. selain itu kita dapat dengan gampang mengubah daya
sesuai dengan keinginan kita.

Gambar 3.2.9.1 Inverter

3.3 Aplikasi Yang Digunakan Untuk Sistem Jaringan Wireless Surveillance


3.3.1 Google Maps
Google Maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online
disediakan oleh Google dapat ditemukan di http://maps.google.com. Ia
menawarkan peta yang dapat diseret dan gambar satelit untuk seluruh dunia
dan baru-baru ini, Bulan, dan juga menawarkan perencana rute dan pencari
letak bisnis di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Hong Kong, Cina, UK,
Irlandia (hanya pusat kota) dan beberapa bagian Eropa. Google Maps masih
berada dalam tahap beta.

20

Gambar 3.3.1.1 Google Maps

3.3.2 AlphiMax
AlphiMax sebenarnya adalah software online (alphimax.com) yang
bisa digunakan untuk setimasi secara online. Ada beberapa yang
menggunakan Google Earth namun kurang detail karena umunya hanya
mempertimbangkan faktor jarak dan kurang memperhatikan topologi
termasuk apakah bisa LoS atau tidak. Karena bisa jadi jaraknya dekat namun
Ternyata tidak LoS karena terhalang perbukitan.
Dengan bantuan AlphiMax kita akan mendapat jawaban dari jarak
lokasi yang dihubungkan, ketinggian antenna yang direkomendasikan, dan
kemungkinan hubungan 2 lokasi secara langsung. Salah satunya dalam
bentuk gambar dibawah ini dan juga saran-saran. Berikut salah satu hasil
berupa Perkiraan Topologi sepanjang Jalur antara 2 Lokasi seberapa LoS dan
bagaimana arahnya masing-masing.
Apa saja yang diperlukan untuk bisa melakukan estimasi, berikut ini
langkah secara umumnya :
Buat User di AlphiMax dan gunakan untuk Login
Tentukan Lokasi kedua Titik dan Tentukan ketinggian tiap tempat
Lakukan Estimasi

21

AlphiMax akan melakukan proses perhitungan jarak dan Ketinggian


sepanjang Jalan yang dilalui sinyal
Kita dapatkan hasilnya

Gambar 3.3.2.1 Penampakan Software Online AlphiMax

22

BAB IV
PEMBAHASAN
PELAKSANAAN PKL
KEGIATAN PKL DI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
KABUPATEN PROBOLINGGO

4.1

Kegiatan Umum
Dalam Kegiatan Umum ini, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh

pengalaman kerja di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten


Probolinggo divisi Pusat Data Statistik dan Lokasi Operasional (Pusdalops). Saat
melakukan praktek kerja lapangan di kantor, mahasiswa diharapkan bias
melakukan pekerjaan seperti teknisi, engineer, dan operator. Mahasiswa nantinya
akan diajari cara kerja dari perangkat keras maupun perangkat lunak walaupun
merupakan perangkat dasar, karena tujuan utama dari kegiatan PKL ini agar
mahasiswa dapat pengalaman kerja secara nyata dan dapat berorganisasi dengan
pekerja lain.

4.2

Kegiatan Khusus
Pada kegiatan khusus ini kami difokuskan dalam kegiatan

perencanaan sistem Wi-Fi jarak jauh dari Kantor BPBD Kab. Probolinggo ke
Gunung Bromo. Jadi kami diharapkan dapat membuat Implementasi Sistem
Jaringan Wireless Untuk Pemantauan Gunung Api Bromo Menggunakan Video
Real Time. Perencanaan ini kami lakukan karena memang BPBD sudah
mempunyai ide akan sistem ini dan kami diminta untuk membuat perencanaan
juga agar rancangan dari kantor bisa segera diwujudkan. Perancanaan inipun kami
buat dengan latar belakang yang beralasan agar bisa segera terealisasi.
Meningkatnya popularitas Gunung Bromo pada saat ini memang
menjadi kabar baik bagi Pemerintah Kabupaten Probolinggo maupun bagi
Indonesia. Wisatawan lokal maupun asing berbondong bondong berkunjung ke
Bromo untuk menikmati lingkungan alam dan kearifan lokal warga Tengger.

23

Tetapi Gunung Bromo juga mengalami kondisi alam yang naik turun sesuai
aktifitas layaknya gunung api aktif lain di Indonesia. Oleh karena itu perlu upaya
pencegahan apabila ditemukan aktifitas gunung api yang mulai meningkat. Hal ini
bertujuan untuk keamanan para wisatawan sekaligus warga lain yang mungkin
masuk wilayah terdampak Gunung Bromo.
Dengan didukung teknologi yang mampu tahan lingkungan ekstrim
seperti Gunung Bromo, dibutuhkan pengamatan langsung ke Gunung Bromo
secara real time dan online menggunakan kamera. Hal ini diharapkan menjadi
inovasi dalam menerapkan pengamatan visual secara real time di lingkungan
alam. Dan menjadi ujung tombak dalam pencegahan bencana alam.

4.2.1 Pencarian Referensi Untuk Sistem Pemantauan Dari Daerah Lain


Pada kegiatan ini, kami mencari referensi sistem pemantauan
daerah rawan bencana lain yang kondisi lingkungannya hampir sama
dengan kondisi sekitar Gunung Bromo. Selain mencari referensi dari daerah
pemantauan lain yang sudah menggunakan video real time surveillance
sebagai metode pemantauannya, kami juga mencari referensi tentang
pembuatan link Wi-Fi jarak jauh. Mengingat jarak antara kantor BPBD Kab.
Probolinggo dengan Gunung Bromo tidak dekat, pembuatan link Wi-Fi ini
harus melalui tahap tahap penting seperti survey, penghitungan, dan
pemilihan alat.
Dalam pencarian referensi dari sistem pemantauan daerah lain,
kami menemukan sistem pemantauan dari Daerah Wisata Nasional Pulau
Komodo.

24

Gambar 4.2.1.1 Pemetaan lokasi pemantauan di Daerah Wisata Pulau


Komodo

Kamera terpasang di Gunung Ara dengan tujuan memantau


kegiatan area pantai dari pengeboman terumbu karang. Di Gunung Ara,
tower sebagai repeater di Pulau Komodo sedangkan di Kantor Taman
Nasional Komodo (TNK), Labuan Bajo sebagai Server PC, Monitoring, dan
Record.
Kami memilih sistem pemantauan diatas karena memiliki
kesamaan dengan kondisi geografis di sekitar Gunung Bromo. Walaupun di
Pulau Komodo lebih ke arah daerah dataran rendah, penempatan Tower dan
kamera berada di dataran tinggi yang sama dengan daerah Gunung Bromo
meski perbedaan ketinggian daerahnya cukup jauh.
Untuk referensi dalam membangun link Wi-Fi jarak jauh kami
menggunakan sistem sederhana seperti gambar dibawah.

25

Gambar 4.2.1.2 Arsitektur Link Wi-Fi Jarak Jauh

Untuk poin 1,2, dan 3 merupakan blok utama sekaligus hal yang
diperlukan untuk membangun link Wi-Fi jarak jauh, yaitu :
1. Koneksi internet di Servernya
2. Link Pusat dari Server ke Client
3. Radio Access Point yang dipasang di daerah Client

4.2.2 Penentuan Lokasi Untuk Pemasangan Perangkat Pemantauan


Setelah

melakukan

pencarian

referensi

untuk

pemasangan

pemantauan daerah, kami melakukan penentuan lokasi menggunakan


software dengan lokasi yang ditentukan oleh Pak Aries. Kemudian kita
lakukan survey untuk pemasangan perangkat pemantauan. Dalam hal ini,
kami berkonsultasi dengan Pak Aries selaku staff Pusdalops BPBD dan Pak
Rois selaku Petugas Lapangan yang biasa memasang antenna untuk
menunjang Operasional BPBD. Perangkat pemantauan yang kami maksud
meliputi kamera pemantau, router, serta penyuplai listrik.

4.2.2.1 Penandaan Lokasi Utama


Dalam hal ini, penentuan lokasi merupakan hal yang paling penting
diantara tahapan lainnya, karena sistem akan berjalan apabila lokasi yang

26

dipilih tepat. Hal ini diketahui karena kondisi geografis di sekitar Gunung
Bromo berbukit bukit mengakibatkan sinyal Wi-Fi yang ditransmisikan
bisa terhalang. Penetuan lokasi utama yaitu Server atau monitoring berada
di Kantor BPBD Kab. Probolinggo serta Client atau peletakkan kamera
terdapat di Lava View Hotel di Cemorolawang, Sukapura, Probolinggo
dengan tujuan mengamati aktifitas gunung api Bromo secara visual
langsung. Dalam penandaan lokasi dibawah, kami menggunakan fasilitas
Google Earth di website Google Maps.

Gambar 4.2.2.1.1 Plot lokasi dari Kantor BPBD ke tempat pemasangan


kamera di Lava View Hotel

Jarak antara lokasi kamera di Lava View Hotel ke Kantor BPBD


Kabupaten Probolinggo 31.59 km (19.63 mil)
Koordinat Kantor BPBD Kabupaten Probolinggo :
Latitude : 745'15.0"S
Longitude : 11311'43.8"E
Altitude : 10.05 m
Koordinat Lava View Hotel :
Latitude : 755'34.5"S
Longitude : 11258'02.5"E
Altitude : 2226.8 m

27

4.2.2.2 Cara Kerja Software Online Alphimax


Menggunakan software online alphimax dalam menentukan point
to point sangat mudah. Dalam hal ini alphimax sangat membantu
dalam menentukan dalam penandaan tempat yang dipilih. Cara kerja
alphimax sendiri yaitu:

Pertama, kita harus membuat akun untuk bisa mengoprasikan


software ini. Dalam pembuatan akun kita harus mengisi data

yang sudah disediakan oleh pihak alphimax sendiri.


Kemudian kita menentukan lokasi kedua titik yang ingin kita
amati. Dalam hal ini kita mengamati titik antara kantor BPBD
Kab. Probolinggo dengan lokasi yang direncanakan dipasangi

kamera CCTV di gunung api bromo.


Stelah kita menginputkan data yang diperlukan seperti
longitude,altitude,

dan

altitude

kedua

titik.

Kemudian

estimasikan.
Alphimax secara otomatis akan melakukan perhitungan
sepanjang jarak yang akan dilalui sinyal. Dan kita sudah bisa
melihat hasilnya.

4.2.2.3 Simulasi Lokasi Menggunakan Software

Setelah melakukan penentuan lokasi utama, kami mencoba


mengujinya menggunakan software online untuk mengecek apakah antara
Kantor BPBD dan Lava View Hotel terdapat obstacle yang menghalangi
proses pentransmisian data. Sofware online yang kami gunakan dari website
resmi AlphiMax. Untuk dapat memanfaatkan fasilitas resmi dari AlphiMax
kita harus mendaftar untuk memiliki akun di website resmi AlphiMax.

28

Gambar 4.2.2.3.1 Aplikasi AlphiMax untuk mengetahui obstacle dari


Kantor BPBD ke Lava View Hotel

Dalam gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat obstacle yang


menghalangi pentransmisian data dari Kantor BPBD ke Lava View Hotel.
Secara teori apabila terdapat obstacle data yang ditransmisikan tidak akan
bisa tersampaikan dengan lengkap. Untuk menanggulangi masalah tersebut
perlu dipasang repeater di puncak tertinggi pada obstacle yang
menghalangi.
Kemudian dilakukan pencarian untuk koordinat puncak tertinggi
untuk dipasang repeater. Koordinat yang ditemukan yaitu di 754'43.5"S
11300'22.2"E. Dan hasil mapping tampak seperti gambar dibawah.

29

Gambar 4.2.2.3.2 Pengamatan google map setelah diplot titik repeater

Setelah dilakukan perbaikan mapping untuk dipasangi repeater


terjadi perubahan pada AlphiMax.

Untuk Kantor BPBD ke lokasi repeater

Gambar 4.2.2.3.3 Aplikasi AlphiMax dari Kantor BPBD ke titik repeater

a. Jarak antara Kantor BPBD ke lokasi repeater 16.91 mil


(27.21 km)
b. Altitude Kantor BPBD : 10 m
c. Altitude lokasi repeater : 2321.9 m

30

Untuk lokasi repeater ke Lava View Hotel

Gambar 4.2.2.3.4 Aplikasi AlphiMax dari titik repeater ke Lava View Hotel

a. Jarak antara lokasi repeater dan Lava View Hotel 2.83 mil
(4.55 km)
b. Altitude lokasi repeater : 2321.9 m
c. Altitude Lava View Hotel : 2226.8 m
4.2.2.4 Survey Lokasi secara langsung di Gunung Bromo
Untuk mendapat lokasi yang lebih meyakinkan, kami diajak untuk
melakukan survey lokasi ke Gunung Bromo tepatnya di tempat pemasangan
repeater, tempat pemasangan kamera, dan tempat lain yang bisa menjadi
opsi pendukung perangkat pemantauan. Untuk lokasi tempat pemasangan
repeater sebenarnya berada di puncak tertinggi daerah Puncaksari, namun
karena medan yang berat, kami disarankan untuk melihat dari tempat yang
paling memungkinkan dan bias melihat Puncaksari secara langsung.
Kemudian setelah melakukan diskusi bersama Pak Aries dan Pak
Rois, untuk menempatkan repeater di Puncaksari memiliki beberapa
kendala besar, yaitu medan yang sangat berat karena jalan setapak dengan
kemiringan hampir 750. Dengan medan seperti itu dikhawatirkan dalam
31

pemasangan dan pemeliharaan perangkat repeater akan mengalami


kesulitan yang besar. Apalagi di lokasi tersebut direncanakan akan
menggunakan sumber listrik yang mandiri yakni menggunakan Solar Cell.
Jadi kami memutuskan mencari lokasi lain yang lebih realistis
untuk dipasangi repeater yaitu tepat dibawah Puncaksari.

Gambar 4.2.2.4.1 Survey Lokasi

32

Gambar 4.2.2.4.2 Survey Lokasi

Pada foto diatas dapat diketahui bahwa di lokasi tersbut terdapat


banyak tower yang secara logika menggambarkan lokasi tersebutlah yang
sering digunakan oleh pihak terkait lainnya untuk meneruskan sinyal.

33

Gambar 4.2.2.4.3 Pengecekan Kualitas Sinyal menggunakan HT

Untuk mengecek kondisi sinyal di lokasi tersebut, Pak Aries dan


Pak Rois menggunakan HT untuk mengecek apakah komunikasi bisa
berjalan dengan lancar dengan suara yang jelas. Dan hasilnya komunikasi
berjalan dengan lancer, akhirnya ditarik keputusan sementara untuk
menempatkan repeater di lokasi tersebut.

34

Gambar 4.2.2.4.4 Tower yang rencananya dipasangi repeater

Karena dilokasi sudah banyak tower, pihak BPBD akan


mengusahakan untuk bekerja sama dengan pemilik tower untuk memasang
repeater di tower mereka. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan biaya dan
estetika lingkungan. Namun, apabila pihak tersebut menolak BPBD akan
tetap memasang repeater di lokasi tersebut jika hal itu perlu dilakukan.
Meskipun di lokasi ini terdapat sumber listrik, namun pihak BPBD
menginginkan tersedianya sumber listrik mandiri dari Solar Cell dengan
tujuan ecofriendly dan menjadi inovasi dalam sistem pemantauan suatu
daerah.

35

Gambar 4.2.2.4.5 Tower yang rencananya dipasangi repeater

Setelah melakukan survey untuk pemasangan repeater, kita diajak


untuk menuju lokasi pemasangan kamera pemantau. Kamera pemantau
rencananya akan dipasang di Lava View Hotel, lokasi ini dipilih karena
mendapat visual langsung menghadap Gunung Bromo.

36

Gambar 4.2.2.4.6 Lokasi antenna dan kamera lama

Ini adalah lokasi kamera pemantau lama yang saat ini masih
terpasang tetapi sudah tidak digunakan. Serta kamera ini hanya mengambil
foto, bukan video, bahkan foto terakhir yang diambil 15 Juli 2014

37

Gambar 4.2.2.4.7 Gambar kamera lama

Dari penglihatan kami, kamera juga perlu diupgrade agar bisa


merekam video dengan jelas dan yang pasti tahan cuaca ekstrim. Dalam
lokasi kamera pemantau tidak ada kendala yang berarti, karena sudah
digunakan dalam sistem pemantauan sebelumnya. Dalam pengecekan sinyal
menggunakan HT juga bisa dilakukan dengan cukup baik.

4.2.3 Perancangan

Sistem

dan

Pengadaan

Alat

Perangkat

Pemantauan
Setelah lokasi telah ditentukan, kami merancang sistem yang akan
kami bangun dengan menyertakan peralatan yang sesuai dengan

38

kebutuhan dan teknologi pada saat ini. Pada tahap ini, sebenarnya tidak
terlalu sulit untuk teorinya karena sistemnya cukup sederhana, namun beda
cerita untuk prakteknya kita tidak pernah tau kecuali melakukan
pengujian.

4.2.3.1 Perancangan Sistem Jaringan Wireless Surveillance


Pada tahap ini kami merancang Sistem Jaringan Wireless
Surveillance yang cukup sederhana, karena ilmu yang kita punya juga
belum terlalu banyak jadi kami melihat referensi orang lain dalam
perancangan ini.

Gambar 4.2.3.1.1 Rencana Arsitektur Jaringan yang kami buat

Karena pada rancangan ini menggunakan sumber energi mandiri,


kami juga menghitung kebutuhan daya untuk lokasi titik repeater.

Perhitungan daya yang diperlukan untuk memasang titik repeater.


1. Setiap Air Fiber 17 watt : 34 per hari.
2. Air Fiber menyala selama 24 jam, 34 X 24 = 816wH.
3. Perlu ditambah 20% untuk inverter dan converter.
816 (816 X 20%) = 979,2 watt
39

4. 980 watt dibagi 12V (tegangan umum aki) menjadi 82A.


Menggunakan aki 50Ah 12V, maka membutuhkan 2 baterai.
50 X 12 X 2 = 1200 watt
5. Jika menggunakan panel 100 wp maka dalam sehari menghasilkan
supply 100 wp X 5 jam = 500 wp, maka 1200 watt / 500 = 3 panel
surya.

Kesimpulan :
1. Total beban 980 watt
2. Dinyalakan 24 jam
3. Dibutuhkan 2 baterai 50 Ah 12 V
4. Dibutuhkan 3 panel surya 100 Wp
5. Dibutuhkan 1controller 20 A 12 V
6. Dibutuhkan 1 inverter 150 W
4.2.3.1 Pengadaan Perangkat Pemantauan
Untuk perangkat

yang dibutuhkan dalam rancangan ini dibagi

menjadi tiga blok, yaitu blok Kantor BPBD, blok titik repeater, dan blok
Lava View.

Blok Kantor BPBD


1. 1 buah backhaul ( Ubiquiti AirFiber 2,4 GHz)
2. Kabel Lan
3. 1 buah Antena Parabolic (Ubiquiti AirFiber Antenna 2,4 GHz)

Blok titik repeater


1.

2 buah backhaul ( Ubiquiti AirFiber 2,4 GHz)

2.

Kabel Lan

3.

2 buah Antena Parabolic (Ubiquiti AirFiber Antenna 2,4


GHz)

40

4.

2 buah Baterai (VRLA Battery Luminous 50AH 12V)

5.

3 buah Panel Surya 100 WP (Sunny Power)

6.

1 buah Controller (Real MPPT Solar Charge Controller


Esmart 20A)

7.

1 buah Inverter 150 W 12 VDC ke 220 VAC

Blok Lava View


1.

1 buah backhaul ( Ubiquiti AirFiber 2,4 GHz)

2.

Kabel Lan

3.

1 buah Antena Parabolic (Ubiquiti AirFiber Antenna 2,4


GHz)

4.

1 buah Modem Hotspot (Ubiquiti AP AC Outdoor)

5.

1 buah Outdoor IP Camera (Ubiquiti Unifi Video Camera


PRO)

BAB V
PENUTUP

41

Dengan mengucapkan Alhamdulillah pelaksanaan kerja praktek yang telah


kami laksanakan selama kurang lebih satu setengah bulan (27 Juli 4 September
2015) di Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Kabupaten
Probolinggo, telah memberikan berbagai pengalaman baru dalam bidang
teknologi informasi maupun tentang lingkungan kerja yang menuntut terorganisir.
Kami sangat berterima kasih atas perhatian dari para karyawan BPBD Kabupaten
Probolinggo, yang telah memberikan waktu, kesempatan, bantuan, bimbingan,
dan dorongan kepada kami sehingga dalam menyelesaikan kerja praktek ini tidak
menemukan hambatan-hambatan yang berarti serta ilmu yang bermanfaat bagi
kami dan yang lebih penting yaitu pengalaman yang nantinya sangat bermanfaat
dalam dunia kerja.
Penyusun menyadari bahwa waktu satu setengah bulan sangatlah singkat
untuk mengenal dan mempelajari tentang jaringan secara detail. Namun penyusun
telah berusaha untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk
mempelajari ilmu di BPBD Kabupaten Probolinggo.

5.1 KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
pembuatan atau perancangan suatu jaringan membutuhkan perencanaan yang
matang. Survey lokasi merupakan tahap yang paling penting dari tahapan lainnya.
1. Pada penelitian pertama yang kami lakukan, pentransmisian data melalui
line off sight tidak memungkinkan dibangun karena adanya obstacle yang
mengalangi antara kantor BPBD dengan Lava View Hotel.
2. Titik terakhir yang didapatkan telah teruji menggunakan HT dan dapat
berkomunikasi cukup baik dengan kantor BPBD.
3. Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membeli alat sebesar kurang lebih
60 juta rupiah.
5.2 SARAN

42

Sebelum melakukan survey lokasi hendaknya membuat atau mencari


sistem jaringan yang kondisi geografisnya hampir sama. Dalam penentuan
lokasinya harus diimbangi dengan survey lapangan, Survey lapangan efektifnya
berlangsung sekitar 2-3 bulan. Pengadaan alat sebisa mungkin merupakan alat
yang paling update dengan teknologi yang masih fresh.

43

Daftar Pustaka

1. Yaya Sulaeman, Dadan Muliawandana, Bagus Edi SUkoco, Teguh Praludi,


Ros

Sariningrum,

2012, Implementasi

Sistem

Jaringan Wireless

Surveillance Untuk Pemantauan Daerah Wisata Nasional Pulau Komodo,


http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/docs/258_doc_1.pdf

2. Imam, 2010, Cara Membuat Link Wifi untuk Jarak jauh, imm.web.id/wpcontent/uploads/2010/02/Membangun-Link-WiFi-Internet-Jarak-Jauh.pdf

3. Imam, 2011, Estimasi Link Wireless Point to Point dengan Software,


http://imm.web.id/2011/09/estimasi-link-wireless-point-to-point-dengansoftware/

4. Software Online Link Estimator, http://www.alphimax.com/ptp

44

LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Pengantar Proposal PKL

45

Lampiran 2
Surat Keterangan Diterima PKL

46

47

Lampiran 3
Activity Control

48

Lampiran 4
Foto Kegiatan

Lomba 17-an Memperingati HUT Kemerdekaan Indonesia ke 70 Tahun

49

Ikut dalam kegiatan antisipasi bencana Upacara Kasada di Gunung Bromo

50

Survey Lokasi untuk Pemasangan Perangkat Pemantauan

51

Foto bersama Pak Aries selaku Staff Pusdalops BPBD

Foto bersama para relawan BPBD

52

53

i
ii
iii
iv
v
vi
vii

Anda mungkin juga menyukai