Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN STUDIO PERENCANAAN PERMUKIMAN KOTA 2021

SEKTOR AIR BERSIH KELURAHAN TUNJUNGSEKAR


KECAMATAN LOWOKWARU

Disusun Oleh:

Endah Palupi (205060601111012)


Farizka Mashfufah Isyafani (205060600111004)
Farrah Azizah Kahar (205060600111019)
Gregorius Purusatama Ritang Pinandhito (205060607111011)
Mark Abram Hilel (205060607111021)
Nathanael Dharma Suryandika (205060607111027)
Rayhan Maulidah (205060600111062)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua orang di dunia memiliki hak untuk mengakses air bersih yang layak.
Menurut PBB melalui program Sustainable Development Goals (SDGs) poin 6 tahun 2015,
hak-hak tersebut berupa ketersediaan, kualitas, dan aksebilitas terhadap air bersih. Hal ini
disebabkan karena air bersih merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang berbagai aktivitas sehari-hari [CITATION
Pin19 \l 1033 ]. Maka dari itu, PBB melalui program SDGs poin 6 tahun 2015 menargetkan
bahwa pada tahun 2030 semua orang dapat mengakses air minum yang aman dan
terjangkau. SDGs juga menetapkan kriteria air bersih berupa peningkatan kualitas air yang
bebas dari polusi dan material kimia berbahaya, peningkatan efisiensi penggunaan air
bersih di semua sektor, menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan
untuk mengatasi kelangkaan air, melindungi ekosistem terkait sumber daya air, dan secara
signifikan mengurangi jumlah orang yang menderita akibat kelangkaan air.
Pemerintah Indonesia melalui Rancangan Teknokratik RPJMN (Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020 – 2024 turut serta mewujudkan SDGs
dengan membuat komitmen 100% akses air minum dan sanitasi. Target yang dibuat oleh
pemerintah terdiri dari air minum aman 15%, akses air minum layak 100% dengan akses
perpipaan 30% dan akses non perpipaan sebanyak 70%. Sampai tahun 2020, kondisi air
bersih di Indonesia sudah mencapai 77% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah
[CITATION BUM20 \l 1033 ]. Dalam mewujudkan targetnya, Pemerintah Indonesia juga
menetapkan syarat air bersih yang tercantum pada Peraturan Kementrian Kesehatan No. 32
Tahun 2017, yaitu air dapat dikategorikan sebagai air bersih jika telah memenuhi
persyaratan kualitas air, meliputi kualitas fisik, mikrobiologi, radioaktif, dan kimiawi. Air
bersih yang dibutuhkan untuk perkotaan adalah air yang mampu digunakan untuk
kelangsungan hidup baik secara fisik, higienis, dan juga kenyamanan [ CITATION Rof18 \l
1033 ]. Menurut WHO, sumber air bersih perkotaan dibagi menjadi dua kategori yaitu
sumber yang terjaga (Improved Water Source) dan sumber yang tidak terjaga (Not
Improved Water Source).
Berdasarkan target pemerintah berupa akses perpipaan 30% dan akses non
perpipaan sebanyak 70%, diperlukan infrastruktur untuk mewujudkannya. Insfrastruktur
ini dapat berupa penggalian sumur secara individu (non-perpipaan) maupun mengalirkan
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

air dari sumber (perpipaan) melalui pelayanan umum seperti PDAM [CITATION Maw15 \l
1033 ]. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009, PDAM merupakan salah
satu unit usaha milik daerah yang bertugas mendistribusikan air bersih bagi masyarakat
umum. PDAM juga berwenang dalam mengelola dan menyalurkan air bersih kepada
masyarakat di perkotaan.
Pada tahun 2020, Kota Malang memiliki jumlah penduduk 940.086 jiwa yang
sebanyak 90.03%nya sudah terlayani oleh PDAM. Menurut data PDAM Kota Malang
tahun 2021, persentase jumlah penduduk terlayani PDAM ini meningkat 10% dari tahun
2013 yaitu sebanyak 80%. Namun, hal ini tentunya belum sesuai dengan SDGs poin 6.1
yang menargetkan akses air bersih yang merata bagi seluruh masyarakat. Selain itu,
beberapa permasalahan juga kerap terjadi dalam pendistribusian air bersih di Kota Malang.
Salah satu wilayah yang kerap terjadi permasalahan adalah Kelurahan
Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Pada tahun 2014, jumlah pengguna
PDAM sebanyak 48% dan sebanyak 52% menggunakan sumur. Biaya yang lebih
terjangkau menjadi alasan banyaknya penduduk memilih menggunakan sumur (Survei
Primer, 2014). Pada Januari 2020, jaringan distribusi PDAM di Kelurahan Tunjungsekar,
Kecamatan Lowokwaru, mengalami permasalahan berupa kebocoran pipa penyuplai air
karena tekanan air yang menyebabkan krisis air bersih [CITATION MAm20 \l 1033 ].
Berdasarkan kondisi air bersih di Kota Malang yang masih mengalami berbagai
permasalahan, kami melakukan penelitian terhadap perubahan pelayanan dan kebutuhan
PDAM serta permasalahan air bersih selama 10 tahun terakhir dan juga perencanaan air
bersih sampai dengan tahun 2041 di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang. Hal ini bertujuan agar kami dapat merencanakan solusi dari permasalahan
air bersih di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Selain itu,
agar kami dapat memberikan inovasi terhadap pengembangan potensi air bersih di
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

1.2 Identifikasi Masalah


Air bersih sampai saat ini tidak luput dari berbagai macam permasalahan
[ CITATION Pra191 \l 1033 ]. Seperti yang sudah disebutkan pada latar belakang penelitian
ini, masih terdapat masalah terkait air bersih di Kota Malang. Adanya permasalahan ini
dapat menghambat aktivitas masyarakat. Maka dari itu, dapat diidentifikasi bahwa di
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang memiliki masalah air
bersih sebagai berikut:
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

1. Pelayanan air bersih PDAM di Kota Malang sudah menyentuh angka 80% (Survei
Sekunder, 2014), namun pengguna PDAM di Kelurahan Tunjungsekar baru 48%
di tahun 2014.
2. Kondisi jaringan pipa penyuplai air bersih PDAM Kota Malang mengalami
kebocoran yang disebabkan oleh tekanan air sehingga warga mengalami krisis air
bersih pada Januari 2020 [ CITATION MAm20 \l 1033 ].

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah disusun setelah dilakukan identifikasi masalah. Rumusan
masalah bertujuan memfokuskan masalah yang sebelumnya sudah diuraikan di identifikasi
masalah. Berikut adalah susunan rumusan masalah:
1. Bagaimanakah perubahan pelayanan PDAM dan kebutuhan masyarakat akan air
bersih selama sepuluh tahun terakhir di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang?
2. Bagaimana permasalahan air bersih yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir di
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang?
3. Bagaimana perencanaan air bersih ke sampai dengan 20 tahun mendatang di
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang?

1.4 Tujuan
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan alasan dilakukannya sebuah
penelitian dan arah dari penelitian tersebut. Penulisan tujuan diperoleh dari rumusan
masalah yang telah dibuat. Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perubahan pelayanan PDAM dan kebutuhan masyarakat akan air
bersih selama sepuluh tahun terakhir di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang
2. Mengetahui permasalahan air bersih yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir di
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
3. Mengetahui perencanaan air bersih sampai dengan 20 tahun mendatang di
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat. Manfaat yang
akan dirasakan oleh mahasiswa sendiri, masyarakat, dan pemerintah. Manfaat yang
diharapkan dijelaskan sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat untuk Mahasiswa
Banyak manfaat penilitian yang dapat diperoleh untuk mahasiswa. Sangat
diharapkan bahwa manfaat ini akan berguna bagi mahasiswa. Manfaat yang dapat
diperoleh antara lain sebagai berikut:
1. Mahasiswa yang menjadi pelaku utama dalam penulisan laporan ini bukan satu-
satunya yang yang akan mendapatkan manfaatnya karena laporan ini juga dapat
menjadi bahan pembelajaran mengenai air bersih untuk referensi mahasiswa
tingkat selanjutnya.
2. Sebagai dasar, pembekalan materi, dan sumber data air bersih khususnya
Kelurahan Tunjungsekar.
3. Sebagai media pengenalan yang informatif dalam memaparkan tentang sektor air
bersih khususnya yang ada di Kelurahan Tunjungsekar.
1.5.2 Manfaat untuk Masyarakat
Masyarakat turut mendapatkan manfaat dari penelitian ini. Manfaat yang didapat
diharapkan dapat berguna untuk jangka waktu yang lama. Manfaat yang diperoleh
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber untuk mengedukasi masyarakat khususnya masyarakat Kelurahan
Tunjungsekar mengenai kondisi ketersediaan air bersih yang ada.
2. Sebagai sumber informasi mengenai pasokan air bersih yang telah ada di
Kelurahan Tunjungsekar.
1.5.3 Manfaat untuk Pemerintah
Pemerintah mendapatkan manfaat dari penelitian ini. Manfaat ini sekiranya dapat
membantu dan berguna bagi pemerintah. Manfaat yang didapat oleh pemerintah adalah
sebagai berikut:
1. Dalam jangka panjang diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan
infrastruktur air bersih khususnya di Kelurahan Tunjungsekar.
2. Sebagai referensi dalam mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada di
Kelurahan Tunjungsekar.
3. Sebagai sumber saran dalam kinerja pelayanan ketersediaan air bersih di Kota
Malang khususnya di Kelurahan Tunjungsekar.
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

1.6 Ruang Lingkup


Dalam sebuah laporan, ruang lingkup adalah bagian yang penting agar laporan
menjadi utuh dan berkualitas. Ruang lingkup berupa batasan-batasan yang akan dibahas
dalam laporan. Ruang lingkup tersebut terdiri dari ruang lingkup materi, ruang lingkup
wilayah, dan ruang lingkup waktu.
1.6.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi berupa materi-materi yang akan dibahas dalam suatu
laporan. Ruang lingkup materi Studio Perencanaan Permukiman Kota 2021 ini membahas
mengenai karakteristik air bersih pada Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur. Ruang lingkup materi ini terdiri dari definisi air bersih, ciri-ciri
air bersih, klasifikasi air bersih, infografis air bersih, dan kebijakan mengenai air bersih.
1.6.2 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah pada Studio Perencanaan Permukiman Kota 2021 adalah
seluruh wilayah Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur. Batas-batas wilayah Kelurahan Tunjungsekar secara geografis yaitu sebagai
berikut.
Sebelah Utara : Kelurahan Ketawanggede dan Kelurahan Dinoyo
Sebelah Timur : Kelurahan Penanggungan dan Kelurahan Oro-Oro Dowo, Kecamatan
Klojen
Sebelah Selatan : Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun dan Kelurahan
Gadingkasri, Kecamatan Klojen
Sebelah Barat : Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Klojen dan Kelurahan Dinoyo,
Kecamatan Lowokwaru
1.6.3 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian mengenai pengelolaan air bersih di Kelurahan Tunjungsekar,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang dilakukan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Ruang lingkup waktu berfokus pada batasan waktu pengerjaan sehingga
laporan menjadi rapi dan terfokus. Ruang lingkup waktu pada Studio Perencanaan
Permukiman Kota ini yaitu pada semester genap tahun ajaran 2020 mulai dari 17 Februari
2021 sampai 19 Mei 2021.

1.7 Sistematika Pembahasan


Sistematika penulisan pada laporan ini akan menerangkan format laporan yang
akan dibuat. Laporan ini memuat 6 bab yang terdiri dari bab 1 pendahuluan, bab 2 tinjauan
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

pustaka, bab 3 metode penelitian, bab 4 hasil dan pembahasan, bab 5 fakta analisis, dan
bab 6 perencanaan. Berikut merupakan rinciannya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab satu yaitu pendahuluan akan memaparkan mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup, sistematika
pembahasan dan digram alir. Latar belakang disini akan memaparkan tentang definisi air
bersih secara umum serta latar belakang Kelurahan Tunjungsekar yang berkaitan dengan
kondisi air bersih. Identifikasi masalah menjelaskan tentang masalah-masalah terkait air
bersih yang terjadi di Kelurahan Tunjungsekar. Rumusan masalah merupakan kelanjutan
dari hasil identifikasi dan pertanyaan yang didapat berkaitan tentang permasalahan air
bersih di Kelurahan Tunjungsekar. Tujuan berisi hal yang ingin dicapai dari dilakukannya
kegiatan penelitian ini. Manfaat berisi pemaparan kegunaan yang akan didapatkan setelah
melakukan penelitian ini. Ruang lingkup berisi sub-bab yang berisi tentang batasan-
batasan yang terdapat dalam kegiatan penelitian. Sistematika pembahasan berisi mengenai
urutan hal yang akan dijelaskan dalam laporan. Diagram Alir ada untuk memudahkan
dalam menjalankan langkah-langkah dalam bekerjanya laporan ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka akan memaparkan berbagai teori tentang sektor air bersih
di Kelurahan Tunjungsekar. Beberapa hal yang akan dibahas dalam bab ini yaitu
pengertian air bersih, sumber air bersih, fungsi air bersih, persyaratan air bersih, kebutuhan
air bersih, fluktuasi air bersih, debit air bersih, kehilangan air bersih, sistem penyediaan air
bersih, sistem pengolahan dan pengelolaan air bersih, sistem distribusi air bersih, fasilitas
pelengkap air bersih, kelembagaan air bersih, dan inovasi dalam bidang air bersih. Teori-
teori yang digunakan dalam tinjauan pustaka didapat dari sumber yang sah.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi metodologi penelitian yang akan dikaji. Terdiri dari beberapa
sub-bab yaitu jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan
desain survei. Jenis penelitian tergolong ke dalam jenis penelitian apa yang akan
dilakukan. Jenis dan sumber data berisi data yang dikumpulkan dari apa dan darimana data
tersebut didapatkan. Metode pengumpulan data yang terbagi menjadi dua sub-bab yaitu
metode yang dilakukan secara primer atau langsung dan sekunder atau tidak langsung.
Sub-bab yang terakhir yaitu desain survei. Desain survei berupa tabel yang nantinya
menjadi pedoman dalam melakukan survei.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Bab ini membahas mengenai identifikasi dan kesimpulan yang dilakukan terhadap
objek penelitian kami. Objek penelitian tersebut sesuai dengan lingkup materi pembahasan
air bersih di kelurahan Tunjungsekar. Hasil dan penelitian dibahas secara rinci kondisi
eksisting sumber air bersih serta potensi dan masalah terkait air bersih di Kelurahan
Tunjungsekar.
BAB V FAKTA ANALISIS
Fakta analisis terdiri dari berbagai macam analisis berkaitan dengan air bersih.
Analisis air bersih diperlukan agar konsep seperti perbaikan maupun pengadaan yang
diberlakukan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Analisis air bersih pada laporan ini yaitu
pada daerah Kelurahan Tunjungsekar.
BAB VI RENCANA
Pada bab terakhir ini akan membahas proses yang direncanakan pada rangkaian
urutan rasional yang telah disusun sesuai rancangan. Perencanaan akan disesuaikan
terhadap tujuan dan hambatan-hambatan yang ada. Di antaranya rencana sektor air bersih,
rencana jangka pendek, serta rencana jangka panjang.
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

1.8 Diagram Alir


Latar Belakang Identifikasi Masalah Rumusan Masalah

 Pelayanan air bersih PDAM  Bagaimanakah perubahan pelayanan


 SDGs menargetkan agar di Kota Malang sudah
seluruh masyarakat dapat PDAM dan kebutuhan masyarakat akan
menyentuh angka 80%, air bersih selama sepuluh tahun terakhir
mengakses air bersih secara namun pengguna PDAM di di Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan
merata. Kelurahan Tunjungsekar
 Tahun 2013, jumlah Lowokwaru, Kota Malang?
baru 48% di tahun 2014  Bagaimana permasalahan air bersih
pengguna PDAM Kota  Kondisi jaringan pipa
Malang sebanyak 80% yang terjadi selama sepuluh tahun
penyuplai air bersih PDAM terakhir di Kelurahan Tunjungsekar,
 Tahun 2020, jumlah Kota Malang mengalami
pengguna PDAM Kota Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang?
kebocoran yang disebabkan
Malang sebanyak 90,03%  Bagaimana perencanaan air bersih ke
oleh tekanan air sehingga
sampai dengan 20 tahun mendatang di
warga mengalami krisis air
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan
bersih pada Januari 2020
Lowokwaru, Kota Malang?

Input Survei Tujuan

Data Primer Survei Sekunder Survei Primer


-Kelurahan dan RW:  Mengetahui perubahan
 Data kualitas air pelayanan PDAM dan
Melakukan kebutuhan masyarakat akan air
bersih Meminta data
wawancara, bersih selama sepuluh tahun
 Data kondisi, kepada instansi
observasi, terakhir di Kelurahan
kuantitas, dan atau lembaga dan
kuesioner, dan Tunjungsekar, Kecamatan
penyebaran fasilitas studi literatur
dokumentasi Lowokwaru, Kota Malang
pelengkap
Data Sekunder  Mengetahui permasalahan air
-PDAM: bersih yang terjadi selama
 Peta jaringan Analisis sepuluh tahun terakhir di
 Data jaringan Kelurahan Tunjungsekar,
perpipaan air bersih Kecamatan Lowokwaru, Kota
 Data distribusi air Malang.
 Analisis pengguna air bersih
bersih  Mengetahui perencanaan air
 Analisis kebutuhan air bersih
 Data pelanggan bersih sampai dengan 20 tahun
 Analisis kualitas air bersih
PDAM mendatang di Kelurahan
 Analisis jaringan perpipaan
-BPS Tunjungsekar, Kecamatan
 Analisis fasilitas pelengkap air
 Data kependudukan Lowokwaru, Kota Malang
bersih
 -RTRW & RDTR
 Analisis kelembagaan
Kota Malang
 Analisis sumber air bersih
 Analisis kehilangan air Output
 Analisis cakupan pelayanan
 Analisis proyeksi kebutuhan air Perencanaan air bersih
bersih selama 20 tahun ke depan
 Analisis SWOT di Kelurahan
 Analisis kebijakan Tunjungsekar, Kecamatan
 Analisis potensi dan masalah Lowokwaru, Kota Malang
Gambar 1. 1 Diagram Alir
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
manusia dan harus terhindar dari bakteri penyebab penyakit serta bebas dari pencemaran
zat kimia. Air menjadi zat mutlak bagi makhluk hidup dan kebersihannya merupakan
kebutuhan utama untuk menjamin kesehatan [ CITATION Oki15 \l 1033 ] . Untuk menjaga
kualitas dari air bersih, Kementrian Kesehatan melalui Permenkes Nomor 32 Tahun 2017
menyatakan beberapa syarat wajib mengenai air bersih. Air dapat digolongkan menjadi air
bersih jika air tersebut harus jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung logam berat, tidak mengandung bakteri, serta tidak mengandung bahan-bahan
radioaktif. Adapun persyaratan air minum yang layak konsumsi harus memenuhi
parameter tambahan disamping parameter wajib. Parameter tambahan tersebut yaitu syarat
kimiawi dan radioaktif, yang menyatakan bahwa air tidak boleh mengandung bahan kimia
organik dan anorganik, desinfektan, dan pestisida serta tidak terkontaminasi bahan
radioaktif melebihi batas kadar yang ditentukan.
Kebijakan penyediaan air bersih di Indonesia selama ini berpedoman pada UUD
1945 Pasal 33 ayat 3 yang berbunyi "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat". Peraturan tersebut kemudian kembali ditindaklanjuti melalui UU Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa pemenuhan air bersih bagi
masyarakat merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
sebagai bagian dari pelayanan publik yang harus mereka lakukan [CITATION Roh15 \l 1033 ].

2.2 Persyaratan Air Bersih


Berbagai negara telah menetapkan persyaratan air bersihnya sendiri. Kebutuhan
air bersih ini berbeda di setiap negara karena bergantung pada kemampuan masing-masing
negara untuk menyediakan air bersih yang aman mata[CITATION Bud11 \l 1057 ]. Peraturan
yang membahas tentang persyaratan air bersih di Indonesia diatur dalam Permenkes
Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Standar ini menentukan determinan atau unsur KMD
yang terdiri dari KMD fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan radioaktif pada air bersih.
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

2.2.1 Syarat Fisik Air Bersih


Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IV/2010 syarat
fisik dari air bersih adalah air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Suhu air antara 10⁰ – 25⁰ celcius (sejuk). Rasa dan bau sulit dibedakan,
contohnya pada air yang tercampur belerang maka ia dikatakan berbau dan terasa seperti
belerang. Seharusnya air bersih yang sesuai dengan persyaratan ialan air yang tidak berasa
sama sekali.
2.2.2 Syarat Kimiawi Air Bersih
Syarat kimiawi dari air bersih adalah air tersebut tidak mengandung bahan
kimiawi yang mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan,
cukup yodium, dan pH air antara 6,5-9,2 [ CITATION Bud11 \l 1033 ]. Oleh karena itu, dapat
dilihat batas kandungan bahan kimia yang diperbolehkan sebagai standar air bersih. Dosis
pada zat kimiawi yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas air bersih [ CITATION
Sut10 \l 1033 ].

2.2.3 Syarat Mikrobiologi Air Bersih


Syarat mikrobiologi dari air bersih adalah air tersebut tidak boleh mengandung
mikroba pantogen maupun non pantogen. Mikroba pantogen terdiri dari virus, bakteri, atau
parasit yang akan membawa bibit penyakit. Contoh dari virus pantogen adalah Rotavirus,
bakteri pantogen adalah E. Coli, dan parasit pantogen adalah Cryptosporidium [ CITATION
Bud11 \l 1033 ]. Sebaliknya bagi mikroba non pantogen, walaupun tidak memberikan
dampah negatif yang terlalu banyak, kehadirannya akan membuat air yang dikonsumsi
memiliki bau dan rasa yang tidak enak [CITATION End14 \l 1057 ].
2.2.4 Syarat Radioaktif Air Bersih
Syarat radioaktif air bersih adalah air bersih tersebut tidak boleh mengandung zat
radioaktif. Zat radioaktif berbahaya bagi kesehatan karena jika melebihi KMD dapat
menyebabkan penyakit kanker. Namun, pencemaran radioaktif ini relatif jarang terjadi di
Indonesia [ CITATION Bud11 \l 1033 ].

2.3 Kebutuhan Air Bersih


Ketersediaan air yang berkelanjutan berguna untuk pemanfaatan berbagai macam
kebutuhan air. Kebutuhan air adalah jumlah air yang digunakan untuk menunjang segala
aktivitas dan kebutuhan manusia sehari-hari. Kebutuhan air bersih terdiri dari kebutuhan
air domestik dan non domestik [ CITATION Don07 \l 1033 ].
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

2.3.1 Kebutuhan Air Bersih Domestik


Kebutuhan air bersih domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga sehari-hari seperti memasak, mencuci, mandi, dan kegiatan rumah
tangga lainnya. Kebutuhan air bersih domestik untuk kota dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu Kota kategori I (Metropolitan), Kota kategori II (Kota Besar), Kota kategori
III (Kota Sedang), Kota kategori IV (Kota Kecil), dan Kota kategori V (Desa) [ CITATION
Rah09 \l 1033 ]. Berdasarkan data BPS 2020, jumlah penduduk Kota Malang pada tahun
2020 adalah 874.870 jiwa. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Kota Malang termasuk
dalam kategori Kota Besar, sehingga kebutuhan air bersih domestiknya yaitu 130
liter/org/hari. Rincian standar kebutuhan air bersih domestik dapat dilihat pada lampiran
1.
2.3.2 Kebutuhan Air Bersih Non-Domestik
Kebutuhan air bersih non-domestik adalah kebutuhan air bersih selain kebutuhan
air rumah tangga. Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (BPSDM), kebutuhan air bersih non-domestik
digunakan untuk kebutuhan sosial maupun umum. Kebutuhan air non-domestik terdiri dari
penggunaan industri dan komersil, contohnya pada penggunaan air oleh pihak industri atau
pihak komersil, dan juga untuk penggunaan umum, contohnya penggunaan air untuk
rumah sakit, tempat ibadah, sekolah, dan tempat umum lainnya. Rincian kriterian
perencanaaan air bersih non domestik dapat dilihat pada lampiran 2, lampiran 3, dan
lampiran 4.

2.4 Kehilangan Air Bersih


Pada umunya kehilangan air bersih disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor fisik
dan non-fisik. Faktor fisik yang dimaksud yaitu adanya kebocoran pada pipa transmisi dan
distribusi. Sementara itu, faktor non-fisik yang dimaksud yaitu kesalahan dalam
pembacaan meter air. Nilai kehilangan air di Indonesia yaitu 20%, yang dianggap masih
normal karena sesuai dengan angka kehilangan air bersih yang disarankan Departemen
Pekerjaan Umum [ CITATION Mak17 \l 1033 ]. Rincian faktor kehilangan air bersih dapat
dilihat pada lampiran 5.
Debit kehilangan air bersih dapat dihitung dengan rumus yang telah ditentukan.
Untuk menghitung debit kehilangan air bersi, dibutuhkan data debit kehilangan air bersih
domestik dan non domestik, serta asumsi prosentase kehilangan air bersih yang berkisar
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

antara 18-20% [ CITATION Mak17 \l 1033 ]. Berikut adalah rumus menghitung debit
kehilangan air bersih:
Qa= ( Qd +Qn ) x ra..........................................................................................................2- 0

Keterangan:
Q a = Debit kehilangan air (liter/hari)
Qd = Debit kebutuhan air domestik (liter/hari)
Q n = Debit kebutuhan air bersih non domestik (liter/hari)
ra = Angka prosentase kehilangan air bersih (%)
penyimpangan
Kehilangan air komersial= × 100 % × kehilanganair (m 3 /waktu)……..2- 0
n
Kehilangan air fisik=kehilangan air−kehilangan air komersial……………………....2- 0

2.5 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih bila dilihat dari bentuk dan tekniknya dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sistem penyediaan air bersih individual dan sistem
penyediaan air bersih komunal. Sistem penyediaan air bersih individual digunakan untuk
penggunaan individua tau pelayanan terbatas, sedangkan sistem penyediaan air bersih
komunal memiliki sistem pelayanan yang lebih kompleks dan terorganisir untuk cakupan
yang luas. Kedua sistem pelayanan tersebut digunakan oleh masyarakat pedesaan ataupun
masyarakat perkotaan [ CITATION Sal182 \l 1033 ].
2.5.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Individual
Sistem penyediaan air bersih individual merupakan sistem pelayanan air bersih
yang terbatas, umumnya hanya melayani untuk kebutuhan satu rumah. Sumber air sistem
pelayanan air bersih individual umumnya adalah air tanah karena air tanah memiliki
kualitas air yang relatif lebih baik daripada sumber lainnya. Sistem penyediaan air bersih
individual umumnya tidak memiliki komponen transmisi dan distribusi. Salah satu jenis
sistem penyediaan air bersih individual adalah sumur, baik sumur gali, sumur pompa,
maupun sumur bor [ CITATION Sal182 \l 1033 ].
2.5.2 Sistem Penyediaan Air Bersih Komunal
Sistem penyediaan air bersih komunal merupakan sistem penyediaan air bersih
untuk skala yang lebih luas, seperti skala kota. Sistem penyediaan air bersih komunal
memiliki komponen yang lebih kompleks, baik dari segi teknis maupun pelayanannya
[ CITATION Sal182 \l 1033 ]. Sistem penyediaan air bersih komunal dikelola secara organisir
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

oleh sebuah lembaga, baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Lembaga sistem
penyediaan air bersih komunal adalah PDAM dan HIPPAM [ CITATION Kam14 \l 1033 ].

2.6 Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Air Bersih


Pengolahan dan pengelolaan sangat penting perannya dalam terciptanya air bersih.
Sehingga, PDAM di Indonesia pun melakukan berbagai macam metode agar berhasilnya
pelaksanaan air bersih. Metode ini sering disebut dengan IPA atau Instalasi Pengolahan
Air. Berikut diantaranya,
2.6.1 Intake Building
Bangunan pengambilan air (intake) adalah suatu bangunan yang dibuat
sedemikian rupa pada sisi suatu sumber air (umumnya adalah sungai). Hal tersebut
bertujuan agar sebagian air dari sungai tersebut (air baku) dapat dibelokkan untuk
dimanfaatkan sesuai keinginan. Untuk pengambilan air dari sungai bisa dilakukan dengan
cara mengambil langsung (menyadap) ataupun dengan cara membuat bendung pada bagian
hilir (up stream) dari sungai [ CITATION Bin18 \l 1033 ]. Gambar intake building dapat dilihat
pada lampiran 6.
2.6.2 Bak Koagulasi
Menghilangkan kekeruhan dan warna merupakan langkah yang penting.
Kekeruhan dan warna disebabkan oleh adanya partikel-partikel padat berukuran 10 nm
hingga 10.000 nm di dalam air. Partikel-partikel tersuspensi dalam air berukuran sangat
kecil dan sulit dipisahkan. Partikel-partikel tersebut bermuatan negatif dan sulit
digabungkan membentuk agregat yang lebih besar yang dapat terendapkan. Untuk
memisahkan partikel-partikel tersebut dengan pengendapan, muatan harus dinetralkan
terlebih dahulu. Proses menetralkan muatan partikel tersebut disebut koagulasi [ CITATION
Sup13 \l 1033 ]. Gambar koagulan dapat dilihat pada lampiran 7.

2.6.3 Flokulasi
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama
partikel-partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih
besar dan begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk
mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan. Maka dari itu selain koagulasi,
muatan perlu terjadi pembentukan flok-flok dari partikel-partikel kecil disebut flokulasi.
Koagulasi dan flokulasi adalah metode yang umum digunakan dalam pengolahan air
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

[ CITATION Sup13 \l 1033 ]. Gambar proses flokulasi air bersih dapat dilihat pada lampiran
8.
2.6.4 Sedimentasi
Gravitasi dapat digunakan untuk memisahkan partikel tersuspensi dalam air.
Selama proses sedimentasi, padatan tersuspensi mengendap di dasar bak sedimentasi.
Sementara itu, air bersih berada di bagian atas, sehingga padatan dapat lebih mudah
dipisahkan dari air bersih [ CITATION Sup13 \l 1033 ]. Gambar sedimentation sludge tank
dapat dilihat pada lampiran 9.
2.6.5 Filtrasi
Filtrasi adalah operasi yang paling umum digunakan untuk pengolahan air. Selain
fungsi utama berupa penyaringan padatan secara mekanis (efek fisik), proses biologis dan
reaksi kimia juga dapat dilakukan dalam filtrasi. Sedimentasi masih belum mampu
menyisihkan semua bahan pengotor tersuspensi meskipun dengan bantuan
koagulasi/flokulasi. Sebagian kecil padatan tersuspensi tidak dapat diendapkan di dalam
tangki sedimentasi dan keluar dari tangki sedimentasi. Sisa padatan tersebut menyebabkan
kekeruhan air dan melindungi mikroorganisme selama operasi disinfeksi. Untuk
menghasilkan air yang jernih (kekeruhan <0,5 NTU), setelah koagulasi/flokulasi dan
sedimentasi diperlukan tahapan pengolahan berupa filtrasi [ CITATION Sup13 \l 1033 ].
Gambar filtrasi dapat dilihat pada lampiran 10.
2.6.6 Desinfeksi
Desinfeksi adalah tahap kunci dalam proses pengolahan air minum. Tujuan
desinfeksi adalah untuk membunuh atau menonaktifkan mikroorganisme patogen di dalam
air. Bakteri patogen penting yang sering ditemukan dalam air minum adalah Salmonella,
Shigella, E. colienterotoksigenik, Campylobacter, Vibrio dan Yersinia. Syarat air minum
yang telah ditetapkan adalah kandungan bakteri coliform maupun E. coli harus 0 per 100
ml [ CITATION Sup13 \l 1033 ]. Gambar desinfeksi dapat dilihat pada lampiran 11.
2.6.7 Bak Reservoir
Reservoir di sini adalah tempat penampungan air bersih, pada sistem penyediaan
air bersih. Umumnya reservoir ini diperlukan pada suatu sistem penyediaan air bersih yang
melayani suatu kota. Pada suatu sistem penyediaan air bersih, reservoir mempunyai fungsi
dan peranan tertentu yang diperlukan agar sistem penyediaan air bersih tersebut
dapatberjalan dengan baik [ CITATION BPS18 \l 1033 ]. Gambar reservoir dapat dilihat pada
lampiran 12.
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

2.7 Sistem Distribusi Air Bersih


Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen,
yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke
seluruh daerah pelayanan. Pada sistem distribusi air bersih terdiri dari dua sistem, yaitu
sistem pengaliran air bersih dan sistem jaringan perpipaan. Sistem pengaliran bisa
diketahui dari kondisi topografi daerah layanan dan topografi daerah penampungan air
bersih, sedangkan sistem jaringan perpipaan dapat diperoleh dari ukuran perpipaan yang
ada di jalan Kelurahan Tunjungsekar.
2.7.1 Sistem Jaringan Perpipaan
Sistem jaringan air bersih adalah penyaluran air bersih melalui sistem perpipaan
dari bangunan penampung air bersih (reservoir) kedaerah pelayanan (konsumen). Data dari
sistem jaringan perpipaan dapat diperoleh dari ukuran perpipaan yang ada di jalan,
kemudian dapat diketahui berapa volume air yang dikeluarkan oleh masing-masing ukuran
pipa. Ukuran pipa dalam sistem jaringan perpipaan ini juga dipengaruhi oleh hierarki jalan.
Penyaluran air yang dilakukan oleh pelayanan air bersih biasanya disalurkan kepada
konsumen yang berada di perumahan maupun perkantoran. Sistem jaringan air bersih pun
dibagi menjadi 2, yaitu sistem cabang (branch) dan sistem melingkar (loop) [ CITATION
Sug17 \l 1033 ].
1. Sistem Cabang (Branch)
Sistem cabang adalah sistem jaringan perpipaan. Dalam sistem ini jaringan pipa
induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk loop-loop, sehingga
pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end). Sistem pengaliran ini biasanya berada di
perumahan.
Keterangan:
1. Reservoir
2. Pipa distribusi air
3. Simpul layanan
Sistem ini biasanya digunakan pada daerah yang memiliki perkembangan kota
yang memiliki arah kota yang memanjang, sarana jaringan jalan induk saling berhubungan,
dan yang mempunyai keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju ke satu
arah. Sistem branch sendiri memiliki beberapa keuntungan dalam sistem pengaliran air.
Keuntungan tersebut yaitu sistem yang lebih sederhana sehingga perhitungan dimensi pipa
lebih mudah, pemasangan yang lebih mudah dan sederhana, peralatan lebih sedikit, dan
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

perpipaan lebih ekonomis karena memiliki pipa lebih sedikit. Selain memiliki keuntungan,
sistem branch juga memiliki beberapa kerugian seperti adanya penimbunan kotoran dan
pengendapan di ujung pipa, berhentinya pengaliran air jika ada kerusakan, kemungkinan
terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan di ujung pipa tidak dapat dihindari
sehingga diperlukan pembersihan yang intensial untuk mencegah timbulnya bau dan
perubahan rasa, keseimbangan system pengaliran kurang terjamin, dan suplai air yang
terganggu jika terjadi kerusakan [ CITATION Sug17 \l 1033 ]. Gambar sistem cabang dapat
dilihat pada lampiran 13.
2. Sistem Melingkar (Loop)
Sistem melingkar umumnya digunakan daerah yang memiliki jaringan jalan yang
saling berhubungan, daerah yang perkembangannya ke segala arah, dan di daerah yang
memiliki topografi relatif datar [ CITATION Sug17 \l 1033 ] . Sistem melingkar ini pun
memiliki beberapa keuntungan untuk menunjang pelayanan air bersih seperti aliran yang
tersirkulasi secara bebas dan memiliki keseimbangan aliran yang mudah dicapai. Adapun
kerugian yang dimiliki system melingkar yaitu pipa yang digunakan relative banyak,
jaringan perpipaan yang lebih rumit, dan perlengkapan yang digunakan lebih banyak.
Gambar sistem lingkaran dapat dilihat pada lampiran 14.
3. Sistem Gridiron
Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan pipa
induk utama, pipa induk skunder, serta pipa pelayanan utama saling terhubung Pada
metode ini semua pipa tersambung dan tidak ada yang terputus pada ujungnya [CITATION
Jok10 \l 1033 ]. Air dapat menjangkau lebih seluruh tempat.
Kelebihan dari sistem gridiron adalah air dalam sistem, mengalir bebas ke
beberapa arah dan tidak terjadi stagnasi seperti cabang. Ketika ada perbaikan pipa, air yang
tersambung dengan pipa tersebut tetap mendapatkan air dari bagian yang lain. Ketika
terjadi kebakaran, air tersedia di semua arah, dan ketika terjadi kebakaran, air tersedia di
semua arah. Adapun kelemahan dari system gridiron seperti perhitungan pipa lebih rumit,
membutuhkan lebih banyak pipa dan sambungan pipa sehingga lebih mahal. Gambar
sistem gridiron dapat dilihat pada lampiran 15.
4. Sistem radial
Sistem ini memanfaatkan beberapa reservoar pembagi air, untuk melayani sustu
wilayah tertentu. Dengan penetapan daerah pelayananyang tepat, maka kehilangan enersi
didalam jaringan dapat dikurangi sebesar mungkin. Sistem ini memberikan suplai yang
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

cepat dan memuaskan serta Merencanakan ukuran pipa yang amatlah mudah. Gambar
sistem radial dapat dilihat pada lampiran 16.
2.7.2 Sistem Pengaliran Air Bersih
Sistem pengaliran air bersih yang terdapat pada Kelurahan Tunjungsekar dapat
ditentukan oleh kondisi topografi daerah layanan dan topografi daerah pengolahan yang
ada di Kelurahan Tunjungsekar. Dalam pendistribusian air bersih terdapat tiga sistem
pengaliran yang pemilihan jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Ketiga
sistem tersebut adalah pengaliran sistem gravitasi, pengaliran sistem pompa, dan
pengaliran sistem gabungan [CITATION Den16 \l 1033 ].
1. Pengaliran Sistem Gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau instalasi pengolahan secara
topografi berada jauh diatas elevasi daerah pelayanan. Sistem ini dapat memberikan energi
potensial yang cukup tinggi hingga pada daerah pelayanan terjauh. Sistem ini cocok berada
di daerah perkotaan karena sistem ini dapat menjangkau ke daerah pelayanan yang jauh
[CITATION Riv16 \l 1033 ]. Gambar sistem gravitasi dapat dilihat pada lampiran 17.
2. Pengaliran Sistem Pemompaan
Sistem ini digunakan apabila beda elevasi antara sumber air atau instalasi
pengolahan dengan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup,
sehingga air yang akan didistribusikan, agar tekanan meningkat, di pompa ke jaringan pipa
distribusi [ CITATION Riv16 \l 1033 ] . Sistem ini cocok berada di daerah yang berada di
dataran rendah dan juga di pedesaan. Hal itu dikarenakan sistem ini dapat menjangkau
daerah atas dan yang ada di dataran rendah. Gambar sistem perpompaan dapat dilihat pada
lampiran 18.
3. Pengaliran Sistem Gabungan
Sistem ini merupakan kombinasi dari sistem gravitasi dan pemompaan. Dalam
sistem ini, air minum dari sumber atau instalasi pengolahan dialirkan ke jaringan pipa
distribusi dengan menggunakan pompa dan reservoir distribusi. Selanjutnya, dioperasikan
secara bergantian atau bersama-sama sesuai dengan keadaan topografi daerah pelayanan
[CITATION Riv16 \l 1033 ]. Gambar sistem pengaliran dengan cara gabungan dapat dilihat
pada lampiran 19.
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

2.8 Fasilitas Pelengkap Air Bersih


Dalam pelayanan air bersih, membutuhkan fasilitas air bersih tambahan. Hal ini
bertujuan untuk mendukung pelayanan air bersih di masyarakat. Ada berbagai fasilitas
umum dan kegunaannya masing-masing. Fasilitas pelengkap dibagi menjadi 4, yaitu:
2.8.1 Valve
Valve atau katup adalah alat yang mengatur, memandu atau mengontrol aliran zat
cair (gas, zat cair, padatan terfluidisasi) dengan cara membuka, menutup atau menutup
sebagian aliran [CITATION Har12 \l 1033 ]. Valve/katup dapat dioperasikan secara manual
dengan gagang, pegangan pedal, dan operasi manual lainnya. Selain operasi manual, Anda
juga dapat menggunakan prinsip perubahan tekanan, suhu, dan aliran lainnya untuk
mengoperasikan katup secara otomatis. Perubahan ini akan mempengaruhi diafragma,
pegas atau piston, yang secara otomatis mengaktifkan katup. Gambar valve dapat dilihat
pada lampiran 20.
2.8.2 Hidran
Hidran adalah pipa yang terhubung dengan sistem penyediaan air (terutama di
jalan raya) dan digunakan untuk mengambil air dari saluran utama untuk memadamkan
api. Hidran pemadam kebakaran juga merupakan sumber air untuk layanan pasokan air
kota di sebagian besar kota, pinggiran kota, dan daerah pedesaan, memungkinkan petugas
pemadam kebakaran untuk melengkapi pasokan air kota untuk membantu memadamkan
api. Biasanya hidran pemadam kebakaran berada di apartemen atau hotel [ CITATION
Yun18 \l 1033 ]. Gambar hidran dapat dilihat pada lampiran 21.
2.8.3 Reservoir
Reservoir merupakan wadah yang dapat menyimpan air setiap saat untuk
kemudian disalurkan kepada konsumen setiap saat [ CITATION Pyn15 \l 1033 ] . Fungsi utama
waduk adalah menyeimbangkan debit produksi dan debit konsumsi air. Umumnya, laju
aliran produksi air yang dimurnikan secara bersamaan tidak selalu sama dengan debit air.
Apabila volume produksi air bersih lebih besar dari konsumsi air, maka kelebihan air
tersebut disimpan sementara di tangki air. Ketika volume produksi air bersih lebih kecil
dari konsumsi air, kelebihan air tersebut digunakan kembali untuk memenuhi kebutuhan
kekurangan air. Gambar reservoir dapat dilihat pada lampiran 22.
2.8.4 Brankran
Berdasarkan Standar Pelayanan Publik Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Malang dalam Peraturan Direksi Perusahaan Air Minum Kota Malang Nomor 19 tahun
Studio Perencanaan Permukiman Kota
Sektor Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

2016, brankran adalah salah satu sarana dan prasarana air. Brankran adalah hidran
kebakaran yang terletak di bawah tanah. Brankran termasuk dalam standar pelayanan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Gambar brankran dapat dilihat pada lampiran
23.

2.9 Kelembagaan Air Bersih


Dalam setiap pelayanan dan fasilitas air bersih yang disediakan, beberapa instansi
bertanggung jawab dan mengawasi setiap pelayanan fasilitas air bersih agar fasilitas dan
pelayanan yang diberikan dapat beroperasi dengan normal tanpa ada kerugian. Badan air
juga berguna untuk kerjasama antar perusahaan lain untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di masing-masing departemen. Adapun beberapa pemasok air bersih yaitu:
2.9.1 Perusahaan Daerah Air Minum
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah unit usaha milik daerah yang
bergerak dalam bidang pendistribusian air bersih kepada masyarakat. PDAM ada di setiap
provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. PDAM adalah perusahaan daerah yang
menyediakan air bersih dalam pengawasan aparat eksekutif dan legislatif daerah.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa penyediaan jalur pembiayaan bagi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) untuk memperoleh kredit investasi dari Bank Nasional
melalui jaminan dan subsidi bunga yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dengan
memperoleh pembiayaan, PDAM diharapkan mampu membangun infrastruktur untuk
meningkatkan pelayanan penyediaan air minum kepada masyarakat. Kebijakan pemerintah
tersebut terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 (Keputusan Presiden
Nomor 29 Tahun 2009).
2.9.2 HIPPAM
HIPPAM adalah singkatan dari Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum, yaitu
sekelompok orang yang memanfaatkan sumber air tanah binaan pemerintah untuk
menyediakan air bersih bagi masyarakat. Memperhatikan ruang terbuka yang sempit untuk
menampung air hujan karena alih fungsi menjadi permukiman penduduk sedangkan
kebutuhan air bersih masyarakat sangat besar, sehingga fasilitas sanitasi yang ada di
masyarakat semakin dekat dengan rumah. Oleh karena itu, perlu dibangun lubang bor
untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian pada Studio Perencanaan Permukiman Kota ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui [ CITATION Kas08 \l 1033 ]. Penelitian kuantitatif dapat
dilaksanakan berdasarkan kondisi eksisting di tempat yang telah disurvei untuk kemudian
dianalisis terhadap standar-standar yang berlaku. Setelah melalui proses tersebut,
dilanjutkan oleh merancang perencanaan yang dapat diterapkan di daerah tersebut sesuai
dengan peruntukkan dan kebutuhannya.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Menurut sifatnya, jenis data dibagi menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data
kualitatif [CITATION Sug03 \l 1033 ]. Selain jenis data, sumber data juga merupakan faktor
penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data [ CITATION
Ind13 \l 1033 ]. Maka dari itu, sumber data adalah faktor penting dalam penentuan metode
pengumpulan data untuk mengetahui darimana asal data tersebut.
3.2.1 Jenis Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data, informasi, atau keterangan dalam bentuk
numerik, bilangan, atau angka. Data kuantitatif juga dapat diartikan sebagai jenis data yang
dapat dihitung atau diukur secara langsung [ CITATION Sya20 \l 1033 ]. Berdasarkan
bentuknya, data kuantitaif selanjutnya dapat diolah atau dianalisis dengan teknik
perhitungan statistik [ CITATION Sir13 \l 1033 ].
3.2.2 Sumber Data Sekunder
Sumber yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh [ CITATION Suh13 \l 1033 ]. Dalam suatu penelitian, sumber data dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder [ CITATION Sug15 \l 1033 ].
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Pengertian
sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data [ CITATION Sug15 \l 1033 ] . Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari data PDAM Kota Malang dan BPS Kota Malang.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam mencapai tujuan penelitian [ CITATION Mar10 \l 14345 ]. Informasi dalam data sesuai
dengan kebutuhan penelitian sehingga dapat menjelaskan dan memecahkan masalah yang
diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode pengumpulan data sekunder.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder adalah suatu langkah yang diperuntukan
untuk mengumpulkan data menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data
yang telah tersusun dalam bentuk dokumen tertulis yang diperoleh dari perusahaan,
literature terdahulu maupun dari internet [ CITATION Mut14 \l 1033 ] . Umumnya bentuk
data sekunder yang digunakan merupakan data yang berupa laporan maupun catatan yang
bersifat historis dan tersusun dalam arsip yang dipublikasikan secara umum maupun tidak.
Dalam laporan ini metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah melalui data
instansi yang sudah tersedia sebelumnya.

3.4 Metode Analisis Data


Analisis data adalah rangkaian penelaahan atau pengolahan data agar sebuah
fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Tujuan analisis data yaitu unduk
menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Analisis data dapat berupa
pengelompokkan, pentabulasian, penyajian, dan perhitungan data[ CITATION Siy15 \l 1033 ].
3.4.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yaitu sebuah teknik analisis yang digunakan dalam
menganalisis data dengan membuat gambaran-gambaran data. Data-data yang terkumpul
akan dianalisis tanpa membuat generalisasi dari hasil penelitian tersebut. Data dalam
metode analisis deskriptif dapat disajikan dalam bentuk grafik, tabel, presentasi, frekuensi,
diagram, dan lain-lain [ CITATION Nur19 \l 1033 ].

3.5 Teknik Analisis Data


Pengolahan data dan analisis data itu memiliki makna yang berbeda, tetapi
seringkali digunakan secara bergantian. Pengolahan data adalah mengubah data mentah
menjadi data yang lebih bermakna [ CITATION Agu20 \l 1033 ]. Dapat disimpulkan yaitu
metode atau cara untuk mengolah sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik
data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan
solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah yang tentang sebuah penelitian Data
yang sudah benar dan terkumpul selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut dengan beberapa
teknik analisis.
3.5.1 Analisis Sumber Air Bersih
Masyarakat membutuhkan fasilitas umum sumber air bersih. Maka dari itu,
diperlukan analisis untuk memutuskan lokasi dan bentuk fasilitasnya. Analisis tersebut
meliputi masyarakat, kondisi lahan, dan kondisi sumber air[CITATION Aso06 \l 1033 ].
3.5.2 Analisis Pengguna Air Bersih
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui jumlah pengguna air bersih. Pengguna
air bersih disini adalah masyarakat. Pengguna air bersih dibagi menjadi dua, yaitu
pengguna air bersih domestik dan non domestik[CITATION Aso06 \l 1033 ].
3.5.3 Analisis Kebutuhan Air Bersih
Berdasarkan Modul Proyeksi Kebutuhan Air dan Identifikasi Pola Fluktuasi
Pemakaian Air yang diterbitkan oleh BPSDM pada tahun 2018, untuk memproduksi air
bersih diperlukan sarana untuk memproduksi air bersih tersebut, antara lain: air baku,
bangunan pengolahan, pipa transmisi, jaringan pipa distribusi dan perlengkapan lainnya.
Di samping itu juga diperlukan organisasi dan tenaga pelaksana untuk mengelola sistem
penyediaan air bersih. Mengingat kebutuhan air bersih dari tahun ketahun yang terus
meningkat, maka sarana/sistem penyediaan air bersih yang sudah ada mungkin tidak dapat
melayani kebutuhan air pada masa yang akan datang. Sedangkan untuk merencanakan dan
membangun sarana penyediaan air bersih tersebut, memerlukan waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu kita perlu memperkirakan atau menganalisa berapa tahun air bersih pada
masa yang akan datang, sehingga dengan demikian kita dapat mempersiapkan segala hal
yang diperlukan untuk memproduksi air bersih sesuai dengan kebutuhan pada masa yang
akan datang. Untuk menghitung kebutuhan air bersih dapat menggunakan rumus-rumus
berikut:
1. Analisis kebutuhan air bersih domestik
jumlah penduduk × kebutuhanair perkapita
Keterangan:
standar kebutuhan perkapita 130−150liter /orang /hari……………………..3- 0

2. Analisis kebutuhan air bersih non domestik


- Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik……………………………….3- 0
- Kantor = 15% x kebutuhan domestik……………………………….3- 0
- Komersial = 20% x kebutuhan domestik……………………..………...3- 0
- Industri = 10% x kebutuhan domestic……………………………….3- 0
- Hidran = 10% x (kebutuhan domestik + kebutuhan non domestik)...3- 0
- Kehilangan air = 10% x (kebutuhan domestik + kebutuhan non domestik)…3- 0
3.5.4 Analisis Kehilangan Air Bersih
Kehilangan air bersih atau non revenue water adalah selisih antara jumlah air
yang diproduksi dengan air yang terjual atau yang didistribusikan kepada pelanggan
melalui meter air. Oleh karena itu, jumlah air yang didistribusikan secara cumacuma
(melalui meter air) plus NRW dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah total produksi
air yang dapat digunakan (non-revenue producing water) [ CITATION Put14 \l 1033 ].
Analisis kehilangan air bersih juga perlu diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih agar bisa diminimalisir semaksimal mungkin. Berikut adalah rumus menghitung
debit kehilangan air bersih:
Q a= ( Q d +Q n ) x ra..........................................................................................................3- 0

Keterangan:
Q a = Debit kehilangan air (liter/hari)
Q d = Debit kebutuhan air domestik (liter/hari)
Q n = Debit kebutuhan air bersih non domestik (liter/hari)
ra = Angka prosentase kehilangan air bersih (%)
penyimpangan
Kehilangan air k omersial= × 100 % ×kehilangan air (m 3 /waktu)……..3- 0
n
Kehilangan air fisik=kehilangan air−kehilangan air komersial………………………..3- 0
3.5.5 Analisis Jaringan Perpipaan
Analisis jaringan perpipaan merupakan metode analisa terhadap sistem perpipaan
air bersih yang berada di wilayah studi untuk hal yang dibahas di dalamnya antara lain
jenis pipa, ukuran pipa, letak persebaaran pipa, dan pola perpipaan yang ada. Dalam
analisis ini ada beberapa jenis pengaliran air bersih diantaranya pengaliran yang
memanfaatkan gravitasi biasanya digunakan untuk wilayah yang cenderung lebih rendah
dari reservoir, pengaliran dengan bantuan pompa air untuk membantu membawa air bersih
ke tempat yang lebih tinggi, dan juga ada pengaliran yang mengkombinasikan kedua
metode tersebut [ CITATION Riv16 \l 1033 ].
3.5.6 Analisis Fasilitas Pelengkap
Analisis fasilitas pelengkap merupakan metode mengindentifikasi kondisi
eksisting fasilitas pelengkap yang ada pada wilayah studi. Adapun fasilitas pelengkap yang
dimaksud adalah brankan, hidran, reservoir, dan valve. Sedangkan untuk fasilitas
pelengkap tersebut yang harus dikumpulkan adalah data cakupan/persebaran eksisting dan
kondisi fasilitas tersebut di wilayah studi.
3.5.7 Analisis Kelembagaan Air Bersih
Analisis kelembagaan yang berkaitan dengan air bersih merupakan metode untuk
mengidentifikasi peran dan fungsi dari lembaga pemerintah yang menangani hal tersebut.
Lembaga pemerintah yang diidentifikasi adalah PDAM.
1. PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang merupakan Perusahaan Daerah milik
Pemerintah Kota Malang yang dipimpin oleh Direksi dan dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah pengawasan dan bertanggungjawab kepada Walikota. Tugas pokok
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang adalah menyelenggarakan sistem pengelolaan
air minum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Malang guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi dan kesehatan.
Keberadaan struktur organisasi sangat penting bagi pimpinan untuk mengawasi
bawahannya.
3.5.8 Analisis Isi
Analisis isi merupakan suatu teknik penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran dan karakteristik isi serta menarik inferensi dari isi. Analisis isi biasa digunakan
untuk penelitian kualitatif. Analisis isi juga bertujuan untuk mengidentifikasi objek
penelitian secara sistematis serta dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat
direplikasi [ CITATION Eri151 \l 1033 ].
3.5.9 Analisis Potensi dan Masalah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia tentang
Pedoman Pemetaan Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Bidang Pekerjaan Umum, potensi
merupakan faktor yang berperan dan berpengaruh dalam peningkatan kesejahteraan serta
dapat dikembangkan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan, sedangkan masalah
merupakan kondisi tidak sesuai yang mengakibatkan penurunan sehingga diperlukan solusi
untuk mengatasinya. Dalam analisis potensi dan masalah diperlukan pemetaan yaitu
penggambaran secara sistematis untuk menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan.
Potensi dan masalah air bersih di Kelurahan Tunjungsekar dapat dianalisis melalui kondisi
air bersih pada kelurahan tersebut.
3.5.10 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) terhadap suatu benda, bisnis, atau kegiatan. Analisis SWOT ini akan
menghasilkan output berupa arahan dalam sebuah permasalahan [ CITATION Fat16 \l 1033 ].

3.6 List Data


Tabel 3. 1 List Data
Metode
Data yang
No Data yang dimiliki Sumber Data Sumber Data Pengambilan
dibutuhkan
Data
Data Primer:
Survei
Jumlah pengguna 1. Kuesioner
Jumlah pengguna air Dokumen LHS sekunder:
1. air bersih PDAM Data sekunder:
bersih PDAM 2014 SPPK 2014 1. Data Instansi
2020 1. Dokumen
PDAM
PDAM
Survei
Jaringan perpipaan Jaringan perpipaan Data sekunder:
Dokumen LHS sekunder:
2. Kelurahan Kelurahan 1. Dokumen
SPPK 2014 1. Data Instansi
Tunjungsekar 2014 Tunjungsekar 2020 PDAM
PDAM
Survei
Debit sumber air Debit air baku Data sekunder:
Dokumen LHS sekunder:
3. baku Kelurahan Kelurahan 1. Dokumen
SPPK 2014 1. Data Instansi
Tunjungsekar 2012 Tunjungsekar 2021 PDAM
PDAM
Survei
Data sekunder:
Sistem pengaliran Dokumen LHS Sistem pengaliran sekunder:
4. 1. Dokumen
air baku ke reservoir SPPK 2014 baku ke reservoir 1. Data Instansi
PDAM
PDAM
Survei
Sistem pengaliran Sistem pengaliran Data sekunder:
Dokumen LHS sekunder:
5. reservoir ke reservoir ke 1. Dokumen
SPPK 2014 1. Data Instansi
pelanggan pelanggan PDAM
PDAM
Debit air PDAM Debit air PDAM
Survei
Kelurahan Kelurahan Data sekunder:
Dokumen LHS sekunder:
6. Tunjungsekar dan Tunjungsekar dan 1. Dokumen
SPPK 2014 1. Data Instansi
RW di Kelurahan RW di Kelurahan PDAM
PDAM
Tunjungsekar 2014 Tunjungsekar 2021
Kapasitas reservoir
Survei
yang digunakan Data sekunder:
Dokumen LHS Kapasitas reservoir sekunder:
7. untuk mencukupi 1. Dokumen
SPPK 2014 2021 1. Data Instansi
Kelurahan PDAM
PDAM
Tunjungsekar 2014
Debit reservoir yang
Survei
digunakan untuk Data sekunder:
Dokumen LHS Debit reservoir sekunder:
8. mencukupi 1. Website
SPPK 2014 PDAM 2021 1. Data Instansi
Kelurahan PDAM 2021
PDAM
Tunjungsekar 2014
Elevasi reservoir
Survei
yang digunakan Data sekunder:
Dokumen LHS Elevasi reservoir sekunder:
9. untuk mencukupi 1. Website
SPPK 2014 PDAM 2021 1. Website
Kelurahan PDAM
PDAM
Tunjungsekar 2014
Survei
Pemakaian air Data sekunder:
10 sekunder:
bersih Kelurahan 1. Dokumen
. 1. Data Instansi
Tunjungsekar 2020 PDAM
PDAM
Sistem pengolahan Survei
Data sekunder:
11 air bersih sekunder:
1. Dokumen
. Kelurahan 1. Data Instansi
PDAM
Tunjungsekar 2021 PDAM
Jumlah penduduk Jumlah penduduk Data sekunder: Survei
12 Dokumen LHS
Kelurahan Kelurahan 1. Dokumen sekunder:
. SPPK 2014
Tunjungsekar 2014 Tunjungsekar 2021 BPS 1. Data Instansi
Jumlah sarana
13 Data primer: Survei primer:
Kelurahan
. 1. Observasi 1. Observasi
Tunjungsekar 2021
Jumlah rumah Jumlah rumah
14 Dokumen LHS Data primer: Survei primer:
Kelurahan Kelurahan
. SPPK 2014 1. Observasi 1. Observasi
Tunjungsekar 2014 Tunjungsekar 2021
Nama jalan dan
15 hierarki jalan Data primer: Survei primer:
. Kelurahan 1. Observasi 1. Observasi
Tunjungsekar 2021
Kualitas air bersih
Kualitas air bersih
16 Dokumen LHS PDAM di Data primer: Survei primer:
PDAM di Kelurahan
. SPPK 2014 Kelurahan 1. Kuesioner 1. Kuesioner
Tunjungsekar 2014
Tunjungsekar 2021
Kondisi dan jumlah
Kondisi dan jumlah
fasilitas pelengkap Data primer: Survei primer:
17 fasilitas pelengkap Dokumen LHS
air bersih 1. Observasi 1. Observasi
. air bersih Kelurahan SPPK 2014
Kelurahan 2. Dokumentasi 2. Dokumentasi
Tunjungsekar 2014
Tunjungsekar 2021
Survei
Data sekunder:
18 Kelembagaan air sekunder:
1. Website
. bersih 2021 1. Website
PDAM
PDAM
Nilai atau harga air Nilai atau harga air Data sekunder: Survei
19 Dokumen LHS
yang disalurkan yang disalurkan 1. Dokumen sekunder:
. SPPK 2014
PDAM 2014 PDAM 2021 PDAM 1. Data Instansi
Data sekunder:
Inovasi terhadap air 1. Dokumen Survei
20
bersih Kelurahan Masterplan sekunder:
.
Tunjungsekar 2021 PDAM Kota 1. Data Instansi
Malang 2021
Data sekunder:
Rencana PDAM
1. Dokumen Survei
21 Kelurahan
Masterplan sekunder:
. Tunjungsekar 20
PDAM Kota 1. Data Instansi
tahun mendatang
Malang 2021
3.7 Kerangka Analisis
Kependudukan
Jumlah pengguna PDAM
Jumlah Jumlah pengguna non
Pengguna PDAM
Proyeksi penduduk

Guna Lahan Analisis


Karakteristik Topografi Pengguna Air
Kontur
Wilayah Penggunaan lahan Bersih

Persyaratan Air Bersih


Bau
Persyaratan Rasa Analisis Sumber
Fisik Kekeruhan Air Bersih
Warna
Analisis
Kebijakan
Sistem Penyediaan
Letak sumber air
Sumber Air
Macam-macam sumber air Analisis Kualitas

Kehilangan Air Bersih


Jumlah air yang hilang
Kebocoran Letak kebocoran
Pipa Jumlah air yang diterima
Analisis Analisis Potensi
Jumlah air yang disalurkan Kehilangan Air dan Masalah

Tingkat
Sistem Distribusi
Jenis pipa
Pelayanan
Jaringan Ukuran pipa Analisis Jaringan
Perpipaan Letak dan persebaran pipa Perpipaan
Pola perpipaan
Jenis Pengaliran gravitasi
Pengaliran pompa
Pengaliran Pengaliran campuran Analisis SWOT
Analisis Fasilitas
Fasilitas Pelengk ap Pelengkap
Rencana
Hidran
Persebaran Brankran Pengembangan
dan Kondisi Valve Sistem
reservoir
Analisis Penyediaan Air
Kelembagaan
Kelembagaan
Peran dan Fungsi PDAM

Analisis Cakupan
Kebutuhan Air Bersih Pelayanan
Pemakaian air bersih
Domestik
Jumlah air yang
dan Non
tersalurkan Analisis Proyeksi Kemampuan
Domestik
Kapasitas reservoir Kebutuhan Air PDAM
Bersih menyediakan air
bersih di masa
mendatang

INPUT ANALISIS OUTPUT

Gambar 3. 1 Kerangka Analisis


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah


Wilayah studi yang akan dibahas dalam Studio Perencanaan Permukiman Kota
2021 ini adalah Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Menurut
data dari BPS pada tahun 2021, Kelurahan Tunjungsekar merupakan salah satu kelurahan
yang berada di Kecamatan Lowokwaru. Berikut adalah penjelasan gambaran umum
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, dan Kota Malang.
4.1.1 Gambaran Umum Kota Malang
Menurut Kota Malang Dalam Angka 2021, Kota Malang merupakan salah satu
kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kota
Malang terletak di tengah–tengah wilayah Kabupaten Malang atau secara astronomis
terletak pada posisi 112.06º - 112.07º Bujur Timur dan 7.06º - 8.02º Lintang Selatan. Luas
wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 dan terbagi kedalam lima kecamatan. Rincian
luas wilayah Kota Malang berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada lampiran 24.
Dapat diketahui bahwa Kota Malang terbagi dalam 5 kecamatan. Dari lima
kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi 57 kelurahan, 551 RW dan 4.235 RT. Kecamatan
yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Kedungkandang dengan persentase 36 persen
dan Kecamatan yang memiliki wilayah terkecil adalah Klojen dengan persentase 8 persen.
Karena terletak di tengah-tengah Kabupaten Malang, maka semua batas wilayah Kota
Malang berbatasan dengan kecamatan-kecamatan di Kabupaten Malang. Berikut
merupakan batas-batas wilayah Kota Malang.
Sebelah utara : Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang.
Sebelah timur : Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
Sebelah selatan : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.
Sebelah barat : Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Menurut Kota Malang Dalam Angka 2021, Kota Malang memiliki jumlah
penduduk total sebanyak 843.810 jiwa. Laju pertumbuhan di Kota Malang sebesar 0,28
persen dengan kepadatan penduduk 7.667 jiwa/km2.
Dapat diketahui bahwa jumlah penduduk total di lima kecamatan di Kota Malang
adalah 843.810 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan
Kedungkandang dengan jumlah penduduk sebanyak 207.428 jiwa. Sedangkan kecamatan
dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Klojen dengan jumlah
penduduk 94.112 jiwa. Rincian jumlah penduduk Kota Malang berdasarkan kecamatan
tahun 2020 dapat dilihat pada lampiran 25.
Berdasarkan Kota Malang Dalam Angka 2021, Kota Malang berada pada
ketinggian 445-526 meter di atas permukaan laut, dengan salah satu lokasi tertinggi adalah
Pegunungan Buring yang terletak di sebelah Timur Kota Malang. Menurut Statistik Daerah
Kota Malang 2020, pengamatan unsur iklim di Kota Malang dicatat di Stasiun Ciliwung,
Stasiun Kedungkandang dan Stasiun Sukun. Jumlah Curah Hujan di Stasiun Klimatologi
Sukun yang terjadi selama tahun 2019 sebesar 1.630 mm. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan April, yaitu sebesar 523 mm, demikian juga pada bulan Maret curah hujan
relatif tinggi mencapai 375 mm.
Peta 4. 1 Peta Administrasi Kota Malang
4.1.2

Gambaran Umum Kelurahan Tunjungsekar


A. Karakteristik Geografis
Kelurahan Tunjungsekar merupakan satu dari 12 kelurahan yang ada di
Kecamatan Lowokwaru. Kelurahan Tunjungsekar memiliki 8 RW dan 73 RT dengan luas
wilayah sebesar 1,87 km2. Batas-batas wilayah Kelurahan Tunjungsekar yaitu:
Sebelah Utara : RW 04 dan RW 07 yang berbatasan langsung dengan Kelurahan
Tasikmadu serta Kecamatan Blimbing
Sebelah Timur : RW 01 dan RW 05 yang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Blimbing dan Kelurahan Mojolangu
Sebelah Selatan : RW 08 yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Mojolangu
Sebelah Barat : RW 06 yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Tunggulwulung
Peta 4. 2 Peta Administrasi Kelurahan Tunjungsekar
B. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan kenampakan permukaan alam yang disebabkan
oleh adanya perbedaan ketinggian antar dua tempat. Berikut merupakan klasifikasi
kemiringan lereng Kelurahan Tunjungsekar:
Tabel 4. 1 Kemiringan Lereng Kelurahan Tunjungsekar
Kemiringan Lereng Keterangan Luas (m2) Persentase
0-2% Datar 942.442 51,96%
2-5% Landai 871.450 48,04%
Jumlah 1.813.892 100%
Sumber: Survei Sekunder, 2021
Tingkat kemiringan lereng di Kelurahan Tunjungsekar terbagi menjadi dua, yaitu
kemiringan lereng 0-2% dan 2-5%. 51,96% kemiringan lereng di Kelurahan Tunjungsekar
memiliki kemiringan 0-2% dengan total luas 942.442 m2. Sementara itu, 48,04% lainnya
memiliki kemiringan 2-5% dengan luas 871.450 m2 .
Peta 4. 3 Peta Kemiringan Lereng Kelurahan Tunjungsekar
C. Karakteristik Penggunaan Lahan
1. Perumahan
Menurut UU No. 4 Tahun 1992, perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana lingkungan. Berikut adalah rincian luasan lahan perumahan
setiap RW di Kelurahan Tunjungsekar:
Tabel 4. 2 Luas Lahan Perumahan Setiap RW
RW Luas Lahan (m2) Persentase (%)
01 83.686 7,12
02 183.518 15,62
03 113.993 9,70
04 261.693 22,27
05 776.268 6,61
06 142.040 12,09
07 221.397 18,84
08 91.027 7,75
TOTAL 1.174.972 100%
Sumber: Hasil Survei Primer, 2021
Berdasarkan tabel di atas, total luas lahan perumahan di Kelurahan Tunjungsekar
adalah 1.174.972 m2. Lahan perumahan terluas terletak di RW 04 yaitu seluas 261.693 m 2
atau 22,27%. Sedangkan lahan perumahan terkecil berada pada RW 05 yaitu seluas 6,61%.
2. Sarana
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pembangunan
Sarana dan Prasarana Industri, sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai suatu maksud atau tujuan. Berikut adalah rincian luasan lahan sarana
setiap jenis sarana di Kelurahan Tunjungsekar:
Tabel 4. 3 Luas Lahan Sarana Setiap Jenis Sarana
Jenis Sarana Luas Lahan (m2) Persentase (%)
Pemerintahan dan Pelayanan Umum 2.399 16,50
Pendidikan dan Pembelajaran 64.351 31,99
Kesehatan 2.492 1,24
Peribadatan 12.793 6,18
Perdagangan dan Jasa 46.583 23,16
Kebudayaan dan Rekreasi 3.271 1,63
Ruang Terbuka Hijau, Taman, dan Lapangan
12.427 12,46
Olahraga
Industri dan Pergudangan 13.793 6,86
TOTAL 201.162 100%
Sumber: Hasil Survei Primer (2021)
Berdasarkan table di atas, total luas lahan sarana di Kelurahan Tunjungsekar
adalah 201.162 m2. Penggunaan lahan sarana yang terluas adalah sarana pendidikan dan
pembelajaran yaitu sebesar 31,99%. Sedangkan sarana yang menggunakan lahan paling
kecil adalah sarana kebudayaan dan rekreasi yaitu seluas 1,63%.
Peta 4. 4 Peta Tata Guna Lahan Kelurahan Tunjungsekar
D.

Kependudukan
Kelurahan Tunjungsekar memiliki jumlah penduduk sebanyak 17.751 jiwa yang
tersebar di delapan RW (Survei primer, 2021). Sedangkan jumlah KK yang ada di
Kelurahan Tunjungsekar ada sebanyak 4.470 KK. Berikut adalah jumlah penduduk di
Kelurahan Tunjungsekar:
Tabel 4. 4 Jumlah Penduduk Kelurahan Tunjungsekar Per Desember 2020
Jumlah
RW Pendudu
k
1 2243
2 4361
3 2060
4 2628
5 2047
6 2217
7 1189
8 1006
Jumla
17751
h
Sumber: Survei Sekunder, 2021

4.2 Gambaran Umum Pelayanan Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar


Standar sistem penyediaan air bersih di perkotaan adalah menggunakan sistem
penyediaan air bersih komunal. Sistem penyediaan ini dikelola oleh lembaga PDAM.
PDAM menggunakan sistem penyediaan perpipaan untuk melayani kebutuhan air bersih
masyarakat.
4.2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Perkotaan (PDAM)
Standar sistem penyediaan air bersih di perkotaan adalah menggunakan sistem
penyediaan air bersih komunal. Sistem penyediaan ini dikelola oleh lembaga PDAM.
PDAM menggunakan sistem penyediaan perpipaan untuk melayani kebutuhan air bersih
masyarakat.
1. Sumber Baku
Sumber air baku PDAM yang mengaliri Kelurahan Tunjungsekar berasal dari
empat sumber. Sumber Wendit II dan Wendit III (+428 mdpl) berupa air permukaan dan
berada di Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang dengan produksi air
baku mencapai 310,92 L/detik dan 353,41 L/detik. Sumber Wendit II dan Wendit III
mentransmisikan air baku secara pompanisasi ke reservoir Mojolangu (+489 mdpl) yang
memiliki kapasitas 4200 m3 menggunakan pipa transmisi ISP 600 mm – 300 meter dan ISP
500 mm – 2.700 meter. Sumber Karangan (+721 mdpl) merupakan mata air yang berada di
desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dengan produksi air baku
sebesar 30,05 L/detik. Sumber Banyuning (+938 mdpl) berupa mata air dan berada di Desa
Punten, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan produksi air baku sebesar 19,54 L/detik.
Sumber Banyuning dan Karangan mentransmisikan air baku secara gravitasi ke reservoir
Bangkon (+605 mdpl) yang berkapasitas 750 m3 menggunakan pipa transmisi berukuran 12
dim jenis PVC dan 8 dim jenis DPIC.
Tabel 4. 5 Sumber Air Baku Kelurahan Tunjungsekar
N Debit (L/detik) Sistem
Sumber Lokasi Elevasi
o 2014 2021 Pengaliran
Ds. Donowarih, Kec. Karangploso,
1. Karangan 29,54 30,05 721 Gravitasi
Kab. Malang
Ds. Mangliawan, Kec. Pakis, Kab.
2. Wendit II 320,57 310,92 428 Pompanisasi
Malang
Ds. Mangliawan, Kec. Pakis, Kab.
3. Wendit III 164,46 353,41 427 Pompanisasi
Malang
4. Banyuning Ds. Punten, Kec. Bumiaji, Kota Batu 65,58 19,54 938 Gravitasi
Sumber: PDAM, 2021
Tabel 4. 6 Kontribusi Sumber Air Baku terhadap PDAM Kelurahan Tunjungsekar
Persentase Kontribusi
Sumber Air Baku Lokasi
2014 2021
Karangan, Wendit II, Wendit III Kabupaten Malang 85,6% 97,3%
Banyuning Kota Batu 14,4% 2,7%
Sumber: PDAM, 2021
Tabel 4. 7 Lokasi Resevoir Kelurahan Tunjungsekar Tahun 2014 dan 2021
No Lokasi Volume (m3) Elevasi
1.
Mojolangu I 850
2.
Mojolangu II 850
489
3.
Mojolangu III 1.500
4.
Mojolangu IV 1.000
5.
Bangkon 750 605
Total 4.950
Sumber: PDAM Kota Malang, 2014 dan PDAM Kota Malang, 2021
AIR BAKU
SUMBER WENDIT II SISTEM PENGALIRAN
KABUPATEN MALANG
RESERVOIR
KAPASITAS: POMPANISASI MOJOLANGU I
310,92 L/detik
TANDON RESERVOIR
AIR BAKU MOJOLANGU MOJOLANGU II
SUMBER WENDIT III
KABUPATEN MALANG SISTEM PENGALIRAN RESERVOIR
MOJOLANGU III
KAPASITAS:
353,41 L/detik POMPANISASI
RESERVOIR
MOJOLANGU IV
AIR BAKU
SUMBER KARANGAN
KOTA BATU

KAPASITAS: SISTEM PENGALIRAN


30,05 L/detik
POMPANISASI
AIR BAKU
SUMBER BANYUNING RESERVOIR
KOTA BATU SISTEM PENGALIRAN BANGKON

KAPASITAS:
19,54 L/detik GRAVITASI
Gambar 4. 1 Skema Cakupan Wilayah Pelayanan Reservoir Kelurahan Tunjungsekar
Sumber: Dokumen PDAM, 2021

Dari data tersebut, persentase kontribusi sumber air Kota Batu melalui sumber
Banyuning terhadap PDAM semakin menurun. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi
sumber Banyuning mengalami penurunan. Berkurangnya produksi air di sumber
Banyuning disebabkan karena degradasi lahan di sekitar sumber air yang seharusnya
dijadikan tempat konservasi sumber daya air [ CITATION War20 \l 1033 ]. Rincian
kondisi sumber air baku (lokasi, sistem, dan debit) Kota Malang dapat dilihat pada
lampiran 26.
Peta 4. 5 Peta Sumber Air Baku ke Reservoir
2.

Sistem Distribusi
Kelurahan Tunjungsekar menggunakan dua reservoir. Air dari sumber Banyuning
dan Karangan dialirkan ke reservoir Bangkon yang terletak di Desa Pendem, Kecamatan
Junrejo, Kabupaten Malang. Reservoir Bangkon memiliki kapasitas 750 m 3 dengan elevasi
605 mpdl. Air dari reservoir Bangkon kemudian didistribusikan ke pengguna di Kelurahan
Tunjungsekar dengan sistem gravitasi menggunakan pipa distribusi berukuran 8 dim jenis
PVC melalui Jl. Karyawiguna, Jl. Akordion, lalu ke Jl. Ikan Gurami dengan pipa PVC
ukuran 4 dim. Selain itu air dari sumber Wendit II dan Wendit III dialirkan ke reservoir
Mojolangu yang terletak di Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Reservoir Mojolangu memiliki kapasitas 4200 m3 dan memiliki elevasi 489 mdpl. Air dari
reservoir Mojolangu didistribusikan ke pengguna di Kelurahan Tunjungsekar dengan
sistem pompanisasi menggunakan pipa distribusi berukuran 8 dim jenis PVC melalui Jl.
Ikan Tombro.
Pada tahun 2014, dapat diketahui bahwa ukuran pipa bervariasi, mulai dari 2 dim
hingga 20 dim. Terdapat 64,5% jalan yang sudah memiliki jaringan perpipaan atau 338
dari 524 jalan. Sementara itu, pada tahun 2020, dapat diketahui bahwa ukuran pipa
bervariasi, mulai dari 0.5 dim hingga 8 dim. Terdapat 100% jalan yang sudah memiliki
jaringan perpipaan atau 524 jalan. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan ketersediaan jaringan perpipaan di Kelurahan Tunjungsekar sebesar 35,5%
dalam kurun waktu tujuh tahun. Rincian sistem distribusi air bersih Kelurahan
Tunjungsekar Tahun 2021 dan 2014 dapat dilihat pada lampiran 27 dan lampiran 28.
Rincian persebaran pola perpipaan Kelurahan Tunjungsekar dapat dilihat pada lampiran
37.
Tabel 4. 8 Sistem Distribusi Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar 2021
RW Bahan Pipa Ukuran Pipa (dim)
01 31% GP, 55% PVC, 14% PE 0,7 , 2, 8
02 14% GP, 43% PVC, 43% PVC 0,5, 0,7, 2, 3, 4, 6, 8
03 29% GP, 52% PVC, 19% PE 0,5, 2, 3, 8
04 24% GP, 44% PVC, 32% PE 0,5, 2, 3, 4, 6
05 17% GP, 61% PVC, 22% PE 0,5, 2, 3
06 55% PE, 45% PVC 0,5, 2, 3, 4
07 13% PE, 87% PVC 2, 3, 4
08 19% PE, 81% PVC 2, 3, 4, 6
Sumber: SHP PDAM, 2021
Tabel 4. 9 Persebaran Pola Perpipaan Kelurahan Tunjungsekar
Pola Jaringan Lokasi
Perpipaan RW Nama Jalan
Melingkar Jl. Piranha Atas Selatan, Jl. Ters. Ikan Nus I, Jl. Piranha Atas Selatan I, Jl.
RW 1 Piranha Atas Selatan IA, Jl. Piranha Atas Selatan II, Jl. Piranha Atas
(Loop)
Selatan III, Jl. Piranha Atas Selatan IV, Jl. Mustika Piranha Residence
Jl. Ikan Bandeng, Jl. Ikan Teri, Jl. Ikan Tengiri, Jl. Ikan Duyung, Jl. Ikan
RW 3
Cumi-Cumi, Jl. Ikan Gurita
RW 4 Jl. Ikan Arwana, Jl. Ikan Arwana I A, Jl. Ikan Arwana I B, Jl. Ikan Arwana
I C, Jl. Ikan Arwana I D, Jl. Ikan Arwana I E, Jl. Ikan Arwana II, Jl. Ikan
Arwana II A, Jl. Ikan Arwana II B, Jl. Ikan Arwana II C, Jl. Ikan Arwana II
D, Jl. Ikan Tombro Barat A, Jl. Ikan Tombro Barat B, Jl. Ikan Tombro
Barat C, Jl. Ikan Tombro Barat D, Jl. Ikan Tombro Barat E, Jl. Pesona Ikan
Tombro I, Jl. Pesona Ikan Tombro II
Jl. Ikan Mujair IV, Jl. Ikan Mujair III, Jl. Ikan Mujair II, Jl. Ikan Mujair
RW 7 Dalam, Jl. Ikan Mas Raya, Jl. Ikan Mas I, Jl. Ikan Mas II, Jl. Ikan Mas III,
Jl. Ikan Mas IV, Jl. Ikan Mas V
Jl. Ikan Paus, Jl. Ikan Paus V, Jl. IkanPaus VI, Jl. Ikan Paus VII, Jl. Ikan
Paus VIII, Jl. Ikan Layur, Jl. Taman Borobudur Selatan, Jl. Taman
RW 8
Borobudur Tengah, Jl. Taman Borobudur Utara, Jl. Taman Borobudur, Jl.
Taman Borobudur Barat
Percabangan Gg. 2b, Gg. 2c, Gg. 2d, Jl. Ikan Hiu III, Jl. Ikan Hiu III A, Jl. Ikan Lodan,
Jl. Ikan Lodan Gg.1, Jl. Ikan Lodan Gg.2, Jl. Ikan Piranha Atas, Jl. Ikan
(Branch)
Piranha Atas B, Jl. Ikan Piranha Atas B I, Jl. Ikan Piranha Atas B II, Jl.
Ikan Piranha Atas B II, Jl. Ikan Piranha Atas B II Gg.1, Jl. Ikan Piranha
Atas B III, Jl. Ikan Piranha Atas C I, Jl. Ikan Piranha Atas C I Gg. 1, Jl.
Ikan Piranha Atas C II, Jl. Ikan Piranha Atas C II, Jl. Ikan Piranha Atas Gg.
IV, Jl. Ikan Piranha Atas Gg. IV, Jl. Ikan Piranha Atas Gg. IV A, Jl. Ikan
RW 1 Piranha Atas Gg. V, Jl. Ikan Piranha Atas Gg. VI, Jl. Ikan Piranha Atas Gg.
VI A, Jl. Ikan Piranha Atas Gg. VIA, Jl. Ikan Piranha Atas III, Jl. Ikan
Piranha Atas IV A, Jl. Ikan Piranha Atas IV B, Jl. Ikan Piranha IV, Jl.
Piranha Atas I, Jl. Piranha Atas I A, Jl. Piranha Atas I Gg. 1, Jl. Piranha
Atas I Gg. 2, Jl. Piranha Atas I Gg. 3, Jl. Piranha Atas II, Jl. Piranha Atas II
AJl. Piranha Atas II B, Jl. Piranha Atas II C, Jl. Piranha Atas II D, Jl.
Piranha Atas Selatan I B, Jl. Piranha Atas Selatan V A, Jl. Piranha Atas
Selatan VI, Jl. Piranha Atas Selatan VII, Jl. Piranha Atas Selatan VIII
JL. Gurita, JL. Gurita IA, JL. Ikan Belida IV, JL. Ikan Layur, JL. Ikan
Layur I, JL. Ikan Layur II, JL. Ikan Layur IIA, JL. Ikan Layur IV, JL. Ikan
Nus I, JL. Ikan Nus II, JL. Ikan Nus IIA, JL. Ikan Nus IIB, JL. Ikan Nus
IIC, JL. Ikan Nus IID, JL. Ikan Nus IIE, JL. Ikan Piranha Atas ID, JL. Ikan
Piranha Atas IE, JL. Ikan Piranha Atas IF, JL. Ikan Piranha Atas, JL. Ikan
Piranha Atas Gg. 220, JL. Ikan Piranha Atas Gg. XII, JL. Ikan Piranha Atas
Gg. XIV, JL. Ikan Piranha Atas Gg. XX, JL. Ikan Piranha Atas Gg. XX, JL.
Ikan Piranha Atas Gg. XX, JL. Ikan Piranha Atas IA, JL. Ikan Piranha Atas
IB, JL. Ikan Piranha Atas IC, JL. Ikan Piranha Atas IIA. JL. Ikan Piranha
Atas IIB, JL. Ikan Piranha Atas IIC, JL. Ikan Piranha Atas IIIA, JL. Ikan
Piranha Atas IIIB, Jl. Ikan Piranha Atas IIIC, JL. Ikan Piranha Atas IIID,
JL. Ikan Piranha Atas IIIE, JL. Ikan Piranha Atas IIIF, JL. Ikan Piranha
Atas IIIG, JL. Permata Borobudur, JL. Perum Permata Borobudur, JL.
Piranha Atas Sel., JL. Piranha Atas Sel. IA, JL. Piranha Atas Sel. IV, JL.
RW 2 Piranha Atas Selatan I, JL. Simp. Piranha Atas, JL. Simp. Piranha Atas Gg.
1, JL. Simp. Piranha Atas Gg. 13, JL. Simp. Piranha Atas Gg. 13, JL. Simp.
Piranha Atas Gg. 2, JL. Simp. Piranha Atas IA, JL. Simp. Piranha Atas IH,
JL. Simp. Piranha Atas II, JL. Simp. Piranha Atas IIA, JL. Simp. Piranha
Atas IIA Gg, 1, JL. Simp. Piranha Atas IIA Gg, 2, JL. Simp. Piranha Atas
IIB, JL. Simp. Piranha Atas IIC, JL. Simp. Piranha Atas IID, JL. Simp.
Piranha Atas IIE, JL. Simp. Piranha Atas IIF, JL. Simp. Piranha Atas IIG,
JL. Simp. Piranha Atas IIH, JL. Simp. Piranha Atas III, JL. Simp. Piranha
Atas IIIA, JL. Simp. Piranha Atas IIIC, JL. Simp. Piranha Atas IIID, JL.
Simp. Piranha Atas IIIE, JL. Simp. Piranha Atas IIJ, JL. Simp. Piranha Atas
IIK, JL. Simp. Piranha Atas IVA, JL. Simp. Piranha Atas IVB, JL. Simp.
Piranha Atas IVC, JL. Simp. Piranha Atas IVD, JL. Simp. Piranha Atas
IVE, JL. Simp. Piranha Atas IVF, JL. Simp. Piranha Atas IVG, JL. Taman
Borobudur Agung, JL. Ters. Ikan Nus I, JL. Terusan Ikan Nus, JL. Terusan
Ikan Piranha Atas Gg. I, Jl. Terusan Piranha Atas A I
RW 3 Jl. Kepiting 1, Jl. Kepiting 2, Jl. Kepiting 2 A, Jl. Kepiting 2 B, Jl. Terusan
Ikan Piranha Atas, Jl. Terusan Ikan Piranha Atas 1, Jl. Terusan Piranha
Atas, Jl. Terusan Piranha Atas 1, Jl. Terusan Piranha Atas 2, Jl. Terusan
Piranha Atas 3, Jl. Terusan Piranha Atas 4, Jl. Terusan Piranha Atas 4 A, Jl.
Terusan Piranha Atas 4 B, Jl. Terusan Piranha Atas 5, Jl. Terusan Piranha
Atas 6, Jl. Terusan Piranha Atas 6 A, Jl. Terusan Piranha Atas 7, Jl.
Terusan Piranha Atas 8, Jl. Terusan Piranha Atas 9, Jl. Terusan Piranha
Atas A, Jl. Terusan Piranha Atas B, Jl. Terusan Piranha Atas Blok B, Jl.
Terusan Piranha Atas Blok B 1, Jl. Terusan Piranha Atas Blok B 2, Jl.
Terusan Piranha Atas Blok B 3, Jl. Terusan Piranha Atas Blok B 4, Jl.
Terusan Piranha Atas Blok C, Jl. Terusan Piranha Atas Blok C 1, Jl.
Terusan Piranha Atas Blok C 2, Jl. Terusan Piranha Atas Blok C 3, Jl.
Terusan Piranha Atas Gg. I, Jl. Terusan Piranha Atas Gg. II, Jl. Terusan
Piranha Atas Gg. II A, Jl. Terusan Piranha Atas Gg. III, Jl. Terusan Piranha
Atas Gg. IV, Jl. Terusan Piranha Atas Gg. V, Jl. Terusan Piranha Atas Gg.
VI, Jl. Villa Tunjungsekar 1, Jl. Villa Tunjungsekar 2
Jl. Gg. Abduh Muchid, Jl. Gg. Abduh Muchid I, Jl. Ikan Arwana II E, Jl.
Ikan Arwana II F, Jl. Ikan Arwana III, Jl. Ikan Arwana IV, Jl. Ikan Arwana
IV A, Jl. Ikan Arwana V, Jl. Ikan Tombro, Jl. Ikan Tombro A, Jl. Ikan
Tombro Barat, Jl. Ikan Tombro Barat IX, Jl. Ikan Tombro Barat A 1, Jl.
Ikan Tombro Barat I, Jl. Ikan Tombro Barat II, Jl. Ikan Tombro Barat III,
Jl. Ikan Tombro Barat IV, Jl. Ikan Tombro Barat V, Jl. Ikan Tombro Barat
VI, Jl. Ikan Tombro Barat VII, Jl. Ikan Tombro Barat XI, Jl. Ikan Tombro
Barat XIII, Jl. Ikan Tombro Barat XIV, Jl. Ikan Tombro Barat XV, Jl. Ikan
Tombro Barat XVI, Jl. Ikan Tombro Barat XVII, Jl. Ikan Tombro Barat
XVIII, Jl. Ikan Tombro Barat XXI, Jl. Ikan Tombro Gg. I, Jl. Ikan Tombro
Gg. I A, Jl. Ikan Tombro Gg. IV, Jl. Ikan Tombro Gg. Kali, Jl. Ikan
Tombro Gg. Kali I, Jl. Ikan Tombro Gg. Kali II, Jl. Ikan Tombro Gg. Kali
II A, Jl. Ikan Tombro I, Jl. Ikan Tombro II, Jl. Ikan Tombro III, Jl. Ikan
Tombro IV, Jl. Ikan Tombro IV A, Jl. Ikan Tombro IV B, Jl. Ikan Tombro
IV C, Jl. Ikan Tombro IV D, Jl. Ikan Tombro IV E, Jl. Ikan Tombro IV F,
Jl. Ikan Tombro IV G, Jl. Ikan Tombro IX, Jl. Ikan Tombro IX A, Jl. Ikan
Tombro Sel. 2 A, Jl. Ikan Tombro Sel. II, Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah,
RW 4 Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah I, Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah III, Jl.
Ikan Tombro Tengah Sawah IV, Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah Terusan,
Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah Terusan II, Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah
Terusan III, Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah Terusan IV, Jl. Ikan Tombro
Tengah Sawah Terusan I, Jl. Ikan Tombro Tengah Sawah Terusan V, Jl.
Ikan Tombro Timur, Jl. Ikan Tombro Timur I, Jl. Ikan Tombro Timur II, Jl.
Ikan Tombro Timur III, Jl. Ikan Tombro Timur III A, Jl. Ikan Tombro
Timur IV, Jl. Ikan Tombro Timur IX, Jl. Ikan Tombro Timur V, Jl. Ikan
Tombro Timur VI, Jl. Ikan Tombro Timur VII, Jl. Ikan Tombro Timur
VIII, Jl. Ikan Tombro Timur X, Jl. Ikan Tombro Timur XI, Jl. Ikan Tombro
Timur XII, Jl. Ikan Tombro Timur XIII, Jl. Ikan Tombro Timur XIV, Jl.
Ikan Tombro V, Jl. Ikan Tombro VI, Jl. Ikan Tombro VII, Jl. Ikan Tombro
VIII, Jl. Ikan Tombro X, Jl. Ikan Tombro XI, Jl. Ikan Tombro XII, Jl. Ikan
Tombro XII A, Jl. Ikan Tombro XII B, Jl. Ikan Tombro XIII, Jl. Ikan
Tombro XIV, Jl. Ikan Tombro XV, Jl. Ikan Tombro XVI, Jl. Ikan Tombro
XVII, Jl. Ikan Tombro XVIII, Jl. Pesona Ikan Tombro III, Jl. Pesona Ikan
Tombro IV, Jl. Pesona Ikan Tombro IV A, Jl. Pesona Ikan Tombro V, Jl.
Pesona Ikan Tombro VI
Jl. Ikan Hiu, Jl. Ikan Hiu A, Jl. Ikan Hiu B, Jl. Ikan Hiu I, Jl. Ikan Hiu II, Jl.
Ikan Hiu II A, Jl. Ikan Hiu II B, Jl. Ikan Hiu III, Jl. Ikan Hiu IV, Jl. Ikan
Hiu IV B, Jl. Ikan Layur, Jl. Ikan Lodan, Jl. Ikan Lodan A, Jl. Ikan Lodan
A I, Jl. Ikan Lodan I A, Jl. Ikan Lodan II, Jl. Ikan Lodan II A, Jl. Ikan
RW 5 Lodan III, Jl. Ikan Lodan III A, Jl. Ikan Lodan III B, Jl. Ikan Lodan IV, Jl.
Ikan Lodan V, Jl. Ikan Lodan VI, Jl. Ikan Lodan VIII, Jl. Ikan Paus I, Jl.
Ikan Paus V, Jl. Ikan Paus VI, Jl. Lodan II, Jl. TerusanIkan Hiu II, Jl.
Terusan Ikan Lodan A, Jl. Terusan Ikan Paus I, Jl. Vila Ikan Paus, Jl. Vila
Ikan Paus I, Jl. Vila Ikan Paus II, Jl. Vila Ikan Paus III
RW 6 Gg II, Gg. I, Gg. I A, Gg. I B, Gg. II C, Gg. III, Gg. III A, Gg. III B, Gg. III
C, Gg. III D, Gg. III F, Jl, Ikan Kakap Gg. I A, Jl. De Sapphire, Jl. Ikan
Gurame, Jl. Ikan Gurame Gang I A, Jl. Ikan Gurame Gang I B, Jl. Ikan
Gurame Gg. II, Jl. Ikan Gurami, Jl. Ikan Gurami A, Jl. Ikan Gurami Dalam,
Jl. Ikan Gurami Dalam A, Jl. Ikan Gurami Dalam C, Jl. Ikan Gurami Gg
III, Jl. Ikan Gurami Litle Kyoto, Jl. Ikan Kakap, Jl. Ikan Kakap 1 A, Jl. Ikan
Kakap 1 B, Jl. Ikan Kakap 1 C, Jl. Ikan Kakap 2 A, Jl. Ikan Kakap 2 B, Jl.
Ikan Kakap 2C, Jl. Ikan Kakap A, Jl. Ikan Kakap Gg. I, Jl. Ikan Kakap Gg.
I 1, Jl. Ikan Kakap Gg. I 2, Jl. Ikan Kakap Gg. I 3, Jl. Ikan Kakap Gg. I 4,
Jl. Ikan Kakap Gg. I A1, Jl. Ikan Kakap Gg. I B, Jl. Ikan Kakap Gg. II, Jl.
Ikan Kakap Gg. III, Jl. Ikan Kakap Gg. IV, Jl. Ikan Kakap Gg. V, Jl. Ikan
Kakap Gg. VI A, Jl. Ikan Kakap Gg. VI A1, Jl. Ikan Kakap Gg. VI A2, Jl.
Ikan Kakap Gg. VI B, Jl. Ikan Kakap Gg. VI C, Jl. Ikan Kakap Gg. VI D,
Jl. Ikan Kakap Gg. VI D1, Jl. Ikan Kakap Gg. VI E, Jl. Ikan Kakap Gg. VII,
Jl. Kiyai Yusuf, Jl. Perum Gurami Litle Kyoto, Jl. Perum Gurami Litle
Kyoto B, Jl. Perum Petra Island A, Jl. Sudimoro
Jl. Ikan Mas Buntu, Jl. Ikan Mas Utara, Jl. Ikan Mas V, Jl. Ikan Mas VI, Jl.
Ikan Mujair Dalam, Jl. Ikan Mujair I, Jl. Ikan Mujair Raya I, Jl. Ikan Mujair
RW 7
Raya II, Jl. Ikan Sepat III, Jl. Ikan Tombro Sel. II, Jl. Ikan Tombro Sel. IIA,
Jl. Simpang Ikan Mas, Jl. Simpang Ikan Mas, Jl. Simpang Ikan Mas II
Jl. Ikan Paus I, Jl. Ikan Paus II, Jl. Ikan Paus III, Jl. Ikan Paus IV, Jl. Simp
Borobudur II, Jl. Simpang Borobudur, Jl. Simpang Borobudur I, Jl.
RW 8
Simpang Borobudur Utara, Jl. Simpang Borobudur Utara IV, Jl. Simpang
Ikan Paus, Jl. Vila Ikan Paus
Sumber: SHP PDAM, 2021
Peta 4. 6 Peta Jaringan Perpipaan Kelurahan Tunjungsekar Tahun 2021
3.

Sistem Pengolahan Air Bersih PDAM


Kelurahan Tunjungsekar memiliki empat sumber air baku yaitu sumber Wendit II,
Wendit III, Karangan, dan Banyuning. Proses pengolahan air dari masing-masing sumber
berbeda-beda. Air baku dari sumber Wendit dialirkan menuju intake dan kemudian melalui
proses chlorinasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen serta mereduksi bau
air. Setelah melalui proses chlorinasi, air kemudian dipompa dan ditransmisikan ke
reservoir Mojolangu. Pada reservoir Mojolangu, air kembali melalui proses chlorinasi
kemudian dipompa dan didistribusikan ke pengguna. Air baku yang diperoleh dari sumber
Banyuning pertama-tama dialirkan ke bangunan perlindungan mata air (broncaptering) dan
kemudian ditransmisikan ke reservoir Bangkon. Pada reservoir Bangkon, air melalui
proses chlorinasi dan kemudian disistribusikan ke pengguna. Untuk air baku yang berasal
dari sumber Karangan, tahap pertama yang dilalui yaitu pengaliran air baku ke bangunan
perlindungan mata air (broncaptering). Di dalam bangunan penangkap air ini air baku
melalui proses chlorinasi dan kemudian dialirkan menuju reservoir Bangkon. Pada
reservoir Bangkon, air kembali melalui proses chlorinasi dan kemudian didistribusikan ke
pengguna.
Pompa
Sumber Wendit Intake Reservoir Mojolangu

Chlorinasi

Distribusi

Transmisi
Sumber Banyuning Broncaptering
Pengguna PDAM
Kelurahan Tunjungsekar
Distribusi
Reservoir Bangkon

Chlorinasi
Sumber Karangan Broncaptering

Chlorinasi

Gambar 4. 2 Sistem Pengolahan Air Bersih PDAM


Sumber: PDAM Kota Malang, 2021

4. Kualitas Air Bersih


Kualitas air bersih yang ideal adalah tidak berbau, tidak keruh atau berwarna,
serta tidak berasa. PDAM merupakan salah satu lembaga penyedia air bersih yang banyak
digunakan masyarakat Kelurahan Tunjungsekar. Skala pelayanan PDAM dapat pula
terlihat dari kualitas air bersih yang disediakannya baik saat musim hujan maupun musim
kemarau. Pada tahun 2014, kualitas air bersih PDAM di Kelurahan Tunjungsekar secara
keseluruhan sudah baik karena dari segi kualitas air bersihnya tidak berasa, keruh atau
berbau. Hanya ada 11 KK di RW 06 yang mengeluhkan air menjadi keruh saat musim
hujan. Sementara itu, berdasarkan hasil survei primer pada tahun 2021, terdapat 32
responden. 2 responden menyebutkan bahwa kondisi air bersih di Kelurahan Tunjungsekar
kering saat musim kemarau dan 2 responden lainnya menyebutkan bahwa kondisi air
bersih di Kelurahan Tunjungsekar berwarna saat musim hujan. Rincian kualitas air bersih
PDAM di Kelurahan Tunjungsekar tahun 2014 saat musim hujan dan kemarau dapat
dilihat pada lampiran 29.
5. Kelembagaan
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Malang merupakan Perusahaan Daerah milik
Pemerintah Kota Malang yang dipimpin oleh Direksi dan dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah pengawasan dan bertanggungjawab kepada Walikota. Dari tahun 2014
hingga 2021, PDAM telah mengalami pergantian direktur utama selama empat kali. Tahun
2014, direktur utama PDAM Kota Malang dipegang oleh HM. Jemianto. Tahun 2017,
posisi direktur utama PDAM Kota Malang digantikan oleh M. Nor Muhlas S.Pd., M.Si.
Selang satu tahun, posisi direktur utama digantikan oleh Anita Sari, S.H., M.H. pada tahun
2018. Kemudian, di tahun 2019 posisi direktur utama kembali dipegang oleh M. Nor
Muhlas S.Pd., M.Si. hingga saat ini. Rincian struktur kelembagaan PDAM Kota Malang
dapat dilihat pada lampiran 30.
6. Fasilitas Pelengkap
Fasilitas pelengkap air bersih berdasarkan ketentuan terdiri atas hidran, brankran,
valve, dan reservoir. Pada tahun 2014, Kelurahan Tunjungsekar memiliki 23 buah brankran
yang tersebar di RW 2,3,4,5,6,7, dan 8 serta 12 buah hidran yang tersebar di RW 1,2,4,6,
dan 8. Sementara itu, fasilitas pelengkap air bersih di Kelurahan Tunjungsekar pada tahun
2021 yang ditemukan adalah hidran, brankran, dan valve serta tidak ditemukan adanya
reservoir. Fasilitas-fasilitas pelengkap tersebut yaitu 4 buah hidran di RW 1, 2, 6 dan 8.
Lalu ada 17 buah brankran di RW 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8. Lalu ada 9 buah valve di RW 1, 2,
3, dan 8. Rincian data fasilitas pelengkap seperti hidran, brankran, dan valve di Kelurahan
Tunjungsekar tahun 2021 berada pada lampiran 31, lampiran 32, dan lampiran 33. Peta
fasilitas pelengkap blad A, B, C juga dapat dilihat pada lampiran 34, lampiran 35, dan
lampiran 36.
Tabel 4. 10 Fasilitas Pelengkap Tahun 2014 dan 2021
2014 2021
RW
Hidran Brankran Hidran Brankran Valve
01 1 - 1 1 1
02 1 4 1 2 1
03 - 3 - 1 2
04 2 3 - 2 -
05 - 1 - 1 -
06 7 2 1 - -
07 - 5 - 6 -
08 1 5 1 4 5
Total 12 23 4 17 9
Sumber: Dokumen LHS SPPK, 2014 dan Survei Primer, 2021
Peta 4. 7 Photomapping Fasilitas Pelengkap Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
4.3 Gambaran Umum Pemakaian Air (Jumlah Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar)
Jumlah pengguna air bersih menjelaskan jumlah bangunan yang menggunakan PDAM dan non PDAM serta bangunan bukan pengguna
air bersih. Jumlah pengguna air bersih ini terbagi menjadi dua. Pengguna yang dimaksud yaitu pengguna air bersih domestik dan jumlah
pengguna air bersih non domestik. Berikut rincian jumlah pengguna air bersih di Kelurahan Tunjungsekar pada tahun 2014 dan 2021.
Tabel 4. 11 Perbandingan Jumlah Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar 2014 dan 2021
2014 2021
Pengguna
Pengguna Pengguna Bukan
Bukan Pengguna Air
RW Jumlah Air Air Bersih Jumlah Pengguna
Pengguna Air Bersih Bersih
Bangunan Bersih Non Bangunan Air
Air Bersih PDAM Non
PDAM PDAM Bersih
PDAM
1 602 199 401 2 810 591 205 7
2 954 631 319 4 1239 673 536 15
3 473 320 151 2 558 413 144 2
4 1077 561 514 2 1193 684 535 2
5 542 291 249 2 623 469 151 2
6 674 230 443 1 1058 936 100 11
7 281 265 15 1 269 268 0 1
8 305 305 0 0 352 292 48 17
Total 4908 2802 2092 14 6102 4326 1719 57
Sumber: Dokumen LHS SPPK, 2014 dan PDAM Kota Malang, 2021
Jumlah Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Tahun 2014
0%

Pengguna Air Bersih PDAM


Pengguna Air Bersih Non PDAM
43% Bukan Pengguna Air Bersih

57%

Gambar 4. 3 Jumlah Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar Tahun 2014


Sumber: Dokumen LHS SPPK 2014

Jumlah Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar


Tahun 2021
1%

28% Pengguna Air Bersih PDAM


Pengguna Air Bersih Non PDAM
Bukan Pengguna Air Bersih

71%

Gambar 4. 4 Jumlah Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar Tahun 2021


Sumber: PDAM Kota Malang, 2021

Berdasarkan data PDAM, jumlah pengguna PDAM di Kelurahan Tunjungsekar


tahun 2021 mencapai 70,90% atau sebanyak 4326 dari 6102 bangunan, sedangkan jumlah
pengguna PDAM di Kelurahan Tunjungsekar tahun 2014 berdasarkan survei primer tahun
2014 adalah 57,09% atau sebanyak 2802 dari 4908 bangunan. Hal ini menunjukkan
komposisi pengguna PDAM tahun 2014 lebih rendah daripada pengguna PDAM tahun
2021. Peningkatan komposisi pengguna PDAM dari tahun 2014-2021 sebanyak 1524
pengguna atau 14%. Berdasarkan survei primer pada tahun 2021, alasan meningkatnya
komposisi pengguna PDAM ini adalah karena warga menilai air PDAM lebih bersih,
higienis, dan praktis.
Peta 4. 8 Peta Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar Tahun 2014
Peta 4. 9 Peta Pengguna Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar Tahun 2021
4.4 Pemakaian Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Setiap orang, tentunya memiliki jumlah pemakaian air bersih yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan setiap orang
yang tidak sama, setiap orang menggunakan air bersih untuk berbagai macam aktivitas. Air bersih tidak hanya digunakan ketika kita berada di
rumah saja, namun air bersih juga digunakan di berbagai sarana umum, seperti sarana kesehatan, sarana peribadatan, dll.
Tabel 4. 12 Pemakaian Air Bersih Kelurahan Tunjungsekar
Pemakaian Rata-Rata
Pemakaian Rata-Rata
Air Bersih Rata-Rata Pemakaian Kehilangan
Jumlah Air Bersih Pemakaian
Pelanggan Pemakaian Air Air Bersih Air Bersih
Jumlah Saluran / Pelanggan Air Bersih
RW PDAM Bersih Pelanggan Pelanggan PDAM
Bangunan Pelanggan PDAM Pelanggan
Terjual PDAM PDAM (Februari)
PDAM (Februari) PDAM
(Februari) (liter/rumah/hari) (liter/orang (liter)
(liter) (liter/hari)
(liter) /hari)
01 810
02 1239
03 558
04 1193
4.326 64.741.000 64.022.000 2.286.500 528,548 132,137 719.000
05 623
06 1058
07 269
08 352
Total 6102 4.326 64.741.000 64.022.000 2.286.500 528,548 132,137 719.000
Sumber: PDAM Kota Malang, 2021

Berdasarkan tabel di atas, pemakaian air di Kelurahan Tunjungsekar pada tahun 2021 bulan Februari adalah 64.022.000 liter. Rata-rata
pemakaian air bersih di Kelurahan Tunjungsekar pada tahun 2021 bulan Februari adalah 132,137 liter/orang/hari. Selain itu, pada tahun 2021
bulan Februari, terjadi kebocoran air di Kelurahan Tunjungsekar sebanyak 719.000 liter.
4.5 Inovasi
Inovasi air bersih yang dilakukan oleh PDAM salah satunya yaitu Zona Air
Minum Prima (ZAMP). ZAMP atau Zona Air Minum Prima adalah zona atau wilayah
khusus yang dirancang sebagai wilayah air siap minum atau lebih jelasnya air yang
disalurkan ke wilayah tersebut sudah memenuhi syarat untuk bisa diminum langsung tanpa
harus dimasak lebih dulu. Kelurahan Tunjungsekar telah memiliki ZAMP yaitu tepatnya di
SDN Tunjungsekar 1, SDN Tunjungsekar 3, SDN Tunjungsekar 5, SMP Negeri 11 Kota
Malang, dan Kantor Kelurahan Tunjungsekar. Pengadaan ZAMP ini merupakan salah satu
upaya untuk pengurangan sampah plastik terutama kemasan botol minuman [ CITATION
She19 \l 1033 ].
Rencana lokasi anjungan kran air siap minum (drinking water fountain) yang
disediakan Perumda Tugu Tirta Kota Malang adalah sekolah-sekolah secara bertahap.
Namun, rumah sakit dan beberapa dinas terkait juga membutukan ketersediaan ZAMP di
ruang publik tersebut. Pengadaan ZAMP masih dilakukan bertahap karena biaya
pengadaan ZAMP cukup mahal. Perubahan Peraturan Daerah (Perda) Kota Malang Nomor
11 Tahun 2019 tentang Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tugu Tirta Kota Malang
pada tanggal 27 Desember 2019 lebih mengoptimalkan potensi untuk membentuk dan
mengembangkan kegiatan usaha lainnya, tanpa mengesampingkan pelayanan prima kepada
pelanggan sebagai prioritas dengan cakupan yang lebih luas [CITATION PDA \l 14345 ].

Anda mungkin juga menyukai