Anda di halaman 1dari 31

Peran Kalsium dan Vitamin D pada

Pertumbuhan Tulang

Kelompok F3
Stephanie Vania Embang (102010188)
Nixon Irianto Sinurat (102010308)
Avena Athalia Alim (102011031)
Ayu Lestari Maduwu (102011097)
Aprianus Musa Dopong (102011156)
Agnes Borneo (102011164)
Franzeska Marchitia Dinar Pusparani (102011271)
Andy Oliver Bombing (102011282)
Abraham Bayu Theodoron (102011441)
Dona Yulianti (102011442)

Alamat Korespodensi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
email: franzeskadinar@yahoo.co.id
Page 1 of 31

Pendahuluan
Tulang dan otot merupakan komponen utama dalam pembentukan postur tubuh dan
alat gerak pada manusia. Tulang merupakan alat gerak pasif. Disebut alat gerak pasif karena
tulang hanya berperan dalam membentuk rangka tubuh, tempat pelekatan otot, menopang
massa tubuh, serta melindungi organ-organ tubuh dari berbagai serangan mekanik yang
berasal dari luar, namun tulang tidak mampu melakukan pergerakan. Tulang membutuhkan
otot-otot agar dapat bergerak. Itulah sebabnya, otot disebut sebagai alat gerak aktif. Berbeda
dengan tulang, otot dapat melakukan mekanisme kontraksi dan relaksasi, sehingga otot dapat
melakukan pergerakan. Walaupun demikian, pergerakan pada otot tidak dapat terlihat jika
tidak ada tulang. Tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang melipatgandakan
kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya menjadi
gerakan tubuh.1 Untuk itu, otot dan tulang bekerja serempak dan saling melengkapi agar
dapat berfungsi sebagai alat gerak. Selain itu, tulang juga berfungsi sebagai cadangan
kalsium, fosfat, dan ion lain, yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali
untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion penting ini di dalam cairan tubuh.
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antarsel berkapur, yaitu
matriks tulang, dan 3 jenis sel : osteosit yang terdapat di rongga-rongga (lakuna) di
dalam matriks, osteoblas yang menyintesis unsur organik matriks, dan osteoklas yang
merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi dan remodelling jaringan
tulang. Tulang merupakan salah satu jaringan ikat khusus yang aktif melakukan mitosis.
Aktivitas mitosis pada tulang paling tinggi terjadi pada anak-anak dan remaja yang sedang
mengalami pertumbuhan. Meskipun pada orang dewasa sudah tidak mengalami pertumbuhan
memanjang pada tulang, namun pertumbuhan tulang tidak berhenti total. Hal ini dapat
dibuktikan dari kemampuan tulang dalam melakukan perbaikan dan pertumbuhan kembali
(remodeling) pada fraktur tulang.
Makalah ini berisi mengenai struktur makroskopik tulang (Os. Femur), struktur
mikroskopik tulang panjang, metabolisme tulang, serta peran kalsium dan vitamin D dalam
proses remodeling tulang serta peningkatan kontraksi otot.
Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui
Tidak ada istilah yang tidak diketahui.
Rumusan Masalah
Seorang anak kecil mengalami patah tulang paha.
Page 2 of 31

Analisis Masalah

Makroskopik
Tulang Paha

Mikroskopis Tulang
Panjang

Struktur
Tulang

Seorang Anak Kecil


Mengalami Patah Tulang
Paha

Mekanisme Pertumbuhan
Tulang Panjang

Metabolisme
Tulang

Peran Kalsium dan


Vitamin D

Pusat Pertumbuhan Tulang


Panjang

Hipotesis
Kalsium dan vitamin D mempercepat pertumbuhan tulang pada fraktur tulang.

Pembahasan
Rangka pada manusia dewasa tersusun dari sekitar 206 tulang. Rangka digolongkan
menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendiaan antara tulang. Rangka aksial
terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada
Page 3 of 31

kepala, leher, dan torso. Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan,
tungkai, dan tulang pektoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan
dan tungkai pada rangka aksial. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.2
Komposisi jaringan tulang terdiri dari sel-sel osteosit, osteoblas, dan osteoklas.
Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar
dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium. Garam-garam tulang berada
dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang disebut hidroksiapatit. Pada tulang juga terdapat dua
jaringan tulang yaitu tulang cancellus (berongga) dan tulang kompak. Tulang kompak
tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang cancellus.
Sedangkan tulang cancellus tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang
bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk hjaringan-jaringan spikula dengan
rongga-rongga yang mengandung sumsum.2
Dalam tubuh manusia terdapat lima jenis utama tulang menurut bentuknya. Tulang
panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tidak beraturan, dan tulang sesamoid. Namun,
sesuai kasus, hanya tulang panjang yang akan dibahas.
Makroskopik Tulang Extremitas Inferior
Extermitas inferior khusus berfungsi untuk lokomosi, penopang beban dan
mempertahankan keseimbangan. Extermitas inferior terdiri dari 3 bagian:

Paha dengan femur yang menghubungkan panggul dengan lutut dan patella

Tungkai bawah dengan tibia dan fibula yang menghubungkan lutut dengan ossa
tarsi

Kaki dengan ossa tarsi, ossa metatarsi dan phalanx yang merupakan ujung distal
extermitas inferior

Os. Femur
Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat
tubuh dari os coxae kepada tibia sewaktu kita berdiri. Caput femuris menganjur ke arah
kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum.ujung proksimal
femur terdiri dari sebuah caput femuris, collum femoris dan dua trochanter, caput femoris dan
collum femoris membentuk sudut terhadap poros panjang corpus femoris. Sudut in bervariasi
dengan umur dan jenis kelamin. Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni cembung ke arah

Page 4 of 31

anterior. Ujung distal femur berakhir menjadi dua condylus yaotu epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ukir.3
Os. Tibia dan Os. Fibula
Tibia yang besar dan merupakan penyangga beban, proksimal bersendi dengan
condylus femur dan distal dengan talus. Foramen nutriens tibia yang paling besar pada
seluruh kerangka, terletak pada permukaan posterior bagian sepertiga proksimal tulang
tersebut. Canalis nutriens melintas cukup jauh ke arah distal dalam tulang sebelum memasuki
cavitas medullaris tibia.
Fibula yang ramping, terletak posterolateral dari tibia dan terutama berguna sebagai
tempat letak untuk otot dan tidak atau hanya sedikit berguna untuk menopang berat tubuh.
Corpus tibiae dan corpus fibulae dihubungkan oleh lembar membrana interossea cruris.3
Ossa Tarsi
Ossa tarsi terdiri dari tujuh buah tulang; talus, calcaneus, os cuboideum, os naviculare
dan tiga os cuneiforme. Hanya satu tulang, yakni talus, bersendi dengan tulang-tulang tungkai
bawah. Talus terdiri dari sebuah corpus talii, collum talii dan caput talii. Clcaneus adalah
tulang kaki yang paling besar dan paling kuat. Ke proksimal tulang ini bersendi dengan talus
dan ke arah anterior dengan os cuboideum. Bagian posterior calcaneus memiliki sebuah
tonjolan tuber calcanei dengan processus medialis tuberis calcanei, processus lateralis tuberis
calcanei dan processus anterior tuberis calcanei. Os naviculare terletak antara caput tali dan
os cuneiforme. Os cuboideum adalah tulang paling lateral pada baris ossa tarsal distal.3
Ossa Metatarsi
Ossa metatarsi terdiri dari lima ossa metatarsi yang diberi angka mulai dari sebuah
basis metatarsalis pada ujung proksimal, corpus metatarsalis dan caput metatarsalis pada
ujung distal. Basis metatarsalis I-V bersendi dengan os cuneiforme dan os cuboideum dan
caput metatarsale tersebut bersendi dengan phalanges proximales.3
Phalanges
Seluruhnya terdapat 14 phalanx; jari kaki pertama terdiri dari dua phalanx, keempat
jari kaki lainnya masing-masing terdiri dari tiga phalanx. Pada masing-masing phalanx dapat
dibedakan sebuah basis phalanges pada ujung proksimal, corpus phalanges dan caput
phalanges pada ujung distal. Phalanx pada jari pertama adalah pendek, lebar dan kuat.3
Page 5 of 31

Makroskopik Os. Femur

Gambar 1. Os. Femur Dextra Tampak Posterior


Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan
trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi
dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat
lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.
Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki
tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,
belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih
kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat
dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang.
Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista

Page 6 of 31

intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum


quadratum.4
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan
bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea
aspera.
Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah
sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus
medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis.
Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang
melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan
posteriornya, disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian
posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan
oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di
atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium
berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.4
Mikroskopik Tulang Panjang
Tulang atau osteon merupakan salah satu jaringan ikat khusus yang terdiri atas
matriks tulang (materi antarsel yang mengandung banyak kapur), osteosit (sel utama
penyusun tulang) yang terdapat dalam rongga-rongga (lakuna), serta osteoblas yang
mensintesis osteoklas yang merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi
dan remodelling jaringan tulang.
Osteoblas merupakan sel benih/cikal bakal tulang. Pada pengamatan dengan
mikroskop, sel-sel osteoblas dapat dijumpai pada permukaan tulang. Sel-sel osteoblas
memiliki bentuk kuboid-piramid dan ada juga yang berbentuk silindris pipih atau lembaran
mirip seperti sel epitel selapis. Osteoblas yang menetap pada permukaan tulang bentuknya
pipih yang dinamakan bone lining cells / resting osteoblast. 5 Osteoblas memiliki sitoplasma
basofil yang mampu menghasilkan protein dan proteoglikan yang tinggi. Osteoblas berfungsi
mensintesis dan mensekresi matriks organik tulang, mengatur perubahan elektrolit cairan
ekstraselular pada proses mineralisasi. Osteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen
organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan, dan glikoprotein). 1 Osteoblas memiliki
struktur sel yang sangat aktif mensintesis protein yang dikeluarkan selama sintesis matriks
Page 7 of 31

berlangsung. Komponen matriks disekresi pada permukaan sel yang berkontak dengan
matriks tulang yang lebih tua dan menghasilkan matriks yang baru (belum berkapur), yang
disebut osteoid (terletak di antara lapisan osteoblas dan tulang yang baru dibentuk.6 Proses ini
disebut aposisi tulang. Aposisi tulang diselesaikan dengan pengendapan garam-garam
kalsium ke dalam matriks tulang yang baru terbentuk. Osteoblas memiliki reseptor untuk
hormon paratiroid yang ketika hormon ini diaktifkan, osteoblas akan memproduksi sitokin
yang disebut faktor perangsang osteoklas.
Osteoblas yang telah dewasa dinamakan osteosit. Osteosit sudah tidak terletak pada
permukaan tulang, namun bermigrasi ke lamela-lamela matriks. Osteosit merupakan sel yang
sensitive terhadap tekanan mekanik, berperan dalam pemeliharaan massa dan struktur tulang.7
Masing-masing osteosit terletak dalam suatu rongga yang disebut lakuna. Osteosit berbentuk
kenari gepeng dan memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar, kompleks Golgi, serta
kromatin inti yang padat. Kanalikuli matriks silindris yang tipis mengandung tonjolantonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkontak melalui
gap junction, sehingga molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel. 1
Sejumlah molekul dan nutrien bertukar tempat dari osteosit dan pembuluh darah melalui
sejumlah kecil substansi ekstrasel yang terletak di antara osteosit dan matriks tulang.1
Osteoklas merupakan sel mortil bercabang yang sangat besar dan memiliki anak inti
berukuran besar dengan banyak anak inti di bagian badan sel yang melebar (kurang lebih 550 inti). Osteoklas berasal dari gabungan sel-sel sumsum tulang. 1 Osteoklas terletak dalam
lakuna Howship, yaitu suatu lekukan pada permukaan tulang yang terbentuk akibat kerja
enzim pada matriks. Osteoklas yang aktif membentuk lipatan-lipatan tidak beraturan pada
permukaan tulang berupa tonjolan-tonjolan yang terbagi-bagi lagi yang disebut batas
gelombang. Batas gelombang dikelilingi oleh zona sitoplasma atau disebut sebagai zona
terang yang banyak mengandung filamen aktin, namun tidak mengandung organela. Zona ini
adalah tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro
tempat terjadinya resorpsi tulang.1
Osteoklas mensekresi kolagenase dan enzim lain, serta memompa proton ke dalam
kantung subselular yang memudahkan pencernaan kolagen setempat dan melarutkan kristal
garam kalsium.1 Osteoklas merupakan sel makrofag yang merusak matriks tulang, melekat
pada permukaan tulang, memisahkan sel dengan matriks, dan menurunkan pH netral tulang
menjadi asam (pH=4). Keasaman ini akan melarutkan mineral dan merusak matriks sel
sehingga protease keluar. Aktivitas osteoklas dikendalikan oleh hormon dan sitokinin.

Page 8 of 31

Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin, yaitu suatu horman yang disekresikan oleh
hormon tiroid. Batas bergelombang sangat dipengaruhi oleh aktivitas osteoklas.
Pada matriks tulang banyak dijumpai kalsium dan fosfor, namun dapat ditemukan
juga bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium. Kalsium dan fosfor membentuk
kristal hidroksiapatit. Pada mikrograf elektron, kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai
lempengan yang terletak di samping serabut kolagen dan dikelilingi oleh substansi dasar. 1
Pada matriks tulang terdapat suatu lapisan yang disebut lapisan hidrasi, yaitu lapisan yang
terbentuk akibat adanya aktivitas hidrasi ion permukaan hidroksiapatit dengan selapis air di
sekitar kristal. Lapisan hidrasi berfungsi sebagai tempat pertukaran ion antara kristal dan
cairan tubuh. Pada matriks tulang juga ditemukan bahan organik, meliputi kolagen tipe I,
proteoglikan, dan beberapa glikoprotein struktural spesifik.1 Adanya gabungan mineral
dengan serat kolagen, memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang.1
Permukaan luar dan dalam tulang dilapisi oleh suatu jaringan yang mengandung selsel osteogenik, yaitu endosteum yang melapisi permukaan dalam dan periosteum pada
permukaan luar. Kedua lapisan ini berfungsi sebagai pemberi nutrisi kepada jaringan tulang
dan penyedia osteoblas baru untuk perbaikan dan pertumbuhan tulang. Periosteum tersusun
atas serat kolagen dan fibroblas. Berkas serat kolagen periosteum, yang disebut serat Sharpey,
memasuki tulang dan mengikat periosteum pada tulang.1 Lapisan dalam periosteum yang
lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel mirip fibroblas yang disebut sel
osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi
osteoblas.1 Sel osteoprogenitor sangat berperanan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan
tulang.
Kegiatan metabolit tulang dan pertukaran zat antara osteosit dengan kapiler darah
dilakukan melalui suatu saluran yang disebut kanalikuli, yaitu suatu saluran berupa celahcelah silindris halus yang menembus matriks. Pertukaran zat-zat pada tulang hanya dapat
melalui kanalikuli karena zat-zat tidak dapat berdifusi melalui matriks tulang yang telah
mengapur.
Pada potongan melintang tulang, dapat dilihat dua area yang berbeda. Ada area yang
padat tanpa rongga (tulang kompak) dan area yang dipenuhi oleh rongga-rongga yang saling
berhubungan (tulang spons). Pada daerah epifise di ujung membulat tulang panjang,
ditemukan susunan tulang spons yang dilapisi oleh tulang kompak. Namun, hampir seluruh
badan tulang panjang tersusun atau tulang kompak, hanya sedikit sekali dijumpai tulang
spons, yaitu pada permukaan dalam di sekitar sumsum tulang.

Page 9 of 31

Gambar 2. Morfologi Tulang Panjang


Pemeriksaan mikroskopik tulang memperlihatkan 2 variasi: tulang primer dan tulang
sekunder. Tulang primer tersusun atas serat kolagen halus yang tersusun secara acak dan
umumnya bersifat sementara yang nantinya akan digantikan oleh jaringan tulang sekunder
pada orang dewasa. Ciri lain tulang primer adalah memiliki kadar kalsium yang rendah dan
proporsi osteosit lebih banyak daripada osteosit pada tulang sekunder.
Berbeda dengan jaringan tulang primer, pada jaringan tulang sekunder ditemukan
serat-serat kolagen yang tersusun secara konsentris dalam lamela mengelilingi kanal vaskular.
Seluruh kompleks lamel tulang konsentrik mengelilingi suatu saluran yang mengandung
pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar, yang disebut sistem Havers atau osteon. 1
Sistem Havers dikelilingi oleh oleh substansi semen yang merupakan endapan materi amorf
dengan matriks bermineral dan mengandung sedikit serat kolagen. Di sekitar rongga sumsum
dan tepat di bawah periosteum ditemukan lamela sirkumferens. Di antara kedua sistem
sirkumferensial tersebut, terdapat banyak sistem Havers, termasuk kelompok lamela
berbentuk tak teratur yang disebut lamela intersisial. 1 Struktur ini merupakan lamela yang
tersisa dari sistem Havers yang dihancurkan selama pertumbuhan dan remodeling tulang
terjadi.
Setiap sistem Havers merupakan suatu silinder panjang, seringkali bercabang dua, dan
sejajar terhadap sumbu panjang diafisis.1 Saluran Havers banyak mengandung saraf,
pembuluh darah, dan jaringan ikat longgar pada bagian yang berlapis endosteum. Sistem ini
terdiri atas sebuah saluran di pusat yang dikelilingi oleh 4 hingga 20 lamela konsentris.

Page 10 of 31

Saluran Havers berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum, dan dengan sistem Havers
lain melalui saluran melintang yang disebut kanal Volkmann.
Diameter sistem Havers sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena jaringan tulang
selalu mengalami remodeling. Setiap sistem dibentuk oleh tumpukan lamela, dari luar ke
dalam sehingga sistem yang lebih muda memiliki kanal yang lebih besar.1 Pada sistem
Havers dewasa, lamela yang terbentuk terletak paling dekat dengan kanal sentral.1

Gambar 3. Sistem Havers

Jaringan Tulang Rawan


Tulang rawan adalah bentuk khusus jaringan ikat yang juga berasal dari mesenkim.
Serupa dari jaringan ikat, tulang rawan terdiri atas sel dan matriks ekstraseluler yang terdiri
dari serat jaringan ikat (fibrae textuum connectivorum) dan substantia fundamentalis (ground
substance). Berbeda dari jaringan ikat, tulang rawan bersifat nonvaskuler (avaskuler) dan
menerima makanan dengan difusi melalui matriks ekstraseluler.
Tulang rawan memperlihatkan kekuatan regang, membentuk penyokong structural
yang kuat bagi jaringan lunak, memberikan kelenturan tanpa distorsi, dan tahan terhadap
tekanan. Tulang rawan terutama terdiri dari sel yang disebut kondrosit (chondrocytus) dan
kondroblas (chondroblas) yang menyintesis matriks ekstraseluler. Terdapat tiga jenis tulang

Page 11 of 31

rawan dalam tubuh: hialin, elastic, dan fibrokartilago. Penggolongannya didasarkan pada
jumlah dan jenis serat jaringan ikat di dalam matriks ekstraseluler.1,8
Tulang rawan hialin
Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Pada embrio, tulang rawan hialin
berfungsi sebagai model kerangka bagi kebanyakan tulang. Seiring dengan pertumbuhan,
model tulang rawan secara bertahap diganti dengan tulang melalui proses yang disebut
osifikasi endokondral (ossification endochondralis). Pada orang dewasa, kebanyakan model
tulang rawan hialin telah diganti menjadi tulang, kecuali tulang rawan permukaan sendi,
ujung iga, hidung, laring, trakea, serta di bronki. Disini tulang rawan hialin menetap seumur
hidup dan tidak mengalami penulangan.
Tulang rawan elastic
Serupa dengan tulang rawan hialin, namun memiliki lebih banyak serat elastic(fibra
elastic) bercabang didalam matriksnya. Tulang rawan elastic bersifat sangat lentur dan
terdapat ditelinga luar, dinding tuba auditorius, epiglottis dan laring.1,8
Fibrokartilago
Ditandai dengan adanya berkas-berkas serat kolagen kasar yang padat dan tidak
teratur dalam jumlah besar. Berbeda dari tulang rawan hialin dan elastic, fibrokartilago terdiri
atas lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen tipe I padat. Serat kolagen
ini berorientasi sesuai arah tegangan fungsional. Distribusi fibrokartilago ditubus terbatas dan
ditemukan di discus invertebralis, simfisis pubis, dan sendi tertentu. 1,8
Matriks tulang rawan dihasilkan dan dipelihara oleh kondrosit dan kondroblas. Serat
kolagen atau elastic memberi kekuatan dan ketahanan pada matriks tulang rawan. Serupa
dengan jaringan ikat longgar, substantia fundamentalis ekstraseluler tulang rawan
mengandung glikosaminoglikan sulfat dan asam hialuronat yang berkaitan erat dengan serat
elastic dan kolagen di dalam substantia fundamentalis.
Matriks tulang rawan juga banyak mengandung air sehingga molekul-molekul dapat
berdifusi keluar masuk kondrosit. Tulang rawan adalah suatu jaringan setengah kaku dan
dapat berfungsi sebagai shock absorber. Didalam matriks terbenam serat kolagen dan elastic
dengan proporsi bervariasi. Adanya serat-serat ini menggolongkan tulang rawan sebagai
tulang rawan hialin, tulang rawan elastic atau fibrokartilago. 1,8
Page 12 of 31

Struktur Makroskopik Otot Extremitas Inferior


Otot-otot extremitas inferior terdiri atas, antara lain :
1. Otot-otot pangkal paha
2. Otot-otot tungkai atas
3. Otot-otot tungkai bawah
4. Otot-otot kaki
Otot-otot pangkal paha.
Otot-otot paha teratur dalam tiga kompartemen oleh septum intermusculare yang
dilepaskan dari fascia lata dan menyusup antara otot-otot untuk melekat pada femur.
Kompartemen ini dinamakan sesuai dengan lokasi, fungsi dan persarafan otot-otot dalam
masing-masing kompartemen, sebagai compartimentum posterius.9

Gambar 4. Otot Pangkal Paha


Otot-otot kaki
Pada telapak kaki terdapat empat lapis otot. Otot-otot ini membantu mempertahankan
lengkung-lengkung kaki dan memungkinkan manusia berdiri di atas tanah yang tidak rata.
Secara satu per satu otot-otot ini kecil artinya karena pengaturan halus masing-masing jari
Page 13 of 31

kaki tidaklah penting bagi orang terbanyak. Pada kaki terdapat dua bidang neurovascular,
sebuah bidang superficial antara lapis otot pertama dan lapis otot kedua, dan sebuah bidang
profunda antara lapis otot ketiga dan lapis otot keempat.
Pada dorsum pedis terdapat dua otot yang saling berhubungan erat sekali, musculus
extensor digitorum brevis dab musculus extensor hallicus brevis. Otot-otot ini yang lebar dan
tipis membentuk massa daging pada bagian lateral dorsum pedis, anterior dan malleolus
lateralis. Musculus extensor hallicus brevis merupakan bagian musculus extensor digitorum
brevis.10

Gambar 5. Planta Pedis dan Dorsum Pedis


Struktur Mikroskopik Otot
Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang telah berdiferensiasi dan mengandung protein
kontraktil. Kebanyakan sel otot berasal dari mesoderm dan sel-sel ini terutama mengalami
diferensiasi melalui proses pemanjangan secara berangsur-angsur, sekaligus sintesis protein
miofibril.11
Tiga jenis jaringan otot pada mamalia dapat dibedakan menjadi otot rangka, otot
jantung dan otot polos. Otot rangka terdiri atas berkas-berkas sel multinuklear dan silindris
yang sangat panjang, yang memiliki garis-garis melintang. Kontraksinya cepat, kuat dan
biasanya dipengaruhi kehendak. Kontraksi ini disebabkan oleh interaksi antara filamen tipis
dan filamen tebal, dengan konfigurasi yang memungkinkan kedua filamen tersebut bergeser
saling tumpang tindih.
Otot jantung juga memiliki garis-garis melintang yang terdiri atas sel-sel panjang
yang bercabang dan terletak paralel satu sama lain. Pada tempat kontak ujung-keujung
Page 14 of 31

terdapat diskus interkalaris yakni suatu struktur yang hanya terdapat pada otot jantung.
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, giat dan ritmik.
Otot polos terdiri atas kumpulan sel-sel fusiform yang tidak bergaris bila diamati
dengan mikroskop cahaya. Kontraksinya lamban dan tidak dibawah kendali volunter.
Jaringan otot dalam histologi mempunyai beberapa nama yang berbeda dari biasanya.
Sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum sarkoplsma
dan membran sel disebut sarkolema.
1. Otot rangka atau otot lurik
Otot rangka terdiri dari serabut otot, berkas-berkas sel silindris yang sangat
panjang (sampai 30cm) dan berinti banyak dengan diameter 10-100m. Inti yang
banyak ini terjadi akibat peleburan mioblas mononuklear embrional (prekursor sel
otot). Inti lonjong umumnya terdapat di tepian sel di bawah membran sel. Lokasi ini
sel yang khas ini membantu membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos
dengan inti yang berada di tengah.11
Seperti yang tampak pada mikroskop cahaya, serabut otot pada otot rangka
dengan potongan memanjang terlihat garis pita terang dan pita gelap secara
bergantian. Pita yang lebih gelap disebut pita A (anisotrop), pita I (isotrop, tidak
mengubah cahaya polarisasi) dan tiap pita I terlihat dibelah dua oleh garis gelap
melintang yaitu garis Z.
2. Otot jantung
Selama embrio berkembang, sel-sel mesoderm splanknik dari bumbung
jantung primitif tersusun berderet mirip rantai. Sel-sel jantung membentuk tautan
yang rumit di antara cabang-cabangnya yang terjulur. Sel-sel di dalam rantai tersebut
seringkali bercabang dua, dan bersambung dengan sel rantai yang berdekatan.
Akibatnya jantung terdiri atas berkas-berkas sel yang teranyam erat sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan gelombang kontraksi khas yang berakibat pemerasaan
isi ventrikel jantung.11
Sel otot jantung dewasa bergaris tengah lebih kurang 15m. Sel-sel tersebut
memperlihatkan pola-pola garis melintang yang identik dengan pola pada otot rangka.
Akan tetapi, berbeda dengan otot rangka yang berinti banyak, setiap sel jantung hanya
memiliki satu atau dua inti pucat yang terletak ditengah. Di sekeliling sel-sel otot
terdapat selubung halus jaringan ikat endomisium yang mengandung jalinan kapiler
Page 15 of 31

luas. Ciri unik dari otot jantung adalah adanya garis gelap melintang yang melintasi
deretan sel-sel jantung dengan interval yang tidak teratur.11
3. Otot polos
Otot polos terdiri atas sel panjang tanpa garis melintang dan setiap sel
dibungkus oleh lamina basal dan jalinan serat retikulin. Kedua komponen terakhir
berfungsi menggabungkan kekuatan yang dibangkitkan oleh masing-masing serabut
otot polos menjadi aksi bersama, misalnya gerakan pelistatik usus.
Sel-sel otot polos berbentuk fusiformis yaitu lebar di bagian tengah dan
meruncing di kedua ujungnya. Ukurannya antara 20m pada pembuluh darah kecil
sampai 500m pada uterus pada masa kehamilan. Selama kehamilan, otot polos
uterus mengalami peningkatan yang nyata dalam ukuran dan jumlah.
Setiap sel memiliki satu inti di pusat pada bagian sel yang paling lebar. Dan pada
kutub-kutub inti berkumpul mitokondria, poliribosom, sisterna reticulum endoplasma
dan kompleks golgi.11
Regenerasi Jaringan Otot
Ketiga jenis otot dewasa memiliki potensi berbeda untuk berregenerasi setelah
terjadinya cedera.12
Otot jantung hamper tidak mempunyai kemampuan berregenarasi setelah masa kanakkanak. Kerusakan pada otot jantung biasanya digantikan oleh poliferasi jaringan ikat, yang
membentuk jaringan parut di miokardium.12
Pada otot rangka, intinya tidak dapat melakukan mitosis, tapi jaringan ini dapat
mengalami regenerasi dengan keterbatasan. Sumber sel yang beregenerasi pada otot rangka
adalah sel satelit. Sel satelit adalah populasi kecil sel mononukleus berbentuk gelendong dna
berada di lamina basalis yang mengelilingi setiap serabut otot yang matur. Sel satelit hanya
dapat dilihat dengan mikroskop elektron.12
Otot polos mampu memberi respons regenerasi aktif. Setelah cedera terjadi, sel-sel
otot polos mononukleus yang masih hidup dan perisit pembuluh darah mengalami mitosis
dan menggantikan jaringan yang rusak.12
Osifikasi dan Kalsifikasi Tulang Panjang
Tulang dapat dibentuk dengan 2 cara: mineralisasi langsung dari matriks yang
disekresi osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau oleh deposisi matriks tulang pada
Page 16 of 31

matriks tulang rawan yang sudah ada (osifikasi endokondral). 1 Pada awal proses
pembentukan tulang, jaringan tulang masih tersusun sebagai tulang primer. Namun, tulang
primer ini hanya bersifat sementara, yang kemudian akan digantikan oleh tulang sekunder.
Tulang primer, tulang sekunder, dan daerah resorpsi tampak terletak saling berdampingan
selama masa pertumbuhan tulang. Kombinasi sintesis tulang dan penghancurannya
(remodeling) tidak hanya terjadi pada tulang yang tumbuh, namun juga berlangsung seumur
hidup, meskipun kecepatan perubahannya pada orang dewasa sudah sangat menurun.1
Osifikasi Intramembranosa
Osifikasi intramembranosa banyak terjadi pada pertumbuhan tulang pipih dan
tulang-tulang pendek, serta pada proses penebalan tulang panjang. Osifikasi
intramembranosa terjadi dalam lapisan kondensasi jaringan mesenkim. Pada lapisan
ini, titik awak terjadinya osifikasi disebut pusat osifikasi primer. Tahap awal osifikasi
adalah perkembangan sekelompok sel menjadi osteoblas yang menghasilkan matriksmatriks tulang dan dilanjutkan oleh proses kalsifikasi, sehingga terbentuk osteosit.
Pulau-pulau pembentukan tulang ini membentuk suatu dinding yang membatasi
antara rongga panjang berisi kapiler, sel sumsum tulang, dan sel prakembang. 1
Beberapa kelompok demikian hampir serentak muncul di pusat osifikasi, sehingga
penyatuan dinding menghasilkan struktur mirip spons pada tulang. 1 Jaringan ikat yang
tertinggal di antara dinding tulang ditembus oleh pembuluh darah dan sel mesenkim
tambahan yang selanjutnya akan membentuk sel sumsum tulang.
Pusat-pusat osifikasi tulang tumbuh secara radial dan akhirnya menyatu,
menggantikan jaringan ikat asal.1 Bagian jaringan ikat yang tidak mengalami osifikasi
akan menghasilkan endosteum dan periosteum pada tulang intramembranosa.1
Osifikasi Endokondral
Osifikasi jenis ini merupakan proses pembentukan tulang panjang dan tulang
tulang pendek yang terjadi di dalam sepotong tulang rawan hialin. Osifikasi
endokondral mulanya diawali oleh osifikasi intramembranosa. Jaringan tulang yang
akan dibentuk awalnya hanya berupa tabung tulang berongga yang pada bagian
tengahnya terdapat model tulang rawan. Struktur yang disebut leher tulang ini
terbentuk pada osifikasi intramembranosa. Kemudian, tulang rawan setempat
mengalami degenerasi, disertai dengan pembesaran sel dan kalsifikasi matriks,
sehingga dihasilkan suatu struktur 3 dimensi yang terdiri atas sisa-sisa matriks tulang
rawan yang mengapur.
Page 17 of 31

Proses ini dimulai di bagian pusat model tulang rawan (diafisis), tempat
masuknya pembuluh darah melalui leher tulang yang sebelumnya telah dilubangi oleh
osteoklas yang membawa masuk sel-sel osteoprogenitor ke daerah tersebut.1 Ketika
osteoblas yang berasal dari sel-sel osteoprogenitor bergabung dengan matriks tulang
yang telah mengapur, maka dihasilkan suatu lapisan tulang primer yang mengelilingi
sisa matriks tulang rawan dan terbentuklah pusat osifikasi primer. Pusat osifikasi
sekunder sendiri muncul pada daerah epifisis, yaitu pada ujung leher tulang yang
membesar dan membulat. Pada proses osifikasi sekunder, tulang rawan sendi yang
melapisi daerah epifisis tidak ikut tumbuh memanjang. Lempeng epifisis yang terletak
di antara diafisis dengan epifisis berperan dalam proses pertumbuhan memanjang
tulang. Pada orang dewasa, lempeng epifisis ini akan menipis, sehingga pertumbuhan
tulang pun berhenti.

Gambar 6. Pembentukan Tulang Panjang


Tulang rawan epifisis dibagi dalam 5 zona yang dimulai dari sisi epifisis
tulang, antara lain :1
1. Zona istirahat, terdiri atas tulang rawan hialin tanpa perubahan morfologi
dalam sel.
2. Zona proliferasi, kondrosit cepat membelah dan tersusun dalam kolomkolom sel secara pararel terhadap sumbu panjang tulang.
hipertrofi tulang rawan, mengandung kondrosit besar yang

3. Zona

sitoplasmanya telah menimbun glikogen. Matriks yang telah diresorpsi hanya


tersisa berupa septa tipis diantara kondrosit.
4. Zona kalsifikasi tulang rawan, kondrosit mati, septa tipis matriks tulang

rawan

mengalami

pengapuran

(kalsifikasi)

hidroksiapatit.
5. Zona osifikasi, muncul jaringan tulang endokondral.

Page 18 of 31

dengan

mengendapnya

Gambar 7. Zona Tulang Rawan Epifisis.


Mekanisme Kalsifikasi
Kalsifikasi diawali dengan deposisi garam-garam kalsium pada serabut
kolagen, yaitu suatu proses yang diinduksi oleh proteoglikan dan glikoprotein
pengikat kalsium berafinitas tinggi.1 Deposisi garam kalsium agak dipercepat oleh
kemampuan osteoblas memadatkan garam tersebut dalam vesikel intrasitoplasma dan
pelepasan vesikel-vesikel ini, bila perlu ke dalam medium ekstrasel (vesikel matriks).1

Mekanisme Pertumbuhan Tulang Panjang


Piringan pertumbuhan, juga disebut sebagai piringan epiphyseal atau fisis adalah area
jaringan pertumbuhan didekat ujung tulang panjang anak-anak atau remaja. Tiap tulang
panjang mempunyai sedikitnya dua piringanan pertumbuhan yaitu pada masing-masing
ujungnya. Piringan pertumbuhan menentukan panjang dan ukuran tulang dewasa pada masa
yang akan datang. Jika pertumbuhan telah lengkap, kadang-kadang selama masa remaja
piringan pertumbuhan tertutup dan digantikan oleh tulang padat.
Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous (contohnya
pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada tulang iga, vertebra, basis
cranii, tulang tangan dan kaki), dimana osifikasinya melalui fase kartilago. Pertumbuhan
tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis
bernama perichondrium mengelilingi kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah
perichondrium pada tulang panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar
batang kartilago. Sekali hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat

Page 19 of 31

berserabut yang mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat,
dan osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada
periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik) tulang
panjang ini disebut pertumbuhan aposisional. Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi
pada bidang epiphyseal oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak
di antara metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder).
Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal dan
menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika metaphysis menyatu
dengan epiphysis.13
Pada sebelas minggu sebelum lahir, biasanya terdapat kurang lebih 800 pusat
osifikasi. Pada waktu lahir terdapat 450 pusat osifikasi. Pusat osifikasi primer muncul
sebelum lahir dan pusat osifikasi sekunder muncul sesudah lahir. Setelah dewasa, semua
pusat osifikasi primer dan sekunder menyatu dan jumlah tulang menjadi 206 elemen.13
Berikut merupakan urutan proses pertumbuhan tulang:2
1. Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilago hialin yang
terbungkus perikondrium.
2. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat diafisis model kartilago tulang
panjang.
3. Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya meningkat
(berproliferasi) dan ukurannya membesar (hipertrofi).
4. Matriks kartilago di sekitarnya berkalsifikasi melalui proses pengendapan
kalsium fosfat.
5. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik bagian dalam membentuk kolar tulang
(klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago terkalsifikasi.
6. Kondrosit akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan matriks kartilago.
7. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk ke
dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang dibentuk osteoklas
pada kolar tulang.
8. Jika kuncup mencapai puncak, osteoblas meletakkan zat-zat tulang pada
spikula kartilago terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai suatu
kerangka kerja. Paertumbuhan tulang menyebar ke dua arah menuju epifisis.

Page 20 of 31

9. Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis pada
kedua ujung tulang panjang.
10. Ada dua area kartilago yang tidak diganti tulang keras,yaitu:

Ujung tulang tetap kartilago artikular


Lempeng epifisis pada kartilago terletak antara epifisis dan diafisis.

Pusat Pertumbuhan Tulang Panjang


Menurut bentuk dan fungsinya, tulang terdiri atas tulang pendek,tulang panjang,
tulang datar, dan tulang irregular (tidak beraturan).Contoh tulang pendek adalah ossa carpalia
dan ossa tarsalia. Tulang datar berperan melindungi organ-organ dalam dan jaringan lunak yg
terletak di dalamnya. serta memberikan area yg luas untuk perlekatan otot dan ligamen,
contohscapula, sternum, costa, patella, dan beberapa tulang tengkorak. Tulang irregular dapat
berfungsi khusus pada tubuh manusia, seperti vertebra yg memiliki arcus untuk melindungi
spinal cord dan memiliki processus untuk perlekatan otot dan ligamen. Tulang panjang
membentuk kerangka dari appendicular skeleton ujung tulang yang terdapat cartilago sendi
yang self-lubrikasi untuk melindungi ujung tulang dari pengausan. Tulang panjang juga
memiliki rongga yang dikenal dengan cavitas atau canal medullaris. Tulang mulai tumbuh
pada awal perkembangan janin dan secara kontinyu; terjadi perubahan komposisi dan struktur selama masa kehidupan. Pertumbuhan tulang terdiri atas pertumbuhan longitudinal
(tumbuh

secara

longitudinal)

dan

pertumbuhan

circumferential(tumbuh

secara

circumferential).
Pertumbuhan longitudinal tulang terjadi pada epiphysis (dataran epiphyseal) epiphysis
adalah diskus kartilago yg ditemukan dekat ujung tulang panjang. Epiphysis merupakan pusat
pertumbuhan tulang yang menghasilkan jaringan tulang baru sebagai bagian dari proses
pertumbuhan normal sampai tertutup atau berhenti pada usia remaja atau dewasa muda.
Secara kontinyu,setiap epiphysis menghasilkan sel-sel tulang baru. Memasuki usia
remaja dataran epiphyseal menghilang dan terjadi penyatuan tulangakhir dari pertumbuhan
longitudinal sebagian besar merapat padausia sekitar 18 tahun, meskipun beberapa epiphysis
masih ada sampai usia sekitar 25 tahun.
Pertumbuhan circumferential terjadi pada diameter tulang.Lapisan bagian dalam dari
periosteum membentuk ja-ringantulang baru yg konsentrik (kearah pusat) pada puncak
salahsatu tulang periosteum adalah mem-bran berlapis gandayang menutupi tulang ; lapisan
paling luar tempat melekatnya tendon otot & lapisan dalam adalah tempat aktivitas
osteoblast. Osteoblast & osteoclast bekerja secara simultan untuk menghasilkan perubahan
ukuran &bentuk tulang.14
Page 21 of 31

Remodeling pada Fraktur Tulang


Remodeling pada anak-anak terjadi jauh lebih cepat daripada remodeling pada orang
dewasa. Remodeling tulang pada orang dewasa adalah sebuah proses fisiologik dinamis yang
berlangsung serentak pada banyak lokasi di kerangka yang tidak berhubungan dengan
pertumbuhan tulang.1 Bila tulang mengalami kepatahan (fraktur), maka matriks tulang di
dalamnya akan ikut hancur, sehingga sel-sel tulang yang berdekatan dengan daerah fraktur
akan mati. Perdarahan terjadi akibat adanya pembuluh darah yang ikut rusak pada daerah
fraktur, sehingga membentuk bekuan darah.
Selama perbaikan bekuan darah, sel-sel dan matriks tulang yang rusak diangkut oleh
makrofag.1 Respon proliferasi intensif oleh periosteum dan endosteum di sekitar fraktur
menghasilkan suatu jaringan yang mengelilingi fraktur dan menyisip melalui ujung-ujung
tulang yang patah. Tulang primer kemudian dibentuk melalui osifikasi endokondral dan
intramembranosa yang berlangsung bersamaan selama proses pemulihan. Perbaikan
berkembang sehingga trabekula yang terbentuk tak teratur di tulang primer menyatukan
kedua ujung tulang yang patah untuk sementara dengan membentuk kalus tulang.1
Stres-stres pada tulang selama pemulihan akan mengubah model kalus tulang. 1
Struktur jaringan tulang primer dari kalus secara berangsur akan diresorpsi dan diganti oleh
jaringan sekunder, sehingga menimbulkan remodeling pada tulang dan memulihkan struktur
aslinya tanpa membentuk jaringan parut.
Metabolisme Tulang
Pada substansi interstisial tulang, tulang terdiri atas dua kompnen utama, matriks
organic 35% dan garam garam anorganik 65% dari berat keringnya. Matriks organik terdiri
atas serat-serat kolagen yang di dalamnya kaya akan substansi dasar proteoglikan. Pada
subtansi dasar tulang terdapat kondrotin sulfat, dan asam hialuronat.
Di dalamnya matriks tulang juga terdapat glikosaminoglikan bersulfat, matriks tulang
tampak asidofilik dalam sediaan histologik, karena banyaknya kandungan kolagen dan tediri
atas protein inti pendek dengan relative sedikit rantai disamping glikosaminoglikkan.Di
dalam tulang, juga terdapat dua protein kecil, tergantung dari vitamin K yang ada, yaitu
Osteokalsin dan Osteoponsin.
Di dalam tulang, mineral juga sangat diperlukan, mineral tulang mengandung cukup
banyak ion sitrat C6H5O7+ dan ion karbonat CO3+. Magnesium dan natrium, yang merupakan
unsur cairan tubuh normal, juga terdapat dalam mineral tulang, yang sampai pada tingkat
tertentu, berfungsi sebagai gudang simpanan bagi unsur ini. Selama pertumbuhan, jumlah
materi organic per unit volume tetap konstan, namun jumlah air mengurang dan proporsi
Page 22 of 31

mineral tulang meningkat, pada orang dewasa mencapai maksimum 65% dari berat kering
bebas lemak. Jika tulang dipaparkan terhadap asam lemah atau agen kelasi, maka garam
anorganik akan dihilangkan. Kehilangan mineral demikian membuat tulang kehilangan
sebagian besar kekerasannya tetapi sangat liat dan fleksibel.15
Pada tulang panjang, osteoklas dan osteoblast juga menjadi faktor-faktor yang
mengatur metabolism tulang itu sendiri. Osteoklas adalah sel fagosit besar multinukleus yang
berasal dari monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas menyekresi berbagai asam dan ezim
yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosisnya. Osteoklas juga menyekresi berbagai
sitokin yang lebih lanjut menstimulasi resorpsi dan biasanya osteoklas hanya terdapat pada
satu baigan kecil tulang pada satu waktu, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit.
Pada osteoblast, osteoblast berperan untuk sintesis sebagian besar protein dalam
tulang, faktor pertumbuhan, sitokin, dan pengendapan matriks tulang yang baru (osteosit)
dan mineralisasinya.16

Pertumbuhan metabolime dan tulang dipengaruhi oleh sejumlah

mineral dan hormone yang meliputi:17


1. Kalsium dan fosfor. Jumlah kalsium (Ca) dalam tulang 99% dan fosfor 90%.
Konsentrasi kalsium dan fosfor mempunyai ikatan yang erat. Jika kadar Ca
meningkat, jumlah fosfor berubah. Keseimbangan kalsium dan fosfor
dipertahankan oleh kalsitonin dan hormone paratiroid.
2. Kalsitonin diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca
serum. Jika jumlah kalsitonin meningkat di atas normal, kalsitonin
menghambat absorpsi kalsium dan fosfor dalam tulang serta meningkatkan
ekskresi kalsium dan fosfor melalui urine sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor.
3. Vitamin D terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan dan mentega. Tubuh
manusia juga dapat menghasilkan vitamin D. Sinar ultraviolet sinar matahari
dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi vitamin D. Vitamin D
diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan digunakan
tubuh. Difisiensi vitamin D mengakibatkan dedisi mineralisasi, deformitas,
patah tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang
dewasa.
4. Hormone paratiroid (PTH). Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH
meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik
dan menyumbangkan kalsium ke darah. Jika kadar Ca meningkat sekresi PTH
diminimalkan, hormone tersebut mengurangi ekskresi Ca di ginjal dan
memfasilitasi absorpsinya dari usus halus. Hal ini untuk mempertahankan
Page 23 of 31

suplai Ca di tulang. Respon ini merupakan contoh umpan balik sistem loop
yang terjadi dalam sistem endokrin.
5. Hormone pertumbuhan. Hormone pertumbuhan yang bertanggung jawab
meningkatkan panjang tulang dan meningkatkan jumlah matriks tulang
dibentuk sebelum masa pubertas. Sekresi yang meningkat pada masa anakanak menghailkan gigantisme dan menurunya

sekresi menghasilkan

dwarfisme. Pada orang dewasa penigkatan tersebut menyebabkan akromegali


yang ditandai oleh kelainan bentuk tulang dan jaringan lemak.
6. Glukokortikoid. Hormone glukokortikoid mengatur metabolism protein.
Pada saat dibutuhkan, hormone dapat meningkat atau menurun katabolisme
atau mengurangi mengintensifkan matriks organic di tulang dan membantu
dalam pengaturan kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.
7. Hormone seksual :

Esterogen

menstimulasi

aktivitas

osteoblastik

dan

cenderung

menghambat peran hormone paratiroid. Jumlah esterogen menurun


saat menopause sehingga penurunan kadar kalsium pada tulang dalam
waktu lama menyebabkan osteoporosis

Androgen, seperti testosterone, meningkakan anabolisme dan massa


tulang.

Peran Kalsium dan Vitamin D bagi Pertumbuhan Tulang


Ion kalsium penting untuk aktivitas banyak enzim dan untuk banyak fungsi intrasel
lain. Kalsium diperlukan untuk mempertahankan kohesi sel dan dalam pengaturan
permeabilitas membran. Ia dibutuhkan dalam pembekuan darah, kontraksi otot polos dan otot
rangka, dan banyak fungsi vital lain dalam tubuh. Karena itu, tidaklah heran konsentrasi
kalsium plasma, dengan ketetapan besar, berkisar antara 9-11mg/100ml.13

Secara fisiologik, kalisum ekstraseluler memegang peranan yang sangat penting, yaitu :
a. Berperan sebagai kofaktor pada proses pembekuan darah, misalnya untuk faktor VH,
IX, X dan protrombin.
b. Memelihara mineralisasi tulang.

Page 24 of 31

c. Berperan pada stabilisasi membran plasma dengan berikatan pada lapisan fosfolipid
dan menjaga permeabilitas membran plasma terhadap ion Na+. Penurunan kadar
Ca2+ serum akan meningkatkan permeabilitas membran plasma terhadap Na+ dan
menyebabkan peningkatan respons jaringan yang mudah terangsang.
Fungsi utama vitamin D adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara
meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dan tulang pada keadaan
asupan kalsium yang inadekuat. VDR di usus terdapat pada seluruh dinding usus halus,
dengan konsentrasi tertinggi didalam duodenum. 1,25(OH)2D berperan secara langsung pada
masuknya kalsium kedalam sel usus melalui membran plasma, meningkatkan gerakan
kalsium melalui sitoplasma dan keluamya kalsium dari dalam sel melalui membran
basilateral ke sirkulasi. Di tulang, 1,25(OH)2D akan menginduksi monocytic stem cells di
sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas. Setelah berdifirensiasi menjadi
osteoklas, sel ini akan kehilangan kemampuannya untuk bereaksi terhadap 1,25(OH),D.
Aktifitas osteoklas akan diatur oleh 1,25(OH)2D secara tidak langsung, melalui
osteoblas yang menghasilkan berbagai sitokin dan hormon yang dapat mempengaruhi
aktifitas osteoklas. 1,25(OH)2D juga akan meningkatkan ekspresi fosfatase alkali,
osteopontin dan osteokalsin oleh osteoblas.
Pada proses mineralisasi tulang, 1,25(OH)2D berperan menjaga konsentrasi Ca dan P
didalam cairan ekstraseluler, sehingga deposisi kalsium hidroksiapatit pada matriks tulang
akan berlangsung dengan baik.
Fungsi Kalsium pada Kontraksi Otot Rangka
Selain berperan penting bagi tulang, kalsium juga memiliki peranan penting pada
mekanisme kontraksi otot. Impuls yang masuk melalui saraf sensoris, impuls (dalam bentuk
insersi listrik) akan diteruskan di sepanjang saraf. Ketika impuls telah sampai pada ujung
saraf (akson) dan ada potensial aksi motor neuron, acetyl choline (Ach) yang terbungkus oleh
vesikel-vesikel neurotransmiter serta Ach yang berada di ujung-ujung saraf dilepaskan neuron
motorik menyeberangi celah dan berikatan dengan reseptor di motor-end-plate. Pelepasan
Ach merangsang motor-end-plate untuk memberikan respon depolarisasi. Selanjutnya,
terbentuk potensial aksi sebagai respon terhadap pengikatan Ach dan potensial end-plate
yang disalurkan ke seluruh membran permukaan dan turun ke tubulus T sel otot.6 Dengan
adanya potensial aksi yang terjadi pada tubulus T otot dan firing level telah tercapai,
retikulum sarkoplasmik berespon dengan dengan melepaskan Ca2+. Kemudian, ion kalsium
Page 25 of 31

yang telah dilepaskan tersebut berikatan dengan troponin C yang berada di filamen halus otot,
yaitu aktin. Ikatan ini menyebabkan tropomiosin bergeser untuk membuka penutup tempat
pengikatan cross-bridge pada aktin. Jembatan silang miosin berikatan dengan aktin dan
menekuk, menarik filamen aktin ke bagian tengah sarkomer yang dijalankan oleh energi yang
dihasilkan dari ATP. Dengan demikian terjadilah mekanisme kontraksi otot.

Page 26 of 31

Gambar 8. Mekanisme Kontraksi Otot Rangka


Jenis-Jenis Kontraksi Otot Rangka
Kontraksi isotonik, adalah kontraksi otot dimana tekanan/tonus relatif tetap dan

terjadi pemendekan otot, maksimal setengah kali ukuran semula.


Kontraksi isometrik, adalah kontraksi otot di mana ukuran panjang tetap, tetapi tonus
naik.
Kontraksi tetanik, adalah kontraksi otot yang terus menerus.
Kontraksi ritmik, adalah kontraksi otot berirama.
Kontraktur otot, adalah pemendekan otot permanen (menetap) akibat kerusakan
neurogenik atau struktural.
Insufisiensi otot aktif, adalah kontraksi otot yang melewati panjang minimal otot.
Insufisiensi otot pasif, adalah peregangan otot melebihi batas maksimal keregangan
batas maksimal keregangan otot.
Sumber Energi Kontraksi Otot Rangka
Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali
kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui
sumber lain.13
1. Kreatin Phospat (CP)
Merupakan sumber energi yang langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari
ADP (CP+ADP ATP+kreatin)
a. Cp memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk
melalui metabolisme glukosa secara anaerob dan aerob.
b. Cp menyediakan energi untuk sekitar 100 kontraksi dan harus disintesis ulang
dengan cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP+kreatin ADP+CP)
c. ATP tambahan terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui reaksi
aerob dan anaerob.
2. Reaksi Anaerob
Reaksi ini terjadi apabila energi habis dalam keadaan ADP AMP+P+energi.

Page 27 of 31

a. Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan


menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis aerob, langkah pertama
dalam respirasi selular.
b. Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen dan
melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.
c. Glikolisis anaerob berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena hanya
menghasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi
kebutuhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika persediaan oksigen
tidak mencukupi.
d. Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob.
(1) Tanpa oksigen, asam piruvatasam laktat.
(2) Jika aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat, persediaan oksigen akan
menghalangi akumulasi asam laktat.
(3) Asam laktat berdifusi ke luar dari otot dan dibawa ke hati untuk disintesis
ulang menjadi glukosa.
3. Reaksi Aerob
a. Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob
mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk ke dalam siklus asam sitrat
(trikarboksilat) untuk oksidasi.
b. Jika ada oksigen, glukosa akan terurai dengan sempurna menjadi karbondioksida,
air dan energi (ATP).
c. Reaksi anaerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energi sampai 36
mol ATP per mol glukosa.
4. Oxygen Debt
Saat terjadi aktivitas berat yang singkat, penguraian ATP berlangsung dengan cepat
sehingga simpanan energi anaerob menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan
pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup oksigen ke otot untuk membentuk
ATP melalui reaksi aerob.
Page 28 of 31

a. Asam laktat berakumulasi, mengubah Ph dan menyebabkan keletihan serta nyeri


otot.
b. Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat disebut oxygen debt.
c. Volume oksigen yang dihirup tetap berada di atas normal sampai semua asam
laktat dikeluarkan, baik oksidasi ulang menjadi asam piruvat dalam otot atau
disintesis ulang menjadi glukosa dalam hati.10

Kesimpulan

Remodeling Fraktur Os.


Femur

Metabolisme Tulang
Faktor Usia

Peran Vitamin D dan Kalsium

Pusat Pertumbuhan

Hipotesis diterima, bahwa vitamin D dan kalsium berperan dalam mekanisme otot dan
metabolisme pertumbuhan tulang, termasuk pada fraktur tulang. Faktor usia pun turut
Lempeng Epifisis
berperan dalam proses pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang pada anak-anak jauh lebih
cepat daripada pertumbuhan tulang pada orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh lempeng
tulang epifisis yang dimiliki oleh anak-anak masih tebal, sehingga masih sangat aktif
melakukan pertumbuhan. Namun, pada orang dewasa yang mengalami fraktur tulang, tulang
masih dapat mengalami remodeling karena lapisan periosteum dan endosteum yang banyak
mengandung sel osteoblas mampu berespon di sekitar fraktur dengan melakukan proliferasi
intensif membentuk kalus tulang yang kemudian akan diresorpsi dan diganti oleh jaringan
sekunder yang mirip dengan struktur tulang asli.

Page 29 of 31

Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar; teks & atlas.ed 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2007.h.134-46.
2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2001.h.92-7.
3. Keith L. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.h.20-164.
4. Tortora GJ, Derrickson BH. Principle of anatomy and physiology.12 th ed. Asia: John
Wiley & Sons; 2009.
5. Compston JE. Sex steroid and bone. In: Physiological reviews. The american
physiology society; 2001.p.419-46.
6. Lewis R, Shier D, Butler J. Holes human anatomy and physiology.ed 9. The McGrawHill Companies; 2001.h.244.
7. Drajad RS. Struktur dan fungsi skeleton. In: Kursus dasar metabolisme kalsium dan
penyakit tulang. Malang: PERKENI; 2002.h.1-9.
8. Eroschenko VP. Atlas histologi difiore. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2010.h.75102.
9. Campion DR. The muscle satellite cell: a review. New York: Int Rev Cytol 1999;871185.
10. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2004.h.107-8.
11. Cohen C. The protein of muscle. New York: Sci Am 2000; 187-202.
12. Vierck J et al. Regulation of muscle. North-Holand: Academic Press 2000; 145-7.
13. Hall JE. Buku saku fisiologi kedokteran guyton & hall. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2010.
14. http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF8&sourceid=navclient&gfns=1&q=google#hl=en&sclient=psyab&q=pusat+pertumbuhan+pada+tulang+panjang&oq=pusat+pertumbuhan+pada+tul
ang+panjang&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=3&gs_upl=
15. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2002.h.179-81.

Page 30 of 31

16. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi.3rd ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2009.h.330.
17. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2008.h.7-8.

Page 31 of 31

Anda mungkin juga menyukai