OBSERVASI Prak3
OBSERVASI Prak3
I. A. IDENTITAS SUBJEK
a.
Nama
: CH
b.
Usia
: 20 Tahun
c.
Jenis Kelamin
: Perempuan
d.
Pendidikan
: Mahasiswa S1 Psikologi
e.
f.
Kost Putri DM
Alamat
Nama
: RA
b.
Usia
: 52 Tahun
c.
Jenis Kelamin
: Perempuan (Ibu)
d.
Pendidikan
: S1 Pendidikan
e.
Pekerjaan
f.
Alamat
II.
PERMASALAHAN
Pada saat dilakukan observasi penjajakan ataupun observasi lapangan,
TUJUAN OBSERVASI
Untuk mengetahui Kecemasan Bebricara di Depan Umum Pada
PELAKSANAAN OBSERVASI
1. Setting Tempat 1
Tanggal
Tempat
: 3 Mei 2015
: Hall Kampus 1 UAD
Waktu
: 15.00-17.00 WIB
Frekuensi
: 1 kali
2. Setting Tempat 2
Tanggal
Tempat
: 5 Mei 2015
: Ruang Kelas Teknik Penulisan Skripsi
Waktu
: 10.30-12.15 WIB
Frekuensi
: 1 kali
Guide Observasi
Pen
Kertas
: CH
Usia
: 20tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal
Tempat
Waktu
: 15.00-17.00 WIB
Frekuensi
: 1 kali
Aspek Kecemasan
Berbicara di Depan Umum
1.
Komponen Fisik
Hasil Observasi
Pada saat diskusi kelompok untuk
membahas tentang program kerja KKN
subyek
dipersilahkan
untuk
menyampaikan
pendapat
tentang
program kerja apa yang harus dicatat
dan dilakukan untuk kelompok yang
bertema
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat (STBM), disaat semua
anggota kelompok menghadap ke
subyek, subyek hanya diam dan
mengangguk angguk dengan sedikit
senyum
sambil
menggaruk-garuk
kepala.
Seketika subyek di dorong oleh ketua
kelompok
untuk
menyampaikan
pendapatnya, subyek berbicara dengan
suara yang tidak jelas, seperti bergetar,
subyek juga mengeluarkan banyak
keringat
ketika
berbicara
untuk
menyampaikan pendapatnya. Hal ini
terlihat dengan tangan dan dahi subyek
mengeluarkan keringat yang cukup
banyak, padahal ruangan hall lantai 1
Komponen Emosional
3.
: CH
Usia
: 20tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal
: 5 Mei 2015
Tempat
Waktu
: 10.30-12.15 WIB
Frekuensi
: 1 kali
1.
Aspek Kecemasan
Berbicara di Depan
Umum
Komponen Fisik
Hasil Observasi
Komponen Emosional
3.
VIII.KESIMPULAN
Kesimpulan dalam observasi setting pertama di Hall lantai satu UAD
adalah terlihat bahwa subyek memiliki kecemasan saat akan berbicara di depan
umum khususnya pada setting tempat pertama yaitu di hall kampus 1 UAD pada
saat membicarakan program kerja untuk KKN bersama anggota kelompok yang
lain. Terlihat dalam aspek komponen fisik, dimana subyek diam saja saat di tekan
untuk berbicara dan apabila subyek terpaksa berbicara maka subyek berbicara
dengan suara yang bergetar dan dengan tempo yang tidak beraturan. Tidak
hanya itu, subyek juga mengeluarkan keringat yang cukup banyak ketika akan
berbicara di depan teman anggota kelompok yang lain, hal ini terlihat dari
basahnya jilbab yang dikenakan oleh subyek padahal kondisi ruangan yang
cukup dingin. Sedangkan dalam aspek emosional, subyek terlihat nampak malu
malu untuk mengemukakan pendapat, hal ini terlihat dari gerak gerik subyek
yang tidak fokus terhadap diskusi kelompok dengan memperhatikan sekeliling
saja, dan banyak menunduk serta menghindari eye contact kepada anggota
kelompok yag lain. Untuk aspek proses mental, subyek juga dapat dikatakan
sering menyebutkan kata kata pengulangan seperti hmmm, ee lebih dari tujuh
kali dan juga sesekali lupa akan kataakhir dari kalimat yang akan disampaikan
oleh subyek.
diskusi
kelompok
maupun
pada
saat
subyek
sedang
LAMPIRAN
A. Guide Observasi dan Hasil Observasi Penjajagan
Guide observasi ini berdasarkan teori Rogers (2004) Bentuk pencatatan
berupa anecdotal records, dimana penulisan hasil observasi secara deskriptif
dan memuat 3 level tindakan.
Aspek
Hasil Observasi
1. Komponen Fisik
2. Komponen Emosional
3. Komponen Proses Mental
No
1.
Aspek
Fisik
2.
Kognitif
3.
4.
5.
6.
7.
Emosi
Konsentrasi
Motivasi
Sosialisasi
Perilaku
8.
Komunikasi
Verbal
: CH
: Desta Israwanda
: 12.30 14.30 (30 April 2015)
: Ruang Kuliah Seminar Psikologi Sosial
: 45 Menit
: Subyek mengalami kecemasan saat akan berbicara di
depan umum (Presentasi Tugas)
: Untuk Mengetahui Kecemasan Berbicara di Depan
Umum Pada Subyek.
Hasil Observasi
Subyek memiliki tinggi kurang lebih 165 cm. Pada
saat observasi penjajagan subyek menggunakan
jilbab nerwarna hiju dengan kemeja kotak kotak
dengan rok berwarna hitam.
Subyek kurang menguasai materi sehingga saat di
ajukan pertanyaan oleh dosen subyek hanya diam
saja tidak bisa menjawab.
Subyek menghindari tatapan mata dengan audiens
Subyek sering mengulang ngulang kata.
Subyek sering menunduk selama presentasi,
subyek berbicara dengan terbata bata dengan
suara yang pelan
Verbal : terbata bata, suara yang pelan, mengulang
kata atau kalimat yang tidak berarti
nonverbal
B. Dasar Teori
1.
sebagai perasaan campuran berisi ketakutan dan keprihatinan mengenai rasarasa mendarang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Durand dan
Barlow (2006) menyatakan kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah di mana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan melibatkan
perasaan, perilaku dan respons-respons fisiologis.
Sementara itu, menurut Lazarus (dalam Fahmie, 2003) kecemasan
mempunyai dua arti, yaitu
a.
khawatir dan takut. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu
(1) State anxiety, merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap
pada diri individu ketika dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini akan tampak
selama situasi tersebut masih ada.
(2) Trait anxiety, kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku
tetapi dapat dilihat frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu
sepanjang waktu, merupakan kecemasan yang sifatnya menetap pada diri
individu dan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan pada awal
kehidupan. Kecemasan tersebut berhubungan dengan kepribadian individu yang
merupakan disposisi pada individu untuk menjadi cemas.
b. Kecemasan sebagai intervening variable, disini kecemasan lebih mempunyai
arti sebagai motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut dapat
mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.
Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada umumnya
kecemasan berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf psikologis dan
suatu pengalaman subyektif dari ketegangan atau kegugupan. Beberapa individu
juga sering kali mengalami perasaan tidak nyaman dengan kehadiran orang lain,
biasanya disertai dengan perasaan malu yang ditandai dengan ketakutan,
hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Keadaan
individu yang seperti ini dianggap mengalami kecemasan sosial.
Salah satu bentuk kecemasan yang sering terjadi adalah kecemasan
dalam hal berkomunikasi. Burgoon dan Ruffner (dalam Dewi & Ardianto, 2003)
mendefinisikan communication apprehension sebagai suatu reaksi negatif dari
individu berupa kecemasan yang dialami individu ketika berkomunikasi, baik
komunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi masa.
Pada penelitian kali ini penulis akan menekankan pada kecemasan berbicara di
depan umum.
Sejalan dengan itu, Beaty (dalam Opt & Loffredo, 2000) juga
menyebutkan
communication
kecemasan
berbicara
apprehension.
di
depan
Kecemasan
umum
berbicara
dengan
istilah
depan
umum
di
merupakan bentuk dari perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara
di depan orang-orang sebagai hasil dari proses belajar sosial.
Terdapat
perbedaan
antara
berbicara
di
depan
umum
dengan
Komponen
fisik
yang
biasanya
dirasakan
jauh
sebelum
memulai
pembicaraan. Gejala fisik tersebut berbeda setiap individu . Contoh dari gejala
fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang
bergetar, kaki gemetar, atau sampai sulit bernafas dan hidung menjadi berlendir
b. Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen emosional adalah
adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang bisa muncul sebelum individu tampil
dan mengalami rasa kehilangan kendali. Biasanya muncul secara mendadak
rasa tidak berdaya seperti munculnya rasa panik dan rasa malu setelah
berakhirnya pembicaraan.
c. Komponen proses mental, yaitu individu yang sering mengulang kata atau
kalimat, atau mengalami hilang ingatan secara tiba tiba sehingga sulit untuk
mengingat fakta secara tepat dan seringkali melupakan hal hal yang penting.
Berdasarkan perjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komponen kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari komponen fisik,
kompoen proses mental dan komponen emosional.
3.
kecemasan
berbicara
di
depan
umum,
yaitu
kurangnya
dan perasaan yang negatif terhdap dirinya dan kemudian menghindari berbicara
di depan umum.
Faktor lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum
adalah citra raga individu (Triana, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan pada
mahasisa Universitas Islam Indonesia menunjukkan bahwa semakin positif citra
raga individu maka semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan
umum. Sebaliknya semakin negarif citra raga individu, maka kecemasan
berbicara di depan umum semakin tinggi.
Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000) kecemasan tersebut dapat
bersumber dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak
mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar
prestasi individu yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya seperti
kekurangsiapan untuk menghadapi situasi yang ada, pola berpikir, dan persepsi
negatif terhadap situasi atau diri sendiri.
Selain faktor-faktor diatas, perbedaan jenis kelamin juga telah menjadi
fokus dalam beberapa penelitian mengenai kecemasan berbicara di depan
umum. Elliot dan Chong (2004) menyebutkan bahwa perbedaan jenis kelamin
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di
depan umum di mana wanita memiliki tingkat kecemasan berbicara yang lebih
tinggi dibandingkan pria.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang
mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum antara lain adalah pola
pikir yang keliru, pengalaman individu, citra diri individu, jenis kelamin, dan
keyakinan atau kepercayaan diri seseorang.
Daftar Pustaka
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Durand, V. M. & Barlow, H. David. (2006). Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fahmie, A. (2003). Kecemasan terhadap komputer di Era E-Government
Psikologika. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Vol.16. No.8 1219
Hudaniah & Dayakisni, T. (2003). Psikologi Sosial, Edisi Revisi. Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah.
Dewi, A. P. & Andrianto, S. (2007). Hubungan Antara Pola Pikir dengan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas
Keguruan.
Opt, S. K. & Loffredo, D. A. (2000). I Rethingking Communication Apprehension:
A Myers-Briggs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), 556-570).
Rogers, N. (2004). Berani Berbicara di Depan Publik. Alih Bahasa Lala Herawati.
Bandung: Nuansa.
Rahayu, I.T., Ardani, T.A. dan Sulistyaningsih. (2004). Hubungan pola pikir positif
dengan Kecemasan Berbicara di depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP,
Vol.1, No. 2, 131-134.
Triana, Ridha. (2005). Hubungan Antara Citra Raga dengan Kecemasan
Berbicara
di
Muka
Umum.
[on-line].
http://www.pdf-searchengine,com/berbicara-di-depan-umum-pdf.html. Tanggal akses 16 Maret
2015.
Gunarsa, S. (2000). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakart:
Penerbit PT. BPK Gunung Mulia.
Elliot, J. & Chong, J. L.Y. (2004). Presentation Anxiety: A challange for some
student and a pit of despair for others. Curtin University of Technology.