Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL OBSERVASI

I. A. IDENTITAS SUBJEK
a.

Nama

: CH

b.

Usia

: 20 Tahun

c.

Jenis Kelamin

: Perempuan

d.

Pendidikan

: Mahasiswa S1 Psikologi

e.

Anak ke 3 dari 3 bersaudara

f.
Kost Putri DM

Alamat

: Jl. Golo. No 10. Pandeyan.

B. IDENTITAS ORANG TUA


a.

Nama

: RA

b.

Usia

: 52 Tahun

c.

Jenis Kelamin

: Perempuan (Ibu)

d.

Pendidikan

: S1 Pendidikan

e.

Pekerjaan

: PNS (Guru Sekolah Dasar)

f.

Alamat

II.

:Jalan Delima Siam VIII. Kelurahan Sriwijaya


Kecamatan Bukit Intan. Pangkalpinang, Bangka
Belitung

PERMASALAHAN
Pada saat dilakukan observasi penjajakan ataupun observasi lapangan,

observer memperhatikan secara detail dan komprehensif pada subyek yang


akan menjadi observee. Pada saat itu subyek sedang presentasi tugas di depan
kelas yang disaksikan oleh dosen dan teman teman satu kelas, subyek
menunjukkan perilaku perilaku yang berbeda dari teman teman yang lain saat
presentasi di kelas, seperti subyek banyak menunduk, dan menghindari tatapan
mata dengan para audiens, subyek sering mengulang ngulang kata saat
presentasi dan berbicara dengan terbata bata, subyek juga sering mengayun
ngayunkan tangannya saat akan berbicara diiringi dengan suara yang sangat
pelan.

Subyek adalah mahasiswa psikologi Universitas Ahmad Dahlan, yang


dimana Mahasiswa Psikologi dituntut untuk dapat berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan dengan baik dan benar untuk menunjang karir kedepannya
ataupun untuk kehidupan sehari hari. Maka dari itu hasil dari observasi
penjajakan yang dilakukan oleh observer ini akan memperkuat observer untuk
melakukan observasi terhadap subyek tersebut.
III.

TUJUAN OBSERVASI
Untuk mengetahui Kecemasan Bebricara di Depan Umum Pada

Mahasiswa Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta


IV. METODE OBSERVASI
Metode observasi yang observer gunakan adalah dengan metode
observasi partisipan. Dalam metode tersebut observer \terlibat dalam kegiatan
observasi secara langsung, di mana observer dapat mengamati perilaku subyek
dalam situasi situasi sosial, seperti kecemasan berbicara di depan umum yang
dialami oleh subyek.
V.

PELAKSANAAN OBSERVASI
1. Setting Tempat 1
Tanggal
Tempat

: 3 Mei 2015
: Hall Kampus 1 UAD

Waktu

: 15.00-17.00 WIB

Frekuensi

: 1 kali

2. Setting Tempat 2
Tanggal
Tempat

: 5 Mei 2015
: Ruang Kelas Teknik Penulisan Skripsi

Waktu

: 10.30-12.15 WIB

Frekuensi

: 1 kali

VI. ALAT BANTU OBSERVASI (Alat Mekanik)


Alat bantu yang digunakan pada observasi:
-

Guide Observasi
Pen
Kertas

Kamera Mobile Phone untuk peralatan dokumentasi

VII. Hasil Observasi


1. Setting Tempat 1
Nama

: CH

Usia

: 20tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tanggal

: 3 Mei 2015 (Minggu)

Tempat

: Hall Kampus 1 UAD

Waktu

: 15.00-17.00 WIB

Frekuensi

: 1 kali

Guide observasi ini berdasarkan teori dari Rogers (2004). Bentuk


pencatatan berupa anecdotal records.
NO

Aspek Kecemasan
Berbicara di Depan Umum

1.

Komponen Fisik

Hasil Observasi
Pada saat diskusi kelompok untuk
membahas tentang program kerja KKN
subyek
dipersilahkan
untuk
menyampaikan
pendapat
tentang
program kerja apa yang harus dicatat
dan dilakukan untuk kelompok yang
bertema
Sanitasi
Total
Berbasis
Masyarakat (STBM), disaat semua
anggota kelompok menghadap ke
subyek, subyek hanya diam dan
mengangguk angguk dengan sedikit
senyum
sambil
menggaruk-garuk
kepala.
Seketika subyek di dorong oleh ketua
kelompok
untuk
menyampaikan
pendapatnya, subyek berbicara dengan
suara yang tidak jelas, seperti bergetar,
subyek juga mengeluarkan banyak
keringat
ketika
berbicara
untuk
menyampaikan pendapatnya. Hal ini
terlihat dengan tangan dan dahi subyek
mengeluarkan keringat yang cukup
banyak, padahal ruangan hall lantai 1

UAD cukup dingin dan kondisinya tidak


banyak orang karena merupakan hari
minggu.
Subyek berbicara dengan tempo yang
tidak
teratur
selama
diskusi
berlangsung,
sesekali
salah satu
anggota kelompok memegang tangan
subyek untuk bertanya kenapa subyek
berbicara dengan terengah-engah dan
meminta subyek untuk menari nafas
lebih dalam baru kemudian melanjutkn
untuk berbicara kembali.
2.

Komponen Emosional

Pada saat diskusi kelompok untuk


membahas tentang program kerja KKN
subyek nampak gelisah saat diskusi
kelompok berlangsung, hal ini dapat
dilihat pada subyek yang lebih banyak
melihat kesekeliling hall kampus, subyek
juga sesekali mengecek mobile phone,
dan kemudian menaruh benda tersebut
ke dalam tas. Subyek selalu menduduk
disaat ada teman berbicara maupun
saat anggota kelompok lain terutama
ketua kelompok meminta subyek untuk
berbicara.
Pada saat subyek di tekan untuk
mengeluarkan pendapat, subyek hanya
beberapa kali menatap mata teman
kelompok yang lain, terhitung oleh
observer sebanyak 4 kali subyek hanya
melakukan eye contact kepada anggota
kelompok yang lain. Selebihnya subyek
berbicara ambil menunduk dan melihat
ke kanan dan ke kiri ataupun
kesekeliling ruangan.
Pada saat subyek di persilahkan untuk
berpendapat, subyek membuka kalimat
awalnya dengan tersenyum sambil
menunduk dan menggerak-gerakkan
telapak tangannya (tanda menolak).

3.

Komponen Proses Mental

Pada saat diskusi kelompok untuk


membahas tentang program kerja KKN,
terutama pada saat berpendapat subyek
berbicara dengan suara yang pelan, dan

sesekali berbicara dengan terbata-bata,


hal tersebut dapat dilihat ketika subyek
menyebutkan kata hmm e lebih dari 7
kali setiap subyek berbicara.
Subyek berpendapat memasukkan
program penyuluhan dan sosialisasi
pada anak kecil yang belum bisa buang
air besar di ..... subyek lupa akan kata
toilet dan subyek berbicara apa itu lo
yang saya maksud yang buat pipis sama
BAB dan teman yang lain menguatkan
argumen subyek dengan mengatakan
toilet, kakus.
2. Setting Tempat 2
Nama

: CH

Usia

: 20tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tanggal

: 5 Mei 2015

Tempat

: Ruang Kelas Teknik Penulisan Skripsi

Waktu

: 10.30-12.15 WIB

Frekuensi

: 1 kali

Guide observasi ini berdasarkan teori dari Rogers (2004). Bentuk


pencatatan berupa anecdotal records.
No

1.

Aspek Kecemasan
Berbicara di Depan
Umum
Komponen Fisik

Hasil Observasi

Pada saat mempresentasikan Proposal


Skripsi di depan kelas Teknik Penulisan
Skripsi subyek memulai presentasi
dengan suara yang bergetar saat
mengucapkan salam dan judul proposal
yang di buat oleh subyek. Hal ini dapat
dilihat dengan suara subyek yang seperti
mengeluarkan fibra dan bibir atas subyek
sesekali bergetar seperti naik keatas.
Bukan hanya suara dan bibir subyek saja
yang bergetar, tetapi kaki subyek juga
terlihat bergetar dan bergoyang-goyang
walaupun tampak samar-samar karena

subyek memakai rok.


Pada saat sesi tanggapan dan
pertanyaan, subyek terlihat berkeringat di
daerah wajah, terlihat di sekitar jilbab
yang digunakan subyek basah, padahal
sebelumya jilbab tersebut kering dan
ruangan kelas pun ber AC dan cukup
dingin.
Saat diajukan pertanyaan oleh dosen,
subyek terlihat terengah-engah, subyek
menjawab pertanyaan tersebut dengan
tidak jelas, terengah-engah diantara satu
kata dengan kata yang lainnya. Sampai
dosen tersebut menyuruh subyek untuk
tenang dan relaks terlebih dahulu baru
menjawab pertanyaan tersebut.
2.

Komponen Emosional

Pada saat mempresentasikan Proposal


Skripsi di depan kelas Teknik Penulisan
Skripsi dan giliran subyek yang maju,
subyek maju dengan kepala menunduk
ke bawah saat maju ke depan kelas.
Selama presentasi subyek jarang sekali
memperhatikan audiens yang terdiri dari
teman-teman
satu
kelas
subyek
sebanyak 20 orang dan dosen kelas
teknik penulisan skripsi. Subyek hanya
terpaku pada materi yang subyek
presentasikan di papan tulis.
Selama presentasi berlangsung sampai
dengan sesi tanggapan dan pertanyaan
subyek terlihat gelisah, hal ini bisa dilihat
ketika subyek sering melihat ke
sekeliling dan materi yang subyek
presentasikan
dan
jarang
sekali
menatap audiens, terlebih ketika ada
teman yang akan bertanya mengenal
proposal yang dipresentasikan oleh
subyek, subyek secara spontan menutup
wajahnya dan sedikit tertawa.

3.

Komponen Proses Mental

Pada saat mempresentasikan Proposal


Skripsi di depan kelas Teknik Penulisan
Skripsi subyek mengulang kata eh e
hmm lebih dari 10 kali di setiap slide
presentasi. Subyek juga ada salah
menyebutkan
kata
memerlukan
dengan kata melemerkan.
Selama subyek di depan kelas untuk
presentasi, subyek berbicara dengan
sangat pelan, walaupun sudah dibantu
dengan
alat
pengeras
suara
(microphone), dan ada salah satu dari
teman subyek meminta subyek untuk
mengeraskan suaranya agar terdengar
oleh teman teman yang duduk
dibelakang.

VIII.KESIMPULAN
Kesimpulan dalam observasi setting pertama di Hall lantai satu UAD
adalah terlihat bahwa subyek memiliki kecemasan saat akan berbicara di depan
umum khususnya pada setting tempat pertama yaitu di hall kampus 1 UAD pada
saat membicarakan program kerja untuk KKN bersama anggota kelompok yang
lain. Terlihat dalam aspek komponen fisik, dimana subyek diam saja saat di tekan
untuk berbicara dan apabila subyek terpaksa berbicara maka subyek berbicara
dengan suara yang bergetar dan dengan tempo yang tidak beraturan. Tidak
hanya itu, subyek juga mengeluarkan keringat yang cukup banyak ketika akan
berbicara di depan teman anggota kelompok yang lain, hal ini terlihat dari
basahnya jilbab yang dikenakan oleh subyek padahal kondisi ruangan yang
cukup dingin. Sedangkan dalam aspek emosional, subyek terlihat nampak malu
malu untuk mengemukakan pendapat, hal ini terlihat dari gerak gerik subyek
yang tidak fokus terhadap diskusi kelompok dengan memperhatikan sekeliling
saja, dan banyak menunduk serta menghindari eye contact kepada anggota
kelompok yag lain. Untuk aspek proses mental, subyek juga dapat dikatakan
sering menyebutkan kata kata pengulangan seperti hmmm, ee lebih dari tujuh
kali dan juga sesekali lupa akan kataakhir dari kalimat yang akan disampaikan
oleh subyek.

Kesimpulan dalam observasi setting ke dua di ruang kelas Teknik


Penulisan Skripsi adalah terlihat bahwa subyek memiliki kecemasan berbicara di
depan kelas, saat akan mempresentasikan proposal skripsi. Hal ini dapat terlihat
setelah melihat beberapa aspek, yakni aspek pertama yaitu komponen fisik,
dimana subyek mengeluarkan keringat yang berlebih di saat akan presentasi
maupun selama presentasi berlangsung sampai pada sesi tanya jawab. Subyek
juga mengeluarkan suara yang bergetar ditandai dengan bibir atas subyek yang
bergetar naik ke atas. Pada saat sesi tanya jawab, subyek jug aterlihat terengahengah dalam menjawab pertanyaan dari dosen dan teman-teman yang dimana
sebagai audiens. Ke dua yaitu aspek komponen emosional, di mana subyek
terlihat menunduk dan menghindari eye contact dengan audiens dan suyek
senantiasa terlihat gelisah selama presentasi berlangsung, ditandai dengan
subyek memerhatikan sekeliling dengan tatapan mata yang tidak jelas. Ke tiga
adalah aspek komponen proses mental, terlihat ketika selama subyek
mempresentasikan proposal subyek berbicara dengan suara yang sangat pelan
padahal sudah menggunakan pengeras suara.
Secara keseluruhan, kesimpulan dalam observasi ini adalah subjek
mengalami kecemasan berbicara di depan umum, baik pada saat subyek sedang
melaksanakan

diskusi

kelompok

maupun

pada

saat

mempressentasikan proposal di kelas teknik penulisan skripsi.

subyek

sedang

LAMPIRAN
A. Guide Observasi dan Hasil Observasi Penjajagan
Guide observasi ini berdasarkan teori Rogers (2004) Bentuk pencatatan
berupa anecdotal records, dimana penulisan hasil observasi secara deskriptif
dan memuat 3 level tindakan.
Aspek

Hasil Observasi

1. Komponen Fisik
2. Komponen Emosional
3. Komponen Proses Mental

Hasil Observasi Penjajagan


Observee
Observer
Waktu
Tempat
Durasi
Permasalahan
Tujuan

No
1.

Aspek
Fisik

2.

Kognitif

3.
4.
5.
6.
7.

Emosi
Konsentrasi
Motivasi
Sosialisasi
Perilaku

8.

Komunikasi
Verbal

: CH
: Desta Israwanda
: 12.30 14.30 (30 April 2015)
: Ruang Kuliah Seminar Psikologi Sosial
: 45 Menit
: Subyek mengalami kecemasan saat akan berbicara di
depan umum (Presentasi Tugas)
: Untuk Mengetahui Kecemasan Berbicara di Depan
Umum Pada Subyek.
Hasil Observasi
Subyek memiliki tinggi kurang lebih 165 cm. Pada
saat observasi penjajagan subyek menggunakan
jilbab nerwarna hiju dengan kemeja kotak kotak
dengan rok berwarna hitam.
Subyek kurang menguasai materi sehingga saat di
ajukan pertanyaan oleh dosen subyek hanya diam
saja tidak bisa menjawab.
Subyek menghindari tatapan mata dengan audiens
Subyek sering mengulang ngulang kata.
Subyek sering menunduk selama presentasi,
subyek berbicara dengan terbata bata dengan
suara yang pelan
Verbal : terbata bata, suara yang pelan, mengulang
kata atau kalimat yang tidak berarti

nonverbal

Nonverbal : subyek menunjukkan ekspresi wajah


yang datar, subyek sering menggerak gerakkan
tangannya saat sedang presentasi

B. Dasar Teori
1.

Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum


Dalam kamus istilah psikologi, Chaplin (2000) mendefinisikan kecemasan

sebagai perasaan campuran berisi ketakutan dan keprihatinan mengenai rasarasa mendarang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Durand dan
Barlow (2006) menyatakan kecemasan merupakan keadaan suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah di mana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan melibatkan
perasaan, perilaku dan respons-respons fisiologis.
Sementara itu, menurut Lazarus (dalam Fahmie, 2003) kecemasan
mempunyai dua arti, yaitu
a.

Kecemasan sebagai respon, digambarkan sebagai suatu pengalaman yang


dirasakan tdak menyenangkan serta diikuti dengan susana gelisah, bingung,

khawatir dan takut. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu
(1) State anxiety, merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap
pada diri individu ketika dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini akan tampak
selama situasi tersebut masih ada.
(2) Trait anxiety, kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku
tetapi dapat dilihat frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu
sepanjang waktu, merupakan kecemasan yang sifatnya menetap pada diri
individu dan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan pada awal
kehidupan. Kecemasan tersebut berhubungan dengan kepribadian individu yang
merupakan disposisi pada individu untuk menjadi cemas.
b. Kecemasan sebagai intervening variable, disini kecemasan lebih mempunyai
arti sebagai motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut dapat
mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.
Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada umumnya
kecemasan berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf psikologis dan
suatu pengalaman subyektif dari ketegangan atau kegugupan. Beberapa individu

juga sering kali mengalami perasaan tidak nyaman dengan kehadiran orang lain,
biasanya disertai dengan perasaan malu yang ditandai dengan ketakutan,
hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Keadaan
individu yang seperti ini dianggap mengalami kecemasan sosial.
Salah satu bentuk kecemasan yang sering terjadi adalah kecemasan
dalam hal berkomunikasi. Burgoon dan Ruffner (dalam Dewi & Ardianto, 2003)
mendefinisikan communication apprehension sebagai suatu reaksi negatif dari
individu berupa kecemasan yang dialami individu ketika berkomunikasi, baik
komunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi masa.
Pada penelitian kali ini penulis akan menekankan pada kecemasan berbicara di
depan umum.
Sejalan dengan itu, Beaty (dalam Opt & Loffredo, 2000) juga
menyebutkan
communication

kecemasan

berbicara

apprehension.

di

depan

Kecemasan

umum

berbicara

dengan

istilah

depan

umum

di

merupakan bentuk dari perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara
di depan orang-orang sebagai hasil dari proses belajar sosial.
Terdapat

perbedaan

antara

berbicara

di

depan

umum

dengan

pembicaraan biasa, pada konteks pembicaraan biasa individu merasa aman


untuk menyampaikan pikirannya. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembicaraan biasa adalah adanya proses memberi dan menerima, atau proses
komunikasi dua arah (dialog). Berbeda dengan berbicara di depan umum, begitu
individu mulai berbicara didepan umum, secara otomatis individu tersebut
menjadi pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses
komunikasi berubah menjadi satu arah (monolog). Ketakutan dan kecemasan
berbicara di depan umum ditandai dengan perasaan gelisah dan perasaan
tertekan (Rogers, 2004).
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan
berbicara di depan umum adalah suatu keadaan yang dirasakan tidak nyaman
dan sifatnya tidak menetap pada diri individu, baik ketika membayangkan
maupun pada saat berbicara di depan orang banyak. Hal ini ditandai dengan
reaksi fisik dan psikologis.
2.

Komponen-komponen Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Komponen kecemasan berbicara di depan umum menurut Rogers (2004)


adalah :
a.

Komponen

fisik

yang

biasanya

dirasakan

jauh

sebelum

memulai

pembicaraan. Gejala fisik tersebut berbeda setiap individu . Contoh dari gejala
fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang
bergetar, kaki gemetar, atau sampai sulit bernafas dan hidung menjadi berlendir
b. Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen emosional adalah
adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang bisa muncul sebelum individu tampil
dan mengalami rasa kehilangan kendali. Biasanya muncul secara mendadak
rasa tidak berdaya seperti munculnya rasa panik dan rasa malu setelah
berakhirnya pembicaraan.
c. Komponen proses mental, yaitu individu yang sering mengulang kata atau
kalimat, atau mengalami hilang ingatan secara tiba tiba sehingga sulit untuk
mengingat fakta secara tepat dan seringkali melupakan hal hal yang penting.
Berdasarkan perjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komponen kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari komponen fisik,
kompoen proses mental dan komponen emosional.
3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Berbicara di Depan Umum


Kecemasan berbicara di depan umum dipengaruhi oleh berbagai macam

hal, Rogers (2004) meyakini bahwa yang sangat berpengaruh terhadap


kecemasan berbicara di depan umum adalah pola pikir yang keliru. Seseorang
yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinya sedang diadili,
merasa bahwa penampilan dan gera-gerik dan ucapannya sedang menjadi
perhatian banyak orang. Sama halnya dengan pendapat Rahayu, dkk (2004)
yang menyatakan bahwa kecemasan berbicara di depan umum bukan
disebabkan oleh ketidakmampuan individu, tetapi disebabkan pada pikiranpikirannya yang negatif dan tidak rasional.
Pada bukunya yang berjudul human Communication, Burgoon dan
Ruffner (dalam Dewi & Andrianto, 2003) menyebutkan adanya satu faktor yang
menyebabkan

kecemasan

berbicara

di

depan

umum,

yaitu

kurangnya

pengalaman atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan yang


dirasakan individu. Hal ini mengakibatkan individu cenderung mempunyai pikiran

dan perasaan yang negatif terhdap dirinya dan kemudian menghindari berbicara
di depan umum.
Faktor lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum
adalah citra raga individu (Triana, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan pada
mahasisa Universitas Islam Indonesia menunjukkan bahwa semakin positif citra
raga individu maka semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan
umum. Sebaliknya semakin negarif citra raga individu, maka kecemasan
berbicara di depan umum semakin tinggi.
Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000) kecemasan tersebut dapat
bersumber dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak
mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar
prestasi individu yang terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya seperti
kekurangsiapan untuk menghadapi situasi yang ada, pola berpikir, dan persepsi
negatif terhadap situasi atau diri sendiri.
Selain faktor-faktor diatas, perbedaan jenis kelamin juga telah menjadi
fokus dalam beberapa penelitian mengenai kecemasan berbicara di depan
umum. Elliot dan Chong (2004) menyebutkan bahwa perbedaan jenis kelamin
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di
depan umum di mana wanita memiliki tingkat kecemasan berbicara yang lebih
tinggi dibandingkan pria.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor faktor yang
mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum antara lain adalah pola
pikir yang keliru, pengalaman individu, citra diri individu, jenis kelamin, dan
keyakinan atau kepercayaan diri seseorang.

C. Dokumentasi (Foto, dll)

Gambar 1. Subyek sedang diskusi kelompok KKN untuk membicarakan proker


di hall lantai 1 UAD.

Gambar 2. Subyek sedang mempresentasikan proposal di kelas teknik


penulisan skripsi.

Daftar Pustaka
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Durand, V. M. & Barlow, H. David. (2006). Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fahmie, A. (2003). Kecemasan terhadap komputer di Era E-Government
Psikologika. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, Vol.16. No.8 1219
Hudaniah & Dayakisni, T. (2003). Psikologi Sosial, Edisi Revisi. Malang: Penerbit
Universitas Muhammadiyah.
Dewi, A. P. & Andrianto, S. (2007). Hubungan Antara Pola Pikir dengan
Kecemasan Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas
Keguruan.
Opt, S. K. & Loffredo, D. A. (2000). I Rethingking Communication Apprehension:
A Myers-Briggs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), 556-570).
Rogers, N. (2004). Berani Berbicara di Depan Publik. Alih Bahasa Lala Herawati.
Bandung: Nuansa.
Rahayu, I.T., Ardani, T.A. dan Sulistyaningsih. (2004). Hubungan pola pikir positif
dengan Kecemasan Berbicara di depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP,
Vol.1, No. 2, 131-134.
Triana, Ridha. (2005). Hubungan Antara Citra Raga dengan Kecemasan
Berbicara
di
Muka
Umum.
[on-line].
http://www.pdf-searchengine,com/berbicara-di-depan-umum-pdf.html. Tanggal akses 16 Maret
2015.
Gunarsa, S. (2000). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakart:
Penerbit PT. BPK Gunung Mulia.
Elliot, J. & Chong, J. L.Y. (2004). Presentation Anxiety: A challange for some
student and a pit of despair for others. Curtin University of Technology.

Anda mungkin juga menyukai