Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul
akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi
ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel. Aritmia terbagi menjadi takiaritmia dan bradiaritmia.1
Atrioventrikular (AV) blok adalah salah satu jenis bradiaritmia yang
didefinisikan sebagai keterlambatan atau gangguan dalam transmisi impuls dari
atrium ke ventrikel akibat gangguan anatomis atau fungsional dalam sistem
konduksi. Gangguan konduksi dapat bersifat sementara atau permanen. Konduksi
dapat
ditunda,
intermiten,
atau
tidak
ada.
Hambatan
Atrioventrikuler
ke
ventrikel
berdenyut
sendiri-sendiri
(terdapat
disosiasi
lambat
dibandingkan
atrium
(20-60x/menit).
Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV blok dapat
juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal
segera setelah terjadi periode blok total.4
1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. MD
Umur
: 67 tahun
Alamat
: Aceh Timur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
No. RekamMedik
: 1-07-81-66
Tanggal Masuk
: 20 Januari 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 3 Februari 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri dada sebelah kiri
Keluhan Tambahan
- Sesak napas
- Mudah lelah
- Hoyong
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hematologi
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Eritrosit
- Leukosit
- Trombosit
Hitung jenis
- Eosinofil
Waktu
pemeriksaan
20/1/2016
Pkl 12.02 WIB
Hasil
Satuan
13,1
38
4,6
7,3
162
g/dl
%
6
10 /mm3
103/mm3
103/mm3
%
5
Basofil
Netrofil segmen
Netrofil batang
Limfosit
Monosit
0
0
62
26
9
%
%
%
%
%
2
7
Menit
Menit
Negatif
Negatif
U/L
Elektrolit
- Natrium
- Kalium
- Klorida
141
3.6
106
mmol/L
mmol/L
mmol/L
Diabetes
- Gula darah sewaktu
134
mg/dl
Ginjal Hipertensi
- Ureum
- Kreatinin
49
0.98
mg/dl
mg/dl
10.6
10.2
0.99
Detik
Detik
Detik
38.2
33.9
Detik
Detik
Faal Hemostasis
- Waktu perdarahan
- Waktu pembekuan
Imunoserologi
- HbsAg
Kimia klinik
- Troponin
- CK-MB
Faal Hemostasis
- PT
Pasien
Kontrol
INR
- APTT
Pasien
Kontrol
1/2/2016
Foto Thorak PA
Elektrokardiografi
EKG (20/1/2016)
Irama
Denyut jantung
Axis
Gel P
Kompleks QRS
PR interval
RR interval
QT interval
ST elevasi/ depresi
T inverted
LVH/RVH
Kesimpulan
: sinus
: 30 x/i
: LAD
: normal, jarak P ke P sama
: kesan LBBB, gel P dan gel QRS tidak berhubungan kesan
TAVB
: normal
: normal
: normal
: (-)
: avL, v1-v6
: (+/-)
: irama sinus bradikardi dengan TAVB + LAD + hipertrofi
ventrikel kiri + LBBB
Irama
Denyut jantung
Axis
Gel P
Kompleks QRS
PR interval
RR interval
QT interval
ST elevasi/ depresi
T inverted
LVH/RVH
: sinus on TPM
: 71 x/i
: LAD
: normal, jarak P ke P sama
: normal
: normal
: normal
: normal
: (-)
: (-)
: (+/-)
Kesimpulan
Irama
Denyut jantung
Axis
Gel P
Kompleks QRS
PR interval
RR interval
QT interval
ST elevasi/ depresi
T inverted
LVH/RVH
Kesimpulan
: sinus on PPM
: 60 x/i
: LAD
: normal, jarak P ke P sama
: normal
: normal
: normal
: normal
: (-)
: (-)
: (+/-)
: irama sinus on PPM + LAD + hipertrofi ventrikel kiri
Ekokardiografi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10
Terapi Farmakologi :
Sebelum Pemasangan TPM:
1. O2 4 L/menit (k/p)
2. IVFD NaCl 0,9% 500 cc/24 jam
3. Dopamin 1 x 0.25 mg
4. Amlodipin 1 x 5 mg
5. Amlodipin 5 mg tablet 1x1
Setelah pemasangan TPM:
1. O2 4 L/menit (k/p)
2. IVFD NaCl 0,9% 500 cc/24 jam
3. Dopamin 1 x 0.25 mg
4. Amlodipin 1 x 5 mg
5. Salbutamol 3 x 2 mg
6. Inj. Alinamin 1 amp / 24 jam/ IV
7. Drip amiodaron dalam dektrose 5% 300 mg/6 jam selanjutnya 600
mg/18jam selama 24-48 jam
Setelah pemasangan PPM:
1. O2 4 L/menit (k/p)
2. Dopamin 1 x 0.25 mg
3. Amlodipin 1 x 5 mg
4. Amiodaron 2 x 200 mg
5. Inj. Cefotaxim 1 g/12 jam/IV (selama 3 hari)
6. PCT tab 3 x 500 mg
PLANNING
Pemeriksaan EKG per hari
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia
11
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
20.1.2016
Subjective
lemas
Objective
Kes : CM
TD : 160/80 mmHg
HR : 26 x/i
RR : 20 x/i
Assesment
- TAVB
- Hipertensi stage I
- Vesikolithiasis
Planning
Th
- O2 4 L/menit (kp)
- IVFD NaCl
0,9% 500
cc/24 jam
- Dopamin 1 x
0.25 mg
- Amlodipin 1
x 5 mg
P:
- Persiapan
TPM
- USG urologi
TAVB
+ Th
- O2 4 L/menit (kp)
Bradikardi
Hipertensi stage - IVFD NaCl
1
0,9% 500
Vesikolithiasis
cc/24 jam
- Dopamin 1 x
0.25 mg
- Amlodipin 1
x 5 mg
- Salbutamol 3
x 2 mg
- Inj. Alinamin
1 amp / 24
jam/ IV
P:
- Pasang folley kateter
- Persiapan TPM
12
26.11.2016
Tidak
ada Kes : CM
keluhan
TD : 150/80 mmHg
HR : 60 x/i
RR : 18 x/i
Mata : anemis-/-, ikterik-/TVJ : R+2cmH2O
Toraks : S1S2 (N), murmur (-)
Pulmo : SP : vesikuler, ST : -/Abd. : soepel,Hati, Lien, Renal :
tidak teraba, BU (N)
Ekst: akral hangat, edema
pretibial : -/EKG: sinus, regular, HR 60 kpm
BNO: vesikolitiasis
TAVB
+ Th
- O2 4 L/menit (kp)
Bradikardi
Hipertensi stage - IVFD NaCl
1
0,9% 500
Vesikolithiasis
cc/24 jam
- Dopamin 1 x
0.25 mg
- Amlodipin 1
x 5 mg
- Salbutamol 3
x 2 mg
- Inj. Alinamin
1 amp / 24
jam/ IV
P:
Pasang TPM hari ini
TAVB on TPM
Th
Hipertensi stage - O2 4 L/menit (kp)
1
- IVFD NaCl
Vesikolithiasis
0,9% 500
cc/24 jam
- Dopamin 1 x
0.25 mg
- Amlodipin 1
x 5 mg
- Salbutamol 3
x 2 mg
- Inj. Alinamin
1 amp / 24
jam/ IV
- Drip
amiodaron
dalam
dektrose 5%
300 mg/6
jam
selanjutnya
600
mg/18jam
selama 24-48
jam
P:
Pasang PPM
13
29.11.2014
Batuk
berdahak (+)
Kes : CM
TD : 130/80 mmHg
HR : 75 x/i
RR : 18 x/i
1.2.2016
Tidak
ada Kes : CM
keluhan
TD : 160/100 mmHg
HR : 60 x/i
RR : 18 x/i
Mata : anemis-/-, ikterik-/TVJ : R+2cmH2O
Toraks : S1S2 (N), murmur (-)
Pulmo : SP : vesikuler, ST : -/Abd. : soepel,Hati, Lien, Renal :
tidak teraba, BU (N)
Ekst: akral hangat, edema
pretibial : -/EKG: sinus, regular, HR 30 kpm
BNO: vesikolitiasis
TAVB on TPM Th
- O2 4 L/menit (kp)
pro PPM
Hipertensi stage - IVFD NaCl
1
0,9% 500
Vesikolithiasis
cc/24 jam
- Dopamin 1 x
0.25 mg
- Amlodipin 1
x 5 mg
- Salbutamol 3
x 2 mg
- Amiodaron 3
x 200 mg
- Fluimucyl 3
x 200 mg
P:
- pasang PPM
14
op
rabu
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki 67 tahun datang dengan keluhan nyeri dada sejak 1 bulan
SMRS. Nyeri dada dirasakan seperti menusuk namun tidak menjalar. Nyeri dada
memberat ketika pasien beraktivitas dan dirasakan pasien berkurang dengan
istirahat serta berlangsung > 20 menit. Pasien juga mengeluhkan mudah lelah
ketika beraktifitas dan terkadang merasa sesak nafas.
Hal ini sesuai dengan teori dimana nyeri dada merupakan salah satu keluhan
yang paling banyak ditemukan di klinik. Nyeri dada tersebut dapat disebabkan
oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa yang tepat
sangat tergantung dari pemeriksaan fisik serta anamnesis dari sifat nyeri dada
mengenai lokasi, penyebaran, lama nyeri serta faktor pencetus yang dapat
menimbulkan nyeri dada.2
Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan disebabkan oleh
aritmia. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis. Aritmia timbul
akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi
ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel. Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi yang
menyebabkan berkurangnya cardiac output sehingga mengurangi proses
oksigenasi jaringan.2
Keluhan aritmia lain bisa berupa perubahan tekanan darah (hipertensi atau
hipotensi), nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi, bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema,
produksi urin menurun bila curah jantung menurun berat, sinkop, pusing,
berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil, nyeri dada
ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah, nafas
pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan
(crackles, ronki, mengi) mungkin ada juga yang menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
15
16
Penyebab Bradikardia 1
Faktor Intrinsik
Degenerasi Idiopatik (proses penuaan)
Infark / iskemia
Penyakit Infiltratif
Sarkoidosis
Amiloidosis
Hemokromatosis
Penyakit Kolagen-Vaskular
SLE
Reumatoid Artritis
Skleroderma
Distropi otot miotonik
Trauma Bedah
Penggantian Katup
Koreksi penyakit kongenital
Transplantasi jantung
Penyakit Keturunan
Penyakit Infeksi
Chagas Disease
Endokarditis
Faktor Ekstrinsik
Sindroma Gangguan Autonomik
Sinkop Neurokardial
Sinus karotid Hipersensitif
Gangguan Situasional
Batuk
Defekasi
BAK
Muntah
Obat
Beta Blocker
Calcium-channel Blocker
Clonidine
Digoxin
Obat antiaritmia
Hipothyroid
Hipotermia
Gangguan Neurologis
Gangguan Elektrolit
Hipokalemi
Hiperkalemi
17
18
2.
impuls dari atrium ke ventrikel yang disebabkan oleh gangguan anatomis maupun
gangguan fungsional dari sistem konduksi.5,6 Gangguan konduksi ini dapat
bersifat sementara atau permanen; konduksi dapat hanya diperlambat, hanya
sesekali, atau terhambat. Gangguan konduksi diklasifikasikan menjadi 3
berdasarkan derajat keparahan, yaitu derajat 1, 2, dan 3.2
Pada pemeriksaan pasien didapatkan denyut nadi 30x/menit sehingga
pasien tergolong mengalami bradikardi. Bradikardi pada pasien ini kemungkinan
disebabkan karena degeneratif idiopatik (penuaan). Pada pasien tidak dijumpai
adanya riwayat coronary artery disease, infeksi jantung dan paru, infeksi sistemik
lain, autoimun maupun faktor ekstrinsik seperti gangguan elektrolit ataupun
penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu irama jantung. Maka untuk
menentukan jenis bradikardi pada pasien diperlukan pemeriksaan penunjang
seperti EKG. Pemeriksaan fisik pasien juga ditemukan adanya pelebaran batas
jantung dengan kesan kardiomegali.
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana
besarnya jantung lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari
55% besar rongga dada. Kardiomegali salah satu atau lebih dari 4 ruangan jantung
membesar. Namun umumnya kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik
jantung kiri (ventrikel sinistra). Hal ini dapat dikaitkan dengan banyak penyebab,
tapi sebagian besar karena output jantung yang rendah, jika tidak disebut sebagai
gagal jantung. Penyebab yang terbanyak: 6
a. Penyakit Jantung Hipertensi
Pada keadaan ini terdapat tekanan darah yang tinggi sehingga jantung
dipaksa kerja ekstra keras memompa melawan gradien tekanan darah perifer anda
yang tinggi. Pada kasus ditemukan adanya riwayat hipertensi stage 1 dengan
pengobatan teratur menggunakan amlodipin selama 10 tahun terakhir. Jadi
kemungkinan hipertensi sebagai penyebab kardiomegali masih bisa dimasukkan.
b. Penyakit Jantung Koroner
19
20
21
dan kompleks QRS ( independent satu sama lain). Interval PP dan RR tampak
teratur, kecuali ekstra sistol.3,4
Dalam kondisi normal, persimpangan AV yang terdiri dari AVN dengan
sambungannya terhadap jalur internodal atrium, bundel AV dan bagian yang tidak
bercabang dari bundel His, memberikan hubungan tunggal untuk transmisi impuls
antara sistem konduksi atrioventrikuler. Serat-serat pada AVN memiliki sifat
tahanan yang tinggi yang menyebabkan penundaan antara transmisi impuls
atrioventrikuler. Penundaan ini memberikan waktu optimal bagi pengisian
ventrikel dan melindungi ventrikel dari laju abnormal yang berasal dari atrium.
Gangguan konduksi dari AVN paling banyak dihubungkan dengan fibrosis atau
jaringan luka pada sistem konduksi. Gangguan konduksi dapat juga berakibat dari
pengobatan, termasuk digoxin, beta-bloker, calcium channel blocker dan
antiaritmia kelas 1A. Faktor tambahan yang memperberat termasuk gangguan
elektrolit, penyakit radang , atau operasi jantung. Blok jantung mengacu kepada
gangguan konduksi impuls. Gangguan konduksi dapat berupa perubahan
fisiologis atau patologis. Hal ini dapat terjadi pada serat AVN atau bundel AV.
Interval PR pada EKG akan sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk
penyampaian impuls dari nodus SA sampai ke jalur ventrikel.2
AV Blok terbagi menjadi: 3,4,5
a. Blok AV derajat satu
AV derajat satu merupakan derajat yang paling ringan. Pada jenis ini, impuls
yang dibentuk disimpul SA mengalami perlambatan disimpul AV. Karena itu,
istilah blok AV pada kondisi ini sebenarnya kurang tepat, karena yang terjadi
adalah perlambatan (delay), bukan blok. Pada derajat satu, blok biasanya terjadi di
simpul AV. Pada umumnya durasi kompleks QRS yang mengikuti masih sempit
22
kecuali bila terjadi aberansi. Interval PR tampak konstan tanpa episode dropped
beat. Karena itu interval RR juga tampak teratur.3,4
Pemanjangan interval ini antara lain disebabkan konsumsi obat-obatan
(penyekat reseptor beta, antagonis kalsium, amiodaron dan digoksin), penyakit
jantung koroner. Meskipun jarang, pemanjangan interval PR (0,21-0,22 det)
kadang masih akan ditemukan pada individu tanpa kelainan struktural apa-apa di
jantung. Pasien sering kali tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Blok AV
derajat satu biasanya tdak memerlukan tindakan apa-apa.4
Kriteria diagnostiknya adalah :
1) Setiap gelombang P di ikuti oleh QRS ( tidak ada episode dropped beat).
2) Interval PR > 0,2 detik. Pemanjangan interval ini konstan dari beat ke beat.2
b. Blok AV derajat dua
Tahun 1899, Karel Frederik Wenckebach, menjelaskan sebuah fenomena
timbulnya sebuah ketidakteraturan denyut nadi karena blok parsial di atrium
ventrikular junction. Akibat blok parsial ini, terjadi pemanjangan progresif waktu
konduksi di jantung. Fenomena ini kemudian disebut sebagai fenomena
Wenckebach. Pada bulan juli 1923 woldemar mobitz untuk pertama kali membagi
blok AV derajat dua menjadi dua tipe yaitu :3,4
1) Tipe I ( mobitz tipe I atau Wenckebach phenomenon)
Pada mobitz tipe I impuls yang datang dari atrium lebih sulit melawati
simpul AV. Pada EKG tampak pada interval PR memanjang progresif hingga suatu
saat gelombang P tidak diteruskan menjadi kompleks QRS karena simpul AV
masih refrakter (Wenckebach phenomenon). Dengan demikian, depolarisasi dari
atrium tidak lagi diteruskan ke ventrikel atau dropped beat. Setelah dropped beat
ini terjadi, masa refrakter simpul AV telah selesai. Dengan kata lain simpul AV
telah siap untuk menerima dan meneruskan impuls yang baru dari atrium. Karena
itu saat ada impuls yang baru datang, simpul AV kembali dapat meneruskannya ke
23
24
25
27
29
foto thoraks serta ekokardiografi tampak adanya pembesaran atrium dan ventrikel
kiri.7,8
Gambar : Kardiomiopati
Pada usia tua seperti pada kasus muncul adanya miosit disarray sehingga
rentan terhadap timbulnya aritmia yang malignan akibat munculnya fokus ektopik
dan mulai terjadi degenerasi sistem konduksi yang menyebabkan terjadinya
fibrosis sehingga menimbulkan gangguan irama jantung.3
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami TAVB yang ditandai dengan sinus bradikardia. Sinus
bradikardi seperti pada kasus ini biasa juga terjadi pada kondisi patologis setelah
mengalami miokard infark pada dinding jantung inferior yang mempengaruhi
arteri koroner kanan, yang mensuplai darah pada SA node. Bisa juga diakibatkan
oleh berbagai kondisi lain dan penggunaan obat tertentu. Signifikasi klinis dari
bradikardi bergantung pada berapa lambat kecepatannya dan apakah pasien
mengalami gejala (pengaruh). Sebagai contoh orang dewasa dapat menoleransi
sinus bradikardi hingga 45 sampai 59 kali/ menit, tetapi kurang toleran jika
kecepatan dibawah 45 kali/menit.3,7
Sinus bradikardi biasanya tidak menyebabkan keluhan (gejala) yang berarti,
kecuali jika pasien menunjukan tanda gejala penurunan curah jantung (cardiac
output), tidak ada terapi yang dibutuhkan.7
Pada kasus awalnya pasien juga tidak merasakan adanya gejala seperti
nyeri dada, sinkop ataupun lemas dan sesak. Pasien baru mengeluhkan keluhan
nyeri dada sejak 1 bulan SMRS dan keluhan tersebut tidak terlalu berat.
Saat tidak bergejala pasien dikatakan mengalami bradikardi asimtomatik,
dimana sudah terjadi gangguan irama jantung namun masih cukup memenuhi
cardiac output dan sesuai teori hal ini belum memerlukan terapi.7
30
(level
of
consciousness)
seperti
bingung.
Bradikardi
dapat
31
bradikardi. Evaluasi toleransi pasien pada saat istirahat dan beraktivitas. Tinjau
kembali penggunaan obat atau obat-obatan yang sudah diberikan. Periksa dengan
petugas kesehatan mengenai penghentian obat yang dapat menekan fungsi SA
node seperti digoksin, beta-adrenergic blocker, atau calcium channel Blocker.
Sebelum pemberian obat, pastikan denyut jantung dalam batas aman.6
Jika pasien mengalami gejala, treatmen bertujuan untuk mengindentifikasi
dan memperbaiki faktor penyebab. Sementara itu, denyut jantung (heart rate)
harus dijaga dengan transcutaneous pacing (alat pacu jantung). Gunakan obat
seperti atropin, epinefrin, atau dopamin, selama menunggu pacemaker atau
jika pacing (alat pacu) tidak efektif.6,7
Penatalaksanaan bradikardi yang disebabkan total AV blok sendiri hampir
sama yaitu dilakukan dengan obat obatan dan pemasangan pacu jantung. Obatobatan yang diberikan berupa sulfas atropin 0,5 mg intravena dengan dosis
maksimal 2 mg merupakan obat pilihan, dan sebagai alternatif adalah
isoproterenol.8,9
Pada kasus digunakan terapi medikamentosa berupa digoksin 1x 0.25mg,
amlodipin 1x5 mg, amiodaron 2 x 200 mg, dan salbutamol 2 x 2 mg dimana
sebelumnya diberikan juga amiodaron secara drip selama 48 jam.7,8
Digoksin adalah glikosida jantung, 6580% diserap setelah pemberian
secara oral. Begitu sampai ke dalam darah, seluruh golongan glikosida jantung
didistribusikan secara merata ke jaringan-jaringan, meliputi sistem saraf pusat.
Akan tetapi, distribusi digoksin memang relatif lambat; oleh karena itu, meskipun
diberikan melalui intravena, ada kelambatan beberapa jam antara pemberian obat
dengan efek antiarimia. Waktu paruh eliminasi digoksin adalah 36 jam pada
pasien dengan fungsi ginjal normal. Oleh karena itu digoksin dapat diberikan
sekali dalam sehari seperti pada kasus. Sedangkan kadar digoksin dalam darah
dicapai setelah
rate yang
32
diminum bersamaan dengan makanan. Karena bersifat larut dalam lemak maka
amiodaron ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di jaringan lemak dan otot,
hati, paru dan kulit. Amiodaron juga dapat menembus sawar plasenta dan
ditemukan pada air susu ibu.9
Waktu paruh amiodaron sangat panjang, rata-rata 58 hari. Secara
elektrofisiologis,
amiodaron
menyebabkan
pemanjangan
interval
QT,
pemanjangan
masa
refrakter
dan
perlambatan
konduksi
33
adalah
golongan
Calcium
Channel
Blocker (Nifedipin,
34
Bila obat tidak menolong, dipasang alat pacu jantung temporer. Biasanya
jarang diperlukan alat pacu jantung permanen. Sangat perlu diperhatikan kondisi
hemodinamik pasien. American Heart Association/ American College of
Cardiology membagi indikasi pemasangan pacu jantung ke dalam 3 kelas: kelas
I,II,III. Yang dimaksud kelas I adalah keadaan dimana pacu jantung harus
dipasang, kelas II keadaan dimana masih terdapat perbedaan mengenai
kepentingannya, dan kelas III keadaan dimana tidak diperlukan pacu jantung.
Khusus untuk indikasi kelas I pemasangan pacu jantung pada blok AV adalah
sebagai berikut:7,8
1.
2.
36
DAFTAR PUSTAKA
37