Laporan Pendahuluan Dss
Laporan Pendahuluan Dss
Keperawatan Anak II
Pasien dengan Dangue Shock Syndrome ( DSS)
Di IRNA IV HCU RSSA - Malang
Disusun Oleh :
Miftahul Jannah
1401100035
Tingkat 2A
diathesis
hemoragik.
Pada
DBD
terjadi
Chen, 2006).
Penyakit Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah penyakit DHF yang
2. ETIOLOGI
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat
di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis
virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40
nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia misalnya sel BHK
(Babby Homster Kidney) maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes
Albopictus. (Soedarto, 1990).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari. (Soedarto, 1990).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya
atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990).
Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus ( arbovirus) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus/family flaviviridae yang
mempunyai 4 jenis serotype yang diberi nama Den-1,Den-2,Den-3,dan
Den-4. ( sumarmo,s dkk;2008.156)
antibody
seumur
hidup
terhadap
serotype
yang
darah
dan
masuk
kedalam
ruang
interstitial,
sehingga
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium
- Trombosit menurun <100.000/ (pada hari sakit ke 3 7
- Hematokrit meningkat 20% atau lebih
- Albumin cenderung menurun
- SGOT, SGPT sedikit meningkat
- Asidosis metabolik pada lab BGA (pc02 < 35 40 mmHg, HCO3
menurun.
- Dengue blat 19m positif 19G positif pada hari ke 6.
- NS 1 positif
2. Foto rontgen
- Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext)
- Efusi Pleura (PEI %)
3. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan:
- Asites dan Efusi pleura
- Hepatomegali
8. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Medis
Pada penderita DSS (DBD Grade III dan IV) anak-anak :
1. Cairan Cairan yang diberikan bisa berupa :
- Kristaloid :
Ringer Laktat
5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat
5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat
5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan
5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali.
1) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Koloidal :
Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dextran 40)
Plasma.
RL / D 5 % dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal
garam faali ----> diberikan 10 20 ml/kg BB/ 1 jam.
Pada kasus yang berat (grade IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB
(1 x atau 2 x).
berkelanjutan.
Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.
Jika jumlah trombosit menunjukkan kecenderungan menurun
Antipiretika : yang diberikan sebaiknya Parasetamol (mencegah
mg/kgBB/hari i.v.
Dopamine 8 mcg/kgBB
B. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter
dalam 24 jam ( Susu, air dengan gula atau sirup) atau air tawar dengan
garam saja
3. Medikamentos yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpeksia dapat
diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal.
4. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoven, eukinin atau dipiron,
hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
5. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.
9. PATHWAY
10.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah
ada yang terkena DB)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas, muntah, epistaksis, pendarahan gusi.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit) : kapan mulai panas?
3)
Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien)
4)
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik
bersifat genetic atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang?
6) Riwayat imunisasi
c.
1)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan,
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue (viremia).
2. Kekurangan volume cairan b.d perpindahan cairan dari intravaskuler
ke ekstravaskuler.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
inadekuat.
4. Resiko syok hipovolemik b.d permeabilitas membran meningkat.
5. Resiko cedera (perdarahan) b.d trombisitopenia.
C. Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan Proses Infeksi Virus Dengue
(Viremia)
Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan
perawatan.
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37 C, membran mukosa basah,
nadi dalam batas normal (80 100 x/mnt), Nyeri otot hilang.
Intervensi :
- Berikan kompres (air biasa / kran).
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara
konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara
-
evaporasi.
Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan
mudah menyerap keringat pada klien.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis
mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu
tubuh.
Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan
darah) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
hipovolemik.
Kriteria : Input dan output seimbang, Vital sign dalam batas normal
(TD 100/70 mmHg, N: 80 120 x/mnt), Tidak ada tanda presyok,
intravaskuler
Observasi capillary Refill.
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
Observasi intake dan output. Catat jumlah, warna, konsentrasi, BJ
urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ
diduga dehidrasi.
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi).
intervensi.
Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan).
intervensi.
Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun
sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan
Membran Meningkat
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal.
Intervensi :
- Monitor keadaan umum pasien.
Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan
terutama saat terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui
-
Rasional
-
: Cairan
intravena
diperlukan
untuk
mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan T.H., Laurentz I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta:
EGC.
Soegijanto S, et all. 1994. Demam Berdarah Dengue Pedoman Diagnosa dan
Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,
(terjemahan). Jakarta: EGC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan)..
Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran.
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta: Media Aescullapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Jakarta: FKUI.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soedarto. 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: F.K. Universitas
Airlangga.
Rampengan T.H dkk. 1997. penyakit infeksi tropic pada anak. Jakarta: EGC