Anda di halaman 1dari 5

BLOK MEDIKOLEGAL

JOURNAL READING

BUNUH DIRI DOKTER

KELOMPOK B5
Ketua

: Prisilla Desfiandi

(1102010220)

Sekretaris

: Sarah Kemalasari

(1102010264)

Anggota

: Muhammad Afdhal

(1102010175)

Muhammad Ardly

(1102010176)

Mutiara Kesuma Ningrum

(1102010193)

Mutiara Laras Debtianti

(1102010194)

Rika Yuliana

(1102009246)

Rio Geraldy

(1102010245)

Windy Nugraha

(1102010289)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2012/2013

BUNUH DIRI DOKTER


Abstrak
File patologi di Ilmu Forensik Australia Selatan diperiksa lebih dari periode 14 tahun,
dari Januari 1997 sampai Maret 2011 untuk kasus bunuh diri dokter. 9 Kasus
teridentifikasi. 3 kasus terdapat riwayat penyalahgunaan narkoba, 8 kasus karena
overdosis, 7 kasus menggunakan metode favorit yaitu obat intravena, 1 kasus
menggunakan metode alternatif yaitu melompat dari gedung tinggi, dan 6 kasus
terdapat riwayat depresi dan atau mempunyai ide bunuh diri. Metode yang biasa
diambil oleh penduduk umumnya adalah gantung diri, keracunan karbon monoksida,
dan pistol. Ketersediaan dan pengetahuan tentang efek mematikan merupakan faktor
penting dalam pemilihan metode bunuh diri. Akses obat harus dimonitor dengan hatihati pada dokter yang mempunyai riwayat depresi dan atau penyalahgunaan zat.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa dokter memiliki angka kematian paling
rendah dibanding penduduk lainnya, tetapi memiliki faktor risiko yang tinggi. Angka
kematian paling tinggi adalah pada dokter wanita khususnya anastesi. Penjelasan yang
mungkin untuk angka bunuh diri yang tinggi pada profesi ini adalah dokter
mempunyai akses obat terbatas, juga mempunyai pengetahuan tentang penggunaan
dan efeknya. Studi kasus ini adalah untuk menilai karakteristik bunuh diri diantara
praktisi medis di Australia Selatan.
Bahan dan Metode
Semua kasus yang diperiksa dari Januari 1997 sampai Maret 2011 sudah diperiksa
polisi dan investigasi coronial dengan pemeriksaan otopsi formal. Informasi latar
belakang yang tersedia termasuk klinis, sosial, dan riwayat keluarga juga dimasukkan
dalam kasus ini. Pemeriksaan internal dan eksternal secara rinci dilakukan dengan
pengujian tambahan, termasuk pengujian racun pada darah dan jaringan, untuk
mencari penyakit alami yang mungkin menyebabkan kematian. Semua luka dan bekas
luka difoto, dibuat sketsa dan dijelaskan di otopsi.
Hasil
Sebanyak 9 kasus diidentifikasi, rentang usia 30-69 tahun dengan perbandingan pria
dan wanita 3:1. 8 kasus dengan overdosis, 7 kasus dengan menggunakan metode

favorit obat intravena seperti opiat dan agen anestesi lain. Obat-obatan yang
digunakan termasuk alkohol, propofol, roucronium, atropin, diazepam, olanzepin,
fenobarbiton, propoksifen, anti-depresan (termasuk citalopram dan venlafaksin), opiat
(termasuk morfin dan petidin), dan kannabinoid. 1 kasus dengan menggunakan
metode alternatif melompat dari gedung tinggi dengan banyak luka. 3 kasus dengan
riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya, 6 kasus dengan riwayat depresi dan atau
catatan keinginan bunuh diri. 1 kasus mempunyai gangguan jiwa. Catatan bunuh diri
ditemukan dalam 2 kasus. 4 korban adalah ahli anastesi, 2 psikiater, 2 dokter keluarga,
dan 1 residen bedah. Studi ini tidak bisa dijadikan data epidemiologi tingkat bunuh
diri diantara praktisi medis di Australia Selatan tetapi hanya menunjukkan metode
bunuh diri dan karakteristik korban.
Diskusi
Kematian dengan cara bunuh diri merupakan komponen penting dari seluruh angka
kematian di Australia, dengan 23.254 kasus dilaporkan antara 1997-2006. Fokus dari
studi ini adalah untuk memeriksa karakteristik dari kematian praktisi medis dengan
bunuh diri di Australia Selatan. 8 kasus (88,9%) melibatkan pemberian diri dengan
opiat, barbiturat dan atau agen anastesi lain dengan dosis fatal. Ini berbeda dengan
penduduk Australia pada umumnya yang menggunakan cara gantung diri untuk 53%
kasus dan overdosis obat atau keracunan hanya 23% kasus, termasuk keracunan
karbon monoksida.
Penduduk Australia pada umumnya tidak biasa menggunakan metode bunuh diri
dengan obat intravena, kecuali mereka mempunyai pengalaman sebelumnya dengan
penggunaan obat intravena. Hal ini disebabkan karena praktisi medis dapat
memperoleh obat tersebut yang normalnya hanya tersedia untuk umum dengan resep
atau perawatan medis. Ketersediaan dan pengetahuan tentang efek mematikan
merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode bunuh diri.
Dokter yang bekerja dibawah pengawasan dewan medis juga termasuk faktor risiko
tinggi. Orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif sering mengarah pada profesi
medis, seperti rentan terhadap depresi yang juga menjelaskan tingginya angka bunuh
diri. Dilaporkan bahwa dokter wanita lebih berisiko tinggi dibandingkan laki-laki
dengan berbagai alasan termasuk stres terhadap pekerjaan. Walaupun presentasi pada

kasus wanita meningkat, 33% dibandingkan dengan penduduk Australia yang bunuh
diri 22%, diakui bahwa sample terlalu kecil untuk membuat interpretasi yang
bermakna. Kasus bunuh diri ini menyoroti kemudahan dokter dalam memiliki obat
yang terbatas dan berpotensi mematikan untuk penggunaan pribadi. Depresi berat,
pekerjaan, dan stres keluarga juga merupakan faktor yang berhubungan dengan
kematian ini. Peningkatan pengawasan dari praktisi medis dengan penyakit
psikologis, serta pengawasan yang teliti pada akses mereka terhadap sarana bunuh
diri.

Kesimpulan
Kematian dengan cara bunuh diri merupakan komponen penting dalam semua kasus
kematian di Australia. Ilmu Forensik Australia Selatan memeriksa lebih dari periode
14 tahun, dari Januari 1997 sampai Maret 2011 kasus bunuh diri dengan
mengumpulkan informasi latar belakang dan pemeriksaan internal dan eksternal
secara rinci, ditemukan 9 kasus teridentifikasi. 3 kasus terdapat riwayat
penyalahgunaan narkoba, 8 kasus karena overdosis, 7 kasus menggunakan metode
favorit yaitu obat intravena (opiat dan barbiturat), 1 kasus menggunakan metode
alternatif yaitu melompat dari gedung tinggi, dan 6 kasus terdapat riwayat depresi dan
atau mempunyai ide bunuh diri.
Temuan ini berbeda dengan penduduk Australia pada umumnya yang menggunakan
cara gantung diri. Penduduk Australia pada umumnya tidak biasa menggunakan
metode bunuh diri dengan obat intravena, kecuali mereka mempunyai pengalaman
sebelumnya dengan penggunaan obat intravena. Hal ini disebabkan karena dokter
dapat memperoleh obat tersebut yang normalnya hanya tersedia untuk umum dengan
resep atau perawatan medis. Ketersediaan dan pengetahuan tentang efek mematikan
merupakan faktor yg menentukan dalam pemilihan metode bunuh diri.
Dokter yang bekerja dibawah pengawasan dewan medis, orang yang rentan terhadap
depresi, depresi berat, pekerjaan, dan stres keluarga juga merupakan faktor yang
berhubungan dengan bunuh diri. Peningkatan pengawasan dari praktisi medis dengan
penyakit psikologis harus dilakukan, serta pengawasan yang teliti pada akses mereka
terhadap sarana bunuh diri. Studi ini tidak bisa dijadikan data epidemiologi tingkat
bunuh diri diantara praktisi medis di Australia Selatan tetapi hanya menunjukkan
metode bunuh diri dan karakteristik korban.

Anda mungkin juga menyukai