Oleh:
Restu Evanila Putri 1840312250
Virly Tiffany 1840312251
Yoga Gusthi Pangestu 1840312610
Dekbit Resky Syahrul 1840312601
Hanifa Husna 1740312278
Khairul Faraby 1740312134
Preseptor:
PADANG
2019
1
Toksikologi Post Mortem pada Korban Kematian Jantung Mendadak Usia
Muda: Studi Kohort Nasional
Abstrak
Tujuan : beberapa obat dapat meningkatkan risiko fibrilasi ventrikel dan kematian
jantung mendadak (SCD). Kami bertujuan untuk menyelidiki secara rinci temuan
toksikologi semua SCD di seluruh Denmark.
Metode dan Hasil : Kematian pada orang berusia 1-49 tahun di masukkan
kedalam periode 10 tahun. Sertifikasi kematian dan laporan otopsi diambil dan
dibaca untuk mengidentifikasi kasus kematian mendadak dan menetapkan
penyebab kematian. Toksikologi positif didefinisikan sebagai keberadaan zat apa
pun ( baik yang berlisensi maupun yang ilegal). Semua temuan toksikologi
sebelumnya telah dievaluasi tidak menyebabkan kematian. Kami mengidentifikasi
620 kasus SCD yang diautopsi secara medikolegal, dimana 77% (n=477)
diselidiki secara post-mortem secara toksikologi , dan 57% (n=270) memiliki
profil toksikologi yang positif. Kematian jantung secara mendadak dengan
toksikologi positif memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sindrom kematian
aritmia mendadak (SADS), dibandingkan dengan SCD dengan toksikologi negatif
( 56% vs 42%, P< 0,01). Secara total, 752 agen terdeteksi, dan polifarmasi
(didefinisikan sebagai kehadiran lebih dari satu obat).Dengan nilai 61% (n=164)
semua zat digabungkan, obat-obatan psikologika adalah yang paling sering (62%,
n=467), dan 82% (n=385) berada pada tingkat farmakologi atau sub farmacologi.
Kesimpulan : Kami menemukan bahwa lebih dari setengah dari semua korban
SCD yang di selidiki secara toksikologi memiliki temuan toksikologi post-mortem
positif, dan polifarmasi ditampilkan dalam toksikologi positif memiliki tingkat
SADS yang lebih tinggi, menunjukan bahwa senyawa tersebut dapat memainkan
peran proarrhytmic pada kasus ini.
2
1.1 Pengantar
Banyak kematian yang terjadi pada usia dini pada orang dengan gangguan
1-4
mental. Pasien dengan penyakit mental berat memiliki harapan hidup 15-20
tahun lebih pendek dari pada populasi pada umumnya. Penyebab kematian
sebagian besar karena penyakit somatik, dengan penyakit kardiovaskular yang
paling menonjol.6-7
Selain itu, kami baru-baru ini melaporkan peningkatan risiko SCD empat
kali lipat pada pasien dengan rawat inap psikiatri sebelumnya, pasien- paien ini
juga memiliki proporsi kematian yang tinggi dan tidak dpat dijelaskan secara
signifikan. 21 Saat ini tidak ada alat untuk menyelidiki aritmia yang diinduksi obat
post-mortem, dan sedikit yang diketahui tentang korban SCD dn profil
toksikologinya. Kami bertujuan untuk menggambarkan profil toksikologi forensik
dari semua SCD dini di Denmark dalam periode 10 tahun.
3
Apa yang baru ?
- Ini adalah studi nasional pertama yang menyelidiki secara rinci temuan
toksikologi dari semua kematian jantung mendadak dini diseluruh
Denmark.
- Toksikologi dan polifarmasi positif sering terjadi di antara korban
diusia dini SCD.
- Kematian jantung mendadak dengan toksikologi positif memiliki
tingkat SADS yang lebih tinggi, yang menunjukan bahwa senyawa
dapat memainkan peran proarrthythmic dalam kasus ini.
1.2 Metode
4
ditemukan dalam skrining toksikologi. Selanjutnya, kematian jantung mendadak
dengan profil toksikologi positif dan negatif dibandingkan sehubungan dengan
karakteristik klinis, riwayat medis sebelumnya dan rincian tentang kematian.
Penelitian di setujui oleh komite etik lokal dan badan perlindungan data Denmark.
Pendaftaran di Denmark
Di Denmark informasi dari pendaftar nasional terkait dengan nomor
registrasi sipil unik setiap warga negara. Semua kegiatan rawat inap dan rawat
jalan terdapat dalam daftar pasien nasional denmark, 22 mencakup tanggal masuk
dan keluar, departemen rumah sakit, jenis kontak, dan klasifikasi internasional
penyakit, diagnosis revisi kesepuluh (ICD-10)
Peninjauan Sertifikasi Kematian
Ketika seseorang meninggal di perbatasan denmark , seorang dokter selalu
mengeluarkan surat kematian,dalam kasus dimana seseorang dotemukan
meninggal dan / atau kematian itu tiba-tiba dan tidak terduga, pemeriksaan luar
medikolegal wajib dilakukan. Semua surat kematian Denmark berisi informasi
yangbesar, dengan informasi yang terperinci yang mencakup keadaan kematian.
Oleh karena itu surat kematian denmark memadai sebagai alat skrining primer
untuk kondisi kematian mendadak.
Konduksi Kematian Mendadak Otopsi dan Laporan Toksikologi Forensik
Dalam kasus-kasus dimana mode kematian tidak dapat ditetapkan setelah
pemeriksaan luar, maka otopsi dilakukan. Otopsi forensik mengikuti protokol
standar, termasuk pemeriksaan semua organ melalui pendekatan sekuensial, dan
ketika ada indikasi pemeriksaan toksikologi dilakukan oleh departemen
toksikologi forensik.toksikolofi forensik menentukan tidak adanya zat apapun, dan
selanjutnya menevaluasi perannya sebagi penentu atau penyumbang kematian.
Selanjutnya seorang ahli kimia, menurut data yang divalidasi menentukan tingkat
konsentrasi untuk setiap zat yang ditemukan. Valid, pedoman lokal menetapkan
persyaratan untuk keterampilan staf, peralatan dan metode, dan jenis spesimen
yang digunakanuntuk tes yang berbeda. Secara umum investigasi toksikologi
meliputipenentuan etanol dalam darah perifer bersama denganskrining umum
untuk obat umum dan zat ilegal. Panel toksikologi standar memiliki kemampuan
untukmelacak sekitar 1500 zat yang berbeda. Pemeriksaan toksikologi standar
5
dapat dilengkapi dengan kromatografi cair ditambah dengan spektometri massa
tandem untuk mendeteksi obat yang tidak terdeteksi.Kolaborasi global/ eropa
memastikan bahwa panel terus diperbaharui. Ahli patologi forensik menijausemua
temuan berdasarkan riwayat dan data klinis setiap pasien bersama dengan temuan
otopsi lainnya.
Definisi
Kematian mendadak di defensikan sebagai kematian tiba-tiba, alami, dan
tak terduga, dalam kasus yang disaksikan sebagai perubahan akut dalam status
kardiovaskular dengan waktu kematian adalah <1 jam atau dalam kasus yang
tidak disaksikan sebagai orang yang terakhir terlihat hidup dan berfungsi secara
normal < 24 jam.
Kami mendefinisikan kematian jantung dalam kasus otopsisebagai
kematian mendadak yang diketahui secara alami dan tidak terduga dari penyakit
jantung atau tidak diketahui. Sebab dalam kasus yang disaksikan suatu perubahan
akut dalam status kardiovaskular dengan waktu kematian adalah <1 jam dan
dalam waktu yang tidak disaksikan sebagi orang terakhir terlihat hidup dan
berfungsi secara normal < 24 jam sebelum ditemukan tewas. Suddden arruthmic
death syndrome (SADS) didefenisikan sebagai kasus kematian jantung mendadak
yang tidak dijelaskan. Dimana investigasi otopsi dan toksikologi tetap tidak dapat
disimpulkan (yaitu penyebab non-jantung dikeluarkan, penyembuhannya normal
secara struktural dan temuan toksikologi positif dievaluasi tidak memiliki
penyebab kematian). Toksikologi positif di defenisikan sebagai keberadaan zat
apapun( sah dan / atauilegal) berdasarkan investigasi. Zat itu masing-masing dapat
dideteksi tetapi tidak di hitung dimasukan dalam jumlah agen yang ditemukan.
(tabel 3). Obat yang diberikan selama upaya resusitasi tidak dimasukan.
Polifarmasi didefenisikan sebagai temuan ≥ 2 obat bersamaan.
Analisa Statistik
Data nominal untuk kedua kelompok (toksikologi positif dan negatif )
dibandingkan menggunakan uji ᵪ2 dan uji eksak Fisher ( jika perlu). Uji dua
sampel Wilcoxon digunakan untuk membandingkan median. Nilai dua sisi ≤0,05
dianggap signifikan secara statistik.
6
Gambar 1. Skema sertikat dan laporan otopsi dari korban yang meninggal usia 1-
35 tahun dan 36-49 tahun masing-masing antara tahun 2000-2009 dan 2007-
2009.
1.3 Hasil
Populasi Penelitian
Dalam periode penelitian, terdapat 14.567 kematian pada orang berusia
1-35 pada tahun 2000-2009 dan 36-49 tahun pada tahun 2007-2009. Kematian
tiba-tiba dan tidak terduga pada 1698 (12%) kasus, dan autopsi sebanyak 61% (n
= 1039). Dari SD yang diautopsi, 753 (73%) diidentifikasi sebagai SCD. Secara
total, 620 SCD memiliki otopsi medikolegal, di antaranya 477 (77%) diselidiki
secara toksikologis (Gambar 1).
7
8
Karakteristik Klinis dan Komorbiditas
Karakteristik klinis untuk semua kasus SCD yang diselidiki secara
toksikologis dimasukkan dalam Tabel 1. Populasi didominasi oleh laki-laki (68%)
dan usia rata-rata adalah 34 tahun [rentang interkuartil (IQR): 27-42]. Tempat
kematian berada di rumah untuk sebagian besar kasus (n = 353, 74%). Kematian
terjadi secara umum selama relaksasi (n = 226, 47%) atau selama tidur (n = 189,
40%). Secara total, 57% (n = 270) dari populasi penelitian memiliki profil
toksikologi positif. Toksikologi positif lebih sering terlihat pada kasus SCD≥35
tahun dibandingkan di bawah 35 tahun (n = 122, 45% vs n = 71, 34%, P = 0,02).
Kasus dengan toksikologi positif memiliki proporsi kematian di rumah sakit yang
lebih tinggi (n = 24, 9% vs n = 4, 2%, P <0,01), sedangkan kasus dengan
toksikologi negatif lebih sering meninggal pada tempat umum (n = 41, 20% vs. n
= 32, 12%, P <0,01). Kematian saat tidur terjadi lebih sering pada SCD dengan
toksikologi positif (n = 115, 43% vs n = 74, 36%, P = 0,02). Kasus SCD dengan
toksikologi negatif memiliki fraksi yang lebih tinggi pada kematian yang
disaksikan (n = 79, 38% vs n = 80, 30%, P = 0,05), tetapi tingkat percobaan
resusitasi sama pada kedua kelompok (n = 121, 59% vs n = 136, 50%, P = 0,08).
Kasus dengan toksikologi positif memiliki tingkat signifikan lebih tinggi
pada SADS (n = 150, 56% vs n = 86, 42%, P <0,01) (Tabel 1). Penyebab
kematian untuk semua kasus SCD yang diselidiki secara toksikologis
digambarkan dalam Gambar 2, di mana SADS dan penyakit arteri koroner (CAD)
dominan (masing-masing 50% dan 21%) (Gambar 2).
9
Distribusi komorbiditas dimasukkan dalam Tabel 2. Perbedaan yang
sangat sedikit ditemukan ketika membandingkan SCD dengan toksikologi positif
dan negatif. Riwayat penyalahgunaan (penyalahgunaan alkohol dan / atau
narkoba), penyakit kejiwaan dan epilepsi lebih umum di antara kasus dengan
profil toksikologi positif (n = 133, 49% vs n = 20, 10%, P <0,01; n = 111, 41% vs
n = 17, 8%, P <0,01; dan n = 35, 13% vs n = 11, 5%, P <0,01, masing-masing)
(Tabel 2). Pada kasus toksikologi positif, pelecehan dan gangguan kejiwaan
tumpang tindih pada 30% (n = 80) kasus. Tingkat investigasi toksikologi pada
SCD meningkat dengan bertambahnya usia, untuk toksikologi positif dan
negatif(Gambar 3).
10
Temuan Toksikologi Post-Mortem
Jumlah agen yang ditemukan (termasuk zat dalam jumlah jejak) setelah
skrining toksikologi forensik ditunjukkan pada Tabel 3. Secara total, 752 agen
terdeteksi di antara semua kasus positif (n = 270). Semua kombinasi obat, 39% (n
= 106) memiliki 1 obat, 16% (n = 43) memiliki 2 obat, dan 45% (n = 121)
memiliki> 2 obat terdeteksi. Pada 61% (n = 164) dari kasus, lebih dari satu zat
terdeteksi (Tabel 3). Obat psikotropika adalah agen yang paling sering ditemukan
(62%, n = 467). Satu obat psikotropika ditemukan pada 56 kasus (21%)
sedangkan ≥ 2 obat psikotropika ditemukan di 35 (13%) dan yang >2 adalah 77
(29%) kasus, masing-masing (Tabel 3). Polifarmasi psikotropika terjadi pada 42%
(n = 112) dari kasus toksikologi positif.
11
Dari obat yang diresepkan, parasetamol (n = 36, 35%), asam salisilat (n
= 14, 14%), dan ibuprofen (n = 8, 8%) adalah yang paling umum ditemukan. Pada
Gambar 4A dan B, kami telah menggambarkan konsentrasi agen psikotropika
yang paling umum digunakan dan obat- obatan.
12
1.4 Diskusi
Ini adalah kasus nasional terbesar yang menyelidiki profil toksikologi
post-mortem pada korban muda yang mengalami kematian jantung mendadak
(SCD). Kasus kami menunjukkan bahwa lebih dari 75% dari semua kasus SCD di
Denmark yang diautopsi secara mediko-legal lalu diselidiki secara toksikologis
setelah kematian. Lebih dari separuh kasus yang diselidiki memiliki temuan
toksikologi positif, dan sejumlah besar menunjukkan polifarmasi. Selain itu, kasus
dengan toksikologi positif memiliki tingkat SADS yang lebih tinggi.
Karakteristik Klinis dan Komorbiditas
13
konsumsi obat dengan bertambahnya usia. Gagasan ini didukung oleh Guthrie et
al.,24 yang juga menemukan hubungan antara jumlah obat yang ditentukan dan
usia.
14
kemampuan memperpanjang QT yang berbeda, dan efeknya bervariasi tergantung
pada sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat.
Toksikologi positif dikaitkan dengan tingkat SADS yang jauh lebih tinggi.
Penting untuk digaris bawahi bahwa penyelidikan toksikologis dan biokimia tidak
memberikan bukti bahwa kematian disebabkan oleh keracunan obat atau
gangguan metabolisme. Diambil bersama-sama dengan penyebab kematian yang
tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan post-mortem, aritmia (yaitu SADS)
adalah penyebab kematian yang paling mungkin. Apakah obat tertentu atau
kombinasi obat mungkin telah memicu kematian dan bertindak sebagai faktor
tambahan terhadap gangguan fungsional hanya spekulasi, ketika membandingkan
distribusi yang tidak merata dalam penyebab kematian antara kasus dengan
toksikologi positif dan negatif.
15
obat dan, jika dikonsumsi berlebihan, menjadi predisposisi ventrikel fibrilasi
selama infark miokard pertama.36-38 Ganja, obat penyalahgunaan kedua yang
paling sering terdeteksi, dianggap memiliki relatif rendah potensi kardiotoksik,
meskipun efek samping jantung telah dilaporkan.
Opioid terdeteksi pada 103 pasien, yaitu 35% adalah metadon. Metadon
adalah pengobatan farmakologis yang paling umum digunakan untuk
ketergantungan opioid di Denmark. Selain depresi pernafasan, ini dapat
menyebabkan perpanjangan QT.40 Tantangan utama dalam interpretasi
konsentrasi opioid dalam kasus post-mortem adalah seringnya terjadi toleransi,
yang membuat hubungan antara konsentrasi dan efek menjadi tidak pasti pada
kasus individual.35
16
membuktikan sebab akibat dan juga tidak menilai risiko absolut SCD. EKG tidak
tersedia sebelum kematian dan kami tidak dapat menghubungkan profil
toksikologi positif dengan perubahan dalam interval QTc.
1.5 Kesimpulan
1.6 Pendanaan
Pekerjaan ini didukung oleh hibah dari Novo Nordic Foundation dan The
Capital Region of Denmark.
17
DAFTAR PUSTAKA
7. Druss BG, Zhao L, Von Esenwein S, Morrato EH, Marcus SC. Understanding
excess mortality in persons with mental illness: 17-year follow up of a nationally
representative US survey. Med Care 2011;49:599–604.
9. Reilly JG, Ayis SA, Ferrier IN, Jones SJ, Thomas SH. QTc-interval
abnormalities
and psychotropic drug therapy in psychiatric patients. Lancet 2000;355:1048–52.
10. Ray WA, Chung CP, Murray KT, Hall K, Stein CM. Atypical antipsychotic
drugs and the risk of sudden cardiac death. New Engl J Med 2009;360:225–35.
11. Wu CS, Tsai YT, Tsai HJ. Antipsychotic drugs and the risk of ventricular
arrhythmia and/or sudden cardiac death: a nation-wide case-crossover study. J Am
18
HeartAssoc2015;4:e001568.
12. Roden DM. Drug-induced prolongation of the QT interval. New Engl J Med
2004;350:1013–22.
13. Glassman AH, Bigger JT Jr. Antipsychotic drugs: prolonged QTc interval,
torsadede pointes, and sudden death. Am J Psychiatry 2001;158:1774–82.
14. Gallego JA, Bonetti J, Zhang J, Kane JM, Correll CU. Prevalence and
correlates of antipsychotic polypharmacy: a systematic review and meta-
regression of global and regional trends from the 1970s to 2009. Schizophr Res
2012;138:18–28.
16. Gallego JA, Nielsen J, De Hert M, Kane JM, Correll CU. Safety and
tolerability of antipsychotic polypharmacy.Expert Opin Drug Saf 2012;11:527-42.
17. Anselmino M, Matta M, Gaita F. Drug abuse: another challenge for the
cardiologist? J Cardiovasc Med (Hagerstown) 2014;15:525–31.
18. United Nations Office on Drugs and Crime. World Drug Report 2015 (United
Nations publications, Sales No. E.15.XI.6). https://www.unodc.org/documents/
wdr2015/World_Drug_Report_2015.pdf (9 June 2015, date last accessed).
19. Winkel BG, Holst AG, Theilade J, Kristensen IB, Thomsen JL, Ottesen GL et
al. Nationwide study of sudden cardiac death in persons aged 1-35 years. Eur
HeartJ2011;32:983–90.
21. Risgaard B, Waagstein K, Winkel BG, Jabbari R, Lynge TH, Glinge C et al.
Sudden
cardiac death in young adults with previous hospital-based psychiatric inpatient
and outpatient treatment: a nationwide cohort study from Denmark. J Clin
Psychiatry 2015;76:1122–9.
22. Lynge E, Sandegaard JL, Rebolj M. The Danish National Patient Register.
Scand JPublic Health 2011;39(7 Suppl):30–3.
23. Priori SG, Wilde AA, Horie M, Cho Y, Behr ER, Berul C et al. Executive
summary: HRS/EHRA/APHRS expert consensus statement on the diagnosis and
management of patients with inherited primary arrhythmia syndromes. Europace
2013;15:1389–406.
19
24. Guthrie B, Makubate B, Hernandez-Santiago V, Dreischulte T. The rising tide
ofolypharmacy and drug-drug interactions: population database analysis 1995-
2010.BMCMed2015;13:74.
25. Kessler RC, Nelson CB, McGonagle KA, Edlund MJ, Frank RG, Leaf PJ. The
epidemiology of co-occurring addictive and mental disorders: implications for
prevention and service utilization. Am J Orthopsychiatry 1996;66:17.
26. Ray WA, Meredith S, Thapa PB, Meador KG, Hall K, Murray KT.
Antipsychoticsand the risk of sudden cardiac death. Arch Gen Psychiatry
2001;58:1161–7.
29. Castro VM, Clements CC, Murphy SN, Gainer VS, Fava M, Weilburg JB et
al. QTinterval and antidepressant use: a cross sectional study of electronic health
records.BMJ2013;346:f288.
31. Bourgeois FT, Shannon MW, Valim C, Mandl KD. Adverse drug events in the
outpatient setting: an 11-year national analysis. Pharmacoepidemiol Drug Saf
2010;19:901–10.
32. Johnell K, Klarin I. The relationship between number of drugs and potential
drugdrug interactions in the elderly. Drug Saf 2007;30:911–8.
33. Ballon J, Stroup TS. Polypharmacy for schizophrenia. Curr Opin Psychiatry
2013;26:208.
34. Sala M, Vicentini A, Brambilla P, Montomoli C, Jogia J, Caverzasi E et al.
QT interval prolongation related to psychoactive drug treatment: a comparison of
monotherapy versus polytherapy. Ann Gen Psychiatry 2005;4:1.
35. Drummer OH. Postmortem toxicology of drugs of abuse. Forensic Sci Int
2004;142:101–13.
36. Wilson LD, Jeromin J, Garvey L, Dorbandt A. Cocaine, ethanol, and
cocaethylene cardiotoxity in an animal model of cocaine and ethanol abuse. Acad
20
EmergMed2001;8:211–22.
37. Mendelson J, Jones RT, Upton R, Jacob P. Methamphetamine and ethanol
interactions in humans. Clin Pharmacol Ther 1995;57:559–68.
21