Anda di halaman 1dari 7

Journal Reading

FITUR KARAKTERISTIK DARI BUNUH DIRI DENGAN


CARA TENGGELAM

Oleh :
I Gusti Ngurah Wira Aditya
1702612048

Pembimbing :
dr. Dudut Rustyadi, Sp.FM (K), SH

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
DAN STUDI MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2019
SINTESIS JURNAL
Fitur Karakteristik Dari Bunuh Diri Dengan Cara Tenggelam
Roger W.Byard, M.D., Gillian Houldsworth, Ross A. James, F.R.C.P.A., John D. Gilbert,
F.R.C.P.A
The American Journal Of Forensic Medicine And Pathology 22(2) : 134-138, 2001

Tujuan : Telah dilakukan studi retrospective dari kasus bunuh diri dengan cara
tenggelam yang ditangani oleh Forensic Science Center di Adelaide, Australia
selatan dari periode April 1980 sampai Maret 2000. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisa fitur spesifik korban bunuh diri dengan cara tenggelam melalui
karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, dan lokasi kejadian
Bahan dan metode : Meliputi 123 kasus yang telah dilakukan pengujian dan
otopsi pada korban bunuh diri dengan cara tenggelam. Kasus yang dapat
digunakan dalam penelitian ini hanya kasusu yang telah ditangani oleh pihak
kepolisian melalui proses investigasi. Kasus ekuivokal, kecelakaan, kematian
alami, atau teknik bunuh diri selain menenggelamkan diri tidak dapat
diikutsertakan dalam penelitian ini. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah tahun kematian, usia, jenis kelamin, lokasi kejadian, konsumsi obat-
obatan terlarang dan alkohol, serta adanya gangguan jiwa atau penyakit fisik. Data
dianlisis menggunakan analisis statistic chi-square dan student’s t-test.
Hasil : Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa jenis kelamin memiliki
korelasi yang baik terhadap kejadian bunuh diri dengan cara tenggelam (p<0,001).
Di beberapa kasus, kejadian bunuh diri dengan cara tenggelam disertai oleh
penggunaan obat-obatan terlarang, konsumsi alkohol, gangguan kejiwaan,
penyakit fisik, hingga teknik percobaan bunuh diri lainnya. Berdasarkan lokasi
kejadia, kolam renang merupakan tempat yang sering dijadikan tempat untuk
melakukan bunuh diri oleh korban perempuan. Pemeriksaan urine korban dapat
dilakukan menggunakan Enzyme Multiplied Immunoassay Test (EMIT).
Kesimpulan : Penyebab korban bunuh diri dengan cara tenggelam dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagian besar kasus bunuh diri dilakukan oleh
laki-laki. Sebagian besar korban bunuh diri dengan tenggelam memiliki riwayat
adanya gangguan kejiwaan.
TELAAH KRITIS JURNAL

A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan
ciri khas pada korban bunuh diri dengan cara tenggelam berdasarkan tahun
kematian, usia, jenis kelamin, lokasi kejadian, penggunaan obat-obatan
terlarang, konsumsi alkohol, dan gangguan kejiwaan atau penyakit fisik yang
diderita.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan fitur karakteristik
korban bunuh diri dengan cara tenggelam berdasarkan tahun kematian, usia,
jenis kelamin, lokasi kejadian, penggunaan obat-obatan terlarang, konsumsi
alkohol, dan gangguan kejiwaan atau penyakit fisik yang diderita.
C. Perhitungan Jumlah Minimal Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling. Metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan
menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian berdasarkan kurun
waktu tertentu.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik retrospektif.
Desain penelitian ini adalah desain penelitian potong lintang (cross sectional)
dengan pengambilan data hanya satu kali. Penelitian ini berdasarkan data
subjek berusia diatas 16-88 tahun yang telah menjalani pemeriksaan otopsi dan
investigasi dari pihak kepolisian sejak tahun 1980-2000 di Adelaide, Australia
Selatan. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan selama 20 tahun. Dari
penelitian ini terkumpul 123 data sampel penelitian yang kemudian laporan
akhir dari ahli patologi forensik disesuaikan dan dianalisis. Data dianalisis
menggunakan student’s t-test dan dievaluasi melalui analisis chi square.
E. Kesesuaian Metode dengan Tujuan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan tujuan
penelitiannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan fitur
karakteristik penyebab kematian akibat bunuh diri dengan cara tenggelam
dengan melakukan otopsi pada digunakan yaitu retrospektif cross sectional
pada data subjek diatas 18 tahun yang telah menjalani PMCT tradisional
sebagai tambahan pemeriksaan luar di RS X Perancis dari Januari 2014 hingga
Juli 2015. Data dimasukkan ke dalam tabel kontingensi 2x2 dan dampak
PMCT pada hasil akhir dari ahli patologi forensik mengenai diagnosis
penyebab kematian dievaluasi melalui analisis chi square.
F. Subjek Penelitian
Penelitian ini adalah melibatkan 351 kasus yang telah dilakukan
pemeriksaan luar di Departemen Kedokteran Forensik di RS X Perancis dari
Januari 2014 hingga Juli 2015. Kemudian dipilih berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi sehingga didapatkan 145 subjek penelitian di atas 18 tahun yang
menjalani PMCT tradisional sebelum dilakukan pemeriksaan luar forensik.
G. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Sampel Penelitian
1. Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini antara lain subjek penelitian
berusia di atas 18 tahun, telah menjalani pemeriksaan luar dengan
PMCT tradisional sebagai tambahannya
2. Sampel penelitian dieksklusi dari penelitian ini jika sampel berusia
dibawah 18 tahun dan menjalani pemeriksaan luar tanpa tambahan
pemeriksaan PMCT tradisional.
H. Variabel Penelitian
Varibel penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, penyebab kematian
seperti trauma, asfiksia mekanik, terbakar, kematian alami, keracunan, hasil
PMCT tradisional, dan data patologi forensik berupa temuan dari pemeriksaan
luar, analisis toksikologis dan/atau otopsi.
I. Analisis Data Penelitian
Hasil pengumpulan data dimasukkan dalam tabel kontingensi 2x2, dan
dampak PMCT pada kesimpulan akhir diuji melalui uji chi square. Hasil
analisis dengan nilai p < 0,05 dianggap signifikan secara statistik.
J. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa mesin CT
Discovery 750 (General Electric) menggunakan protokol standar. Pemindaian
PMCT dianalisis oleh ahli radiologi (2 dokter dengan 5 tahun pengalaman
dalam pencitraan untuk forensik) dengan rekonstruksi multiplanar pada
workstation pasca-pemrosesan (General Electric ADW 4.6).
K. Uji Diagnostik
Pertama pada pemindaian PMCT, dilakukan akuisisi volumetrik kepala dan
leher, diikuti oleh akuisisi thorako-abdominal dan pelvis, termasuk ekstremitas
atas dan bawah. Gambar CT direkonstruksi dengan ketebalan bagian 1 mm
dengan menggunakan set data “jaringan lunak", "tulang" dan "paru". Bi-energy
Gemstone Spectral Imaging (GSI) dengan algoritma reduksi artefak, ketika
dicurigai adanya keberadaan benda asing logam (selain prostesis gigi) secara
sistematis dideteksi menggunakan Metal Artefact Reduction Software
Setiap kasus dianalisis oleh hanya satu dari dua ahli radiologi. Sepanjang
penelitian, ahli radiologi A memeriksa perkiraan hasil CT yang sama dengan
ahli radiologi B. Ketika jenazah menjalani PMCT tradisional sebelum
pemeriksaan luar, ahli radiologi hanya mengetahui keadaan dugaan kematian
menurut temuan awal investigasi. Untuk pembacaan hasil CT menggunakan
grid evaluasi dan mengelompokkan kembali semua temuan PMCT yang
relevan dapat membantu ahli patologi forensik menentukan penyebab
kematian. Pembuatan grid itu disetujui oleh 2 ahli radiologi dan 5 ahli patologi
forensik yang mengambil bagian dalam penelitian ini. Untuk setiap kasus, ahli
radiologi yang bertanggung jawab membuat laporan deskriptif untuk ahli
patologi forensik, tanpa menentukan penyebab kematian.
Pemeriksaan luar tubuh dilakukan oleh ahli patologi forensik (masing-
masing 5 dokter dengan setidaknya 10 tahun pengalaman). Pada saat yang
sama, dilakukan pengumpulan sampel biologis (darah, urin, rambut, vitreous
humor) untuk analisis komponen toksikologis yang potensial. Ahli patologi
forensik juga memiliki akses ke hasil tertentu dari pemeriksaan forensik
(catatan medis secara parsial atau penuh, temuan pada tempat kematian,
informasi yang diperoleh dari wawancara keluarga). Dengan demikian kasus-
kasus ini diklasifikasikan dalam empat kelompok : EE-/PMCT- (tidak ada
penyebab kematian yang diungkapkan baik oleh EE atau PMCT), EE+/PMCT+
(baik EE dan PMCT menyarankan penyebab kematian yang sama),
EE+/PMCT- (tidak ada temuan spesifik tentang PMCT), EE-/PMCT+ (hanya
PMCT yang menemukan elemen yang memungkinkan untuk merumuskan
kemungkinan penyebab kematian).
L. Kelebihan dan Kekekurangan
Kelebihan dari penelitian ini yaitu penggunaan PMCT tradisional pada
pemeriksaan luar dapat menjadi alternatif untuk autopsi invasif yang dirasakan
menyakitkan oleh keluarga korban. Studi ini menunjukkan bahwa kombinasi
PMCT dan pemeriksaan luar memiliki dampak yang signifikan terhadap
diagnosis penyebab kematian dan manajemen lebih lanjut dalam kematian
karena traumatis dan kematian alami dimana otopsi belum diminta oleh pihak
yang berwajib. Pada beberapa kasus, PMCT membantu memberikan
kesimpulan formal dengan memberikan data misalnya kondisi patologi aorta
akut atau perdarahan intrakranial meskipun modifikasi pembusukan juga
penting dilihat.
PMCT tradisional menentukan atau menguatkan kelainan yang diamati
ketika pemeriksaan luar dilakukan. Dalam kasus-kasus pada penelitian ini,
penggunaan CT bermanfaat dalam dua cara, yaitu secara cepat dan lengkap
menilai kerusakan dan yang kedua dalam mengkonfirmasi bahwa cedera yang
ditemukan pada pemeriksaan luar cocok dengan kondisi kematian. PMCT
menunjukkan sensitivitas yang sangat baik dalam penilaian kasus trauma, pada
3 kasus tenggelam, PMCT memberikan informasi dalam mengungkapkan
temuan klasik berupa pengumpulan cairan paranasal, pengisian trakea oleh
cairan, ground glass opacity di paru-paru dan distensi cairan gastroesofageal.
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan, dengan memfokuskan
studi retrospektif pada populasi tertentu yang hanya menjalani pemeriksaan
luar, peneliti tidak mendapat diagnosis akhir yang dilakukan dengan analisis
otopsi atau mikroskopis. Dalam kasus yang diduga merupakan kematian
mendadak akibat jantung, PMCT tradisional hanya bisa mengidentifikasi faktor
risiko kardiovaskular. Keterbatasan lain adalah penilaian terhadap kinerja
PMCT yang masih bergantung pada laporan akhir ahli patologi forensik
sebagai kriteria sehingga terbatas dalam menetapkan pemeriksaan radiologis
tanpa melihat hasil laporan pemeriksaan luar. Dengan mengeksklusi anak-anak
dari analisis, penelitian ini tidak memiliki informasi khusus mengenai populasi
anak, yang mana menyajikan hasil patologis yang spesifik dan CT lebih sulit
diinterpretasikan pada kasus anak karena kelemahannya pada kontras spontan,
M. Aplikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting untuk membantu pekerjaan
ahli patologi forensik secara optimal mengintegrasikan PMCT tradisional
dengan pemeriksaan luar dalam praktik mereka sehingga diagnosis akhir
penyebab kematian dapat ditentukan pada beberapa kondisi kematian tertentu
tanpa dilakukan otopsi.

Anda mungkin juga menyukai