Anda di halaman 1dari 13

COMPLEX SUICIDE :UNUSUAL COMBINATION

Bunuh Diri yang Kompleks: Kombinasi yang Tidak Wajar


Supervisor
dr. Agustinus Sitepu Mked(For) SpF
Oleh
dr. Panusunan Simatupang
Abstrak
 Ada banyak jumlah bunuh diri yang kompleks di literatur. Ini menjadi
hal yang menarik sehingga terus dikembangkan dan dipublikasikan
kasus-kasus bunuh diri yang kompleks yang telah diperiksa oleh ahli-
ahli forensik di seluruh dunia.
 Ini menjadi hal yang menarik untuk mengetahui metode-metode yang
dilakukan oleh korban bunuh diri. Kami menampilkan sebuah kasus
bunuh diri yang kompleks oleh seorang wanita muda dengan
meminum Paraphenylene diamine (PPD) kemudian dilanjutkan dengan
pencekikkan diri sendiri..
 Pencekikkan diri sendiri dilakukan mungkin untuk mempercepat
kematian atau mengurangi rasa sakitnya. Otopsi forensik dan
pemeriksaan lebih lanjut mengkonfirmasi intoksikasi diri sendiri
dengan PPD dan menunjukkan tanda-tanda pencekikkan dengan
genggaman yang longgar..
 Keadaan fakta dan penyelidikan hukum mendukung pencekikan diri
sendiri tanpa campur tangan orang lain. Kasus ini menggambarkan
contoh bunuh diri yang kompleks. Sepengetahuan kami, ini adalah
kasus pertama bunuh diri kompleks yang melibatkan keracunan PPD
dan pencekikan diri.
PENDAHULUAN
 Pada tahun 1974, Marcinkowski dkk. telah mempertimbangkan
pembagian metode bunuh diri secara umum. Dalam klasifikasi ini, bunuh
diri dibagi menjadi bunuh diri sederhana versus kompleks. Dalam kasus
bunuh diri yang kompleks, dua atau lebih metode diterapkan secara
bersamaan atau satu demi satu.
 Kombinasi yang sering terlihat adalah konsumsi racun dalam kombinasi
dengan gantung diri, penggunaan senjata dengan gantung diri,
tenggelam dan luka dari pisau atau jatuh dari jembatan. Kombinasi
menelan PPD dengan pencekikan diri sendiri belum pernah dilaporkan
dalam literatur sampai sekarang. Penggunaan beberapa metode, yang
dicurigai pembunuhan membenarkan perlunya dorongan untuk
dilakukan penyelidikan.
 Dalam artikel ini kami melaporkan kasus seorang wanita muda yang
melakukan bunuh diri dengan meminum PPD. Investigasi forensik telah
menunjukkan tanda-tanda pencekikan oleh genggaman yang lebar di
samping keracunan dengan PPD. Analisis keadaan dan penyelidikan polisi
mendukung pencekikan diri sendiri, menjelaskan perkiraan untuk
mempercepat kematian.
LAPORAN KASUS
 Seorang wanita berusia 23 tahun, belum menikah, memiliki
riwayat tiga kali aborsi. Aborsi terakhir dua puluh hari sebelum
kematian. Wanita muda itu tidak memiliki riwayat psikiatri
maupun usaha bunuh diri. Menurut investigasi, ia ditemukan oleh
ibunya sekitar pukul 4 sore, meninggal di kamarnya. Korban
mengenakan celana, sweter dan syal di lehernya. Di dekat
tubuhnya ditemukan sebuah botol berisi bubuk kehitaman. Yang
kemudian telah disegel untuk analisis toksikologi.
 Pada otopsi, pemeriksaan luar menunjukkan ukuran tubuh korban
kecil,ditemukan warna kebiruan yang gelap menetap dan bagian
belakang tubuh tampak kepucatan, kekakuan di empat anggota
badan dan sianosis sub inguinal. Sebuah goresan kecil di sudut
luar kelopak mata atas sebelah kiri dicatat. Dia memiliki ekimosis
bulat di sisi kanan dahi berdiameter 1,5 cm. Pemeriksaan tubuh
juga telah mengungkapkan jejak cairan hitam yang mengalir dari
sudut kanan mulut (Gambar 1) dan warna kehitaman di jari kanan
pertama, kedua dan ketiga (Gambar 2).
Gambar 1 : Cairan Kehitaman dari Mulut

Gambar 2 : Warna Kehitaman pada Tangan Kanan


LAPORAN KASUS…
 Tidak ada tanda-tanda kekerasan di tempat lain terutama di leher
maupun tanda-tanda perlawanan.
 Otopsi telah mengungkapkan kongesti multi organ dengan edema
paru dan serebral. Jantung belum menunjukkan kelainan apa pun.
Perut berisi cairan gelap tanpa sisa makanan.
 Diseksi wilayah cervikal menunjukan ekimosis dan pendarahan di otot
sterno-mastoid di sisi kiri membuat 6,5 × 2 cm (Gambar 3), ekimosis
di dasar lidah (Gambar 4) dan di belakang esofagus (Gambar 5).

Gambar 3. Ekimosis pada Sisi Kiri Otot Sterno-Mastoid.


Gambar 4. Ekimosis di Dasar Lidah.

Gambar 5. Ekimosis di Belakang Esofagus


LAPORAN KASUS…
 Darah, sampel urin dan isi lambung telah diambil untuk tes
toksikologi, yang telah menunjukkan adanya zat oksidatif,
mungkin PPD.
 Tidak ada obat lain maupun pestisida. Zat yang sama telah
diidentifikasi dalam produk yang disita di dalam botol yang
ditemukan di dekat korban.
 Analisis keadaan dan investigasi polisi telah
mengesampingkan kemungkinan pembunuhan karena
tidak ada tanda-tanda masuk paksa dari tempat kejadian
dan tidak ada konflik yang dicurigai.
 Para ahli menyimpulkan bahwa kematian adalah hasil dari
keracunan PPD yang mematikan dan dengan asfiksia
mekanik karena tercekik oleh genggaman yang longgar.
DISKUSI
 Pada tahun 1974, Marcinkowski et al. telah mempertimbangkan
pembagian metode bunuh diri secara umum. Dalam klasifikasi ini, bunuh
diri dibagi menjadi bunuh diri sederhana versus kompleks. Menurut
evaluasi statistik, bunuh diri yang kompleks mewakili 1,5 hingga 5% dari
semua kasus bunuh diri. Dalam kasus bunuh diri yang kompleks, dua atau
lebih metode diterapkan secara bersamaan atau satu demi satu.
 Biasanya perbedaan dibuat antara bunuh diri kompleks terencana dan
tidak terencana. Dalam kelompok pertama, dua atau lebih metode
diterapkan secara bersamaan untuk memastikan bahwa kematian akan
terjadi bahkan jika satu metode gagal. Dalam bunuh diri kompleks yang
tidak direncanakan, bentuk tindakan berubah setelah metode pertama
gagal atau terlalu lambat atau terbukti menyakitkan.
 Penggunaan lebih dari satu metode bunuh diri membuat perbedaan
dengan pembunuhan menjadi sulit terutama ketika metode yang jarang
digunakan dalam bunuh diri. Artikel ini mengilustrasikan cara bunuh diri
yang tidak biasa yang merupakan pencekikan diri sendiri. Metode bunuh
diri yang paling banyak
DISKUSI...
 Metode bunuh diri yang paling banyak dilaporkan dalam literatur adalah
luka oleh senjata api (metode yang paling sering digunakan), keracunan
produk rumah tangga dan insektisida phlebotomy, jatuh dari jembatan,
gantung diri dan tenggelam. Tidak banyak kasus bakar diri yang telah
dilaporkan dalam konteks bunuh diri yang direncanakan. Telah banyak
dilaporkan dalam konteks aktivitas sexual sebagai peristiwa yang tidak
disengaja.
 Umumnya, ada perbedaan dalam penggunaan metode yang berbeda.
Kenyataannya, korban lebih memilih untuk memulai dengan metode yang
paling tidak mematikan dan kurang menyakitkan sebelum memilih
pendekatan yang lebih serius, yang mana memiliki sedikit kesempatan
untuk selamat dari kematian.
 Dalam kasus kami, korban telah menggunakan PPD yang terkait dengan
pencekikan diri sendiri dengan genggaman yang longgar. Bunuh diri yang
tidak direncanakan dengan konsumsi PPD dan pencekikan diri sendiri
memberikan kombinasi yang tidak wajar. Tinjauan pustaka kami
mengungkapkan tidak ada deskripsi sebelumnya tentang kombinasi
tersebut.
DISKUSI…
 Keracunan dengan PPD dalam niat untuk bunuh diri biasanya
terisolasi. Produk ini khusus untuk negara-negara Afrika dan Timur
Tengah di mana produk ini mudah di dapat. Ini digunakan oleh
wanita karena alasan kosmetik. PPD bertanggung jawab atas 25%
keracunan. Ini digunakan dalam niat untuk aborsi atau bunuh diri.
 Dalam kasus keracunan PPD, kematian diakibatkan dari asfiksia
karena edema laring dan gagal ginjal.
 Dalam hal ini otopsi belum menunjukkan edema laring. Hal ini dapat
dijelaskan oleh konsumsi PPD dosis rendah oleh orang yang
meninggal. Jadi korban menggunakan metode pencekikan diri untuk
mempercepat kematian. Kami yakin kasus kami adalah contoh
pertama dari bunuh diri kompleks yang tidak direncanakan yang
melibatkan pencekikan diri dan konsumsi PPD.
 Kasus ini menggambarkan berbagai metode yang digunakan oleh
mereka yang melakukan atau mencoba bunuh diri.
 Dalam kasus seperti yang dilaporkan di sini, penting bagi ahli
patologi forensik untuk memiliki metode dalam pikirannya.
Mengingat bunuh diri itu adalah kematian yang disengaja yang
membutuhkan eksplorasi aspek medikolegal.
KESIMPULAN

Bunuh diri adalah situasi aspek medikolegal yang rumit.


Ketika lebih dari metode bunuh diri digunakan,
pembunuhan dapat dicurigai. Pembunuhan sulit untuk
dikesampingkan dalam kasus-kasus ini terutama ketika
metode yang digunakan adalah cara bunuh diri yang tidak
biasa. Hanya pemeriksaan tempat perkara, penyelidikan
polisi dikombinasikan dengan temuan otopsi dapat
menentukan penyebab dari kematian dan merekonstruksi
keadaan kematian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai