METODE ELEKTROMAGNETIK
PERIODE 2015/2014
STAF PENGAJAR
Indriati Retno Palupi, S.Si, M.Si.
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
iii
iv
a. Konsultasi
1. Sebelum konsultasi harap mengkonfirmasi dengan asisten yang
bersangkutan (boleh sms, maksimal 2 jam sebelum konsultasi).
2. Wajib Konsultasi (acc 1x), (wajib bawa LAPTOP).
3. Waktu konsultasi kebijakan masing-masing assisten
4. Tiap-tiap kelompok sudah ditentukan assisten masing-masing (untuk
konsultasi) dan tiap acaranya akan di rolling (ditukar tiap minggu)
5. Acc paling lambat 2 hari sebelum praktikum.
b. Pengumpulan Laporan
1. Mengumpulkan laporan sesuai dengan waktu yang ditentukan, toleransi
1 jam. setelah waktu toleransi lewat, nilai laporan minus.
2. Laporan yang tidak di ACC (hanya dikumpulkan) akan mendapatkan
pengurangan nilai.
3. Laporan dikumpulkan pada assisten masing-masing.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
TATA TERTIB ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II. DASAR TEORI ...................................................................................... 3
BAB III. INSTRUMENTASI VLF ....................................................................... 11
BAB IV. INSTRUMENTASI CMD ..................................................................... 29
BAB V. INSTRUMENTASI CSAMT .................................................................. 40
BAB VI. INSTRUMENTASI GPR ...................................................................... 54
GLOSARIUM
TAMBAHAN PENGOLAHAN SOFTWARE INV2DVLF
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dimanfaatkan
untuk
menentukan
struktur
bawah
I.2. Tujuan
Setelah
mempelajari
dan
mempraktekkan
metode
metode
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Sejarah Metode VLF
Pembangunan pemancar VLF dimulai pada awal PD I, pada tahun 1910,
untuk komunikasi jarak jauh. Komunikasi dengan frekuensi VLF ini kemudian
diperkuat hingga dapat digunakan untuk komunikasi sub-marine yaitu kapal selam.
Dua alasan pemakaian gelombang VLF adalah (1) kemampuannya untuk
komunikasi global karena pelemahan yang sangat kecil di dalam pandu gelombang
bumi-ionosfer dan (2) penetrasinya cukup efektif hingga dapat menembus laut
dalam.
Secara fisik, ukuran luas antena VLF sangatlah besar yaitu sekitar 10 km2.
Ukuran luas yang cukup lebar tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kapasitansi input dari pemancar tunggal VLF yang dipasang hingga ketinggian 200
sampai dengan 300 meter.
Sumber noise yang utama adalah radiasi medan elektromagnetik akibat kilat
atmosfer baik di tempat yang dekat/jauh dengan lokasi pengukuran. Pada frekuensi
VLF, radiasi medan ini cukup dapat melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh
pemancar. Daerah yang cukup banyak terdapat gangguan tersebut adalah Amerika
Tengah dan Selatan, Afrika tengah serta kepulauan di Asia Tenggara. Di Indonesia
gangguan noise ini cukup banyak. Gangguan ini dicirikan dengan naiknya kuat
medan listrik vertikal dan medan magnet horisontal secara tiba-tiba (jika sumber
medan cukup dekat dengan pengukur) dan relatif berbentuk gaussian jika sumber
medan cukup jauh.
Noise kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi, dimana
terjadi pergerakan badai dari arah timur ke barat yang terjadi pada siang hari hingga
sore hampir malam. Untuk daerah Australia, gangguan minimum terjadi pada saat
musim salju (MeiJuli) dan noise maksimum terjadi saat pertengahan musin panas
(NopemberJanuari). Noise harian minimum berada pada jam 08.00 waktu lokal,
kemudian merambat naik hingga maksimum pada jam 16.00 waktu lokal. Dengan
beberapa informasi ini disarankan bahwa pengukuran VLF di Indonesia dilakukan
pada bulan-bulan musim kemarau (MeiJuli) mulai dari pagi-pagi sekali jam 06.00
hingga mendekati pukul 11.00 siang.
B
t
D
H i
t
B 0
(1)
D c
Persamaan (1) diatas mempunyai arti fisis bahwa medan listrik timbul
akibat medan magnetik yang berubah sebagai fungsi waktu. Yang juga
menunjukkan bahwa medan magnetik yang terjadi dalam suatu ruang ditimbulkan
oleh aliran arus, serta medan magnetik berbanding lurus dengan arus listrik
totalnya.
Persamaan 1 dapat direduksi dengan menggunakan hubungan-hubungan
tensor tambahan sehingga diperoleh persamaan yang hanya berkait dengan medan
E dan H saja (Grant and West, 1965. p496). Apabila diasumsikan medan E dan H
tersebut hanya sebagai fungsi waktu eksponensial, akan diperoleh persamaan
vektorial sebagai;
2E i E 2E
(2)
2H i H 2E
sedangkan
bagian
kanannya
menunjukkan
sumbangan
arus
pergeserannya.
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI
Di dalam VLF (pada frekuensi < 100 KHz), arus pergeseran akan lebih kecil
daripada arus konduksi karena permitivitas dielektrik batuan rata-rata cukup kecil
(sekitar 100 dengan 0 sebesar 910-12 F/m) dan konduktivitas target VLF biasanya
10-2 S/m. Hal ini menunjukkan bahwa efek medan akibat arus konduksi
memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas medium
(Sharma, 1997).
504 ( / f )
1 /
0
Implementasi praktis pers di atas dapat dilihat pada tabel 1.
Resistivitas (Ohmm)
0.01
102
104
0.01
500
5000
5104
5105
10
16
160
1600
16000
103
1.6
16
160
1600
104
0.5
50
500
105
0.16
1.6
16
160
R
R sin
0
R cos
S cos
S sin
Gambar 1. Hubungan amplitudo dan fase gelombang sekunder (S) dan primer (P).
Berdasar hal ini dapat dikatakan bahwa, jika terdapat medium yang sangat
konduktif (R0), maka beda fasenya mendekati 180o, dan jika medium sangat
resistif (R) maka beda fasenya mendekati 90o.
Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang
sefase dengan P (Rcos) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen
yang tegak lurus P (Rsin) disebut komponen imajiner (out-of-phase, komponen
kuadratur). Perbandingan antara komponen real dan imajiner dinyatakan dalam
persamaan;
Re
tan L / R
Im
Pers diatas menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan Re/Im (semakin besar
pula sudut fasenya), maka konduktor semakin baik, dan semakin kecil maka
konduktor semakin buruk.
Dalam pengukurannya, alat T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt
dan eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of phase medan magnet
vertikal terhadap komponen horisontalnya. Besarnya sudut tilt (%) akan sama
dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phase-nya, sedangkan besarnya
eliptisitas (%) sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya.
z
a
b
Hz
x
Hx
Jika medan magnet horisontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar Hx
ei, maka besar sudut tilt diberikan sebagai :
H
2 z cos
H
tan( 2 ) x 2
H
1 z
Hx
H z H x sin
b
a H z e i sin H x cos
Pada penelitian dengan menggunakan alat T-VLF BRGM ini data yang
terukur adalah nilai tilt dan elips. Kontras anomali yang terukur dapat disebabkan
oleh adanya batuan terisi air yang lebih konduktif atau adanya batuan berongga
terisi udara yang lebih resistif dari lingkungan kars. Dengan parameter tersebut
diharapkan anomali akibat aliran sungai bawah permukaan dapat diperlihatkan
dengan jelas.
B
t
( Hukum Faraday)
(1)
(Hukum Ampere)
(2)
(Hukum Coulomb)
(3)
B 0
(4)
H J
D
t
(5)
B H
(6)
J E
(Hukum Ohm)
(7)
503
(8)
Effective Depth Penetration (D) adalah kedalaman yang dapat dicapai saat
dilakukan survei CSAMT. Nilai D ini dapat ditulis sesuai dengan persamaan 9.
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI
D 356
Cagniard Resistivity
Data yang didapat pada pengukuran dengan menggunakan Metode CSAMT adalah
berupa Medan Listrik dan Medan Magnet. Untuk mendapatkan nilai resistivitas
batuan, kita dapat menggunakan persamaan Cagniard Resistivity yang ditunjukkan
pada persamaan 10.
2
1 Ex
5 f Hy
10
BAB III
INSTRUMENTASI CONDUCTIVITYMETER (CMD)
III.1. Pendahuluan
Metode elektromagnetik merupakan salah satu metode dalam eksplorasi
geofisika yang umumnya digunakan untuk pencarian bahan-bahan yang memiliki
sifat konduktif yang tinggi.
Metode elektromagnetik sangat berguna dan praktis karena data dapat
diperoleh dengan cepat untuk daerah yang luas sekalipun. Survei elektromagnetik
tidak memerlukan elektroda yang ditancapkan ke tanah seperti pada survei
resistivitas. Survei elektromagnetik dapat diaplikasikan untuk berbagai macam
keperluan, yaitu:
Pemetaan geologi.
Arkeologi.
11
III.2. Tujuan
Setelah mempelajari dan mempraktekkan metode-metode CMD, maka
peserta diharapkan dapat :
d. Mengetahui prinsip dasar perambatan gelombang EM CMD.
e. Melakukan proses pengambilan, pengolahan dan interpretasi sederhana data
CMD di lapangan dan di dalam Lab.
f. Mengoperasikan peralatan CMD secara baik dan benar.
12
mengamati
perkembangan
lingkungan
(mendeteksi
limbah
13
Hp
4
(1)
Keterangan :
Hs = medan magnet sekunder pada koil penerima
Hp = medan magnet primer pada koil penerima
= 2f
= frekuensi (Hz)
= konduktivitas (mS/m)
= intercoil spacing
Hs
0 s 2 H p
4
(2)
14
Gambar 4. Desain survey CMD, Posisi sumbu x sebagai nomor lintasan dan sumbu y
sebagai titik pengukuran pada lintasan.
= lambat
Respon yang cepat ini membuat tingkat akurasi pembacaan data menjadi lebih
kecil.
a. Waktu Pengukuran
Waktu dari pengukuran ini sama seperti stacking yang dimana dapat
disetting pada range 0.1 detik 20 detik. Dengan waktu pengukuran yang lebih
lama dan stabil akan meningkatkan tingkat akurasi pengukuran. Untuk pengukuran
manual direkomendasikan untuk menggunakan waktu pengukuran 1-20 detik
15
Masukkan nama file, lokasi dan note. Pilih mode pengukuran, kalibrasi.
Sesuaikan waktu pengukuran (Meas. Time) dan kesalahan pengukuran (Meas.
Error). Masukkan nilai x dan y (jika anda ingin melakukan dengan menggunakan
titik-titik grid/area yang berlanjut untuk pemetaan 2 dimensi), masukkan jarak
pengukuran (X-Step) dan titik pada lintasan (Y-Step).
16
Yes
No
Right/Left
Up/Down
0-9
17
Operator dapat mengecek hasil pengukuran dan jika telah didapat data yang
baik maka dapat disimpan pada memori dengan menekan tombol pada satelit atau
dengan menekan tombol Yes.
Funsi tiap-tiap tombol :
Yes : menyimpan data pengukuran dan akan melanjutkan pengukuran pada
titik selanjutnya
No : menghapus nilai pengukuran dan akan mengukur kembali pada titik
yang sama
0-9 : memberikan note pada titik pengukuran
c. Download Data
Pemasangan Perangkat Lunak
Masukkan CD instalasi CMD pada PC anda. Hubungkan PC dengan CMD
control dengan memasang kabel USB dan nyalakan peralatan. Tunggu sampai
mucul perintah pada windows (the installation of USB driver passes). Untuk proses
pemasangan dan transfer data CMD, lalu ikuti sesuai perintah berupa readme.txt
pada folder file CMD.
Download Data Pengukuran
Hubungkan CMD control dengan PC menggunakan kabel USB pada
konektor yang berada di tengah pada alat CMD control dan nyalakan alat (perangkat
akan otomatis berada pada posisi download data).
18
Jalankan perangkat lunak pada PC dengan meng-klik ikon CMD data transfer dan
akan muncul windows perangkat lunak CMD. Pilih data yang akan ditransfer. Buat
folder kemudian data akan tertransfer secara otomatis. Setelah data ditransfer
lepaskan CMD control dengan PC anda.
III.3.3. Instrumentasi
Instrumen yang digunakan untuk survei CMD terdiri dari dua koil yang
terpisah dengan jarak tertentu. Medan magnet dari koil pemancar menginduksi arus
di dalam tanah, sehingga menghasilkan medan magnet yang dideteksi oleh koil
penerima.
Instrumen untuk survei CMD terdiri dari bagian pemancar dan penerima.
Bagian pemancar berfungsi sebagai sumber energi elektromagnetik. Sumber arus
bolak-balik dihasilkan oleh sebuah osilator dan jika dilewatkan ke sebuah
kumparan, maka akan dihasilkan medan magnet bolak-balik. Medan magnet bolakbalik ini kemudian dipancarkan ke tanah dan udara (sejajar tanah) menggunakan
sebuah antena.
Bagian penerima berfungsi sebagai pengukur dan perekam medan magnet
primer dan sekunder. Medan magnet tersebut diukur menggunakan dua koil yang
didesain khusus sehingga diperoleh resultan dari kedua medan magnet tersebut.
Hasil pengukuran yang diinginkan dari instrumen ini adalah beda fasa () antara
medan primer dengan medan sekunder. Pengukuran beda fasa ini dilakukan dengan
mengukur resistansi potensiometer pada rangkaian penerima. Supaya dapat
direkam pada suatu memori, maka arus tersebut harus dikonversi menjadi tegangan
19
Search mode data are measured and shown continuously but are not
saved.
3. High precision and fast response optimization can be chosen in four grades.
The first one is convenient for stationary measurements while the next three
graded fast response modes serve for moving applications.
4. Two depth ranges full and half depth range of the probe.
5. Factory and two user calibrations (calibrating data are stored in the probe).
Direct support of GPS receiver. Longitude, latitude and altitude are shown
and saved automatically.
max.32 files
20
Power supply:
o Internal exchangeable rechargeable lithium-ion battery pack. (Integrated
fully automatic intelligent battery charger activated by the connection of
external 12 V source.)
o Working time: 3 4 working days (24 32 hours of continuous
measurement).
o Internal exchangeable battery holder for 6 AA single-use or rechargeable
NiCd or NiMh batteries
o External power supply 12 V (6.5 14 V, 1.2 A max.)
21
Probe :
1. Two depth ranges full and half depth range.
2. Measured quantities:
3. Measuring ranges:
22
8. Inter-coil spacing:
CMD-1: 0.98 m
CMD-2: 1.89 m
CMD-4: 3.77 m
c.
pada sebelah kiri dan batang penerima berada pada sebelah kanan. Pada CMD-4
satelit tersebut dihubungkan pada batang konektor dan susun sesuai posisi pemncar
dan penerimanya. Lihat pada gambar 6. Sekarang letakkan sabuk pada belt holder
yang berada pada bagian atas dari satelit. Lihat gambar 7. Untuk penggunaan satelit
CMD-4 disarankan untuk menggunakan harness untuk mempermudah proses
pengukuran dikarenakan beban instrumen yang cukup berat.
23
Konduktivitas
Konduktivitas merupakan parameter utama yang terukur dari instrumen
24
b.
In-Phase
Parameter kedua yang diukur secara simultan dengan konduktivitas
jelas adalah In Phase. Hal ini didefinisikan sebagai kuantitas relatif dalam ppt
dari medan magnet primer dan terkait erat dengan kerentanan magnetik bahan
diukur. Jadi peta InPhase dapat membantu membedakan struktur buatan dari
geologi alam di peta konduktivitas terlihat jelas.
c.
DIAGRAM
DATA
(ALAT)
CONDUKTIVITY
MEAS ERROR
IN PHASE
MOVING AVERAGE
25
Mulai
Perhitungan Ma
Conductivity, dan Ma InPhase
Kurva Conductivity
vs Ma Conductivity
Peta Ma
Conductivity
Kurva Ma Conductivity
vs Ma In Phase
Pengolahan
data
surfer
Kurva In-Phase vs
Ma In-Phase
Peta
Ma In Phase
Kesimpulan
Selesai
26
Moving Average
Moving Average dapat diartikan sebagai perubahan harga rata-rata dalam
satu timeframe tertentu. MA berfungsi mengkompensasi noise acak yang muncul
selama pengukuran (akibat aktivitas kelistrikan maupun ketidakhomogenan bawah
permukaan).
500
Grafik MA In Phase
MA In Phase (ppt)
Grafik MA
Conductivity
50
0
-50 0
200
400
600
800
-100
Spasi (m)
Interpretasi
KONDUKTIVITAS
1 : TINGGI
2 : MEDIUM
3 : RENDAH
27
suseptibilitasnya maka inphase akan semakin besar. Namun tidak seluruhnya data
di lapangan menunjukkan hubungan terbalik tersebut. Dengan interpretasi grafik,
kita dapat asumsikan data in phase sebagai pembanding terhadap data
konduktivitas.
Sedangkan interpretasi pada peta konduktivitas akan terlihat bagian atau
daerah yang memiliki range nilai konduktivitas mulai dari yang terendah hingga
yang tertinggi dan begitu juga pada peta in phase yang akan menunjukkan daerah
yang memiliki kerentanan magnetik dari range yang terendah hingga yang tertinggi
pada lokasi pengukuran. Sama halnya dengan interpretasi secara grafik, interpretasi
peta inphase digunakan sebagai pembanding peta konduktivitas. Satuan untuk
konduktivitas adalah mS/m sedangkan satuan untuk inphase adalah ppt.
Peta MA In Phase
Peta MA Konduktivitas
25
25
19 18
9130600
22
20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
23
9130550
24
23
24
23
9130500 24
23
24
9130450
23
24
23
9130400
24
23
24
23
9130350 24
21 20
22
23
24
9130300
22
23
24
22
21 20
21
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
17
17
17
17
17
17
17
17
17
26
15
3
16
16
16
16
16
16
16
16
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
8
10
15 14 13 12 11
10
15 14 13 12 11
10
15 14 13 12 11
10
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
10
12 11
9130200
26
10
9
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
5
5
5
5
5
5
65
60
25
55
24
9130450
26
24
30
25
4
4
9130400
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
22
21 20
23
40
24
35
9130350 24
15
22
23
23
21 20
22
23
24
9130300
20
21 20
23
45
22
23
24
50
20
23
9130500 24
24
22
23
24
26
3
9130550
70
25
26
19 18
9130600
23
75
25
26
4
5
25
15 14 13 12
16
(ppt)
25
16
10
9130250
25
17
22
23
24
22
21 20
21
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
19 18
17
17
17
17
17
17
17
17
17
26
15
3
16
16
16
16
16
16
16
16
16
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
15 14 13 12 11
8
10
15 14 13 12 11
10
15 14 13 12 11
10
15 14 13 12 11
10
15 14 13 12 11
10
9130250
15 14 13 12 11
10
12 11
9130200
26
10
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
7
6
5
5
5
5
5
5
25
26
4
5
25
15 14 13 12
25
16
10
6
7
25
17
25
26
4
3
25
1
26
4
3
26
4
4
4
4
2
4
7
6
7
7
-5
436850 436900 436950 437000 437050 437100 437150 437200 437250 437300 437350
436850 436900 436950 437000 437050 437100 437150 437200 437250 437300 437350
(mS/m)
270
260
250
240
230
220
210
200
190
180
170
160
150
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
BAB IV
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI
28
IV.1.
Pendahuluan
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika adalah
konduktivitas
dimanfaatkan
untuk
menentukan
struktur
bawah
29
30
31
Gambar IV.1 Distribusi medan elektromagnetik untuk metode VLF dalam polarisasi listrik
dengan sinyal di atas sebuah dike konduktif vertikal (diambil dan digambar ulang dari Bosch
dan Muler, 2001)
32
E x E0 e ikz E0 e i ( i ) z
dengan k adalah parameter/angka gelombang (k2 = - i(+i)). Parameter real
menunjukkan faktor fase (rad/m) dan parameter imaginer menunjukkan faktor
atenuasi/pelemahan (db/m) gelombang. Mengingat harga konduktivitas dibagi
dengan permitivitas listrik dan frekuensi angulernya sangat lebih besar daripada
satu untuk medium batuan, maka faktor fase dan faktor atenuasi bernilai sama
(Kaikkonen, 1979).
Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e (sekitar 37%) dari amplitudo
permukaan dikenal sebagai kedalaman kulit (skin depth / ). Kedalaman ini di
dalam metode EM sering ditengarai sebagai kedalaman penetrasi gelombang, yaitu
504 ( / f )
1 /
0
Implementasi praktis pers di atas dapat dilihat pada tabel 1.
33
SkinDepth (m)
F (Hz)
Resistivitas (Ohmm)
0.01
102
104
0.01
500
5000
5104
5105
10
16
160
1600
16000
103
1.6
16
160
1600
104
0.5
50
500
105
0.16
1.6
16
160
R
0
R sin
S cos
P
R cos
S sin
Gambar IV.2. Hubungan amplitudo dan fase gelombang sekunder (S) dan primer (P).
34
Berdasar hal ini dapat dikatakan bahwa, jika terdapat medium yang sangat
konduktif (R0), maka beda fasenya mendekati 180o, dan jika medium sangat
resistif (R) maka beda fasenya mendekati 90o.
Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang
sefase dengan P (Rcos) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen
yang tegak lurus P (Rsin) disebut komponen imajiner (out-of-phase, komponen
kuadratur). Perbandingan antara komponen real dan imajiner dinyatakan dalam
persamaan;
Re
tan L / R
Im
a
b
Hz
Hx
Gambar IV. 3. Polarisasi Elips.
35
H
2 z cos
H
tan( 2 ) x 2
H
1 z
Hx
H z H x sin
b
a
H z e sin H x cos
Pada penelitian dengan menggunakan alat T-VLF BRGM ini data yang
terukur adalah nilai tilt dan elips. Kontras anomali yang terukur dapat disebabkan
oleh adanya batuan terisi air yang lebih konduktif atau adanya batuan berongga
terisi udara yang lebih resistif dari lingkungan kars. Dengan parameter tersebut
diharapkan anomali akibat aliran sungai bawah permukaan dapat diperlihatkan
dengan jelas.
36
3.
4.
Buka data titik pengukuran, tilt, dan elipt dalam format *dat
37
5.
38
Depth/Spasi
Titik Pengukuran
Hasil penampang RAE ini di dapat dari olahan nilai tilt. Persebaran nilai tilt
secara detail dapat di lihat pada penampang pertama. Untuk penampang pertama
dan penampang ke dua dapat dilihat kontras nilai konduktifitas yang berbeda pada
titik 48 sampai ke titik 52 dan juga pada titik 55.
Dari hasil penampang RAE dapat dilihat bahwa nilai 0 80 merupakan titik
pengukuran bukan merupakan kedalaman. Untuk perhitungan kedalaman dapat di
lihat pada bagian depth/spasi nya. Misalnya panjang lintasan 1000 / spasinya 50
maka kedalamannya 20 meter.
39
BAB V
INSTRUMENTASI CONTROLLED SOURCE AUDIO
FREQUENCY MAGNETOTELLURICS (CSAMT)
V.1.
Pendahuluan
Controlled source audio-frequency magnetotellurics (CSAMT) merupakan
salah satu metode geofisika yang merupakan metode hasil pengembangan metode
terdahulu magnetotellurics (MT). Metode CSAMT merupakan teknik sounding
elektromagnetik dengan resolusi tinggi. Metode CSAMT diperkenalkan oleh
Goldstein (1971) dan Strangway (1975) tujuannya adalah untuk menyelesaikan
permasalahan audio-frequency magnetotellurics (AMT), yaitu digunakannya
sumber alami dan ketidak stabilannya.
Metode MT/AMT merupakan suatu teknik explorasi yang terkenal
digunakan untuk mengukur fluktuasi pada medan listrik dan medan magnet alami
pada jangkauan frekuensi yang luas. Fluktuasi ini berasal dari ionosper yang
berhubungan dengan aktivitas matahari pada cakupan frekuensi rendah dan dunia
yang luas dengan aktivitas hujan badai serta petir pada cakupan frekuensi yang
lebih tinggi. Teknik ini tidak membutuhkan sumber buatan dan pemancar
(transmitter). Bagaimanapun, keuntungannya kecil dengan rendahnya magnitude
dan kemampuan memvariasikan sinyal alami.
Controlled
source
audio-frequency
magnetotellurics
(CSAMT)
40
V.2.
Persamaan Maxwell
41
B
t
( Hukum Faraday)
(1)
(Hukum Ampere)
(2)
(Hukum Coulomb)
(3)
B 0
(4)
H J
D
t
(5)
B H
(6)
J E
(Hukum Ohm)
(7)
42
43
1. Skin Depth
Medan elektromagnetik akan teratenuasi ketika melewati lapisan konduktif,
jarak maksimum yang dapat dicapai oleh medan elektromagnetik saat menembus
lapisan konduktif ini dinamakan skin depth (d) (Griffith, 1999). Nilai skin depth
dipengaruhi oleh resistifitas bahan dan frekuensi yang digunakan.(Zonge and
Hughes, 1991).
503
(8)
= resistivity (ohm-m)
f = frekuensi ( Hz)
D 356
f
(9)
3. Persamaan Cagniard
Dari hasil pengukuran Metode CSAMT didapatkan data berupa nilai medan
listrik dan medan magnet. Untuk mendapatkan nilai resistivitas batuan, dapat
digunakan persamaan resistivitas Cagniard yang ditunjukkan pada persamaan 10
(Zonge and Hughes, 1991).
2
5f
E
H
(10)
44
4. Near Field dan Far Field (Zona Dekat dan Zona Jauh)
Persamaan nilai resistivitas yang didapat dengan menggunakan sumber
dipole listrik pada zona dekat dan zona jauh berbeda.Perbedaan ini diakibatkan
karena adanya faktor geometri pada zona dekat dan zona jauh (>3).Persamaan 11
dan 12 menunjukkan nilai resistivitas yang didapat dengan menggunakan sumber
dipole listrik horizontal (Zonge and Hughes, 1991).
r
2
E
H
(11)
E
H
5f
E
H
x
y
(12)
r
4
E
H
(13)
E
H
5f
E
H
(14)
Berikut merupakan contoh data yang mengandung zona jauh (far field) , zona
transisi (transision zone), dan zona dekat (near field)
45
Gambar V.2. Zona Jauh (far field) dan Zona Dekat (near field) (Mitsuru
Yamashita, 2006)
Gambar V.3 Zona Jauh (far field) , Zona Transisi (transision zone), dan Zona
dekat (near field) Dari Data Pengukuran
Pada setiap pengukuran semua metode geofisika tidak lah selalu
menghasilkan data yang sempurna, tidak ter kecuali metode CSAMT ini.Data yang
dihasilkan dapat mengandung noise.Noise tersebut dapat diakibatkan dari alam
ataupun teknis dilapangan. Zonge membagi noise pada pengukuran metode
CSAMT menjadi 5 macam, yaitu :
46
Kesalahan ini disebabkan oleh human error. Kesalahan ini dapat berupa
kesalahan yang disebabkan oleh pengguna alat, dimana operator tersebut
salah memasang kabel-kabel, serta kesalahan menentukan konfigurasi
medan magnet dan medan listrik.
47
Pada Metode CSAMT memiliki sinyal yang lebih kuat terutama bila
dibandingkan dengan medan alami yang lemah pada batasan 1000 Hz ~
3000 Hz, keadaan ini sering menyulitkan untuk memperoleh data yang
berkwalitas dengan menggunakan Metode AMT.
(11)
48
sin
exp(4)
3 0
(12)
0 exp(4)
(13)
| |
5
(14)
sin
2 3
(15)
49
sin
(16)
4 2
2
(17)
jarak transmitter - receiver yang mengindikasikan tidak adanya efek sumber akibat
jarak transmitter - receiver yang berhingga. Sebagaimana pada persamaan (14),
persamaan tahanan-jenis semu untuk near field dapat dituliskan sebagai berikut :
= |
(18)
V .3
50
Terjadi ketika keadaan geologi di bawah sumber berbeda dengan keadaan geologi di
bawah lokasi sounding . Efek ini biasanya jarang tejadi padadata far field ,
namun bisa terjadi juga pada zonatransisi dan near-field .\
Statis effect
Efek statis ini disebabkan oleh adanya body yang berada di dekat
permukaan , terbatas ,dan tidak homogen secara elektrik .Permasalahan
ini dapat terlihat sebagai hasil persebaran muatan statis yang terakumulasi pada
permukaan body .
V.4
Koreksi near-field > sehingga data CSAMT memiliki karakteristik yang mirip dengan
data MT
Teknik relatif sederhana untuk koreksi near-fieldeffect dengan memotong data CSAMT
sehingga hanya terdapat data far-field
Generalisasi hasil untuk medium homogeny terhadap data CSAMT yang benar
V.5
51
Genset
Aksesoris :
- RXU-TMR (s/n:2234)
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI
53
GPS
Receiver :
- V8 (s/n: 2229)
- Coil magnetik (kompas geologi + waterpass+palu geologi) (s/n: 1677)
- Auxillary box (s/n: 2225)
53
BAB VI
INSTRUMENTASI GROUND PENETRATING RADAR (GPR)
VI.I Latar Belakang
Penggunaan sinyal elektromagnetik pertama untuk menentukan keberadaan
suatu objek remote terrestrial biasanya dihubungkan dengan Hlsmeyer pada tahun
1904. Pekerjaan Hlsenbeck pada tahun 1926 terlihat sebagai penggunaan pertama
teknik pulsa untuk menentukan struktur yang tersembunyi. Setelah tahun 1930-an,
teknik pulsa telah dikembangkan untuk menyelidiki sedapat mungkin kedalaman
berbagai macam medium dan mendeteksi benda-benda yang terpendam dalam
tanah.
Kemungkinan mendeteksi objek yang terpendam sedikitnya telah menarik
perhatian manusia sejalan dengan perkembangan teknologi. Teknik tunggal dimana
mampu membuat tanah dan kandungannya bisa dilihat secara jelas sangat menarik
dan potensial sehingga banyak penelitian yang berusaha untuk mendapatkan
metode eksplorasi yang tepat.
Sampai saat ini, belum ada metode tunggal yang telah ditemukan untuk
memberikan jawaban yang menyeluruh, tapi metode seismik, electricalresistivity,induced-polarisation, gravity-surveying,magnetic surveying, nucleonic,
radiometric, thermographic dan elektromagnetik telah terbukti sangat berguna.
Dengan berkembangnya teknologi telah ditemukan sebuah pilihan yang sangat baik
untuk pendeteksian bawah tanah karena memiliki cakupan spesialisasi dan
pengaplikasian yang sangat luas yaitu ground penetratingradar (GPR).
Penetrating
Radar
menggunakan
sumber
gelombang
elektromagnetik yang berupa radar (Radio Detection and Ranging). Pulsa yang
dibangkitkan berupa pulsa bertenaga tinggi yang dipancarkan pada waktu yang
sangat pendek. Gelombang elektromagnetik dipancarkan ke tanah oleh transmitter
melalui antena sehingga pulsa radar mengenai dan menembus tanah lalu sinyal yang
terpantul dari tanah diterima oleh receiver. Berdasarkan waktu perjalanan pulsa
54
radar maka dapat diperhitungkan jarak objek, dan berdasarkan intensitas tenaga
baliknya maka dapat ditaksirkan jenis objek yang berada di dalam tanah. Intensitas
atau kekuatan pulsa radar yang diterima kembali oleh sensor menentukan
karakteristik spektral objek citra radar. Intensitas atau kekuatan tenaga pantulan
pada citra radar dipengaruhi sifat objek dan sifat sistem radarnya.
Sifat objek sebagai salah satu faktor penentu intensitas atau kekuatan
tenaga pantulan pada citra radar. Sifat objek dipengaruhi oleh :
1. Lereng permukaan secara makro (topografi) menyebabkan perbedaan rona
karena perbedaan arah menghadap ke sensor.
2. Kekasaran permukaan yang menyebabkan perbedaan pantulan pulsa radar.
3. Perbedaan kompleks.
55
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu citra
dari letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah atau dipermukaan tanah.
Untuk sistem GPR harus memenuhi empat persyaratan sebagai berikut:
1. Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah
2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
3. Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi.
LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI
56
57
58
Dimana :
f
r
0
59
60
horisontal dari zona penelitian. Sedangkan pada GPR konvensional terdiri dari satu
transmitter dan satu receiver dan outputnya yaitu penampang vertikal yang berupa
satu gelombang untuk setiap pengukuran. Dan pengukuran dilakukan berulangulang kemudian hasilnya digabungkan lalu dilakukan pengolahan data lanjutan.
Apabila GPR Future Series 2005 dibawa berjalan (menurut garis lurus),
gambar yang dihasilkan akan membentuk pola-pola tertentu, bergantung kepada
objek yang ditumbu oleh impuls elektromagnetik itu dan waktu tempuh sinyal
(yang bergantung kepada kedalaman objek). Berikut ini adalah contoh gambar
keluaran dari GPR Future Series 2005 beserta sedikit penjelasan tentang pola-pola
gambar di dalamnya, yang disebut sebagai difraksi.
61
62
Cross-Coupling
Pada konfigurasi antena yang terpisah, tentunya akan menimbulkan
cross-coupling. Cross-coupling merupakan sinyal yang dikirimkan secara
langsung oleh antena pengirim ke penerima.
63
Keterangan :
udara = Impedansi karakteristik di
udara ()
m
= Impedansi karakteristik
pada medium dengan nilai r
tertentu()
r
= Permeabilitas bahan (H/m)
r
= Permitivitas bahan (F/m)
L
= Jarak antara dua medium
yang terpisahkan oleh radome
64
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data jarak antena dengan tanah
dengan berbagai variasi permitivitas.
Tabel VI.1 Data Jarak Antena dengan Tanah dengan Berbagai Variasi Permitivitas
65
Warna biru pada display gambar menunjukkan cavity area (daerah rongga).
Warna merah yang membentuk pola tertentu seperti pada gambar 2.10 yang
membentuk kubus menunjukkan adanya logam di daerah tersebut. Warna kuning
menunjukkan daerah tersebut adalah daerah kering sedangkan warna kuning
kemerah-merahan menunjukkan adanya mineral pada daerah tersebut. Dan warna
hijau yang agak gelap menunjukkan daerah tersebut merupakan daerah basah.
Pada legenda GPR Future Series 2005 dari atas ke bawah (biru menuju merah)
menunjukkan bahwa konduktivitasnya semakin besar dan resistivitasnya
semakinkecil . Sedangkan dari bawah ke atas ( merah menuju biru )
konduktivitasnya semakin kecil dan resistivitasnya semakin besar.
Gambar VI.12 Struktur dan Jenis Objek digolongkan Berdasar Variasi Warna pada
Output GPR Future Series 2005
67
Ada beberapa metode berbeda untuk memperoleh data GPR, salah satunya
yang paling umum digunakan adalah mendorong suatu unit GPR sepanjang
lintasan, seperti di gambar berikut :
Gambar VI.13 Sistem pengambilan data GPR dengan menggunakan alat bantu
67
: Panjang gelombang
v : Cepat rambat energi elektromagnet pada material
f : Frekuensi
68
Gambar VI .14 Sistem pengambilan data GPR dengan menggunakan alat bantu
data
Ada tiga metode dalam memvisualisasi data GPR, antara lain : Ascan adalah
penyajian 1D single profil GPR (trace), B-scan adalah penyajian 2D rangkaian
69
trace GPR, dan C-scan adalah penyajian 3D rangkaian trace 2D [1], seperti
ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar VI.16(a). Penggunaan GPR di lapangan, (b). Citra dari pipa yang terpendam dalam
tanah.
70
71
Titik
Conductivity
InPhase
MA
MA
Conductivity
InPhase
24,95
-1,055
10
29,2
-2,32
88,6875
-6,34
20
21,35
-2,58
81,6875
-8,93375
30
39,15
-5,815
109,375
-15,77375
40
38,9
-6,255
125,9875
-19,44625
50
36,15
-4,485
118,125
-17,07875
60
27,7
-7,415
101,8
-20,65125
70
41
-5,345
117,175
-18,9625
80
29,9
-3,43
108,4625
-13,18125
10
90
30,65
-3,905
98,5
-12,53625
11
100
29,2
-5,185
97,3375
-15,91
12
110
33,15
-6,54
72
Titik yang dimaksud adalah jarak spasi. Pada baris 1 dan terakhir (15) pada kolom
MA, tidak terdapat nilai. Ini dikarenakan penggunaan rumus MA, sebagai berikut
:
MA Xn = X(n-1) + 2 Xn + X(n+1)/4
2.
Inphase dapat di cari pada masing masing titik. Pada umumnya, pengambilan
data pada satu titik dapat terdapat minimal 3x pengukuran, sehingga pada titik 1
titik di dapatkan 3 data. Untuk memperoleh nilai MA, maka 1 titik ini nilainya
harus di rata ratakan terlebih dahulu.
3.
Konduktivitas (mS/m)
100,000
200,000
80,000
150,000
60,000
MA In Phase (ppt)
100,000
40,000
50,000
20,000
0,000
-50,000 0
MA Conductivity
(mS/s)
500
10000,000
Jarak Lintasan (m)
Beri keterangan
berupa secondary
axis mempermudah dalam pembacaan maupun interpretasi
Tujuaannya adalah
anomaly
4.
data koordinat serta data MA pada program surfer, untuk selanjutnya diolah
menjadi peta sebaran nilai MA Konduktivitas serta peta sebaran nilai MA Inphase.
73
Men-smooth data Tilt dan Elipt dari hasil pengukuran menggunakan Moving
TITIK
TILT
ELIPT
MA tilt
MA
Elipt
DF
33
15
10
23
10
22,75
12,25
20
12
14
7,75
11,25
14
30
-16
-6,25
10,5
40
-5
14
-9,25
10,25
3,75
50
-11
-13
6,25
8,75
60
-25
-1
-21,75
-0,75
3,5
70
-26
-7
-25,25
-5,25
80
-24
-6
-18,5
-5
10
90
-1
-14
-2
11
100
-32
-22
0,75
4,75
12
110
-24
-26,75
3,25
0,25
13
120
-27
-27
1,75
1,5
14
130
-30
-7
-28,5
1,5
15
140
-27
15
-26,75
0,5
Dari data di atas dapat dihitung nilai Derivatife Fraser dari data tilt dengan
cara : ( data
+ data
n+1)
(data
n+2
data
n+3))
Fraser yang bernilai negatif (-) dibuat 0, kemudian buat grafik jarak Vs DF
yang bernilai (+) saja.
3.
Menghitung nilai tilt real, dengan cara = 100 x tangen tilt ( tilt yang sudah
terbobot atau MA)
74
75
GLOSARIUM
Gelombang Sekunder : Gelombang yang diterima receiver EM
Gelombang Primer
Konduktivitas
Resistivitas
Permitivitas
Osilasi
In-Phase
Out-Phase
Atenuasi
Arus tellurik
Moving Average
Amplitudo
Frekuensi
Periode
Bandwidth
Skin dept
Effective depth
Program PrepVLF dapat menyusun secara otomatis file yang akan diinput untuk
Inv2DVLF berdasarkan data Anda. Pengguna dapat memilih pilihan ini ketika
menjalankan program PrepVLF. Data yang dibutuhkan untuk input adalah:
- data file, berisi data lokasi yang diukur dan komponen tipper real dan imaginer
yang diukur. (file data.txt);
- topografi pada daerah penelitian (file topo.txt).
Pengguna juga dapat memilih untuk menyusun sendiri file yang akan diinput (Option:
2- Manual). Input an nya adalah:
- koordinat dari Finite-Element mesh dan dari earth-model blocks limits (file
coord.txt);
- data file, berisi data lokasi yang diukur dan komponen tipper real dan imaginer
yang diukur. (file data.txt);
- topografi pada daerah penelitian (file topo.txt).
PrepVLF menghasilkan file profile.DAT, yaitu file dengan nama data yang tertulis di
bagian atas dari data file Anda yang berisikan data yang telah difilter dengan fraser
filter dan RELACON filter. Format profile.DAT:
Fraser filter
xS
Real Part
37.50
62.50
87.50
112.50
137.50
162.50
187.50
212.50
237.50
262.50
287.50
312.50
337.50
xS
12.50
37.50
62.50
87.50
112.50
137.50
162.50
187.50
212.50
237.50
262.50
287.50
312.50
337.50
362.50
387.50
412.50
24.00
43.00
2.00
-40.50
-11.00
36.50
45.00
27.50
1.00
-16.50
-17.00
-11.40
-5.40
Imag Part
-11.95
2.05
1.95
-12.55
-6.00
9.20
3.10
-4.30
-3.70
-1.50
1.30
3.20
2.20
xS
12.50
37.50
62.50
87.50
112.50
137.50
162.50
187.50
212.50
237.50
262.50
287.50
312.50
337.50
362.50
387.50
412.50
Gambar 1. Contoh model inversi dengan hasil dari Fraser filter dan Relacon filter. (Ini adalah contoh
versi yang disederhanakan dan belum lengkap dari yang ditampilkan oleh McNeill pada TN-26).
Xc1
Xc9
Xc17
Xc22
Zc1
AIR
Zc4
Zc6
Z
Earth
Zc10
Zc14
Gambar 2. FE mesh (garis hitam) dan block model bumi (garis kuning). Mesh ini mempunyai Nx = 22
dan Nz =14, NLair = 3. Garis merah adalah permukaan bumi (zc 4 = zair = 0). Model bumi mempunyai 9
block (NBx = 3, NBz = 3). Level pertama dari block termasuk block 1, 2 dan 3. Level kedua dari block
terdiri dari block 4, 5 dan 6,,dll. Block pertama dimulai pada (xc 1,zc4) dan berakhir pada (xc9,zc6).
Block kedua dimulai pada (xc9,zc4) dan berakhir pada (xc17,zc6),dll.
NBx,NBz,r0
x1, x2, x3.
zair, z1, z2.
Note: Block pertama dimulai dari x1 dan berakhir pada x2, block kedua dimulai dari x2
dan berakhir pada x3,, dst. Block pada level pertama adalah block yang dimulai dari
zair dan berakhir pada z1, level kedua dari block yyang dimulai dari z1 dan berakhir
pada z2,,dst (lihat Gambar 2).
Contoh:
97 33 8 -500 -300 -200 -100 -50 -20 -16 -14 -12 -10 8 -6 -4 -2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48
50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94
96 98 100 102 104 106 108 110 112 114 116 118 120 122 124 126 128
130 132 134 136 138 140 142 144 146 148 150 152 156 186 236 336 446 646
-300 -100 -50 -30 -20 -10 -5 -2 0 2
5 10 15 20 25 30 35 40 50 60 70
80 100 110 120
150 180 200 250 300 350 400 450
16 4 1300 -500 12 20 28 36 44 52 60 68 76 84 92 100 108
116 124 646
0 50 110 250 450
-6.0985 .4097
-7.3258 .2566
-8.6284 -.0389
-10.0025 -.5143
-11.4079 -1.2151
-12.1943 -1.6719
-7.5435 2.3892
-3.1880 6.0569
-3.7747 5.0556
-3.8962 3.8751
-2.9581 2.9334
-2.9460 2.2141
1.8375 1.6819
4.7203 1.2485
7.0321 .8265
8.4848 .3952
9.1305 -.0155
9.1497 -.3669
Note: Untuk menetapkan topography level, level acuan (yang diasumsikan sebagai 0.0
m) harus dipilih. Berdasarkan sistem referensi, level yang berada diatas sistem referensi
(bukit) akan menjadi negative dan lembah akan menjadi positif.
Contoh:
0.0 0.0 0.0 0.0 0.5 1.0 1.50 2.0 3.0 5.0 4.0 3.0 2.0 0.0 -1.0 -2.0 -3.0 -3.0
Note: FE mesh untuk kasus dengan topografi harus dibangun dengan hati-hati. Pilihan
topografi ini tidak benar-benar telah teruji, beberapa masalah dapat terjadi.
5. OutPut file format
nit,alamp,rmsa,rms
(iterasi, parameter Lagrange, rms pada (nit-1) iterasi dan rms dari
terhitungnya)
weights
nBz
nBx,we
(global misfit antara data dan hasil model akhir, berdasarkan perbedaan
relative =
(data calc)2
).
data2
global misfit2 (global misfit antara data dan hasil model akhir, berdasarkan perbedaan
obs
mutlak =
(data calc)2
N
obs
).
Contoh:
nit,alamp,rmsa,rms
0 2.9999999E-02 1000.000 0.5183278
.......
n iterations,final rms
30 4.6701845E-02
Mesh
n of blocks,envir. r0
64 1300.000
1
21
21
25 2019.676
..
77
97
1
11 611.3801
FINAL MODEL
-244.00 -7.50 2019.68
16.00
-7.50 1481.31
.
120.00 -275.00 1057.37
385.00 -275.00 611.38
weights
4
16 0.8000000
16 0.8400000
16 0.8819999
16 0.9260998
Measured and calculated data (Tipper)
Xs,Zs,TRob,TIob,TRc,TIc,dR,dIm
frequency 20000.00
(frequency in Hz)
0.00
0.00 -6.0985 0.4097 -6.9713 0.8865
..
128.0
0.00 9.1305 -0.0155 9.5493 -0.1797
136.0
0.00 9.1497 -0.3669 10.5037 -0.8069
global misfit1 % 52.5
global misfit2
4.0
Note: Bagian dengan warna kuning dan hijau adalah isi dari file FMODEL-vlf.dat dan
FDATAR-vlf.dat, berturut-turut.
Note: Jika data mengandung nilai yang tidak ada (nol), perbedaan relatifnya tidak dapat
ditentukan. Sehingga misfit antara data dan model harus dievaluasi berdasarkan
perbedaan mutlak (global misfit2 %).
6. Constraints
Pengguna dapat memasukkan nilai resistivitas untuk daerah tertentu dari earth model
dan meng-constraint nya untuk tetap konstan selama proses inversi atau membiarkannya
berubah. Fitur ini dapat digunakan untuk mengenalkan informasi yang lebih prioritas.
Constraints akan terlihat pada file MCONST.TMP (program ini hanya mengenali file
ini) dengan format sebagai berikut:
Itype
Block1, resistivity1, ivalue Block2, resistivity2, ivalue .
Ini adalah format ketika Itype = 1. Block adalah jumlah dari block pada model bumi
(lihat gambar 2) yang diconstrain. Ivalue adalah bilangan bulat yang menginformasikan
program bahwa resistivitas block dapat bervariasi (ivalue = 0) atau akan tetap konstan
(ivalue = 1) dengan resistivitas sama dengan nilai resistivitasnya.
Contoh:
1 1, 100,
0
2, 100, 0
23, 233, 1
24, 233, 1
25, 233, 1
56, 10, 1
57, 10, 1
Block 1 dan 2 akan diawali dengan nilai resistivitas 100 ohm-m tapi dapat berubah
selama proses inversi. Sebaliknya, resistivitas dari block 23 sampai 25, 56 dan 57 akan
tetap konstan dan sama dengan 233 ohm-m dan 100 ohm-m, secara berurutan, selama
inversi.
Tetapi, pengguna juga dapat menetapkan set block. Contohnya Itype = 2 dan format dari
file tsb adalah:
Itype
InitialBlock, FinalBlock, resistivity1, ivalue
.
dimana InitialBlock dan FinalBlock adalah block awal dan akhir dari setiap set dari
model bumi dari nilai resistivitas berasal. Contoh sebelumnya dapat dituliskan dalam
bentuk lengkap:
2 1, 2, 100,
0
23, 25, 233, 1
56, 57, 10, 1
Fitur baru ini dapat membuat pengguna bisa mengenalkan model awal yang lebih
kompleks. Sebagai contoh, model awal berlapis dapat lebih mudah didefinisikan.
Important note- Jika pengguna menggunakan pilihan automatic untuk membuat model
awal, dan tidak tahu tentang distribusi spasial dari model block (dan sebagai akibatnya
tidak tahu tentang bagaimana menomorinya) dapat diproses sebagai berikut:
- jalankan program PrepVLF dengan pilihan NO (1) constraints;
- lihat file MODCELL.tmp untuk mengetahui distribusi spasial dan penomoran
model block;
-414.9
1
30
59
88
117
146
175
204
100.0
2
31
60
89
118
147
176
205
150.0
3
32
61
90
119
148
177
206
200.0
4
33
62
91
120
149
178
207
Siapkan koordinat dan block definition file (Note: tidak perlu jika Anda
memilih pilihan 1-Automatic pada program PrepVLF) ;
Siapkan data file;
Siapkan file topografi;
Siapkan file dengan constraint (lihat poin 6 dari petunjuk ini).
Jalankan program PrepVLF untuk menghasilkan file INPUT-VLF.tmp.
Jalankan program Inv2DVLF untuk inversi dengan memasukkan iterasi
maksimal, Lagrange parameter, dan nama dari file OutPut.
Gunakan file FMODEL-vlf.dat dan FDATAR-vlf.dat untuk membuat
output berupa grafikal (penampang maupun kurva).