Anda di halaman 1dari 3

RESENSI NOVEL 23 EPISENTRUM

Judul

23 EPISENTRUM

Penulis

Adenita

Penerbit

PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Tahun Terbit

2012

No ISBN

9789790817425

Tebal Halaman

278 halaman

Novel ini menceritakan nostalgia kemantapan langkah hidup masing-masing karakter


pelaku dalam novel ini. Dengan segala perbedaan konflik masalah yang dijalani, diantaranya
Matari yang mampu bertahan hidup dan melalui pendidikan kuliahnya dari hasil utang
kepada beberapa teman yang sekaligus investor dalam kariernya, Awan yang cerdas dan
mapan sebagai pegawai Bank Madani yang ingin keluar dari comfortable zone nya merasa
bekerja tidak seranah dengan passionnya, Prama makhluk ciptaan Tuhan yang tampak
sempurna dari segi fisik, harta dan tak kurang segalanya namun kekosongan dalam jiwanya
membuat semua kebahagiaan yang dimilikinya terasa sia-sia. Berbagai tekanan hidup terus
memgerucutkan usaha-usaha masing-masing individu. Belajar memberi dengan penuh
keikhlasan bukan hanya sekedar uang dan materi belaka menjadi pelajaran bagi Matari yang
kala itu merasa tak mampu berbagi dengan orang lain karena terfokus pada pelunasan utang
yang takut dibawanya mati. Semangat mampu ia tularkan bersama rekan kerjanya di stasiun
televisi tempatnya bekerja yang memiiki keterbatasan sama dengannya namun bedanya
Matari sosok yang lebih beruntung kala itu karna dengan pilihannya berhutang membawanya
sampai di gelar S1 . Semangat dan self confidence yang ia tularkan berbekal kejujuran dan
usaha kerja keras sampai pula sang supir kesayangannya untuk menjadi sarjana di bidang
kameraman. Tuhan memang tidak pernah tidur melihat hambanya, bila kewajiban itu dipikul
dengan tanggung jawab dibalut kesabaran dan keihklasan serta mengcross-check ulang niat
agar tetap sesuai dengan target dan harapan, sang Sutradara Agung tak akan tinggal diam.
DIA akan mengubah segalanya. Hutang 54 juta yang tak terbayang satu abad lunasnya
mendadak terselesaikan begitu saja. Mengalir bagai aliran air tak beriak. Itulah kuasa Tuhan.
Man Jadda Wa Jadda. Kesunggguhan juga ditemukan dalam sosok Awan yang berani

mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Memilih jalan yang disepelekan kebanyakn
orang. Jalan yang ia sendiri tak tau bagaimana ujungnya,. Jalan yang akan membawanya
pada sukses ataukah gagal. Jalan yang membuat ia harus mengahadapi konflik batin bersama
mama dan adiknya yang sedang menjalani pedidikan SMA. Ia tak putus asa, meyakinkan ibu
tercinta hngga menggapai restunya

agar halangan yang dihadapinya saat mencapai

kesuksesan mampu dihalaunya. Hati seorang ibu mana yang tak kelu melihat usaha sang
anak tercipta untuk meraih kebahagian dapat terbendung lagi. Dengan menyerahkan
kepercayaan sepenuhnya dan mendukungnya, sampai pula putra tercinta di panggung juara
pembuat film Indonesia. Namanya kini ada dalam daftar nama-nama ynag mengkuti ajang
bergengsi di negeri kincir angin. Di Negeri Kincir angin inilah 23 Episentrum berkutat
hebat. Dua sahabat (Matari yang mengikuti pelatihan Jurnalistik dan Awan menjalani tugas
filmnya) bertatap muka dalam nuansa tulip orisinil khas Netherlandnya. Disaalah hal tak
terduga terkuat serempak-rempaknya. Tokoh satu lagi yang tak lain ada Prama adi Putra yang
sudah menemukan sang pemilik hati dan matahari dalam hidupnya. Membuat hidup dan
pekerjaannya menjadi lebih berwarna dan ia akan segera meminang Matari gadis apa-adanya
namun cantik dari kesederhanaannya.
Dalam bebarapa karya yang telah ditulis Adenita seperti 9 matahari (2008) sehingga
menyeret dirinya kedalam nominasi penulis muda berbakat di ajang Khatulistiwa Literaty
Awards (2009). Tahun 2010, Adenita mendapatkan penghargaan Duta Bahasa Provinsi Jawa
Barat. Bagaimana tidak? Membaca novel seakan tergambar jelas bagaimana kondisi stasiun
tv sebelum On-Air maupun saat On-Air. Dengan deskripsi dan beberapa kutipan/skrip dari
news anchor benar-benar menjadikan novel ini tergambar jelas berlatar tempat di stasiun tv
yang memang cukup segar namanya. Begitu juga saat meliput berita. Banjir contohnya,
penulis benar-benar menuliskan kondisi lapangan yang memang dirasakan oleh reporter pada
mestinya. Situasi dibuat benar adanya. Inilah salah satu kekuatan tulisan Adenita pada novel
23 episentrum. Tokohtokoh yang diciptakan penulis pun menarik. Banyak karakter yang
berbeda terdeskripsi dengan jelas baik secara eksplisit mapun implisit. Karakter humor,
serius, pemarah, bijaksana, tegar yang masing-masing tokoh memiliki masing-masing
diantara karakter tersebut. Tidak semua penulis mampu menghidupkan nyawa tokoh dengan
aalisis karakter yang berbeda-beda. Karkater yang berbeda inilah mampu menghidupkan
jalan cerita dan membuat pembaca mampu mengikuti jalan Adenita dalam novel sekuel ini.
Segala bentuk karya tak luput dari kesalahan, tak terkecuali karya Adenita 23
episentrum ini. Masih terdapat beberapa kata yang seharusnya tidak digunakan dalam dialog

antar tokoh meskipun terkesan lebih natural antar temen dekat misalkan pada kutipan
congooor di bagian 20 tentang reporter penjual daster.
Novel ini sangat recommended sekali untuk berbagai kalangan. Mahasiswa atau
pelajar yang dapat mengambil moral valuenya yaitu menuntut ilmu dengan usaha cerdas demi
hidup yang lebih baik. Pekerja fress graduate untuk proses pencarian jati diri. Pekerja yang
mapan mampu meninggalkan comfort zone untuk mencari passionnya. Reporter, News
Anchor, Kameramen, Produser, dan beberapa orang penting pemuncul berita di TV yang
memang tau dan butuh seluk beluk jobdesk di bidang pemberitaan dan perfilman.

(Pt
)

Anda mungkin juga menyukai