Oleh:
2021
Cerpen “Saat Maut Batal Menjemput”, Cerpen Radhar Panca Dahana
(Kompas, 12 Maret 2017), di dalam cerpen tersebut pengarang menggunakan bahasa
kiasan yang sering digunakan sehari-hari Meskipun menggunakan bahasa kiasan ada
yang sulit di pahami tetapi relatif sedikit, lebih sering mengunakan bahasa sehari-
hari. Pengarang membuat kata-kata tersebut disusun dengan kompleks dan menarik
sehingga pembaca tidak mearasa bosan untuk membacanya. Walaupun bahasa yang
digunakan dalam cerpen ini susah dipahami oleh pembacanya , namun makna yang
ingin disampaikan oleh pengarang dapat diserap oleh pembaca.
Ceritanya dimulai dengan sang suami ini yang sedang bermimpi, bermimpi
mengenai kekosongan dan ketidakpekaan dirinya akibat dominasi istrinya. Di dalam
mimpinya ia bertemu dengan wanita ideal yang bernama Eva yang menunjukan
bagaimana sebenarnya menjadi yang dominan dalam relasi. Namun karena ditampar
istrinya, iapun bangun dan kembali melihat ke kehidupan nyata dimana ia masih
didominasi istrinya.
Cinta yang dialami oleh suami sepertinya terlihat semu yang mengakibatkan
ketidakpuasan. Dalam mimpi suami cinta yang asli dapat diilustrasikan dalam
percakapan antara tokoh “aku” dan tokoh “Eva” dimana tokoh “Eva” merupakan
tokoh perempuan yang ideal, hangat dan juga memahami dirinya. Namun ideal bukan
berarti kenyataan, sepertipada kenyataan dalam bumi ini, tidak ada yang ideal,
kecuali dalam teori yang membuat kita tersenyum. Walaupun seperti itu, sang suami
tertap menjalankan kehidupan sehari harinya, walaupun dengan hati yang kosong
Cerita ini bertolak balik dengan cerpen “Paman Klungsu Dengan Kuasa
Pluitnya” , Cerpen Ahmad Tohari (Kompas, 05 Februari 2017), dimana perempuan
ideal yang dicari paman Klungsu justru sudah ada di dunia asli, walaupun kurang
bercukupan, paman Klungsu, sang tukang peniup pluitnya itu menjalankan tugasnya
dengan penuh hati dan bangga. Paman Klungsu juga tidak bersedih ataupun merasa
kosong ketika ia menyadari kalau perempuan idealnya yang bernama “Yu Binah”
sudah mempunyai suami.
Persoalan yang terjadi pada cerpen “Saat Maut Batal Menjemput” merupakan
persoalan yang unik dan jarang terjadi, namun sebenarnya masalah yang dimiliki
tokoh “Aku” dapat terselesaikan dengan adanya semangat dari dirinya untuk mulai
menjadi mandiri dan mulai menjalani hidup dengan bersyukur dan sepenuh hati,
dengan demikian, ketidakseimbanyan dapat tertutupi, atau bahkan, hidupnya dapat
menjadi lebih baik lagi, apabila tokoh”Aku” melihat pada sisi baiknya, Ia memiliki
keluarga dan istri yang masih mau menerimanya dan memiliki pekerjaan yang baik
dan berkecukupan, dibanding dengan “Paman Klungsu” dari Cerpen “Paman Klungsu
Dengan Kuasa Pluitnya” dimana ia tidak mempunyai keluarga, tidak memiliki istri,
dan hanya mendapat receh sebagai tukang pluit jalanan.
Idealisme memang hal yang menggiurkan bukan hanya dalam cerpen, namun
dalam kehidupan nyata pula. Cerpen “Saat Maut Batal Menjemput” dengan jelas
menampilkan hal tersebut, terkadang bila semua kejadian yang terjadi semata mata
menjadi Ideal, tiba- tiba, kenyataan menampar karena kurangnya kesadaran kita
terhadap kenyataan. Bila semua hal menjadi baik dan tidak ada masalah, maka
bagaimana kita dapat melihat yang baik dari yang baik, semua akan terlihat sama dan
berupa kebahagiaan semata. Tantangan hidup yang terbesar adalah mendominasi
kenyataan yang sudah tidak bisa melepas dari diri. Hal tersebutlah yang dilakukan
“Paman Klungsu” Ia tetap menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati walaupun ia
tahu kalau kehidupan idealnya hampir tidak mungkin terjadi. Ia menjalani hidup
dengan seadanya, ia pun tidak pernah mengeluh. Namun, kita bisa lihat yang lebih
bahagia siapa.