Anda di halaman 1dari 37

makalah vulkanisme, tanah longsor&banjir, gempa bumi,dan tsunami

LEMBAR PENGESAHAN
Tugas makalah IPA yang kedua ini disahkan pada:
Tanggal
: Sabtu, 4 Mei 2013
Tempat: SMK N 7 (STM PEMBANGUNAN) SEMARANG
Oleh
: Bu Retno Widuri
Mengetahui,
Guru Pembimbing
Retno Widuri
NIP.196704161997022001
Penyusun 1:

Penyusun 2:

Agung Ahmad Syarif


BN
NIS.1212184

Andri Ahmad
NIS.1212185
Penyusun 3:
Restu Burhanudin
NIS.1212211

KATA PENGANTAR
Assalammualaikum.wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tak lupa saya sampaikan kepada
junjungan Nabi Agung kita Muhammad saw., keluarga, dan para sahabatnya.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada guru IPA kami yaitu Bu Retno dan teman-teman
kami karena dalam proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari peran serta guru IPA dan
teman-teman kami.
Makalah ini kami buat agar dapat menjadi acuan dasar bagi kita semua terutama bagi siswasiswi untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan vulkanisme, tanah longsor, banjir, gempa
bumi, dan tsunami.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para siswa-siswi tentang tumbuhtumbuhan dan dapat diaplikasikan dikehidupan sehari-hari.
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan kami mohon
maaf jika di dalam kajian-kajian makalah ini masih terdapat kekurangan yang mungkin
belum dapat menjelaskannya secara detail mengenai aspek-aspek yang ada dalam makalah
ini. Sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum.wr.wb
Semarang, 4 Mei 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
Lembar pengesahan-------------------------------------------------------------------1
Kata pengantar-------------------------------------------------------------------------2
Daftar isi--------------------------------------------------------------------------------3
Bab 1 Pendahuluan--------------------------------------------------------------------4
Bab 2 Pembahasan---------------------------------------------------------------------5
a. Vulkanisme--------------------------------------------------------------------------5
b. Tanah longsor dan banjir-----------------------------------------------------------12
c. Gempa bumi-------------------------------------------------------------------------28
d. Tsunami------------------------------------------------------------------------------36
BAB 3 Penutup------------------------------------------------------------------------42
a. Simpulan-----------------------------------------------------------------------------42
b. Daftar pustaka-----------------------------------------------------------------------43

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang:
Pengetahuan tentang bencana alam sangatlah penting. Untuk itu kami menyusun makalah ini
untuk membahas inti dari permasalahan tersebut diatas. Hasil dari pembahasan saya tuangkan
dalam bentuk makalah ini dan semoga dapat bermanfaat untuk kita dan pembaca yang
budiman.
Akhirnya semoga pembahasan yang kami susun dalam makalah ini dapat dijadikan bekal
oleh kita sebagai peserta didik khususnya sebagai bekal kelak. Saya mohon maaf apabila
terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam pembahasan makalah ini. Harapan dan niat baik
saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat buat kita semua.

B. Tujuan:
Adapun tujuan dari penyusunan makalah tentang vulkanisme, tanah longsor, banjir, gempa
bumi, dan tsunami adalah Upaya untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan Bencana
alam. Sehingga kita dapat mencegah atau dapat menimalisir akibat bencana tersebut.

Makalah ini juga disusun dengan tujuan menyelesaikan tugas pembuatan makalah IPA, yang
membahas tentang vulkanisme, tanah longsor dan banjir, gempa bumi, dan tsunami

C. Rumusan masalah:
a) Bagaimana vulkanisme itu?
b) Bagaimana tanah longsor dan banjir itu?
c) Bagaimana gempa bumi itu?
d) Bagaimana tsunami itu?

BAB 2 PEMBAHASAN
A. VULKANISME
Pengertian Vulkanisme:
Vulkanisme berkaitan dengan keberadaan magma di dalam bumi. Isi bumi yang berbentuk
cair ini mengandung batuan dan gas dengan suhu yang sangat tinggi. Oleh karena itu, suhu
yang sangat panas membuat magma bergejolak hingga mampu meretakkan, menggeser, dan
menyusup ke lapisan bumi diatasnya. Gejala vulkanisme terjadi karena penyusupan magma.
Aktivitas magma tersebut mampu mengukir wajah muka bumi menjadi berbagai bentuk,
seperti halnya gunung api.
Pada intinya vulkanisme adalah peristiwa penerobosan magma atau proses keluarnya magma
dari dalam perut bumi ke permukaan bumi.
Aktivitas Magma
Gunung api terbentuk oleh proses intrusi dan ekstrusi magma dari lapisan dalam kulit Bumi.
Setelah sampai di permukaan Bumi, magma pijar yang keluar kemudian membeku dan
membentuk timbunan. Magma keluar melalui proses letusan atau erupsi gunung api. Apabila
erupsi sering terjadi, magma akan membentuk lapis-lapis timbunan yang membuat gunung
api bertambah semakin tinggi.
1) Intrusi Magma
Magma dari dalam Bumi dapat mengalir menyusup di antara lapisan batuan tetapi tidak
mencapai permukaan Bumi. Setelah membeku, penyusupan magma ini membentuk
kenampakan sebagai berikut.

Keterangan gambar:
1. Batolit yang merupakan batuan intrusi sangat besar.
2. Pipa kawah (gang atau diatrema).
3. Lubang kepundan (kawah).
4. Sumbat kepundan. Erupsi dapat terjadi lagi bila aliran magma terhalang sumbat kepundan.
5. Gunung api parasiter (adventif) atau anak gunung api, yang muncul pada lereng.
6. Lakolit berbentuk lensa cembung.
7. Sills (retas) berbentuk tipis, mendatar, dan sejajar dengan lapisan batuan
2) Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma terjadi bila magma keluar ke permukaan Bumi akibat tekanan dari dalam
Bumi. Aktivitas ini bisa menimbulkan letusan (erupsi) pada gunung api.
Macam-macam erupsi gunung api
Dilihat dari bentuk lubang keluarnya magma
a) Erupsi Linier atau Erupsi Melalui
RetakanMagma dari dapur magma mengalir menyusup keluar melalui retakan memanjang
pada kulit Bumi. Akibat erupsi ini terbentuk deretan gunung api.

b) Erupsi Areal
Magma yang keluar dan meleleh pada permukaan Bumi dapat terjadi karena letak dapur
magma yang sangat dekat dengan permukaan Bumi. Akibat erupsi ini terbentuk kawah
gunung api yang sangat luas.
c) Erupsi Sentral
Erupsi sentral atau biasa kita kenal sebagai letusan gunung api terjadi karena keluarnya
magma melalui sebuah lubang di permukaan Bumi hingga terbentuk gunung yang letaknya
terpisah dengan gunung-gunung lainnya

Dilihat dari kekuatan letusan dan kandungan material yang dikeluarkan:


a) Erupsi Eksplosif
Erupsi eksplosif adalah erupsi atau letusan yang menyebabkan ledakan besar akibat tekanan
gas magmatis yang sangat kuat. Material yang dikeluarkan bersifat padat dan cair. Akibat
erupsi eksplosif terbentuk bentukan permukaan Bumi berupa danau kawah besar (eksplosif).
Contoh Danau Batur di Bali.
b) Erupsi Efusif
Erupsi efusif adalah erupsi atau letusan yang tidak menimbulkan ledakan, karena tekanan gas
kurang kuat. Pada proses ini material yang dikeluarkan adalah material cair atau sebagian
besar lava dan sedikit material padat yang berukuran kecil. Contoh Gunung Maona Loa di
Hawaii.
Macam-Macam Gunung Berapi:
Berdasarkan bentuknya:
(1) Gunung Api Perisai

Gunung api ini terbentuk karena sifat magm


sangat encer dengan tekanan yang rendah (
hampir tanpa letusan. Lereng gunung yang
menjadi sangat landai.

(2) Gunung Api Maar

(3) Gunung Api Strato

Bentuk gunung api maar seperti danau keri


letusan yang terjadi adalah jenis eksplosif s
membentuk lubang besar pada bagian punc
Letusan gunung api seperti ini terjadi karen
dapur magma kecil dan letaknya dangkal, s
letusan hanya terjadi satu kali kemudian ma

Gunung api ini terbentuk akibat terjadinya


eksplosif dan erupsi efusif berselang-seling
besar gunung api di alam ini merupakan gu
strato. Contoh: Gunung api Merapi, Merbab
dan Kelud di Indonesia, Gunung Fuji di Jep
Vesuvius di Italia, serta Gunung Santo Hele

Rainier di Amerika Serikat.

(4) Cinder cone

Merupakan bukit berbentuk kerucut yang c


terbentuk di atas ventilasi magma. Cinder c
terbentuk oleh letusan sejenis Strombolian.
dibangun dari lava fragmen-fragmen yang d
vulkanik. Tipe gunung api ini jarang memil
hingga 250m.

Material Yang Dikeluarkan Gunung Api Saat Meletus:


Material Padat (Eflata)
Material Cair (Eflusive)
Material Gas (Ekshalali)
Material padat atau eflata
Bahan cair dari dapur magma Material gas atau ekshalasi
terdiri atas:
akan mengalir keluar dari
terdiri atas:
(1) Bom (batu-batu besar).
gunung api jika magma cair (1) Solfatar, berbentuk gas
(2) Terak (batu-batu yang
dari dalam Bumi meleleh
belerang (H2S).
tidak beraturan dan lebih kecil keluar dari lubang kawah
(2) Fumarol, berbentuk uap air
dari bom).
tanpa terhambat oleh
(H2O).
(3) Lapili, berupa kerikil.
sumbatan dan tidak terdapat (3) Mofet, berbentuk gas asam
(4) Pasir
sumbatan di puncaknya.
arang (CO2). Gas ini
(5) Debu
Material cair atau ekshalali
berbahaya bagi kehidupan
(6) Batu apung
yang keluar ini terdiri atas:
karena bersifat racun
Menurut asalnya, efflata
(1) Lava, yaitu magma yang
dibedakan menjadi dua, yaitu: meleleh di luar pada lereng
(1) Efflata allogen, berasal dari
gunung api.
batu-batu di sekitar kawah
(2) Lahar panas, yaitu
yang terlempar ketika terjadi
campuran magma dan air,
letusan.
sehingga merupakan lumpur
(2) Efflata autogen
panas yang mengalir.
(Pyroclastica), berasal dari
(3) Lahar dingin, terbentuk
magma itu sendiri.
dari efflata porus atau bahan
padat di puncak gunung
menjadi lumpur ketika turun
hujan lebat dan mengalir pada
lereng serta lembah.
Tipe Letusan Gunung Berapi:
No.
Tipe Letusan
Lava
Tekanan Gas
Kedalaman
Dapur Magma
1.
Tipe Hawaii
Cair encer
Rendah
Sangat dalam

2.
Tipe Stromboli
Cair encer
3.
Tipe Vulkano
Cair kental
4.
Tipe Merapi
Kental
5.
Tipe Perret
Cair encer & cair kental
6.
Tipe Pelle
Kental
7.
Tipe St. Vincent Kental
Tingkatan status dari gunung berapi:

Sedang
Sedang
Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang

Dangkal
Dangkal
Sangat dalam
Dalam
Dangkal

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia


Status

Makna

AWAS

Letusan pembukaan dimulai


dengan abu dan asap

Letusan berpeluang terjadi


dalam waktu 24 jam

Menandakan gunung berapi


yang sedang bergerak ke arah
letusan atau menimbulkan
bencana

SIAGA

Menandakan gunung berapi


yang segera atau sedang
meletus atau ada keadaan kritis
yang menimbulkan bencana

Peningkatan intensif kegiatan


seismik

Semua data menunjukkan


bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau
menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana

Jika tren peningkatan


berlanjut, letusan dapat terjadi
dalam waktu 2 minggu

Ada aktivitas apa pun


bentuknya

Terdapat kenaikan aktivitas di

Tindakan

Wilayah yang terancam bahaya


direkomendasikan untuk
dikosongkan

Koordinasi dilakukan secara


harian

Piket penuh

Sosialisasi di wilayah terancam

Penyiapan sarana darurat

Koordinasi harian

Piket penuh

Penyuluhan/sosialisasi

Penilaian bahaya

WASPADA

atas level normal

Pengecekan sarana

Peningkatan aktivitas seismik


dan kejadian vulkanis lainnya

Pelaksanaan piket terbatas

Sedikit perubahan aktivitas


yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik dan
hidrotermal

Tidak ada gejala aktivitas


tekanan magma

Pengamatan rutin

Survei dan penyelidikan

NORMAL

a.

Level aktivitas dasar

Mitigasi Bencana Vulkanisme:

Masyarakat disekitar gunung berapi harus mengetahui secara pasti tempat dan jalur evakuasi.
Tempat penampungan atau barak beserta jalur evakuasi harus dirawat dan dalam kondisi siap
pakai. Hal ini penting agar saat gunung meletus tidak terjadi kepanikan.
b. Masyarakat harus mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung barapi. Misalnya
turunya binatang dari puncak atau menyengatnya bau belerang.
c. Masyarakat harus mematuhi pengumuman dari instansi berwenang. Misalnya dalm
penetapan status gunung berapi. Tahap-tahap status gunung yang akan meletus selalu
diumumkan pemerintah. Harapannya masyarakat sadar dan menyiapkan langkah-langkah
pengamanan.

B. TANAH LONGSOR DAN BANJIR

TANAH LONGSOR

Pengertian Tanah Longsor:


Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan
atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah.
Faktor Penyebab Tanah Longsor:
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring meningkatnya
intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di
permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncullah pori-pori atau rongga tanah, kemudian
terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke
bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim
dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan
terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada
pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan.
Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng
yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang
longsorannya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih
dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah
longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat

Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah
menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor
apabila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk
mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di
daerah longsoran lama.
6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan
getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai,
dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang,
dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang
biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan
memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada
daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan
hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan


tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan
sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi
penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung
api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi.
Bekas longsoran lama memilki ciri:

Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.

Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur
dan subur.

Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.

Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.

Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.

Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.

Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)


Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:

Bidang perlapisan batuan

Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar

Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.

Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air (kedap air).

Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.

Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang
luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air
tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak
dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang
terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini
menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
Macam-Macam Tanah Longsor
1. Longsoran Translasi
Longsoran translasi adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2.

Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk cekung.

3.

Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah perpindahan
batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga

longsoran translasi blok batu.

4.

Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah
besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya
terjadi pada lereng yang terjal hingga
menggantung, terutama di daerah pantai.
Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.

5.

6.

Rayapan Tanah

Aliran Bahan Rombakan

Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor


yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah
longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang cukup lama, longsor
jenis rayapan ini bisa menyebab-kan tiangtiang telepon, pohon, atau rumah miring ke
bawah.
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa
tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan
aliran
tergantung
pada
kemiringan lereng, volume dan tekanan
air, dan jenis materialnya. Gerakannya
terjadi di sepanjang lembah dan mampu
mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempat bisa sampai ribuan meter,
seperti di daerah aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan
korban cukup banyak

Gejala-Gejala Umum Yang Terjadi Sebelum Tanah Longsor:


a.
b.
c.
d.

Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.


Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
Muncul mata air secara tiba-tiba.
Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh.

Dampak Tanah Longsor


1. Rumah penduduk akan tertimbun, bila rumah berada di daerah dekat gunung.
2. Korban jiwa, baik manusia maupun hewan ternak, akan muncul karena tanah longsor.
3. Jutaan hektar sawah dan ladang siap panen pun tertimbun longsoran tanah.
Mitigasi tanah longsor:

a.
b.
c.
d.

e.

f.

g.

h.

Menjaga kelestarian lingkungan pegunungan, misalnya dengan membuat terasiring,


menghijaukan bukit dan memelihara saluran drainase.
Masyarakat harus sadar untuk tidak membangun rumah secara sembarangan di perbukitan.
Pembangunan rumah akan menyababkan bukit kelebihan beban.
Masyarak harus menghentikan penambangan liar di kaki bukit. Penambangan akan berakibat
fatal bagi masyarakat umum.
Tanam pohon
Gerakan sejuta pohon yang dicanangkan pemerintah harus segera direalisasikan. Jangan
indah dalam kata, namun miskin aksi nyata. Menanam pohon akan membuat tanah menjadi
segar kembali. Asri dan sejuk. Fungsinya pun akan kembali sebagai penjaga keseimbangan
kehidupan manusia, bukan perusak kehidupan manusia.
Tata ruang
Kebijakan makro oleh pemerintah daerah tercermin dari pengelolaan tata wilayah. Berapa
persen ruang terbuka hijau yang dialokasikan. Apa kebijakan pemerintah mengenai
pembangunan mall. Ini terpusat pada rencana tata ruang dan wilayah. Tata ruang yang baik
akan memberikan porsi yang banyak untuk kawasan hijau.
Cagar alam
Sekiranya daerah tanah tersebut memang rawan diganggu tangan-tangan jahil, sebaiknya
dijadikan cagar alam saja. Pengawasan serius oleh pihak keamanan. Jadi, masyarakat yang
membandel mau melakukan pembalakan liar atau pembangunan rumah bisa dicegah. Model
kebijakan ini penting untuk aksi preventif. Istilahnya, sedia payung sebelum hujan. Sedia
hutan sebelum tanah longsor.
Relokasi
Kebijakan ini pasti akan menuai kontroversi karena menyedot dana yang tidak sedikit.
Namun, relokasi dapat dipertimbangkan serius jika beban ancaman bagi masyarakat dirasa
besar. Menyangkut nyawa, kita harus zero tolerance. Relokasi berguna sekali untuk
menghilangkan potensi tanah longsor yang sudah sangat berbahaya.
Early warning system.
Selayaknya bencana tsunami, tanah longsor pun mesti mempunyai early warning system.
How? Jika pemerintah mau serius, bisa menempatkan aparatur kemananan di daerah rawan
tanah longsor. Korban yang berjatuhan selama ini kerap dikaitkan kelambatan informasi yang
diterima.

BANJIR

Pengertian Banjir:

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri
oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air
di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari
siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam
siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan bumi
dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan bumi dan mengalir di permukaan bumi, bergerak menuju ke
laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang
tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di
tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir.
1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit
dan potongan melintangnya berbentuk huruf V. Di dalam alur sungai banyak batu yang
berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela
batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada
arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit.
Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf U. Tebing sungai tinggi.

Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di
dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air
meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air
sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar
dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat
berkelok-kelok seperti huruf S yang dikenal sebagai meander. Di kiri dan kanan alur
terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga
dikenal sebagai dataran banjir. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur
sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang
mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
1.

Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir,
sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka pembentukan
daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai delta sungai.

2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri
dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika
aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika
alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.

Macam-Macam Banjir:

a) Banjir air

Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya
air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan.

Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai
atau danau tidak mampu lagi menampung air.
b) Banjir Cileunang

Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini
disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya
terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau
selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama,
maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).

c) Banjir bandang

Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air
berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang
tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri.
Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi.
Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor
karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang
ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar.

Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar
pegunungan.
d) Banjir rob (laut pasang)

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap
melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air
sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.
e) Banjir lahar dingin

Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya
hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin
dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini
mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat
meluber ke pemukiman warga.
f)

Banjir lumpur

Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip
banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan
menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa,
tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini,
peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin
banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.

Penyebab Terjadinya Banjir

1. Sungai

Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran
sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan
hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah
longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu
rintangan.

Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah
longsor, atau gletser.

2. Muara

Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai.
Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.

3. Pantai

Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir
badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.

4. Peristiwa Alam

Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain
seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

5. Manusia

Kerusakan akibat aktivitas manusia, baik disengaja atau tidak merusak keseimbangan
alam

6. Lumpur

Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen


kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan
dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah
berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran
lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.

7. Lainnya

Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan)
dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).

Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.

Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan


pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.

Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Banjir:


Dampak Negatif

Primer
Kerusakan fisik mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil,
bangunan, system selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.

Sekunder

Persediaan air Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.

Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.

Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh


kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan
sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.

Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.

Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada


orang-orang yang membutuhkan.

Dampak tersier/jangka panjang

Ekonomi kesulitan ekonomi karena kerusakan permukiman yang terjadi akibat


banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan
kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.

Dampak Positif
Mengisi kembali air tanah
Menyuburkan dan memberikan nutrisi kepada tanah.
Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah
hujannya tidak menentu sepanjang tahun.
Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor
sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di
dataran.
Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan
industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran
banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).

Mitigasi Bencana Banjir:

Membiasakan hidup bersih dan sehat, buanglah sampah pada tempatnya.


Tidak membangun rumah dibantaran sungai.
Meletakan dokumen penting secara benar. Sewaktu-waktu terjadi banjir harus diselamatkan.
Selai itu, kenali tanda-tanda terjadinya bencana banjir.
Membuat lubang-lubang serapan air.

Memperbanyak ruang terbuka hijau.


Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai tempat sampah
raksasa.

C. GEMPA BUMI
Pengertian Gempa Bumi:
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi
secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi
energi penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat seismometer. Seismometer yang dirangkai
dengan alat yang mencatat parameter gempa disebut seismograf. Seismograf mencatat semua
getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk seismogram. Moment magnitudo
adalah skala yang paling umum digunakan. Skala ricther adalah skala yang dilaporkan oleh
observatorium seismologi nasional. Magnitude yang lebih dari 6,5 SR berpotensi
menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.
Terdapat dua cara yang digunakan secara meluas di seluruh dunia untuk mengukur kekuatan
gempa bumi iaitu skala Modifikasi Intensitas Mercalli dan Skala Richter.
Skala Richter
Skala Richter atau SR, skala ukuran kekuatan gempa yang diusulkan oleh fisikawan Charles
Richter, didefinisikan sebagai logaritma dari amplitudo maksimum yang diukur dalam satuan
mikrometer (m) dari rekaman gempa oleh alat pengukur gempa (seismometer) WoodAnderson, pada jarak 100 km dari pusat gempa.
Sebagai contoh,
Misal kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang
sejauh 100 km dari pusat gempanya. Jika amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka
kekuatan gempa tersebut adalah log (103) m sama dengan 3,0 skala Richter.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa
di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak
representatif lagi.
Skala
Efek Gempa
Richter
< 2.0
Gempa kecil , tidak terasa
2.0-2.9 Tidak terasa, namun terekam oleh alat
3.0-3.9 Seringkali terasa, namun jarang menimbulkan kerusakan
4.0-4.9 Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh bergetar.
Kerusakan tidak terlalu signifikan.
5.0-5.9 Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang kecil.
Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik
6.0-6.9 Dapat merusak area hingga jarak sekitar 160 km
7.0-7.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius dalam area lebih luas
8.0-8.9 Dapat menyebabkan kerusakan serius hingga dalam area ratusan mil
9.0-9.9 Menghancurkan area ribuan mil
> 10.0
Belum pernah terekam

Skala Mercalli
Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Satuan ini diciptakan
oleh seorang vulkanologis dari Italia yang bernama Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.
Skala Mercalli terbaagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari orang-orang yang
selamat dari gempa tersebutdan juga dengan melihat dan membandingkan tingkat kerusakan
akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat
dibanding dengan perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini
penggunaan skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi
Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak terdapat
peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di tempat kejadian.
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli mengukur kekuatan gempa bumi melalui tahap
kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi itu. Satuan ukuran skala Modifikasi Intensitas
Mercalli adalah seperti di bawah :
Berikut skala Mercalli yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
Derajat I
Uraian: getaran tidak dapat dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang.
Derajat II
Getaran dirasakan beberapa orang yang diam, terlebih di rumah tingkat atas. Benda-benda
ringan yang digantung bergoyang.

Derajat III
Getaran nyata dirasakan dalam rumah. Kendaraan yang berhenti terasa bergerak seakan-akan
ada truk yang lewat. Lamanya dapat diamati.
Derajat IV
Jika terjadi siang hari, banyak orang di dalam rumah dan sedikit orang di luar rumah
merasakan getaran. Jika malam hari beberapa orang terbangun. Barang pecah belah dan pintu
berderak. Kendaraan yang diparkir bergerak.
Derajat V
Getaran mulai dirasakan oleh hampir semua orang, mereka yang tidur terbangun. Barangbarang pecah belah terpelanting. Tiang, pohon, dan sejenisnya tampak bergoyang kuat. Jarum
jam dapat berhenti.
Derajat VI
Kebanyakan orang panik lari keluar karena semua orang merasakan getaran kuat. Kerusakan
ringan pada cerobong asap pabrik. Meja kursi bergerak dan plester dinding terlepas.
Derajat VII
Semua orang keluar rumah. Kerusakan ringan sampai sedang pada bangunan yang kuat.
Cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang sedang naik kendaraan.
Derajat VIII
Kerusakan pada bangunan yang kuat dengan lubang-lubang retakan. Kerusakan pada
bangunan yang tidak kuat. Dinding dapat lepas dari rangka rumah. Cerobong asap dan
monumen roboh. Meja kursi terlempar, air menjadi keruh, dan orang naik sepeda motor
terganggu.
Derajat IX
Kerusakan pada bangunan yang kuat dan lubang-lubang, rangka rumah bengkok, lokasi
rumah bergeser serta pipa dalam tanah putus.
Derajat X
Bangunan rumah dari kayu rusak, kerangka rumah lepas dari pondasi, tanah retak, rel kereta
api melengkung, tebing dan tepian sungai longsor serta terjadi banjir.
Derajat XI
Bangunan hanya sedikit yang berdiri, jembatan rusak, tanah retak dan merosot, rel kereta api
bengkok, dan pipa dalam tanah rusak seluruhnya.
Derajat XII
Permukaan bumi hancur dan tampak bergelombang. Pemandangan kabur dan benda-benda
terlempar ke udara.
sumber : http://matakristal.com/

Parameter Gempa Bumi:

Waktu terjadinya gempa bumi (Origin Time - OT)


Lokasi pusat gempa bumi (Episenter)
Kedalaman pusat gempa bumi (Depth)
Kekuatan Gempa bumi (Magnitudo)

1.
2.

3.
4.
5.

Karakteristik Gempa Bumi:

Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat


Lokasi kejadian tertentu
Akibatnya dapat menimbulkan bencana
Berpotensi terulang lagi
Belum dapat diprediksi
Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
Tipe-Tipe Gempa Bumi:
Gempa bumi menurut terjadinya:
Gempa bumi vulkanik
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
terjadigunung api meletus
Gempa bumi tektonik
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempenglempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga
yang sangat besar. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi
terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut
dan mengapung di lapisan seperti salju
Gempa bumi tumbukan
Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi.
Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah petambangan.
Gempa bumi buatan
Gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit atau
nuklir.
Gempa bumi menurut kedalaman hiposentrum:

1) Gempa dangkal
Gempa bumi yang terjadi pada kedalaman hiposentrum kurang dari 33 km dari permukaan
bumi. Gempa inilah yang paling berbahaya dan potensi menimbulkan kerusakan.
2) Gempa sedang/menengah
Gempa bumi yang memiliki hiposentrum antara 33 300 km dari permukaan bumi. Sekitar
12% gempa bumi terjadi pada golongan ini.
3) Gempa dalamGempa yang terjadi pada hiposentrum 300 700 km di bawah permukaan
bumi. Gempa ini jarang sekali terjadi hanya 3% gempa bumi dari keseluruhan gempa bumi
yang terjadi.
Gempa bumi menurut lokasinya
(1) Gempa bumi daratan :
Gempa bumi yang episentrumnya berada di daratan.

(2) Gempa bumi lautan


Gempa bumi yang episentrumnya berada di lautan. Pada gempa lautan inilah yang kerap
menimbulkan tsunami karena mengakibatkan bergeraknya air laut sehingga menimbulkan
potensi ketinggian gelombang laut yang pada akhirnya menerjang pantai atau pelabuhan
terdekat.

a.

b.

c.

Gelombang getaran gempa bumi:


Gelombang primer
Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan
gelombang getaran gempa yang merambat secara longitudinal, berasal dari
hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan 4 7 km/s.
Gelombang sekunder
Gelombang ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah
gelombang getaran gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan
kecepatan 2 5 km/s.
Gelombang panjang
Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran
yang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah.
Gelombang ini lebih dikenal dengan gelombang permukaan, karena rambatan getaran
lebih terasa di lapisan permukaan bumi.

Mengapa Gempa Bumi Terjadi?


Lempeng Tektonik

Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng
tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung
diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini
bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan
lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik

yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran
tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori
Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra (Sea Floor
Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat
batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya
sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat bergerak sesuai dengan
proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng
tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan terapung di atas mantel ikut
bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik
relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi
(spreading), saling
mendekati(collision) dan saling geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu
pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling
menjauhi, saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung
lambat dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm
pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga
terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada
lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi
pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.

Jalur Gempabumi Dunia


Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi
karena dilalui oleh jalur
pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan
lempeng Pasifik.
Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah utara dan menyusup kedalam
lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak relatip ke arah barat.
Jalur pertemuan lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar
dengan kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga
Indonesia juga rawan tsunami.
Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh, Pangandaran dan
daerah lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta
benda yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik ditingkat
pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi
dan tsunami.
Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka
selang waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada
masyarakat sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun
Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System /
Ina-TEWS).

Akibat Gempa Bumi:

Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)


Likuifaksi ( liquifaction)
Longsoran Tanah
Tsunami
Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)

Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempa Bumi:

Kekuatan gempabumi
Kedalaman gempabumi
Jarak hiposentrum gempabumi
Lama getaran gempabumi
Kondisi tanah setempat
Kondisi bangunan

Dampak Gempa Bumi:

1. Dampak gempa bumi terhadap alam

2. Dampak Gempa bumi Terhadap Struktur Bangunan

3. Dampak liquifaksi terhadap bangunan

4. Dampak Sekunder Gempa bumi Berupa Kebakaran

Mitigasi Bencana Gempa Bumi:

a. Membuat rumah atau bangunan yang sesuai dengan standar. Bangunan harus dibuat
tahan terhadap getaran atau tahan gempa.
b. Mengikuti penyuluhan tentang bencana alam yang diadakan pemerintah atau lembaga
terkait. Hal ini penting untuk meningkatkan pengtahuan dan kesadaran kita.
c. Mempersiapkan anggota keluarga untuk menghadapi keadaan darurat. Caranya
dengan mencoba beberapa cara penyelamatan. Siapkan pembekalan pengungsian,
kenali tanda-tanda peristiwa, patuhi setiap ketentuan saat terjadi gempa dan pastikan
keberadaan anggota keluarga.
d. Membentuk kelompok-kelompok siaga di masyarakat. Antar kelompok harus selalu
terjalin komunikasi.

D. TSUNAMI

Pengertian Tsunami:
Tsunami (bahasa Jepang: ; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
ombak besar di pelabuhan) adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,

longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian
gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak
terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan
gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk
hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena
Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran
gelombang tsunami.
Penyebab Terjadinya Tsunami:

a.

Letusan gunung berapi


Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik.
b. Longsor bawah laut
Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng samudera dan lempeng
benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan.
c. Hantaman meteor di laut
Jatuhnya meteor berukuran besar di laut merupakan penyebab terjadinya tsunami.
d. Gempa bumi yang berpusat di bawah laut.
Gempa bumi dasar laut yang dapat menyebabkan tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria
sebagai berikut:
Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan bumi.
Magnitude gempa lebih besar dari 6,5 SR.
Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertical (sesar naik atau turun).
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara
tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai
pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak
daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm
hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai

puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan
merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus
meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak
terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan
tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga
keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda
kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar,
dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Dampak Negatif Yang Diakibatkan Tsunami:
o Merusak apa saja yang dilaluinya.
o Merusak bangunan dan tumbuh-tumbuhan.
o mengakibatkan korban jiwa manusia.
o Menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Tanda-Tanda Akan Terjadi Tsunami:
Air laut yang surut secara tiba-tiba.
Bau asin yang sangat menyengat.
Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
Sistem Peringatan Dini:

Kota disekitar pantai rawan terkena tsunami


Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem
peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana
tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan

proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu
permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy,
dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat
manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan
peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an.
Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar
pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami
Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan
internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di
pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest
Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya
masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut
dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah
berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber,
kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan
seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor
alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam
tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami,
ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Tsunami di selatan indonesia 2006


Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem
Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System InaTEWS).
Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta.
Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang
berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan.
Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil
perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah.
Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK).
Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO
GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam
waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem peringatan dini memiliki 4 komponen: pengetahuan mengenai bahaya dan resiko,
peramalan, peringatan, dan reaksi.observasi (monitoring gempa dan permukaan laut),

integrasi dan diseminasi informasi, kesiapsiagaan.


Cara Kerja:

Cara Kerja Sistem Peringatan Dini Tsunami


Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit
dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di
Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat
gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke
BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan
melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan
dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu.
Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini
juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS,
BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benarbenar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan
info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah
Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada
masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel
yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk
saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS
(Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG
(www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak
peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem
Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal
didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk
mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah
Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio
Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa
seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu
karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif
cukup memadai.
Upaya Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami
1. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut
secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke tempat yang tinggi
(perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
2. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari
pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.

3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang
rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
4. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
Mitigasi Bencana Tsunami:
a. Masyarakat harus menghafalkan karakteristik gempa yang potensial menyebabkan tsunami.
Gempa besar yang berpusat di dasar laut bisa menimbulkan suara gemuruh berkepanjangan.
b. Meningkatkan kewaspadaan saat berwisata dikawasan pantai.
c. Mengetahui secara pasti langkah darurat dan tempat-tempat evakuasi.
d. Masyarakat pantai harus turut menjaga kelestarian tanaman mangrove.
e. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya tsunami dari pihak
yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami terutama penduduk yang bermukim didekat
pantai.
f. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi tsunami.
g. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat dan pengungsian.
h. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di
tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau obat-obatan.

BAB 3 PENUTUP
A. SIMPULAN
o Vulkanisme berkaitan dengan keberadaan magma di dalam bumi. Isi bumi yang berbentuk cair
ini mengandung batuan dan gas dengan suhu yang sangat tinggi. Oleh karena itu, suhu yang
sangat panas membuat magma bergejolak hingga mampu meretakkan, menggeser, dan
menyusup ke lapisan bumi diatasnya. Gejala vulkanisme terjadi karena penyusupan magma.
Aktivitas magma tersebut mampu mengukir wajah muka bumi menjadi berbagai bentuk,
seperti halnya gunung api.
o Tanah longsor adalah peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau
tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
o Penyebab tanah longsor yaitu hujan, lereng terjal, tanah yang kurang padat dan tebal, batuan
yang kurang kuat, jenis tata lahan, getaran, susut muka air danau atau bendungan, adanya
beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran
lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, dan
daerah pembuangan sampah.

o Banjir adalah hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan
tersebut.
o Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara
tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi
penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.
o Akibat dari gempa bumi adalah bangunan roboh dan kebakaran, jatuhnya korban jiwa,
permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus, tanah longsor akibat guncangan,
banjir akibat rusaknya tanggul, gempa bumi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami.
o Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa
bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau hantaman meteor di laut.
o Akibat dari tsunami adalah Merusak apa saja yang dilaluinya. bangunan dan tumbuhtumbuhan serta mengakibatkan korban jiwa manusia. Menyebabkan genangan, pencemaran
air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

B. DAFTAR PUSTAKA
http://piba.tdmrc.org
http://id.wikipedia.org/wiki/banjir.
Kompas.com
http://citizennew.suaramerdeka.com
http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami.
http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami.
http://www.sayakasihtahu.com/peristiwa_tsunami.
http://www.wikipedia.com/tsunami.
Iwan, W.D., editor, 2006, Summary report of the Great Sumatra Earthquakes and Indian
Ocean tsunamis of 26 December 2004 and 28 March 2005: Earthquake Engineering Research
Institute, EERI Publication #2006-06, 11 chapters, 100 page summary, plus CD-ROM with
complete text and supplementary photographs, EERI Report 2006-06. [www.eeri.org] ISBN
1-932884-19-X
Dudley, Walter C. & Lee, Min (1988: 1st edition) Tsunami! ISBN 0-8248-1125-9 link
Kenneally, Christine (December 30 2004). Surviving the Tsunami. Slate. Link
Macey, Richard (January 1 2005). The Big Bang that Triggered A Tragedy, The Sydney
Morning Herald, p 11 quoting Dr Mark Leonard, seismologist at Geoscience Australia.
Lambourne, Helen (March 27 2005). Tsunami: Anatomy of a disaster. BBC News. Link
abelard.org. tsunamis: tsunamis travel fast but not at infinite speed. Website, retrieved March
29 2005. Link
The NOAAs page on the 2004 Indian Ocean earthquake and tsunami.

Anda mungkin juga menyukai