PENGERTIAN
Gagal napas adalah suatu kondisi kegagalan sistem pernapasan pada fungsi pertukaran gas seperti
oksigenasi dan atau/ eliminasi karbondioksida dari darah vena. Gagal napas juga didefinisikan
tekanan oksigen arteri (PaO2) <60 mmHg (8.0 kPa) dan atau/ tekanan karbondioksida arteri (PaCO 2)
>45 mmHg (6.0 kPa). Sistem pernapasan terdiri dari:1
Paru-paru: sebagai organ pertukaran gas
Sistem pompa yan memventilasi paru-paru: terdiri dari dinding dada, otot pernapasan, pusat
pernapasan di susunan saraf pusat (SSP) dan jalur yang menghubungkan SSP dengan otot pernapasan
(saraf spinalis dan saraf perifer)
Gagal napas dapat terjadi karena 2 mekanisme yaitu:
Gagal napas
Kegagalan paru
Kegagalan pompa
Tipe II
dada: pneumotoraks,
efusi pleura, distensi
abdomen
- Meningkatnya
kebutuhan
ventilasi/menit:
emboli paru dengan
peningkatan
dead
space fraction, sepsis.
Akibat atelektasis, terjadi paling
sering pada periode perioperatif
sehingga disebut kegagalan napas
perioperatif
Disebabkan
hipoperfusi
otot
pernapasan pada pasien dengan
renjatan.pasien dengan rejatan
mengalami distress pernapasan
karena edema paru, laktat asidosis
dan anemia
Tipe III
Tipe IV
DIAGNOSIS
Tabel 3. Diagnosis Gagal Napas1-4
Tipe gagal napas
Tipe I
Anamnesis
Mengenali faktor risiko
Sesak napas
Tipe II
Pemeriksaan fisik
Cemas,
perubahan
status
mental, bingung, takikardia,
takipnea, diatoresis, sianosis,
hipertensi/hipotensi, aritmia
Somnolen, letargi atau koma,
asteriks, tremor, bicara kacau,
edema papil.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : DPL
Analisis gas darah
Foto toraks
Kateter Swan Ganz dengan monitor-tekanan kapiler paru (PCWP)
EKG
CT (computed tomography) angiography thorax: sesuai indikasi
Bronkoskopi: sesuai indikasi
DIAGNOSIS BANDING
Edema paru, ARDS
TATALAKSANA
Tipe I
Mengobati penyakit dasar
Oksigen
Ventilasi mekanin: pada penyakit berat (ARDS)
Bronkodilator
- Agonis beta adrenergik: terbutalin, albuterol
- Antikolinergik: diberikan kombinasi dengan agonis beta adrenergik
Antibiotika: sesuai indikasi
Kortikosteroid oral atau parenteral
Ekspektoran dan nukleonik
Fisioterapi dada
Tipe II2,4n
Tujuan: memperbaiki ventilasi alveolar menjadi normal, hingga penyakit dasar dapat diobati
Menjaga patensi jalan napas: penyedotan secret, drainase postural, stimulasi batuk, perkusi
dada atau dengan pemasangan selang endotrakea atau trakeostomi.
Alat napas buatan: ventilator mekanik
Oksigen: jika ada hipoksemia, diberikan secara hati-hati
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari penyakit penyebab dab komorbid. Kematian pada kasus gagal napas
umumnya disebabkan karena kegagalan multiorgan. Angka kematian pada gagal napas yang disertai
kegagalan kardiovaskular, ginjal atau neurologis sebesar 55,4%, 57,4% dan 48,1%. Sedangkan angka
kematian pada gagal napas dengan kegagalan satu organ sebesar 20,7%.
RS Pendidikan
RS non Pendidikan
REFERENSI
1. C. Roussos, A. Koutsoukou. Respiratory failure. Eur Respir J 2003; Suppl. 47, 3s-14s.
Diunduh dari http://erj.ersjournals.com/content/22/47_suppl/3s.full.pdf pada tanggal 20 Juni
2012
2. Amin Z, Purwoto J. Gagal Napas Akut. Dalam: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro,
Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I. Edisi IV Jakarta: Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2006.p.170-75
3. Vincent JL, de Mendonca A, Cantraine F, Moreno R, Takala J, Suter PM, Sprung CL,
Colardyn F, Blecger S: Use of the SOFA score to assess the incidence of organ
dysfunction/failure in intensive care units: results of a multicenter, prospective study. Working
group on sepsis-related problems of the European Sciety of Intensive Care Medicine. Crit
Care Med 1998, 26: 1793-1800
4. Amin Z, Pitoyo CW. Gagal Napas. Dalam: Amin Z, Dahlan Z, Yuwono A (Eds). Panduan
Tatalaksana / Prosedur Respirologi dan Penyakit Kritis Paru.