Anda di halaman 1dari 5

GAGAL NAPAS

PENGERTIAN
Gagal napas adalah suatu kondisi kegagalan sistem pernapasan pada fungsi pertukaran gas seperti
oksigenasi dan atau/ eliminasi karbondioksida dari darah vena. Gagal napas juga didefinisikan
tekanan oksigen arteri (PaO2) <60 mmHg (8.0 kPa) dan atau/ tekanan karbondioksida arteri (PaCO 2)
>45 mmHg (6.0 kPa). Sistem pernapasan terdiri dari:1
Paru-paru: sebagai organ pertukaran gas
Sistem pompa yan memventilasi paru-paru: terdiri dari dinding dada, otot pernapasan, pusat
pernapasan di susunan saraf pusat (SSP) dan jalur yang menghubungkan SSP dengan otot pernapasan
(saraf spinalis dan saraf perifer)
Gagal napas dapat terjadi karena 2 mekanisme yaitu:

Gagal napas

Kegagalan paru

Kegagalan pertukaran udara yang


ditandai dengan hipoksemia

Kegagalan pompa

Kegagalan ventilasi yang ditandai


dengan hiperkapnia

Gambar 1. Algoritma Tipe Gagal Napas1


Penyebab Gagal napas yaitu:
Tabel 1. Penyebab Gagal Napas Berdasarkan Onset Kejadian 1
Onset
Akut

Penyebab Hipoventilasi Alveolar


Penurunan fungsi susunan saraf Obat (sedatif), penyakit susunan
pusat
saraf pusat (ensefalitis, stroke,
trauma)
Gangguan
transmisi Trauma saraf spinal, mielitis
neuromuskular dan neural
transversal,
tetanus,
amyotrophic lateral sklerosis,
poliomyelitis,
sindroma
Guillan-Barre,
Keracunan
botulinum
Abnormalitas otot
Distrofi
muscular,
atrofi,
prematuritas
Abnormalitas dinding dada dan Hiperinflasi
akut,
trauma
pleura
dinding dada

Gagal napas mempunyai beberapa tipe yaitu:

Tabel 2. Tipe Gagal Napas 1,4


Tipe I

Gagal napas hioksemia akut

Tipe II

Gagal napas hiperkapnia

Disebabkan karena ventilasi/


perfusi yang tidak seimbang.
Peningkatan shunt, gangguan
difusi, hipoventilasi alveolar.
Faktor risiko:
Disfungsi kardiak
Infeksi pulmonal atau
aspirasi
Tromboemboli vena
Penyakit paru obstruktif.
Trauma
thoraks:
pneumothorax,
hemothorax,
kontusio
paru
Terjadi
karena
adanya
hipoventilasi
alveolar
dan
ketidakmampuan mengeliminasi
karbondioksida yang disebabkan:
Gangguan pada
SSP
dalam
mengontrol
pernapasan (intoksikasi
obat-obatan,
trauma
batang otak, hipotiroid,
kelainan napas saat tidur)
Melemahnya
otot
pernapasan
karena
gangguan
fungsi
neuromuskular (miastenia
gravis, sindroma Guillan
Barre, sklerosis lateral
amiotrofik, trauma nervus
frenikus)
Peningkatan beban sistem
respirasi:
- Meningkatnya beban
resistive:
bronkospasme
- Menurunnya
compliance
paru:
edema
alveolar,
atelektasis, intrinsic
positive
endexpiratory pressure
(autoPEEP)
- Menurunnya
compliance dinding

dada: pneumotoraks,
efusi pleura, distensi
abdomen
- Meningkatnya
kebutuhan
ventilasi/menit:
emboli paru dengan
peningkatan
dead
space fraction, sepsis.
Akibat atelektasis, terjadi paling
sering pada periode perioperatif
sehingga disebut kegagalan napas
perioperatif
Disebabkan
hipoperfusi
otot
pernapasan pada pasien dengan
renjatan.pasien dengan rejatan
mengalami distress pernapasan
karena edema paru, laktat asidosis
dan anemia

Tipe III

Tipe IV

DIAGNOSIS
Tabel 3. Diagnosis Gagal Napas1-4
Tipe gagal napas
Tipe I

Anamnesis
Mengenali faktor risiko
Sesak napas

Tipe II

Mencari penyebab dan faktor


risiko. Pasien mengeluhkan
sesak napas.

Pemeriksaan fisik
Cemas,
perubahan
status
mental, bingung, takikardia,
takipnea, diatoresis, sianosis,
hipertensi/hipotensi, aritmia
Somnolen, letargi atau koma,
asteriks, tremor, bicara kacau,
edema papil.

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium : DPL
Analisis gas darah
Foto toraks
Kateter Swan Ganz dengan monitor-tekanan kapiler paru (PCWP)
EKG
CT (computed tomography) angiography thorax: sesuai indikasi
Bronkoskopi: sesuai indikasi

DIAGNOSIS BANDING
Edema paru, ARDS
TATALAKSANA
Tipe I
Mengobati penyakit dasar

Oksigen
Ventilasi mekanin: pada penyakit berat (ARDS)
Bronkodilator
- Agonis beta adrenergik: terbutalin, albuterol
- Antikolinergik: diberikan kombinasi dengan agonis beta adrenergik
Antibiotika: sesuai indikasi
Kortikosteroid oral atau parenteral
Ekspektoran dan nukleonik
Fisioterapi dada

Tipe II2,4n
Tujuan: memperbaiki ventilasi alveolar menjadi normal, hingga penyakit dasar dapat diobati
Menjaga patensi jalan napas: penyedotan secret, drainase postural, stimulasi batuk, perkusi
dada atau dengan pemasangan selang endotrakea atau trakeostomi.
Alat napas buatan: ventilator mekanik
Oksigen: jika ada hipoksemia, diberikan secara hati-hati
KOMPLIKASI

Komplikasi paru: emboli paru, barotrauma, fibrosis pulmonal.


Komplikasi kardiovaskular: hipotensi, cardiac output menurun, aritmia, perikarditis, infark
miokardia akut

PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari penyakit penyebab dab komorbid. Kematian pada kasus gagal napas
umumnya disebabkan karena kegagalan multiorgan. Angka kematian pada gagal napas yang disertai
kegagalan kardiovaskular, ginjal atau neurologis sebesar 55,4%, 57,4% dan 48,1%. Sedangkan angka
kematian pada gagal napas dengan kegagalan satu organ sebesar 20,7%.

UNIT YANG MENANGANI

RS Pendidikan
RS non Pendidikan

: Departemen Ilmu Penyakit Dalam- Divisi Pulmonologi


: Bagian Ilmu Penyakit Dalam

REFERENSI
1. C. Roussos, A. Koutsoukou. Respiratory failure. Eur Respir J 2003; Suppl. 47, 3s-14s.
Diunduh dari http://erj.ersjournals.com/content/22/47_suppl/3s.full.pdf pada tanggal 20 Juni
2012
2. Amin Z, Purwoto J. Gagal Napas Akut. Dalam: Simadibrata M, Setiati S, Alwi I, Maryantoro,
Gani RA, Mansjoer A, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I. Edisi IV Jakarta: Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2006.p.170-75
3. Vincent JL, de Mendonca A, Cantraine F, Moreno R, Takala J, Suter PM, Sprung CL,
Colardyn F, Blecger S: Use of the SOFA score to assess the incidence of organ
dysfunction/failure in intensive care units: results of a multicenter, prospective study. Working
group on sepsis-related problems of the European Sciety of Intensive Care Medicine. Crit
Care Med 1998, 26: 1793-1800

4. Amin Z, Pitoyo CW. Gagal Napas. Dalam: Amin Z, Dahlan Z, Yuwono A (Eds). Panduan
Tatalaksana / Prosedur Respirologi dan Penyakit Kritis Paru.

Anda mungkin juga menyukai