Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Abses hati


Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang
disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun
nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
yang

ditandai

dengan

adanya

proses

supurasi

dengan

pembentukan pus di dalam parenkim


hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan
akut saluran empedu. (Robins, et al, 2002).

Abses hati terbagi 2 secara umum, yaitu abses hati


amebik (AHA) dan abses hati piogenik (AHP). AHA merupakan
salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paing
sering dijumpai di daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia.
AHP dikenal juga sebagai

hepatic abscess, bactrial liver

abscess, bacterial abscess of the liver, bactrial hepatic


abscess. AHP ini merupakan kasus yang relatif jarang, pertama
ditemukan oleh Hippocrates (400 SM), dan dipublikasikan
pertama kali oleh Bright pada tahun 1936.

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Abses hati adalah penumpukan jaringan nekrotik dalam


suatu rongga patologis yang dapat bersifat soliter atau
multipel pada jaringan hati.
Allah SWT berfirman dalam Qs. At-Taubah ayat 14-15.



Terjemahan Qs. At-Taubah ayat 14-15:
14. perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan
mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah
akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap
mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
15. dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. dan
Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
B. Etiologi Abses hati
Abses hati amoeba merupakan salah satu komplikasi
amebiasis ekstraintestinal yang paing sering dijumpai di
daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. Penyakit AHA ini
masih menjadi masalah kesehatan terutama di daerah strain
virrulen Entamoeba histolyta (E. Histolytica) yang tinggi.
Abses

hati

Piogenik

adalah

enterobacteriaceace,

microaeraphilic streptococci, anaerobic streptococci, klebsiella


stapylococcus

milleri,

actinomyeces,

eikenella

candida
corroders,

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

albicans,

aspergillus,

yersinia

enterolitica,

Salmonella typhi, brucella melitensis, dan fungal. Pada era preantibiotik, AHP terjadi akibat komplikasi apendisitis bersamaan
dengan fileplebitis.
C. Patofisiologi Abses hati
Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan
kerusakanakan jaringan dengan cara mengeluarkan toksin.
Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi
yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau
melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding
sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi
respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang
merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan
korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian jaringan
menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah
penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal
yang terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran
darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan
kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat

terjadi

secara sistemik.
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq
mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga
produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan
terjadi

perubahan

diameter

pembuluh

darah

mengalir

keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Selsel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona
plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah
awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya
aliran darah yang mengikuti Fase hyperemia meningkatkan
permiabilitas

vaskuler

mengakibatkan

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

keluarya

plasma

kedalam

jaringan,

sedang

sel

darah

tertinggal

dalam

pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik meningkat dan


tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan
didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari
cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi jaringan
akibat

edema

menyebabkan

dan

tekanan

rasa

nyeri.

pus

dalam

Mediator

rongga

kimiawi,

abses

termasuk

bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf


sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor
mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri.
Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga
mengalami

penurunan

fungsi

tubuh

yang

menyebabkan

terganggunya mobilitas litas.


Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan
jaringan bila penyabab kerusakan bisa diatasi, maka debris
akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi
dan

kesembuhan.

menyebabkan

Reaksi

debris

sel

fagosit

terkumpul

dalam

yang

berlebihan

suatu

rongga

membentuk abses di sel jaringan lain membentuk flegmon.


Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang berlebihan
berupa fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan
jaringan granulasi vaskuler untuk mengganti jaringan yang
rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti
akan terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi
fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan berlangsung terus akan
terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang
yang merusak hilang.
Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan
pus kekuningan sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit.

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Sedangkan abses yang diinsisi dapat mengakibatkan resiko


penyebaran infeksi.
D. Manifestasi Abses hati
1. Abses hati amoeba
Cara timbulnya abses hati amoebik biasanya tidak
akut, menyusup yaitu terjadi dalam waktu lebih dari 3
minggu.D emam ditemukan hampir pada seluruh kasus.
Terdapat rasa sakit diperut atas yang sifat sakit berupa
perasaan ditekan atau ditusuk. Rasa sakit akan bertambah
bila penderita berubah posisi atau batuk. Penderita merasa
lebih enak bila berbaring sebelah kiri untuk mengurangi
rasa sakit. Selain itu dapat pula terjadi sakit dada kanan
bawah atau sakit bahu bila abses terletak dekat diafragma
dan sakit di epigastrium bila absesnya dilobus kiri.
Anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan
dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa
didapatkan. Batuk-batuk dan gejala iritasi diafragma juga
bisa dijumpai walaupun tidak ada ruptur abses melalui
diafragma.

Riwayat

penyakit

dahulu

disentri

jarang

ditemukan. Ikterus tak biasa ada dan jika ada ia ringan.


Nyeri pada area hati bisa dimulai sebagai pegal, kemudian
mnjadi tajam menusuk. Alcohol membuat nyeri memburuk
dan juga perubahan sikap. Pembengkakan bisa terlihat
dalam epigastrium atau penonjolan sela iga. Nyeri tekan hati
benar-benar menetap. Limpa tidak membesar.
2. Abses hati piogenik
Menunjukkan manifestasi klinik lebih berat dari abses
hati

amoeba.

Terutama

demam

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

yang

dapat

bersifat

intermitten, remitten atau kontinue yang disertai menggigil.


Keluhan lain dapat berupa sakit perut, mual atau muntah,
lesu, dan berat badan yang menurun. Dapat juga disertai
batuk, sesak napas, serta nyeri pleura.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien
yang

septik

disertai

nyeri

perut

kanan

atas

dan

hepatomegali dengan nyeri tekan. Kadang disertai ikterus


karena adanya penyakit bilier seperti kolangitis.
Demam,

nyeri perut kanan

atas

mual, muntah,

anoreksia, penurunan berat badan, kelemahan tubuh, dan


pembesaran hati yang disertai rasa nyeri. Manifestasi
sistemik abses hati piogenik biasanya lebih berat daripada
abses hati ameba. Nyeri spontan perut kanan atas disertai
dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan
diletakkan di atasnya.Dua puluh persen penderita dengan
kecurigaan abses hati ameba mempunyai riwayat penyakit
diare atau disentri.
E. Pemeriksaan penunjang abses hati
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998).
Pemeriksaan penunjang antara lain:
a.

Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain
hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.

b.

Foto dada
Dapat

ditemukan

berupa

diafragma

kanan,

berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps


paru dan abses paru.
c.

Foto polos abdomen

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Kelainan

dapat

berupa

hepatomegali,

gambaran

ileus, gambaran udara bebas diatas hati.


d.

Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.

e.

Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior,
tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.

f.

Pemeriksaan serologi
Menunjukkan

sensitifitas

yang

tinggi

terhadap

kuman.
F. Penatalaksanaan Abses hati
Terapi untuk pasien dengan abses hati amebic berupa
medikamentosa, aspirasi terapeutik, dan pembedahan.
Pemberian derivat nitroimidazole seperti metronidazole
masih merupakan lini pertama pengobatan abses hati amebik
dengan dosis 3x750 mg selama 5-10 hari. Hal ini dikarenakan
kemampuannya sebagai agen amebiasis ekstraluminal. Akan
tetapi obat ini tidak poten terhadap kista (bentuk intraluminal)
sehingga perlu dikombinasikan dengan Paramomycin dengan
dosis 4X500mg. Pilihan lainnya dapat pula ditambahkan atau
diganti dengan kloroquin fosfat dengan dosis 1gr/hari selama 2
hari dilanjutkan dengan 500mg/hari selama 20 hari. Hal ini
dilakukan apabila setelah terapi metronidazole selama 5 hari
tidak terdapat perbaikan ataupun bila terdapat intoleransi.
Obat lini kedua yang digunakan yakni dihydroemetin 11,5mg/kgBB/hari secara intramuskular (maksimum 99gr/hari)
selama 10 hari. Akan tetapi, yang terakhir disebutkan relatif
toksik sehingga perlu kewaspadaan pemakaian.
Tindakan aspirasi terapeutik diindikasikan apabila :

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

- Abses dikhawatirkan akan pecah ( terutama bila diameter >5


cm)
- Tidak ada respon terhadap medikamentosa setelah 7 hari
- Abses berada di lobus kiri memiliki risiko mudah pecah ke
rongga peritoneum ataupun pericardium
Tindakan

pembedahan

berupa

drainase

atau[un

lobektomi dilakukan apabila :


-

Abses disertai komplikasi infeksi sekunder


Abses jelas menonjol ke abdomen atau ruang interkostla
Terapi medika mentosa dan aspirasi tidak berhasil
Rupture abses ke rongga perikardial/pleural/peritoneum.

G. Komplikasi Abses hati


Komplikasi yang umumnya terjadi dapat berupa:
a. Infeksi sekunder yang umumnya terjadi pada 10-20% kasus
b. Ruptur abses menyebabkan perikarditis, pleuritis ataupun
peritonitis
c. Komplikasi vaskuler berupa ruptur abses ke dalam vena
porta

hepatica,

saluran

empedu,

ataupun

traktus

gastrointestinal
d. Parasitemia dan amebiasis serebral dimana parasit masuk
ke alirand arah sistemik dan menginvasi organ lain misalnya
otak

yang

memberikan

gambaran

klinik

lesi

fokal

intrakranial.
H. Pencegahan Abses hati
Pengobatan yang tepat dari infeksi perut lainnya dapat
mengurangi resiko terjadinya abses hati piogenek. Untuk
abses hati amebik, pencegahan dapat dilakukan dengan
meminum ir murni dan tidak makan sayuran mentah atau
buah dikupas ketika bepergian di Negara-Negara tropis dengan
sanitas yang buruk.

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001, hal.17).
Menurut Smeltzer & Bare (2001), Pada pengkajian keperawatan,
khususnya sistem integumen, kulit bisa memberikan sejumlah informasi
mengenai status kesehatan seseorang dan merupakan subjek untuk
menderita lesi atau terlepas. Pada pemeriksaan fisik dari ujung rambut
sampai ujung kaki, kulit merupakan hal yang menjelaskan pada seluruh
pemeriksaan bila bagian tubuh yang spesisifik diperiksa.Pemeriksaan
spesifik mencakup warna, turgor, suhu, kelembaban, dan lesi atau parut. Hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
2. Riwayat Kesehatan
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Hal hal yang perlu dikaji di antaranya adalah :


a. Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses
dalam seringkali sulit ditemukan.
b. Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau terkena
peluru.
c. Riwayat infeksi ( suhu tinggi ) sebelumnya yang secara cepat
menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa
dikeluarkan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

Luka terbuka atau tertutup

Organ / jaringan terinfeksi

Massa eksudat dengan bermata

Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan

Abses superficial dengan ukuran bervariasi

Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.


4. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah


putih.

Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan


rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
4. Resiko hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5. Cemas

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan

mengenai proses penyakit dan tindakan medis yang


dilakukan

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
224 jam diharapkan rasa nyaman nyeri terpenuhi
Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri
yang dirasakan dan mengetahui pemberian terapi sesuai
indikasi.
b. Berikan posisi senyaman mungkin
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan
kenyamanan.

c. Berikan lingkungan yang nyaman


Rasional

Untuk

mendukung

tindakan

yang

telah

diberikan guna mengurangi rasa nyeri.


d. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik sesuai
indikasi
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
2. Resiko

infeksi

berhubungan

dengan

kulit

rusak, trauma jaringan, stasis jaringan tubuh


Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
a. Tanda-tanda infeksi (-)
b. Suhu normal

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

yang

Intervensi keperawatan
a. Observasi tanda terjadinya infeksi.
R/ mengetahui secara dini terjadinya infeksi dan untuk
membantu memiih intervesi yang tepat
b. Ganti balutan dengan teknik aseptik.
R/

Teknik

aseptic

yang

tepat

menurunkan

resiko

penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.


c. Tingkatkan intake cairan 2-3 liter/hari Tingkatan nutrisi
dengan diet TKTP Gunakan

pelunak feses bila terdapat

konstipasi.
R/ nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan
mempercepat pertumbuhan jaringan.
d. Berikan antibiotika sesuai program medis.
R/ Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman
patogen.
e. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak,
nyeri,

kekakuan.

Untuk

mengidentifikasi

indikasi

kemajuan dan penyimpangan dari hasil yang diharapkan


R/ Untuk mengetahui secara dini terjadinya infeksi.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri


akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
324 jam diharapkan gangguan pola tidur teratasi
Kriteria hasil : Pola tidur terpenuhi
Rencana tindakan :
a. Kaji pola tidur atau istirahat normal pasien

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Rasional : Untuk mengetahui pola tidur yang normal


pada pasien dan dapat menentukan kelainan pada pola
tidur.
b. Beri lingkungan yang nyaman
Rasional : Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan tidur.
c. Batasi pengunjung selama periode istirahat
Rasional : Untuk menjaga kualitas dan kuantitas tidur
pasien
d. Pertahankan tempat tidur yang hangat, bersih dan
nyaman
Rasional : Supaya pasien dapat tidur dengan nyaman
e. Kolaborasi pemberian terapi analgetika
Rasional : Agar nengurangi rasa nyeri yang menggangu
pola tidur pasien.
4.

Resiko hipertermi

berhubungan dengan

proses

infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 124 jam, pasien
tidak mengalami perubahan suhu tubuh yang signifikan
Kriteria hasil:
Suhu tubuh normal
Intervensi Keperawatan
a. Mencatat suhu pra operasi dan mengkaji suhu post
operasi
R/ Sebagai evaluasi adanya perubahan suhu yang
signifikan
b. Kaji suhu lingkungan dan modifikasi sesuai kebutuhan

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

R/

Dapat

membantu

dalam

mempertahankan/menstabilkan suhu pasien


c. Lindungi area kulit dari paparan langsung aliran udara
R/ Kehilangan panas dapat terjadi ketika kulit dipajankan
pada aliran udara atau lingkungan yang dingin
d. Berikan selimut pada pasien
R/ menjaga kehilangan panas tubuh
e. Kolaborasi pemberian antipiretik
R/ Antipiretik merupakan terapi farmakologis untuk
menurunkan suhu tubuh.
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
mengenai proses penyakit dan tindakan medis yang
dilakukan
Tujuan
Setelah dilakukan perawatan selama 224 jam diharapkan
cemas berkurang
Kriteria hasil

Klien tidak bertanya-tanya lagi

Klien mengatakan mengerti tentang penjelasan

Wajah tampak relaks

TTV dalam batas normal

TD 100-120/60-90 mmHg

Nadi 60-100x/menit

RR 16-24 x/menit
Intervensi Keperawatan
a. Memberikan penjelasan tentang penyakitnya
R/ Klien akan mengerti dan kooperatif
b.

Menganjurkan

keluarga

untuk

memberikan support sistem

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

mendampingi

dan

R/ Membesarkan jiwa klien


c. Memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan
apapun
R/ Klien akan mengerti tindakan dan mau bekerjasama
d. Mengobservasi TTV
R/ Kecemasan akan meningkatkan TTV

Penyimpangan KDM

Masuk kedalam
sistem
pencernaan

Infeksi
kuman

Merangsang ujung
saraf
mengeluarkan
bradikinin,
serotonin dan
prostag landin
Impuls
disampaikan
ke SSP
bagian
korteks
Thalam
us
Nyeri

Hepar

Mengalami
kerusakan
jaringan
hepar

Infeksi

Peradangan
/inflamasi
hepar

Rongga abses yang penuh


cairan yang berisi leukosit
mati dan hidup, sel hati yang
mencair serta bakteri
Metabolism
e nutrisi
menurun
Produksi
energi
menurun

Intoleransi
aktivitas

Abses
Intake nutrisi
menurun
Ganggua
n nutrisi

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Vena porta
Sistem
biller
Sistem
arterial
hepatik

Merangsang
pengeluran
sistensis zat
pirogen oleh
leukosit pada
jaringan yang
meradang
Melepaskan zat IL1, prostag landin
E2 (pirogen leukosit
dan pirogen
endogen)
Mencapai
hipotalamus
Reaksi peningkatan
suhu tubuh
Hipertermi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC,
Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP
FKUI, Jakarta.
Mansjoer,

Arif.

2000.

Kapita

Selekta

Kedokteran.

Media

Aesculapius FKUI: Jakarta


Nanda International. 2012. Nursing Diagnoses : Definition and
classification 2010-2012. Wiley-Blackwell: United Kingdom
[PDF]Laporan kasus BEBERAPA KASUS ABSES HATI AMUBA ...
ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/download/3755/2753
oleh A Junita - 2006

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

Anda mungkin juga menyukai