ditandai
dengan
adanya
proses
supurasi
dengan
Terjemahan Qs. At-Taubah ayat 14-15:
14. perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan
mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah
akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap
mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.
15. dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. dan
Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
B. Etiologi Abses hati
Abses hati amoeba merupakan salah satu komplikasi
amebiasis ekstraintestinal yang paing sering dijumpai di
daerah tropik/subtropik, termasuk Indonesia. Penyakit AHA ini
masih menjadi masalah kesehatan terutama di daerah strain
virrulen Entamoeba histolyta (E. Histolytica) yang tinggi.
Abses
hati
Piogenik
adalah
enterobacteriaceace,
milleri,
actinomyeces,
eikenella
candida
corroders,
albicans,
aspergillus,
yersinia
enterolitica,
Salmonella typhi, brucella melitensis, dan fungal. Pada era preantibiotik, AHP terjadi akibat komplikasi apendisitis bersamaan
dengan fileplebitis.
C. Patofisiologi Abses hati
Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan
kerusakanakan jaringan dengan cara mengeluarkan toksin.
Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi
yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau
melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan dinding
sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi
respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang
merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan
korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian jaringan
menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah
penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal
yang terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran
darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan dengan
kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat
terjadi
secara sistemik.
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq
mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga
produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan
terjadi
perubahan
diameter
pembuluh
darah
mengalir
keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Selsel darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona
plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga langkah
awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya
aliran darah yang mengikuti Fase hyperemia meningkatkan
permiabilitas
vaskuler
mengakibatkan
keluarya
plasma
kedalam
jaringan,
sedang
sel
darah
tertinggal
dalam
edema
menyebabkan
dan
tekanan
rasa
nyeri.
pus
dalam
Mediator
rongga
kimiawi,
abses
termasuk
penurunan
fungsi
tubuh
yang
menyebabkan
kesembuhan.
menyebabkan
Reaksi
debris
sel
fagosit
terkumpul
dalam
yang
berlebihan
suatu
rongga
Riwayat
penyakit
dahulu
disentri
jarang
amoeba.
Terutama
demam
yang
dapat
bersifat
septik
disertai
nyeri
perut
kanan
atas
dan
atas
mual, muntah,
Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain
hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
b.
Foto dada
Dapat
ditemukan
berupa
diafragma
kanan,
Kelainan
dapat
berupa
hepatomegali,
gambaran
Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e.
Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior,
tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
f.
Pemeriksaan serologi
Menunjukkan
sensitifitas
yang
tinggi
terhadap
kuman.
F. Penatalaksanaan Abses hati
Terapi untuk pasien dengan abses hati amebic berupa
medikamentosa, aspirasi terapeutik, dan pembedahan.
Pemberian derivat nitroimidazole seperti metronidazole
masih merupakan lini pertama pengobatan abses hati amebik
dengan dosis 3x750 mg selama 5-10 hari. Hal ini dikarenakan
kemampuannya sebagai agen amebiasis ekstraluminal. Akan
tetapi obat ini tidak poten terhadap kista (bentuk intraluminal)
sehingga perlu dikombinasikan dengan Paramomycin dengan
dosis 4X500mg. Pilihan lainnya dapat pula ditambahkan atau
diganti dengan kloroquin fosfat dengan dosis 1gr/hari selama 2
hari dilanjutkan dengan 500mg/hari selama 20 hari. Hal ini
dilakukan apabila setelah terapi metronidazole selama 5 hari
tidak terdapat perbaikan ataupun bila terdapat intoleransi.
Obat lini kedua yang digunakan yakni dihydroemetin 11,5mg/kgBB/hari secara intramuskular (maksimum 99gr/hari)
selama 10 hari. Akan tetapi, yang terakhir disebutkan relatif
toksik sehingga perlu kewaspadaan pemakaian.
Tindakan aspirasi terapeutik diindikasikan apabila :
pembedahan
berupa
drainase
atau[un
hepatica,
saluran
empedu,
ataupun
traktus
gastrointestinal
d. Parasitemia dan amebiasis serebral dimana parasit masuk
ke alirand arah sistemik dan menginvasi organ lain misalnya
otak
yang
memberikan
gambaran
klinik
lesi
fokal
intrakranial.
H. Pencegahan Abses hati
Pengobatan yang tepat dari infeksi perut lainnya dapat
mengurangi resiko terjadinya abses hati piogenek. Untuk
abses hati amebik, pencegahan dapat dilakukan dengan
meminum ir murni dan tidak makan sayuran mentah atau
buah dikupas ketika bepergian di Negara-Negara tropis dengan
sanitas yang buruk.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001, hal.17).
Menurut Smeltzer & Bare (2001), Pada pengkajian keperawatan,
khususnya sistem integumen, kulit bisa memberikan sejumlah informasi
mengenai status kesehatan seseorang dan merupakan subjek untuk
menderita lesi atau terlepas. Pada pemeriksaan fisik dari ujung rambut
sampai ujung kaki, kulit merupakan hal yang menjelaskan pada seluruh
pemeriksaan bila bagian tubuh yang spesisifik diperiksa.Pemeriksaan
spesifik mencakup warna, turgor, suhu, kelembaban, dan lesi atau parut. Hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
2. Riwayat Kesehatan
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
proses inflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
224 jam diharapkan rasa nyaman nyeri terpenuhi
Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat rasa nyeri
yang dirasakan dan mengetahui pemberian terapi sesuai
indikasi.
b. Berikan posisi senyaman mungkin
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan
kenyamanan.
Untuk
mendukung
tindakan
yang
telah
infeksi
berhubungan
dengan
kulit
yang
Intervensi keperawatan
a. Observasi tanda terjadinya infeksi.
R/ mengetahui secara dini terjadinya infeksi dan untuk
membantu memiih intervesi yang tepat
b. Ganti balutan dengan teknik aseptik.
R/
Teknik
aseptic
yang
tepat
menurunkan
resiko
konstipasi.
R/ nutrisi untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan
mempercepat pertumbuhan jaringan.
d. Berikan antibiotika sesuai program medis.
R/ Antibiotika untuk menghambat dan membunuh kuman
patogen.
e. Pantau tanda-tanda radang: panas, merah, bengkak,
nyeri,
kekakuan.
Untuk
mengidentifikasi
indikasi
Resiko hipertermi
berhubungan dengan
proses
infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 124 jam, pasien
tidak mengalami perubahan suhu tubuh yang signifikan
Kriteria hasil:
Suhu tubuh normal
Intervensi Keperawatan
a. Mencatat suhu pra operasi dan mengkaji suhu post
operasi
R/ Sebagai evaluasi adanya perubahan suhu yang
signifikan
b. Kaji suhu lingkungan dan modifikasi sesuai kebutuhan
R/
Dapat
membantu
dalam
TD 100-120/60-90 mmHg
Nadi 60-100x/menit
RR 16-24 x/menit
Intervensi Keperawatan
a. Memberikan penjelasan tentang penyakitnya
R/ Klien akan mengerti dan kooperatif
b.
Menganjurkan
keluarga
untuk
mendampingi
dan
Penyimpangan KDM
Masuk kedalam
sistem
pencernaan
Infeksi
kuman
Merangsang ujung
saraf
mengeluarkan
bradikinin,
serotonin dan
prostag landin
Impuls
disampaikan
ke SSP
bagian
korteks
Thalam
us
Nyeri
Hepar
Mengalami
kerusakan
jaringan
hepar
Infeksi
Peradangan
/inflamasi
hepar
Intoleransi
aktivitas
Abses
Intake nutrisi
menurun
Ganggua
n nutrisi
Vena porta
Sistem
biller
Sistem
arterial
hepatik
Merangsang
pengeluran
sistensis zat
pirogen oleh
leukosit pada
jaringan yang
meradang
Melepaskan zat IL1, prostag landin
E2 (pirogen leukosit
dan pirogen
endogen)
Mencapai
hipotalamus
Reaksi peningkatan
suhu tubuh
Hipertermi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC,
Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP
FKUI, Jakarta.
Mansjoer,
Arif.
2000.
Kapita
Selekta
Kedokteran.
Media