Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FARMASI FORENSIK
Analisa Pestisida Karbofuran

Disusun oleh:
Suciati Rachmawati

3311131024

Anggit Sri Mulyani

3311131025

Yopi Setiadi

3311131034

Siti Nurohmah Hidayati

3311131036

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Dengan mengucapkan puji syukur

kehadirat Allah swt.

yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga tersusunnya makalah ini.


Tujuan

pembuatan makalah ini merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmasi Forensik program studi Farmasi Unjani
serta untuk menumbuhkan pemahaman Mahasiswa mengenai Analisa Pestisida
Karbofuran. Dalam pembuatan makalah ini penulias berterima kasih kepada Ibu
Putranti Widiastuti M,Si., Apt dan Ibu Ririn M,Si., Apt. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Farmasi Forensik dan segenap pihak yang telah mendukung
tersusunnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan. Dan

penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam menyusun
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum wr. wb.

Penulis

Cimahi, Februari 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pestisida merupakan substansi (zat) kimia yang dalam pemakaiannya
ditujukan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Yang
dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu: tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, virus,
nematoda (cacing yang merusak akar), siput tikus, burung, dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering
disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk
membedakannya dari produk-produk yang digunakan di bidang lain.
(Djojosumarto, 2008).
Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan efek
negatif yang merugikan. Penggunaan pestisida berlebih dapat mengganggu
bahkan merusak kelangsungan ekosistem. Dalam pengendalian pestisida
sebaiknya pengguna memiliki pengetahuan cukup mengenai sifat kimia fisik
bahan pestisida, biologi dan organisme pengganggu tanaman.
Pengelolaan pestisida meliputi kegiatan pembuatan, pengangkutan,
penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan atau pemusnahan
pestisida. Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada
satu diantara empat kelompok besar berikut (Kusnoputranto, 1996):
a. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
b. Organofosfat (Organo phosphates Ops)
c. Karbamat (Carbamat)
d. Piretroid
e. Kelompok lain
Dewasa ini, sorotan pengelolaan pestisida di beberapa Industri yang tidak
memenuhi persyaratan mencuat. Seharusnya meningkatkan pengawasan
terhadap pengelolaan pestisida memungkinkan untuk dilakukan oleh
pemerintah. Bahkan sanski tegas dapat dikenakan khususnya produsen utama
pestisida mengingat skala produksi yang besar tentunya akan linearitas
terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan.
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa definisi Pestisida karbofuran?


2) Apa dampak cemaran dari Pestisida karbofuran?
3) Bagaimana peran farmasi dalam memberikan solusi terkait hal tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum:
1) Untuk menganalisa keracunan pestisida karbofuran dalam tubuh
Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui penerapan ilmu farmasi forensik dalam ranah hukum
2) Untuk memberikan solusi, pengarahan, serta penanganan substansi
berbahaya dilingkungan sekitar
1.4 Manfaat Penulisan
1) Mengetahui peran farmasi forensik dalam mengidentifikasi suatu masalah
dalam ranah hukum
2) Mengetahui perihal penggunaan hingga dampak dari pada pestisida

BAB II
Polisi Pastikan Asap PT. Dalzon Chemicals Racuni Warga

Senin (2/11), sebanyak 51 warga dan pegawai PT Dalzon Chemical


Indonesia di Kampung Bangkongreang, Desa Wangunharja harus dilarikan ke

rumah sakit karena diduga mengalami keracunan. Gejala yang dilaporkan pusing,
mual, dan sesak napas diduga karena menghirup udara yang tercemar asap
bercampur bahan kimia yang berasal dari PT Dalzon Chemicals Indonesia.
Polresta Bekasi, Jawa Barat, telah memastikan PT Dalzon Chemicals Indonesia
memproduksi gas beracun yang mengakibatkan puluhan warga di kampung
Bangkongreang, Desa Wangunharja, Kecamatan Cikarang Utara, keracunan.
Hal tersebut ditegaskan oleh Kapolresta Bekasi Kombespol M Awal
Chairudin melalui hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor)
Mabes Polri, keracunan warga diakibatkan

karena menghirup asap dari PT

Dalzon Chemicals Indonesia. Hasil pemeriksaan Puslabfor menyebutkan


perusahaan yang memproduksi pestisida itu positif menghasilkan unsur senyawa
pestisida korbuforan dari lubang asap produksi sehingga mengakibatkan warga
keracunan.
Menurutnya, senyawa itu seharusnya tidak boleh keluar dari cerobong
asap sisa proses produksi, sehingga patut diduga ada unsur kelalaian. Namun
demikian, pihaknya hingga saat ini belum menetapkan tersangka dalam kasus
tersebut karena masih dalam proses pemeriksaan saksi. "Kita akan memanggil
saksi ahli pidana apakah kelalaian itu bisa dikategorikan hukum pidana atau
tidak," katanya. Dikatakan Awal, hingga saat ini sudah lima orang saksi yang telah
menjalani pemeriksaan terkait dengan kasus tersebut. (Suara.com) oleh Arsito
Hidayatullah : 09 Jan 2016 | 22:20
Dari data yang berhasil dihimpun, pabrik tersebut diketahui memproduksi
pupuk berjenis pestisida, insektisida, herbisida, fungisida, furmolator, dan agro
kimia. Demikian, salah satu mesin juga diketahui sudah rusak sehingga pihak
pengelola memperbaiki dan rencananya akan diaktifkan kembali guna
memproduksi pupuk tersebut. Namun naas, bukannya baik justru menyebabkan
puluhan orang menderita.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kajian Pustaka

Di Indonesia, PT Dalzon Chemicals merupakan produsen agrokimia


terkemuka untuk bahan teknis dan formulasi sejak tahun 2003 hingga
sekarang. Diketahui kelalaian kinerja PT Dalzon Chemicals berakibat fatal
menyebabkan puluhan korban harus dilarikan ke rumah sakit. Hasil uji
memastikan senyawa pestisida karbuforan menjadi penyebab keracunan yang
dialami

oleh

warga

kampung

Bangkongreang.

Hasil

pemeriksaan

Laboratorium Forensik menunjukkan kesesuaian terhadap gejala-gejala klinis


yang ditimbulkan akibat keracunan pestisida karbofuran.
Karbofuran merupakan salah satu jenis insektisida golongan karbamat
yang berspektrum luas dan nonkumulatif, merupakan inhibitor enzim
kholinesterase. Karbofuran digunakan secara luas sebagai insektisida,
nematisida dan akarisida yang digunakan dalam pengawetan benih tanaman
dan aplikasi pada lahan tanaman. Aplikasi karbofuran melalui penyemprotan
lahan dan area berpotensi untuk menimbulkan intoksikasi pada manusia,
ternak dan hewan liar.
Insektisida karbofuran ini dapat terserap melalui saluran pencernaan
dan inhalasi dari proses penyemprotan, tetapi jarang terjadi melalui absorbsi
kulit. Toksisitas karbofuran bersifat reversibel, inhibisi langsung terhadap
aktivitas kholinesterase melalui karbomoylasi dari gugusan ester enzim
tersebut. Akumulasi asetilkholin pada simpul syaraf simpangan (junction)
myoneural dapat menimbulkan efek keracunan. Enzim karbomoyl mengalami
reaktivasi secara spontan dan cepat. Karbofuran dan metabolit ester bersifat
aktif.
Keracunan karbofuran yang terjadi pada warga cikarang terjadi akibat
kerusakan mesin pabrik. Efek toksik ditimbulkan karena aktivitas
kholinesterase inhibitor sebagai pestisida bersifat neurotoksik. Gejala
keracunan yang diperlihatkan umumnya meliputi penglihatan yang kabur,
mual, banyak berkeringat dan lemah.
BAB IV
SOLUSI

Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan perangsang
tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk
melakukan perlindungan tanaman. (UURI No.12 tahun 1992)
Pencemaran lingkungan oleh pestisida yang persisten menjadi perhatian
utama bagi masyarakat karena timbulnya residu pestisida di dalam lingkungan dan
jaringan tubuh makhluk hidup. Residu pestisida dalam pangan terkontaminasi
melalui susu, daging dan produk ternak lainnya yang diberi pakan tercemar.
Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang bergantung pada bahan biologis,
budaya dan penggunaan bahan kimia yang minimal secara intensif bertujuan
untuk pengendalian hama merupakan salah satu jawaban untuk mengurangi
pencemaran insektisida pada lingkungan dan produk pangan. Sistem PHT telah
berkembang dan diterapkan diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia
untuk beberapa komoditas hortikultura dalam rangka minimalisasi residu pada
produk pangan (NORTON et al., 2003).
Dalam pengedaran pupuk maupun pestisida tidak lain karbofuran
(pestisida golongan karbamat) dan lainnya telah diatur dalam (UURI No.12 tahun
1992) pasal 37 ayat:
(1) Pupuk yang beredar di dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib
memenuhi standar mutu dan terjamin efektivitasnya serta diberi label.
(2) Pemerintah menetapkan standar mutu pupuk serta jenis pupuk yang boleh
diimpor.
(3) Pemerintah mengawasi pengadaan dan peredaran pupuk.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengawasan, pengadaan dan peredaran pupuk
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas
peredaran, penyimpanan Dan penggunaan pestisida.
Farmasi

forensik

merupakan

seorang

farmasis

yang

profesinya

berhubungan dengan proses peradilan, proses regulasi, atau pada lembaga


penegakan hukum (criminal justce system). Salah satu peran farmasi forensik
dalam menangani tindakan kasus kriminal adalah menganalisa keberadaan zat
racun

pestisida

karbuforan

dalam

tubuh

dan

aktivitas

biologis

yang

ditimbulkannya. Hasil analisa kemudian diterjemahkan sebagai suatu penjelasan

terhadap kelalaian kinerja PT. Dalzon Chemicals. Farmasi forensik sebagai saksi
ahli pembuktian kasus tersebut.
Sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan saksi ahli adalah
keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlakukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan. (Wirasuta,tt)
Hasil penyidikan polisi dan keterangan saksi ahli diketahui keracunan
korban akibat senyawa karbofuran yang disebabkan kelalain kinerja PT. Dalzon
Chemicals Indonesia. Mendalami kasus tersebut, kelalaian PT. Dalzon Chemicals
dapat dikategorikan tindakan pidana dan dapat dikenai Pasal 60 ayat (2): Barang
siapa karena kelalaiannya : melanggar ketentuan pelaksanaan Pasal 16; dipidana
dengan pidana Kurungan paling lama 12 (dua belas) bulan dan denda paling
banyak Rp. 50.000.000,- ( lima puluh juta rupiah).
Dimana Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budi
Daya Tanaman Pasal 16 menetapkan bahwa Pemerintah dapat melarang
pengadaan, peredaran, dan penanaman benih tanaman tertentu yang merugikan
masyarakat, budidaya tanaman, sumberdaya alam lainnya, atau lingkungan hidup.

BAB V

KESIMPULAN

1. Peran farmasi forensik dalam kasus ini adalah menganalisa dan memperjelas
suatu perkara tindak pidana yang dilakukan oleh PT. Dalzon Chemicals
Indonesia.
2. Keracunan senyawa pestisida golongan karbamat yang dikenal sebagai
karbofuran ditandai dengan gejala klinis seperti penglihatan yang kabur,
mual, banyak berkeringat dan lemah.
3. Pencemaran residu pestisida baik dilingkungan maupun jaringan tubuh
makhluk hidup dapat diminimalisir dengan penerapan Sistem Pengendalian
Hama Terpadu (SPHT).

DAFTAR PUSTAKA

1. Wirasuta, I.M.A.G. tt. Pengantar Menuju Ilmu Forensik. Bukit Jimbaran:


Lembaga Forensik Sains dan Kriminologi, Universitas Udayana.
2. Norton, G.W., G.E. Sanchez, D. Clarke-Harris and H.K.Traor. 2003. Food
Safety In Food Security and Food Trade. Case study: reducing pesticide
residues on horticultural crops Focus 10(10): 1 2.
3. Indraningsih, Pengaruh Penggunaan Insektisida

Karbamat

Terhadap

Kesehatan Ternak dan Produknya, Wartazoa vol. 18 no. 2 th. 2008. Balai
Besar Penelitian Veteriner, Jl. R..E. Martadinata No. 30, Bogor 16114.

Anda mungkin juga menyukai