Kelompok 3
Disusun oleh :
Fitriani
Alfa Octavia
Nur Fajrina
Rini Yuliani
Silvi Purnamasari
Yopi Septiadi
Hartia Wahyuningsih
Siti NurohmahHidayati
Nurul Aini
Ratna Ifena Beitirevi
Ronalisa
Luthfi Annisa
Dyahrini Kartika
3311131028
3311131029
3311131030
3311131032
3311131033
3311131034
3311131035
3311131036
3311131037
3311131039
3311131044
3311131045
3311131046
BAB I
PENDAHULUAN
mililiter pelarut yang dapat melarutkan 1 gram zat. Daftar kelarutan zat dijelaskan
dalam Farmakope Indonesia Edisi III sebagai berikut.
Tabel 1.1 Istilah Kelarutan
Istilah kelarutan
BAB II
PEMBAHASAN
baru
adalah
profil
biofarmasetikal
yang
buruk,
termasuk
3. Penggunaan hidrotop
Hidrotop diketahui berformasi diri di dalam suatu larutan. Sulit
mengklasifikasikan hidrotop dalam basis struktur molekular, karena banyak
dari
zat
hidrotropik
yang
digunakan
untuk
analisis
BAB III
KESIMPULAN
Obat dan kelarutan merupakan dasar dari formulasi dan pengembangan dari
formula dosis yang berbeda dari obat yang berbeda. Kelarutan dapat ditingkatkan
dengan berbagai teknik. Karena masalah kelarutan dari kebanyakan obat
bioavailabilitas juga terpengaruh sehingga kelarutan menjadi suatu kebutuhan.
Kelarutan adalah parameter paling penting untuk bioavailabilitas obat oral
dengan kelarutan yang buruk. Disolusi obat merupakan faktor untuk melihat
absorbsi obat oral dari suatu obat dengan kelarutan yang rendah menggunakan
variasi teknik yang telah disebutkan.
DAFTAR PUSTAKA
34. Jain N.K. et al, Stability studies on aqueous injection of piroxicam, Indian
Drugs, 1998, 35, 440-443.
35. Agrawal R.K. et al, Formulation of aqueous injection of carbamazepine,
Pharmazie., 1990, 45, 221-222.
36. Agrawal S. et al, Hydrotropic solubilization of nimesulide for parenteral
administration, International journal of pharmaceutics, 2007, 274, 149-155.
37. Jain A. K. et al, Solubilization of indomethacin using hydrotropes for
aqueous
injection,
European
Journal
of
Pharmaceutics
and