Makalah Identifikasi Timbal
Makalah Identifikasi Timbal
FARMASI FORENSIK
Analisa dan Identifikasi Logam Timbal
Disusun oleh:
Fx. Hendrik
3311131006
3311131036
Nurul Aini
3311131037
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................2
Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
Farmakokinetik Timbal......................................................................................4
2.3
Farmakodinamika Timbal..................................................................................5
2.4
2.4.2
2.5
2.6
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
terutama akan diekskresi melalui usus besar dan ginjal, dimana konsentrasi urin
sebanding dengan konsentrasi dalam plasma.
2.2 Farmakokinetik Timbal
Timbal anorganik diserap melalui saluran napas dan cerna. Timbal anorganik
tidak diserap secara baik melalui kulit, tetapi komposisi timbal organik, misalnya
antiknock gasoline yang mengandung timbal, dapat diserap dengan baik melalui kulit.
Penyerapan debu yang mengandung timbal melalui saluran napas merupakan penyebab
yang paling umum dari keracunan industri. Saluran cerna merupakan jalan masuk
utama pada paparan non-industri. Penyerapan melalui saluran cerna berbeda sesuai
dengan sifat komposisi timbal. Secara umum, orang dewasa menyerap sekitar 10% dari
jumlah yang masuk sementara anak-anak menyerap sampai mendekati 50%. Kalsium
diet rendah, kurang zat besi, dan pemasukan ke dalam perut yang kosong terkait
dengan peningkatan penyerapan timbal. Setelah diserap dari saluran napas atau saluran
cerna, timbal terikat ke eritrosit dan awalnya didistribusikan secara luas ke jaringan
lunak seperti susmsum tulang, otak, dan ginjal, hati, otot, dan gonad. Kemudian ke
permukaan tulang subperiosteal, lalu ke matrik tulang. Timbal juga menyeberangi
plasenta dan merupakan bahaya potensial bagi janin.
Kinetika klirens timbal dari tubuh mengikuti model multikompartemen, sebagian
besar terdiri dari darah dan jaringan lunak dengan waktu paruh 1 2 bulan. Dan
kerangka tubuh, dengna waktu paruh tahunan hingga puluhan tahun. Lebih dari 90%
timbal yang dieliminasi dijumpai dalam urine, dan sisanya dieksresi melalui empedu,
kulit, rambut, kuku, keringat, dan air susu. Sebagian yang tidak segera dieksresi , kirakira setengah dari timbal yang diserap, mungkin dimasukkan ke dalam kerangka tubuh,
tempat pembuangan lebih dari 90% dari beban timbal tubuh pada kebanyakan orang
dewasa.
Pada pasien dengan beban timbal pada tulang yang tinggi, pengeluaran secara
perlahan dari kerangka tubuh dapat meningkatkan konsentrasi timbal dalam darah
selama bertahun-tahun setelah paparan terhenti. Keadaan berupa tingginya pergantian
tulang yang patologis, misalnya hipertiroidisme atau imobilisasi lama, dapat
menyebabkan intoksikasi timbal nyata. Beban timbal dalam tulang telah dikuantitasi
Absorpsi
memasuki
tubuh
Utama
Oksida dan
garam
timbal
anorganik
Gastrointestinal,
respiratorik
Timbal
orgnaik
Kulit,
gastrointestinal,
respiratorik
Distribusi
Efek Klinis
Utama
Metabolisme
dan Eliminasi
Jaringan
lunak,
redistribusi
ke
kerangka
(>90%
beban
tubuh
dewasa)
Jaringan
lunak,
khususnya
dan SSP.
Defisit SSP,
neuropati
perifer,
anemia,
nefropati,
hipertensi
Inhibisi
enzim,
mempengaruhi
kation
esensial,
mengubah struktur
membran
Ginjal
(mayor), air
susu (minor)
Enselopati
Dealkilasi hepatis
(cepat)
trialkylmetabolites
(lambat)
disosiasi timbal
Urine dan
feses
(mayor),
keringat
(minor)
presentasi subakut, ditandai pusing, lelah, kram perut, mialgia, dan artralgia,
sering disalahartikan sebagai penyakit virus sejenis flu sehingga lolos dari
perhatian medis. Diagnosis keracunan timbal anorganik akut sulit ditegakkan
dan tegantung pada gejala yang menonjol.
2) Keracunan timbal anorganik kronis
Pasien dengan intoksikasi timbal kronis biasanya menunjukkan temuan yang
multisistemik, termasuk keluhan konstitusional anoreksia, lelah dan malaise
atau depresi. Gejala yang dialami kadang pasien menderita sakit kepala,
nyeri abdomen, dan anemia dan terkadang juga mengalami neuropati
motorik, gout, dan gangguan ginjal. Intoksikasi timbal kronis hendaknya
dipertimbangkan pada anak yang menderita kurang fungsi neurokognitif,
serta pertumbuhan dan perkembangan lambat. Diagnosis tersebut harus
ditegaskan lagi melalui pengukuran kadar timbal dalam darah secara
keseluruhan. Meskipun tes ini mencerminkan keberadaan timbal yang
beredar dalam darah dan jaringan lunak, dan belum tentu menandakan
paparan timbal yang baru atau kumulatif, kebanyakan pasien dengan
penyakit akibat timbal memiliki konsentrasi timbal dalam darah di atas batas
normal.
2.4.2 Keracunan timbal organik (Organotimbal)
c)
Larutan baku timbal (Pb): dipipet 10 mL larutan induk ke dalam labu ukur 100 mL,
add sampai tepat tanda batas. Didapat baku Pb 100 ppm. Dipipet 10 mL larutan
induk 100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL, add sampai tepat tanda batas. Didapat
baku Pb 10 ppm. Dipipet 10 mL Pb 10 ppm ke dalam labu ukur 100 mL, add
sampai tepat tanda batas. Didapat baku Pb 1 ppm.
d)
Larutan standar: dengan menggunakan buret mikro, dipipet masing-masing 0,9 mL,
2 mL, 5 mL, 7 mL, 9 mL, dan 12 mL dari larutan baku Pb 10 ppm ke dalam labu
ukur 100 mL, kemudian add sampai tepat tanda batas. Maka diperoleh larutan
standar dengan konsentrasi Pb 0 ppm, 0,09 ppm, 0,2 ppm, 0,5 ppm, 0,7 ppm, 0,9
ppm, 1,2 ppm.
e)
Cawan dipindahkan pada furnace, lalu perlahan suhu dinaikan hingga 500 oC,
biarkan 1 jam..
Lalu cawan dipindahkan ke tempat dingin, dicuci kembali dengan HNO 3 jika
perlu untuk membersihkan abu partikel C bebas.
Sampel dalam cawan tersebut kemudian di saring ke dalam ke labu ukur 10 mL.
Residu yang tertinggal dalam cawan dibilas 1-2 kali menggunakan HCl 1 N 0,5
mL dikocok dan dinginkan. Begitu juga dengan residu dalam kertas saring,
dicuci dengan HCL encer.Filtrat dimasukan ke dalam labu ukur.
f)
Sampel dalam labu ukur diencerkan dengan HCL 1N sampai batas volume.
Blanko: 2 mL HNO3 dalam cawan pijar dikeringkan diatas hot plate, residu
ditambahkan HCl 1 N, dimasukan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu dikocok. Residu
yang berhasil dipanaskan dicuci 1-2 kali menggunakan HCl 1 N, lalu dikocok.
Kemudian dibiarkan hingga dingin, lalu diencerkan dengan HCl 1 N hingga batas
volume.
g)
Satu persatu larutan kerja diisapkan kedalam AAS melalui pipa kapiler,
kemudian dibaca dan catat masing-masing absorbannya.
h)
i)
Dibuat kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan persamaan garis lurusnya.
Pemeriksaan Blanko
Diisapkan larutan uji satu persatu ke dalam AAS melalui pipa kapiler.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Kadar timbal dalam darah berlebih dapat membahayakan kesehatan manusia.
2) Penanganan yang benar disertai pengetahuan yang cukup dapat menurunkan tingkat
resiko keracunan timbal.
3) Dua kategori timbal berbahaya bagi kesehatan adalah timbal organik dan timbal
non-organik.
DAFTAR PUSTAKA