Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FARMASI FORENSIK
Analisa dan Identifikasi Logam Timbal

Disusun oleh:
Fx. Hendrik

3311131006

Siti Nurohmah Hidayati

3311131036

Nurul Aini

3311131037

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3

Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah.............................................................................................2
Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Keracunan Timbal dan Distribusinya................................................................3

2.2

Farmakokinetik Timbal......................................................................................4

2.3

Farmakodinamika Timbal..................................................................................5

2.4

Bentuk Utama Intoksikasi Timbal.....................................................................7


2.4.1

Keracunan Timbal Anorganik...............................................................7

2.4.2

Keracunan Timbal Organik...................................................................8

2.5

Pengobatan Keracunan Timbal..........................................................................8

2.6

Identifikasi Timbal dalam Darah.......................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar belakang


Logam berat menjadi salah satu sumber kontaminan yang serius mengancam
manusia. Salah satu issue yang cukup mendapat perhatian oleh para ahli adalah
cemaran logam timbal. Selain menjadi menjadi distributor terbesar dalam cemaran
lingkungan logam timbal turut membahayakan kesehatan manusia.
Sebagai salah satu negara berkembang, padat lalu lintas, Indonesia memiliki
potensi besar untuk terpapar logam timbal. Disamping itu pula, pertumbuhan sejumlah
industri di Indonesia berpengaruh pada meningkatnya resiko paparan terhadap logam
timbal. Khususnya masyarakat yang berdomisili di daerah perkotaan. Seperti dilansir
dalam media online kompas.com, dari berbagai limbah umumnya yang paling banyak
mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan senyawa atau
unsur logam berat dimanfaatkan dalam berbagai industri baik sebagai bahan baku,
katalisator, maupun sebagai bahan tambahan. Tidak terkecuali logam timbal yang
sekarang menjadi titik fokus pengkajian.
Penyebab utama logam timbal menjadi bahan pencemar berbahaya adalah
karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan (non-degradable) oleh organisme hidup.
Akibatnya terakumulasi pada lingkungan membentuk senyawa kompleks bersama
bahan organik dan anorganik. Beberapa penelitian menunjukkan penurunan IQ anak,
hiperaktif, susah belajar, perubahan perilaku; agresif, penurunan pendengaran serta
lemahnya pertumbuhan merupakan akibat efek samping dari paparan timbal pada anakanak. Anak-anak yang tinggal di daerah padat lalu lintas dan padat industri tentu akan
memiliki potensial tinggi terkontaminasi logam timbal.
Berbagai sumber paparan timbal perlu diwaspadai termasuk pada mainan anakanak, kosmetik, cat, baterai dan lainnya. Anak-anak lebih sensitive terpapar
dibandingkan orang dewasa mengingat sistem saraf pusat ada pada tahap
perkembangan yang berarti. Beberapa kasus keracunan timbal menyebabkan koma
bahkan kematian. Setiap individu menunjukkan tingkat gejala keracunan yang berbeda.

Pengetahuan yang cukup diharapkan memberikan rekomendasi pada pemerintah dan


masyarakat mengenai seriusnya untuk menindaklanjuti cemaran logam timbal di
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1)
2)
3)
4)
5)

Apa ikhtisar logam timbal?


Bagaimana distribusi logam timbal dalam tubuh?
Apa efek paparan logam timbal terhadap tubuh?
Bagaimana penganan terhadap kasus keracunan logam timbal?
Bagaimana mengidentifikasi kadar timbal dalam darah?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum:
1) Untuk menganalisa keracunan logam berat timbal
Tujuan Khusus:
1) Untuk memberikan pengetahuan yang cukup mengenai bahayanya paparan timbal
berlebih bagi kesehatan manusia
2) Untuk memberikan solusi, pengarahan, serta penanganan substansi berbahaya
seperti timbal di lingkungan sekitar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keracunan Timbal dan Distribusinya


Keracunan timbal (lead) adalah salah satu penyakit lingkungan yang
berhubungan dengan kerja. Meskipun diakui bahayanya, timbal tetap digunakan secara
komersial di seluruh dunia. Paparan timbal dari lingkungan, yang tersebar luas melalui
distribusi timbal secara antropogenik di udara, air, dan makanan, telah menurun dengan
nyata selama 20 tahun terakhir ini akibat penurunan penggunaan timbal pada bensin
dan lain-lain. Meskipun sudah dilakukan tindakan kesehatan masyarakat, termasuk
perbaikan kondisi tempat kerja yang dapat menurunkan kejadian keracunan timbal
yang serius, tetap pada kekhawatiran akan efek paparan timbal tingkat rendah.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa timbal dapat memiliki efek yang tidak
diinginkan, yang sering bersifat subklinis, terhadap fungsi neurokognitif dan mungkin
kardiovaskular pada konsentrasi timbal dalam darah yang dulu dianggap normal atau
aman. Timbal tidak memiliki manfaat yang berguna di tubuh manusia. Pada target
organ yang penting seperti sistem saraf pusat yang sedang berkembang, tidka terdapat
ambang paparan timbal yang aman.
Saat ini gas buangan dari kendaraan bermotor masih mengandung timbal dalam
jumlah yang cukup besar. Dalam bentuk aerosol anorganik zat-zat ini akan masuk ke
lingkungan dan akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup atau makan
yang dimakan seperti buah-buahan dan sayur- sayuran.
Setelah inspirasi udara yang mengandung timbal, sekitar 50% akan diabsorpsi
dari paru-paru, sedangkan absorpsi dari saluran cerna buruk (sampai sekitar 8 - 10%).
Dari jumlah yang diabsorpsi dari saluran cerna, sebagian besar akan keluar melalui
empedu. Dalam bagian usus yang lebih ujung, ini akan membentu timbal sulfida yang
keluar bersama feses, sebagian dari ini akan mengalami reabsorpsi kembali (peredaran
darah enterohepatik). Timbal yang beredar dalam darah sebagian besar terikat pada
eritrosit.
Pada fase distribusi pertama, konsentrasi timbal tertinggi ditemukan dalam ginjal
dan hati, kemudian akan terjadi redistribusi dalam jaringan yang kaya kalsium,
terutama dalam tulang dan gigi ( terbentuknya depot timbal ). Timbal yang masuk

terutama akan diekskresi melalui usus besar dan ginjal, dimana konsentrasi urin
sebanding dengan konsentrasi dalam plasma.
2.2 Farmakokinetik Timbal
Timbal anorganik diserap melalui saluran napas dan cerna. Timbal anorganik
tidak diserap secara baik melalui kulit, tetapi komposisi timbal organik, misalnya
antiknock gasoline yang mengandung timbal, dapat diserap dengan baik melalui kulit.
Penyerapan debu yang mengandung timbal melalui saluran napas merupakan penyebab
yang paling umum dari keracunan industri. Saluran cerna merupakan jalan masuk
utama pada paparan non-industri. Penyerapan melalui saluran cerna berbeda sesuai
dengan sifat komposisi timbal. Secara umum, orang dewasa menyerap sekitar 10% dari
jumlah yang masuk sementara anak-anak menyerap sampai mendekati 50%. Kalsium
diet rendah, kurang zat besi, dan pemasukan ke dalam perut yang kosong terkait
dengan peningkatan penyerapan timbal. Setelah diserap dari saluran napas atau saluran
cerna, timbal terikat ke eritrosit dan awalnya didistribusikan secara luas ke jaringan
lunak seperti susmsum tulang, otak, dan ginjal, hati, otot, dan gonad. Kemudian ke
permukaan tulang subperiosteal, lalu ke matrik tulang. Timbal juga menyeberangi
plasenta dan merupakan bahaya potensial bagi janin.
Kinetika klirens timbal dari tubuh mengikuti model multikompartemen, sebagian
besar terdiri dari darah dan jaringan lunak dengan waktu paruh 1 2 bulan. Dan
kerangka tubuh, dengna waktu paruh tahunan hingga puluhan tahun. Lebih dari 90%
timbal yang dieliminasi dijumpai dalam urine, dan sisanya dieksresi melalui empedu,
kulit, rambut, kuku, keringat, dan air susu. Sebagian yang tidak segera dieksresi , kirakira setengah dari timbal yang diserap, mungkin dimasukkan ke dalam kerangka tubuh,
tempat pembuangan lebih dari 90% dari beban timbal tubuh pada kebanyakan orang
dewasa.
Pada pasien dengan beban timbal pada tulang yang tinggi, pengeluaran secara
perlahan dari kerangka tubuh dapat meningkatkan konsentrasi timbal dalam darah
selama bertahun-tahun setelah paparan terhenti. Keadaan berupa tingginya pergantian
tulang yang patologis, misalnya hipertiroidisme atau imobilisasi lama, dapat
menyebabkan intoksikasi timbal nyata. Beban timbal dalam tulang telah dikuantitasi

dengan menggunakan sinar x yang noninvasive. Teknik ini dapat memberikan


pengukuran terbaik untuk penyerapan timbal kumulatif berjangka lama.
Timba Bentuk yang Jalur
l

Absorpsi

memasuki
tubuh

Utama

Oksida dan
garam
timbal
anorganik

Gastrointestinal,
respiratorik

Timbal
orgnaik

Kulit,
gastrointestinal,
respiratorik

Distribusi

Efek Klinis
Utama

Aspek Penting dari


Mekanisme

Metabolisme
dan Eliminasi

Jaringan
lunak,
redistribusi
ke
kerangka
(>90%
beban
tubuh
dewasa)
Jaringan
lunak,
khususnya
dan SSP.

Defisit SSP,
neuropati
perifer,
anemia,
nefropati,
hipertensi

Inhibisi
enzim,
mempengaruhi
kation
esensial,
mengubah struktur
membran

Ginjal
(mayor), air
susu (minor)

Enselopati

Dealkilasi hepatis
(cepat)
trialkylmetabolites
(lambat)
disosiasi timbal

Urine dan
feses
(mayor),
keringat
(minor)

2.3 Farmakodinamika Timbal


Paparan timbal berlebih memberikan efek toksik multisistemik minimal melaui
tiga mekanisme, yaitu:
1) Aktivitas hambatan enzim
2) Mempengaruhi aksi kation esensial (kalsium, zat besi, dan seng)
3) Mengubah struktur reseptor serta membran sel. Efek toksik multisistemik pada
beberapa sistem organ tubuh antara lain:
a) Sistem saraf
Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa konsentrasi timbal dalam darah
15 g/dl pada anak kecil dapat menyebabkan gangguan subklinis fungsi
neurokognitif dan penurunan kemampuan pendengaran, sedangkan kadar ambang
tidak ada efek tidak didapatkan. Pada orang dewasa kurang sensitif terhadap efek
SSP timbal, namum pada konsentrasi timbal dalam darah 30 g/dl secara perlahan
memunculkan efek perilaku (gejala kelelahan, gangguan koordinasi visual motorik,
penurunan libido, dan anoreksia), konstitusional, dan neurokognitif samar. Pada
konsentrasi 100 g/dl menimbulkan efek ensefalopati timbal, diikuti peningkatan

tekanan intracranial, kehilangan kesadaran, konvulsi dan kematian. Neuropati perif


dapat terjadi setelah paparan timbal dosis kronis yaitu >100 g/dl.
b) Darah
Timbal dapat menimbulkan anemia baik normositik, mikrositik, atau
hipokromik. Mekanisme efek paparan timbal pada darah diakibatkan penggabungan
zat besi ke dalam protoporphyrin IX dengan menghambat fungsi enzim pada aur
sintesis heme, termasuk asam aminolevulinik dehidratase dan ferroselatase. Timbal
juga menjadi penyebab penurunan waktu bagi kelangsungan hidup sel darah merah.
c) Ginjal
Paparan timbal dosisi tinggi kronis, yang biasanya diasosiasikan dengna
konsentrasi timbal dalam darah lebih dari 80 g/dl selama beberapa bulan atau
rahun, dapat mengakibatkan fibrosis dan nefroskelrosis interstisial pada ginjal.
Nefropati timbal dapat mencapai periode laten sampai bertahu-tahun. Timbal dapat
mengubah pengeluaran asam urat melalui ginjal, sehingga menyebabkan
kekambuhan gout arthritis. Paparan timbal dosis tinggi akut dapat menyebabkan
disfungsi tubulus akut yang reversible.
d) Organ reproduksi
Konsentrasi timbal dalam darah yang relative rendah pada wanita hamil ( 12
17 g/dl) sudah dapat berpengaruh pada perkembangan neurologis dari janin dan
fungsi kognitif selanjutnya dari si anak. Beberapa penelitian, paparan timbal
maternal diasosiasikan dengan peningkatan angka keguguran, penurunan masa
kehamilan, dan berat badan lahir rendah. (Borja-Aburto dkk, 1999). Pada pria,
konsentrasi timbal dalam darah (>40 g/dl) dapat menurunkan atau kelainan pada
produksi sperma.
e) Saluran cerna
Paparan timbal relative rendah dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan,
sembelit, dan diare. Pada dosis tinggi dapat terjadi nyeri abdomen kolik berat (kolik
timbal) secara intermitten. Mekanismenya melibatkan kontraksi spasmodic dari otot
polos dinding usus.
f) Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah merupakan salah variable yang paling sensitif terhadap paparan
timbal kronis. Kadar timbal dalam darah 7 g/dl sudah diasosiasikan dengan

peningkatan risiko hipertensi. Mekanismenya dihubungkan dengan perubahan


fungsi otot polos dari pada dengan curah jantung.
2.4 Bentuk Utama Intoksikasi Timbal
2.4.1 Keracunan timbal anorganik
1) Keracunan timbal anorganik akut
Dewasa ini keracunan timbal anorganik akut sudah jarang terjadi. Hal ini
biasanya terjadi akibat inhalasii industri dari sejumlah asap oksida atau pada
anak kecil, atau akibat masuknya sejumlah besar dosis oral pada cat yang
mengandung timbal. Biasanya membutuhkan waktu beberapa hari atau
minggu dari paparan ulang dan menunjukkan gejala ensefalopati atau kolik.
Dijumpai anemia hemolitik

dan peningkatan aminotransferase hati . Pada

presentasi subakut, ditandai pusing, lelah, kram perut, mialgia, dan artralgia,
sering disalahartikan sebagai penyakit virus sejenis flu sehingga lolos dari
perhatian medis. Diagnosis keracunan timbal anorganik akut sulit ditegakkan
dan tegantung pada gejala yang menonjol.
2) Keracunan timbal anorganik kronis
Pasien dengan intoksikasi timbal kronis biasanya menunjukkan temuan yang
multisistemik, termasuk keluhan konstitusional anoreksia, lelah dan malaise
atau depresi. Gejala yang dialami kadang pasien menderita sakit kepala,
nyeri abdomen, dan anemia dan terkadang juga mengalami neuropati
motorik, gout, dan gangguan ginjal. Intoksikasi timbal kronis hendaknya
dipertimbangkan pada anak yang menderita kurang fungsi neurokognitif,
serta pertumbuhan dan perkembangan lambat. Diagnosis tersebut harus
ditegaskan lagi melalui pengukuran kadar timbal dalam darah secara
keseluruhan. Meskipun tes ini mencerminkan keberadaan timbal yang
beredar dalam darah dan jaringan lunak, dan belum tentu menandakan
paparan timbal yang baru atau kumulatif, kebanyakan pasien dengan
penyakit akibat timbal memiliki konsentrasi timbal dalam darah di atas batas
normal.
2.4.2 Keracunan timbal organik (Organotimbal)

Keracunan timbal organik biasanya disebabkan oleh timbal tetraetil atau


tetrametil, yang digunakan sebagai agen antiknock pada beberapa macam bensin.
Komposisi timbal orngaik, misalnya timbal stearate atau timbal naphtenate,
digunakan dalam proses kimia komersial tertentu. Timbal organik cepat sekali
menguap dan dapat larut dalam lemak. Sehingga cepat diserap oleh kulit dan saluran
pernapasan. Keracunan parah terjadi akibat secara sengaja menghirup atau
menghembus bensin yang mengandung timbal. Karenanya gangguan pada SSP akut
dapat terjadi. Hal ini berlangsung cepat menyebabkan insomnia, halusinasi, delirium,
gemetar, konvulsi, bahkan kematian. Keadaan tersebut dapat disalahartikan sebagai
putus alkohol berat. Timbal tetraetil dan tetrametil dimetabolisme menjadi timbal
trialkil dan timbal anorganik, yang dianggap menyebabkan sindrom keracuan akut.
Pada keracunan timbal organik, kadar timbal dalam urin dan darah relative kurang
berarti, tetapi mungkin dapat mengalami peningkatan.
2.5 Pengobatan Keracunan Timbal
Terapi keracunan timbal dilakukan dengan natrium kalsium edetat atau
penisilamin. Pada kasus yang lebih ringan digunakan natrium sitrat, yang digunakan
dengan cara yang sama mengubah timbal menjadi senyawa kompleks yang tak
beracun.
Pengobatan keracunan timbal anorganik meliputi penghentian paparan dengan
segera perawatan suportif dan penggunaan terapi khelasi secara bijaksana. Ensefalopati
adalah suatu darurat medis. Yang memerlukan perawatan pendukung intensif dan anti
kejang untuk serangan tiba-tiba. Edema serebral daapt di perbaiki dengan pengobatan
kortikosteroid dan mannitol. Lairan urine yang cukup harus tetap di jaga namun hidrasi
yang berlebihan seharusnya di hindari edetate calcium disodium secara intravena atau
intra muskular di berikan dengan dosis 1500mg/hari melalui infus kontinu atau dengan
dosis yang di bagi 2 atau tiga selama 5 hari sejumlah dokter menyaran kan pengobatan
khelasi untuk ensefalopati timbal yang di mulai dengan suntikan intramuskular dengan
dimecraprol, dan setelah 4 jam di ikuti dengan pengobatan dimercapol dan EDTA
secara bersamaan. Khelasi parental di batasi sampai 5 hari atau kurang. Setelah itu
dapat di berikan pengobatan oral dengan chelator lain yaitu succiner. Pada intoksikasi

timbal yang simbtomatik tanpa ensefalopati pengobatan kadang dimulai dengan


succiner. Tujuan khelasi biasanya merupakan pemulihan gejala atau pengembalian
konsentrasi timbal dalam darahke khisaran pramorbid. Pada pasien dengan paparan
kronis , penghentian khelasi dapat diikuti oleh naiknya kembali konsentrasi dalam
darah karena timbal diseimbangkan kembali dari cadangan timbal dalam tulang.
Sementara kebanyakan para dokter mendukung pengobatan khelasi untuk pasien
simtomatik dengan peningkatan konsentrasi timbal dalam darah, keputusan untuk
memberikan khelat pada pasien asimomatik lebih kontroversial. CDC belum lama ini
merekomendasikan khelasi untuk semua anak-anak yag memiliki konsentrasi timbal
dalam darah 45 g/dL atau lebih. Penggunaan agen khelasi profilaksis di tempat kerja
seharusnya tidak menghentikan upaya penurunan atau pencegahan paparan berlebihan.
Pengobatan awal pada keracunan timbal organik terdiri dari dekontaminasi kulit
dan mencegah paparan lebih lanjut. Pengobatan seizure memerlukan penggunaan
antikejang yang tepat. Khelasi empiris dapat di coba bila terdapat konsentrasi timbal
yang tinggi dalam darah.
2.6 Identifikasi Timbal dalam Darah
Analisis konsentrasi timbal dalam darah dapat dilakukan secara kualitatif dengan
memanfaatkan penggunaan instrument AAS maupun spektro UV. Spektrofotometer
Serapan Atom (AAS) adalah alat yang digunakan pada analisis penentuan unsur-unsur
logam dan metaloid berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.
Beberapa persiapan pengujian atau pemeriksaan kadar timbal dalam sampel darah
menggunakan metode AAS Shimadzu AA 6300 PC:
a) Reagen: larutan HCl 1 N, Pb(NO3)2, HNO3, dan Natrium EDTA
b)

Larutan induk timbal (Pb): ditimbang 0,1599 g Pb(NO3)2, kemudian dimasukan ke


dalam labu ukur 1000 mL. Ditambah 2 mL aquades, bila perlu dipanaskan pelanpelan, kemudian diencerkan dalam labu ukur sampai tepat tanda batas. Diperoleh
larutan induk Pb 1000 ppm.

c)

Larutan baku timbal (Pb): dipipet 10 mL larutan induk ke dalam labu ukur 100 mL,
add sampai tepat tanda batas. Didapat baku Pb 100 ppm. Dipipet 10 mL larutan
induk 100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL, add sampai tepat tanda batas. Didapat

baku Pb 10 ppm. Dipipet 10 mL Pb 10 ppm ke dalam labu ukur 100 mL, add
sampai tepat tanda batas. Didapat baku Pb 1 ppm.
d)

Larutan standar: dengan menggunakan buret mikro, dipipet masing-masing 0,9 mL,
2 mL, 5 mL, 7 mL, 9 mL, dan 12 mL dari larutan baku Pb 10 ppm ke dalam labu
ukur 100 mL, kemudian add sampai tepat tanda batas. Maka diperoleh larutan
standar dengan konsentrasi Pb 0 ppm, 0,09 ppm, 0,2 ppm, 0,5 ppm, 0,7 ppm, 0,9
ppm, 1,2 ppm.

e)

Pembuatan Sampel Buatan:

Disiapkan 7 buah cawan pijar untuk 7 konsentrasi yang akan dibuat

Dengan menggunakan mikropipet, dipipet masing-masing 0,00 mL, 0,18 mL,


0,4 mL, 1,0 mL, 1,4 mlL, 1,8 mL, dan 2,4 mL dari larutan baku Pb 1 ppm ke
dalam masing-masing cawan pijar, kemudian ditambahkan darah hingga
masing-masing volume dalam cawan pijar menjadi 2 mL. Maka diperoleh
konsentrasi Pb 0 ppm, 0,09 ppm, 0,2 ppm, 0,5 ppm, 0,7 ppm, 0,9 ppm, 1,2 ppm
dalam masing-masing sampel darah.

Kemudian dikeringkan pada suhu 135-150oC (untuk menguapkan sebanyak


mungkin zat organik yang ada). Perlahan-lahan naikan suhu sampai 500oC
hingga menjadi abu.

Cawan dipindahkan pada suhu kamar, perlahan ditambahkan 0,5 mL HNO3 ,


lalu diaduk dan dikeringkan kembali diatas api sedang.

Cawan dipindahkan pada furnace, lalu perlahan suhu dinaikan hingga 500 oC,
biarkan 1 jam..

Lalu cawan dipindahkan ke tempat dingin, dicuci kembali dengan HNO 3 jika
perlu untuk membersihkan abu partikel C bebas.

Ditambahkan 1 mL HCl 1 N ke dalam abu kemudian panaskan diatas hot plate,


kemudian didinginkan pada suhu kamar.

Sampel dalam cawan tersebut kemudian di saring ke dalam ke labu ukur 10 mL.

Residu yang tertinggal dalam cawan dibilas 1-2 kali menggunakan HCl 1 N 0,5
mL dikocok dan dinginkan. Begitu juga dengan residu dalam kertas saring,
dicuci dengan HCL encer.Filtrat dimasukan ke dalam labu ukur.


f)

Sampel dalam labu ukur diencerkan dengan HCL 1N sampai batas volume.

Blanko: 2 mL HNO3 dalam cawan pijar dikeringkan diatas hot plate, residu
ditambahkan HCl 1 N, dimasukan ke dalam labu ukur 10 mL, lalu dikocok. Residu
yang berhasil dipanaskan dicuci 1-2 kali menggunakan HCl 1 N, lalu dikocok.
Kemudian dibiarkan hingga dingin, lalu diencerkan dengan HCl 1 N hingga batas
volume.

g)

Pembuatan standar kurva

Satu seri volume kalibrasi dari larutan standar disiapkan.

Alat AAS diatur dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan.

Satu persatu larutan kerja diisapkan kedalam AAS melalui pipa kapiler,
kemudian dibaca dan catat masing-masing absorbannya.

h)

i)

Dibuat kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan persamaan garis lurusnya.

Pemeriksaan Blanko

Dibuat satu seri blanko dalam 7 tabung

Diisapkan satu persatu ke AAS dan catat absorbannya

Uji Kadar Timbal

Diisapkan larutan uji satu persatu ke dalam AAS melalui pipa kapiler.

Dibaca dan catat absorbannya.

Lakukan replikasi sampel

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Kadar timbal dalam darah berlebih dapat membahayakan kesehatan manusia.

2) Penanganan yang benar disertai pengetahuan yang cukup dapat menurunkan tingkat
resiko keracunan timbal.
3) Dua kategori timbal berbahaya bagi kesehatan adalah timbal organik dan timbal
non-organik.

DAFTAR PUSTAKA

1) Katzung. Bertram G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Diterjemahkan


oleh: Bagian Farmakologi FK Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika.
2) Landrigan PJ: Toxicity of lead at low dose. Br J Ind Med 1989;46:593.
3) Borja Aburto VH et al: Blood le

4) ad levels measured prospectively and risk of spon-Cory-Slechta DA, Weiss B: Efficacy


of the chelating agent CaEDTA in reversing lead-induced change in behavior.
Neurotoxicologi 1990;10:685.
5) Kosnett MJ et al: Factors influencing hone lead concentracion in a suburban
community assessed by noninvasive K x-ray fluorescence. JAMA 1994:271:197.
6) Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi 5. Diterjemahkan oleh: Mathilda B.
Widianto dan Anna Setiadi Ranti. Bandung: ITB.
7) https://ninjabiru.wordpress.com/2008/05/29/proposal-kti-validasi-metodepemeriksaan-timbal-darah-dengan-aas/.Diakses tanggal 30 April 2016.

Anda mungkin juga menyukai