Tinjauan Pustaka Dan Penapisan Fitokimia
Tinjauan Pustaka Dan Penapisan Fitokimia
1. Tinjauan Pustaka
a. Tinjauan Botani
i. Taksonomi
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Genus: Zingiber
Sumber : www.wyndhamhealth.com
ii. Morfologi
Jahe
merupakan
tumbuhan herba dengan rhizome digitatus yang terletak di
bawah tanah, memiliki batang hingga 1,5 meter dengan daun
lanseolat linier (panjang 5-30 cm dan lebar 8-20 mm), dengan
susunan alternate, halus dan berwarna hijau pucat. Tangkai
bunga lebih pendek daripada tangkai daun dan terhubung
dengan beberapa bunga, setiap bunga dikelilingi dengan braktea
tipis. Setiap buga memperlihatkan calyx superior tubular,
terbelah sebagian pada satu sisi; corolla kuning oranye terbagi
menjadi 3 oblong linier, lobus tumpul; 6 staminoda dalam 2
baris. Buah merupakan kapsul dengan biji arillate kecil.
Rhizoma jahe memiliki panjang 3-16 cm, lebar 3-6 cm dan
tebal hingga 2 cm. Jahe memiliki cabang simpodial dan
permukaan luarnya berwarna kuning pucat atau cokelat muda
dengan serat lurik. Cabang yang disebut dengan jari muncul
dari rhizome, pipih, obovate, pendek, mengandung tepung.
Cekungan kecil melingkar pada bagian tunas terlihat dan
terdapat permukaan retak yang menunjukkan kulit yang sempit,
endodermis yang telah berkembang dan stele yang luas, dengan
titik sel sekresi yang berwarna kuning. Endodermis kuning
memisahkan korteksi sempit dari stele yang luas. Pada bagian
dalam jahe juga terlihat jaringan fibrovaskular, sel-sel oleoresin
dengan isi yang berwarna kuning, dan juga titik-titik keabuan
yang lebih besar. Jahe memiliki bau yang khas, aromatik, dan
pedas.
iii. Organoleptik
Rhizoma jahe memiliki bau khas aromatik, rasa aromatik
dan tajam, dan berwarna kuning pucat hingga cokelat pada
bagian dalam.
iv. Mikroskopik
Jaringan gabus adalah lapisan terluar jahe dengan sel
parenkima berdinding tipis yang tidak teratur dan berwarna
coklat tua. Jaringan gabus bagian dalam memiliki lapisan yang
lebih sedikit dan sel parenkima teratur dalam baris radial yang
tidak berwarna yang mengandung granul pati. Felogen kurang
jelas dan korteks terdiri dari parenkima bulat berdinding tipis
dengan ruang interselular yang memiliki zat pati berlimpah. Zat
pati ini sederhana, ovatus dan berbentuk kantung. Sebagian
oleoresin berwarna coklat kekuningan yang terlihat dengan
bundel kolateral fibrovaskular. Endodermis terlihat jelas tanpa
pati dan terdiri dari lapisan tunggal tangensial sel yang
memanjang berisi suberin, berwarna coklat pucat, dinding sel
tipis. Pada bawahnya terdapat jaringan dasar, cincin zona
sempit bundel vaskular yang tidak dilindungi serabut
sklerenkim. Jaringan dasar itu mengandung sel parenkima besar
yang banyak terdapat pada pati, oleoresin berwarna kuning dan
bundel fibrovaskular. Floem memiliki elemen penyaring yang
telah berkembang dan xilem terdiri dari pembuluh, trakeid spiral
atau retikular tanpa lignin. Serat tidak memiliki lignin, berbintikbintik dan terpisah.
Gambar 4. Gingerol
Gambar 5.
Shogaol
Sumber : Textbook of Pharmacognosy and Phytochemistry
c. Tinjauan Farmakologi
Jahe pada umumnya diberikan dalam bentuk bubuk, ekstrak,
tablet, atau tinktur. Jahe dapat digunakan sebagai antiemetik, inotropik
positif, spasmolitik, stimulan aromatik, karminatif, dan agen perisa.
Jahe dapat juga digunakan untuk dispepsia, flatulen, kolik, muntahmuntah, diare, perut kembung atau sakit, batuk, kedinginan dan asma.
Jahe bubuk digunakan untuk pengobatan flu dan pilek, untuk
meningkatkan nafsu makan, antagonis narkotik, dan anti-inflamasi
pada penyembuhan migraine dan reumatik serta penyakit muskular.
Permen jahe banyak digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan,
suara serak, dan suara yang hilang. Pada zaman dahulu, tanpa bukti
klinis
atau
eksperimen,
jahe
dipercaya
dapat
membantu
menyembuhkan katarak, sakit gigi, insomnia, kebotakan, dan juga
hemorrhoid.
Penapisan Fitokimia
1. Pemeriksaan Karbohidrat
Pada larutan karbohidrat dari simplisia jahe ditambahkan larutan
Fehling A dan B dengan volume yang sama. Uji ini digunakan untuk
membedakan gugus aldehid atau keton dari simplisia. Setelah dipanaskan,
endapan merah bata akan terbentuk jika hasil positif.
2. Pemeriksaan Alkaloid
Simplisia dilarutkan dalam HCl 10% dan difiltrasi. Filtrat ditambahkan
amonia 25%, lalu dilakukan ekstraksi dengan kloroform hingga terbentuk
lapisan kloroform dan air. Kemudian lapisan kloroform diuapkan hingga
diperoleh residu. Residu dilarutkan HCl 10% dan dimasukkan ke dalam 2
tabung. Masing masing tabung diberi pereaksi Dragendorf dan Mayer. Pada
pemberian pereaksi Dragendorf akan menghasilkan endapan jingga dan
pereaksi Mayer akan menghasilkan endapan putih. Perlu diperhatikan adanya
hasil positif palsu pada Dragendorf (kumarin jingga pucat) dan Mayer
(protein ada endapan jika diberi etanol) atau hasil negatif palsu yaitu
adanya alkaloid kuarterner pada lapisan air.
3. Pemeriksaan Flavonoid
Simplisia dilarutkan dalam air dan difiltrasi. Filtrat ditambahkan serbuk
Magnesium dan larutan HCl. Lalu campuran dicampurkan dengan amil
alkohol sehingga akan menghasilkan warna merah/kuning/jingga bergantung
pada kandungan flavonoid. Prinsip reaksi ini didasarkan pada Cyanidin
Willstatter untuk mendeteksi gugus -benzopiron pada flavonoid.
4. Pemeriksaan Saponin
Sumber :