Anda di halaman 1dari 3

5 Tokoh Pelopor KAA 1955

April 24, 2015

Artikel

admin

Tahun 1955, konstelasi politik dunia sedang terjadi ketegangan antara blok Barat yang digawangi
Amerika dan blok Timur yang dikawal Uni Soviet. Waktu itu dunia tegang. Amerika Serikat
berkonflik dengan Uni Soviet, yang populer disebut dengan Perang Dingin. Semua negara
terpecah antara mendukung Amerika atau Soviet. Mayoritas bangsa Amerika dan Eropa Barat
mendukung Amerika sedangkan bangsa Eropa Timur berafilialiasi dengan Moskow.
Bangsa yang ada di Asia dan Afrika berada di persimpangan jalan. Sebagian besar lebih ingin
memainkan posisi netral atau non Blok. Apalagi sebagian bangsa di dua benua ketiga ini masih
berjuang untuk mendapat kemerdekaan dari bangsa Barat. Sehingga waktu itu ada dua idelogi
yang berkembang di dunia yakni demokrasi ala Barat dan Komunisme ala Moskow.

Karena perlu ada sikap dari bangsa dunia ketiga maka muncul ide diadakan pertemuan dua benua
yakni Asia-Afrika. Ide membuat Konferensi Asia-Afrika datang ketika Ali Sastroamidjojo
menerima surat dari Perdana Menteri Sri Lanka John Kotelawala pada awal 1954. Kotelawala
mengajak Perdana Menteri Ali, PM India Jawaharlal Nehru, PM Birma (kini Myanmar) U Nu,
dan PM Pakistan Muhammad Ali bertemu untuk menurunkan ketegangan di Indocina (sekarang
Vietnam).
Ali Sastroamidjojo menyebut lima perdana menteri ini sebagai Panca Lima, yang nantinya
menjadi penggagas Konferensi Asia-Afrika 1955. Namun jalan ke sana tidaklah mudah.
Kotelawala mengusulkan lima perdana menteri itu bertemu di Kolombo, Sri Lanka. Ali
Sastroamidjojo menyanggupi datang dengan tujuan menggagas kemungkinan pertemuan para
kepala negara yang lebih besar.
Ali dan rombongan berangkat ke Kolombo pada 26 April 1954. Presiden Sukarno berpesan
secara khusus kepada Ali agar memperjuangkan ide membuat konferensi yang lebih besar
daripada pertemuan Kolombo. Sukarno punya rencana lebih besar, menyingkirkan setiap bentuk
penjajahan. Kalau mereka tak mau, biar kita sendiri yang menyelenggarakannya, kata Sukarno,
seperti dikutip Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri Roeslan Abdulgani dalam
bukunya, The Bandung Connection.
Di Kolombo, meski empat perdana menteri lain berfokus pada penyelesaian konflik Cina dan
Amerika Serikat yang berebut Vietnam, Ali menekankan pentingnya sebuah pertemuan besar
semua negara Asia-Afrika jika ingin konflik itu berakhir. Sebab, saya yakin bahwa soal-soal
dunia tidak dihadapi oleh bangsa-bangsa Asia saja, melainkan bangsa-bangsa Afrika juga, kata
Ali dalam bukunya, Tonggak-tonggak di Perjalananku.
Menurut Ali, ide itu disetujui para perdana menteri. Namun mereka menganggap ide itu sulit
terealisasi. Alasannya, peserta yang banyak dengan beragam kepentingan akan sulit menentukan
topik konferensi. Akan susah pula memilih peserta yang diundang karena sebagian negara AsiaAfrika terbelah akibat Perang Dingin.
Ali pantang mundur. Ia meyakinkan mereka bahwa pemerintah Indonesia sanggup
mengerjakannya. Atas saran Nehru, konferensi menyetujui untuk memberikan dukungan moril
sepenuhnya kepada Indonesia, ujar Ali. Seusai sidang Kolombo, Ali gencar melobi negaranegara Asia-Afrika sembari terus meyakinkan Nehru dan U Nu. Nehru bulat mendukung Ali dan
bahkan mengatakan konferensi itu perlu dipercepat.
Di Jakarta Ali bergerak cepat. Ia mengirim undangan kepada para perdana menteri tadi untuk
berkunjung ke Jakarta menyiapkan konferensi itu. Panca Lima bertemu di Bogor pada 28-29
September 1954.Sidang Panca Lima menyepakati pemerintah Indonesia sebagai pengundang
KAA dan panitia penyelenggara. Mereka membentuk pula sekretariat bersama beranggotakan
duta besar keempat negara di Indonesia dengan ketua Roeslan Abdulgani.
Konferensi itu digelar di Gedung Merdeka Bandung. Jumlah resmi peserta pertemuan itu 29
negara. Kelak, pada 1961, konferensi ini mengilhami Gerakan Non-Blok karena ketegangan
Blok Barat dan Timur tak juga mereda. Konferensi Tingkat Tinggi AsiaAfrika (disingkat KTT
Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi
antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan.
Berikut 5 Tokoh Pelopor Konferensi AsiaAfrika :
Ali Sastroamidjojo Indonesia
Ali Sastroamidjojo, SH (EYD: Ali Sastroamijoyo) (lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903
meninggal di Jakarta, 13 Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah tokoh politik, pemerintahan,
dan nasionalis. Ia mendapatkan gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) dari Universitas
Leiden, Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat

dua kali menjabat pada periode 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957
(Kabinet Ali Sastroamidjojo II).
Mohammad Ali Bogra Pakistan
Muhammad Ali Bogra (lahir 19 Oktober 1909 meninggal 23 Januari 1963 pada umur 53 tahun)
( Bengali: Urdu) adalah Perdana Menteri Pakistan pada 1953-1955. Ia turut mempelopori
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 bersama dengan
beberapa tokoh dari negara lain. Dalam pidatonya di KAA, Muhammad Ali Bogra menyerukan
kepada para peserta yang hadir tentang pentingnya adanya perdamaian antara negara dan
penghapusan terhadap adanya kolonialisme di dunia ini.
Jawaharlal Nehru India
Jawaharlal Nehru (bahasa Hindi:dibaca [darlal neru]; lahir 14 November 1889
meninggal 27 Mei 1964 pada umur 74 tahun) merupakan negarawan India yang pertama (dan
yang paling melayani terlama) sebegai perdana menteri India dari tahun 1947 sampai 1964.
Sebagai tokoh terkemuka dalam kemerdekaan gerakan kemerdekaan India, Nehru terpilih oleh
Partai Kongres untuk memangku jabatan Perdana Menteri independen India yang pertama, dan
terpilih kembali saat Partai Kongres memenangkan pemilihan umum pertama India pada tahun
1952. Sebagai salah satu pendiri Gerakan Nonblok, dia juga seorang tokoh penting dalam politik
internasional di era pasca-perang. Dia sering disebut Pandit Nehru (pandit dalam bahasa
Sanskerta dan Hindi artinya sarjana atau guru) dan khususnya di India, sebagai Panditji
(dengan -ji menjadi akhiran nama kehormatan).
John Kotelawala Sri Lanka
Jenderal Sir John Kotelawala (lahir 4 April 1897 meninggal 2 Oktober 1980 pada umur 83
tahun) adalah seorang politikus, tentara, dan Perdana Menteri Sri Lanka ketiga sejak 1953 hingga
1956. Ia adalah mantan Jenderal yang pernah mengeyam pendidikan teknik sipil di sebuah
Universitas di Sri Langka. Dalam percaturan politik dunia John Kotelawala ikut memprakrasai
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955. Dalam KAA, ia
berpidato mengkritik kepemilikan senjata nuklir oleh barat dan mengajak peserta konferensi
untuk ikut dalam menjaga perdamaian dunia.
U Nu Myanmar
U Nu (lahir 25 Mei 1907 meninggal 14 Februari 1995 pada umur 87 tahun) adalah perdana
menteri pertama Myanmar. Ia ikut mempelopori Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KAA)
di Bandung pada tahun 1955 dengan beberapa tokoh lain dari beberapa negara. U Nu menjabat
sebagai perdana menteri hingga tahun 1962 dengan diselingi oleh tokoh lain dalam posisi itu.
Sebagai tokoh politik ia bersahabat dengan mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) U Thant yang juga temannya di Universitas Rangoon. Selain sebagai politisi U Nu
adalah seorang novelis yang cukup banyak karyanya. (DP)

Anda mungkin juga menyukai