Referat Resusitasi Jantung Paru
Referat Resusitasi Jantung Paru
Pembimbing:
Disusun Oleh :
Benna Ardiani Renwarin
110.2007.060
1 | Page
KATA PENGANTAR
Assalamua`alaikum, Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun tugas referat
yang berjudul Resusitasi Jantung Paru. Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik
isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat yang lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ruby Satria
Nugraha, Sp.An, Mkes dan dr. Uus Rustandai, Sp.An sebagai pembimbing dalam penyusunan
referat ini.
Wassalamu`alaikum, Wr. Wb
Penulis,
2 | Page
DAFTAR ISI
Judul
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Indikasi............................................................................................................3
2.2.1 Henti Napas......................................................................................3
2.2.2 Henti Jantung....................................................................................4
2.3 Sistem Pernapasan dan Sirkulasi.....................................................................5
2.4 Resusitasi Jantung Paru...................................................................................6
2.5 Bantuan Hidup Dasar......................................................................................7
2.5.1 A (Airway) Jalan Napas....................................................................10
2.5.2 B (Breathing) Bantuan Napas...........................................................11
2.5.3 C (Circulation) Bantuan Sirkulasi....................................................12
2.5.4 D (Defibrilation) Terapi Listrik........................................................15
2.6 Panduan RJP 2010...........................................................................................16
2.6.1 Menekankan pada RJP yang berkualitas dan secara terus menerus. 16
2.6.2 Perubahan dari A-B-C menjadi C-A-B.............................................17
2.6.3 Rata-rata Kompresi...........................................................................18
2.6.4 Kedalaman Kompresi.......................................................................18
2.6.5 Dengan Tangan saja (Only Hands CPR)...........................................19
2.6.6 Identifikasi pernapasan agonal pengantar.........................................20
2.6.7 Penekanan Krikoid............................................................................20
2.6.8 Aktivasi Emergency Responses System............................................20
2.6.9 Tim Resusitasi...................................................................................21
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
3 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Resusitasi jantung paru adalah serangkaian penyelamatan hidup pada henti jantung. Walaupun
pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung penyelamat, korban, dan keadaan
sekitar, tantangan mendasar tetap ada, yaitu bagaimana melakukan RJP yang lebih dini, lebih
cepat dan lebih efektif. Untuk menjawabnya, pengenalan akan adanya henti jantung dan tindakan
segera yang harus dilakukan menjadi prioritas dari tulisan ini.1
Henti jantung menjadi penyebab utama kematian di beberapa Negara. Terjadi baik di luar
rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Diperkirakan 350.000 orang meninggal per tahunnya
akibat henti jantung di Amerika dan Kanada. Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang
diperkirakan meninggal akibat henti jantung dan tidak sempat di resusitasi. Walaupun usaha
4 | Page
untuk melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak
dilakukannya resusitasi. 1,2
Sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa, tetapi ribuan bayi dan anak juga
mengalaminya setiap tahun. Henti jantung akan tetap menjadi penyebab utama kematian yang
premature, dan perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan menjadi ribuan nyawa yang
dapat diselamatkan setiap tahun. 1,2
Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam
bidang kesehatan. Ini bermaksud bahwa RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para
medis dan juga orang awam. 1,2
Menurut American Heart Associaton, rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan
tindakan jantung paru, karena penderita yang diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat
besar untuk data hidup kembali . 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Resusitasi Jantung Paru yang biasa kita kenal dengan nama RJP atau Cardiopulmonary
Resuscitation adalah usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi akibat
terhentinya fungsi dan atau denyut jntung. Resusitasi sendiri berarti menghidupkan kembali,
dimaksudkan sebagai usaha-usaha untuk mencegah berlanjutnya episode henti jantung menjadi
kematian biologis. Dapat diartikan pula sebagai usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasn
dan atau sirkulasi yang kemudian memungkinkan untuk hidup normal kembali setelah fungsi
pernafasan dan atau sirkulasi gagal.3
5 | Page
2. 2 Indikasi
2.2.1. Henti nafas
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari
korban atau pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup
dasar. Henti nafas dapat terjadi dalam keadaan seperti: 7
-
Pada awal henti nafas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit dan
jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini
diberikan bantuan resusitasi, ini sangat bermanfaat pada korban.3,5,7
2.2.2. Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini
akan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernafasan yang terganggu
merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung. Henti jantung ditandai oleh denyut nadi
besar tak teraba (karotis, femoralis, radialis) disertai kebiruan atau pucat sekali, pernafasan
berhenti atau satu-satu, dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak
sadar. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang
bertujuan untuk:5
6 | Page
Jantung
2.
3.
7 | Page
Jantung berfungsi untuk memompa darah dan kerjanya sangat berhubungan erat dengan
sistem pernafasan, pada umumnya semakin cepat kerja jantung semakin cepat pula frekuensi
pernafasan dan sebaliknya.7,8
Jantung dapat berhenti bekerja karena banyak sebab,diantaranya:
1.
Penyakit jantung
2.
Gangguan pernafasan
3.
Syok
4.
5.
Penurunan kesadaran
8 | Page
RJP secara tradisional telah menggabungkan kompresi dan nafas buatan dengan tujuan
untuk mengoptimalkan sirkulasi dan oksigenasi. Karakteristik penolong dan penderita dapat
mempengaruhi aplikasi yang optimal dari komponen RJP.8,9
Semua orang dapat menjadi penolong untuk penderita henti jantung. Kompresi dada
merupakan dasar dari RJP. Semua penolong, tanpa melihat telah mendapat pelatihan atau tidak,
harus memberikan kompresi dada pada setiap penderita henti jantung. Karena sangat penting,
kompresi dada harus menjadi tindakan awal pada RJP untuk setiap penderita pada semua usia.
Penolong yang telah terlatih harus berkoordinasi dalam melakukan kompresi dada bersamaan
dengan ventilasi, sebagai suatu tim.8
Sebagian besar henti jantung pada dewasa terjadi secara tiba-tiba, sebagai akibat dari
kelainan jantung, sehingga sirkulasi yang dihasilkan dari kompresi dada menjadi sangat penting.
Berlawanan dengan hal itu, henti jantung pada anak-anak seringkali karena asfiksia, dimana
membutuhkan baik ventilasi maupun kompresi dada untuk hasil yang optimal. Dengan demikian
nafas buatan pada henti jantung menjadi lebih penting untuk anak-anak daripada untuk dewasa.8
2.5. Bantuan Hidup Dasar
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital
seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung
dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal. Resusitasi mencegah agar
supaya sel-sel tidak rusak akibat kekurangan oksigen. Bantuan hidup dasar (Basic Life Support)
atau resusitasi ABC atau resusitasi kardiopulmoner berarti menjaga jalan napas tetap paten (A),
membuat napas buatan (B) dan membuat sirkulasi buatan dengan pijatan jantung (C). Tindakan
9 | Page
ini dilakukan tanpa alat atau dengan alat yang sederhana dan harus dilakukan dengan cepat
dalam waktu kurang dari 4 menit pada suhu normal secara baik dan terarah.3
a. Dalam fase I ini terdiri dari langkah yang di A (airway), B (breathing), C
(circulation).
- A (airway )
: menjaga jalan nafas tetap terbuka
- B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
- C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru
b. Fase II : Advance Life Support (ALS), yaitu BLS ditambah dengan D (drug) dan E
(EKG)
- D ( drugs )
- E ( EKG )
fibrilasi ventrikel.
c. Fase III : Prolonged Life Support (PLS), yaitu penambahan dari BLS dan ALS, G
(gauge), H (head), I (Intensive care).
- G ( gauge ) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara
-
Sebelum melakukan tahapan A (airway) terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada
pasien/korban, yaitu:
a. Memastikan keamanan lingkungan
Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.
b. Memastikan kesadaran pasien/korban
10 | P a g e
sebagai
satu
kesatuan
yang
utuh
untuk
mencegah
cedera/komplikasi.
e. Mengatur posisi penolong
Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien/korban agar pada ssat
memberikan batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak
pergerakan.
11 | P a g e
12 | P a g e
(a)
(b)
Gambar 2. Pembebasan Jalan Nafas teknik Head tilt chin lift (a) dan tehnik jaw thrust manuver (b)
1.
Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua
atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke
arah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selam 5 10 detik. Bila teraba penolong
harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit. Bila
ada nafas pertahankan airway pasien/korban.7,8
2.
Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau kompresi jantung
luar dengan cara:
-
Tiga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga pasien/korban
yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum).
Dari tulang dada (sternum) diukur 2- 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat
pasien/korban.
Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga
dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan
16 | P a g e
Nyalakan AED
Ikuti petunjuk
PENILAIAN ULANG
Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien/korban dievaluasi kembali :
-
Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 : 2
Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi sisi mantap
Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas sebanyak 12
kali permenit dan monitor denyut jantung setiap saat.
Gambar 8. Defibrilasi
2.6. Panduan RJP 2010
2.6.1. Menekankan pada RJP yang berkualitas secara terus menerus
AHA Guidelines for CPR and ECC 2010 mengutamakan kebutuhan RJP yang berkualitas
tinggi, hal ini mencakup:
17 | P a g e
a. Kecepatan kompresi paling sedikit 100 x/menit (perubahan dari kurang lebih 100
x/menit)
b. Kedalaman kompresi paling sedikit 2 inchi (5 cm) pada dewasa dan paling sedikit
sepertiga dari diameter anteroposterior dada pada penderita anak-anak dan bayi (sekitar
1,5 inchi [4cm] pada bayi dan 2 inchi [5cm] pada anak-anak)
Batas antara 1,5 hingga 2 inchi tidak lagi digunakan pada dewasa, dan kedalaman mutlak
pada bayi dan anak-anak lebih dalam daripada versi sebelumnya dari AHA Guidelines for
CPR and ECC
c. Memberi kesempatan daya rekoil dada (chest recoil) yang lengkap setiap kali selesai
kompresi
d. Meminimalisasi gangguan pada kompresi dada
e. Menghindari ventilasi yang berlebihan
Tidak ada perubahan dalam rekomendasi untuk rasio kompresi-ventilasi yaitu sebanyak
30:2 untuk dewasa, anak-anak, dan bayi (tidak termasuk bayi yang baru lahir). AHA Guidelines
for CPR and ECC 2010 meneruskan rekomendasi untuk memberikan nafas buatan sekitar 1
detik. Begitu jalan nafas telah dibebaskan, kompresi dada dapat dilakukan secara terus menerus
(dengan kecepatan paling sedikit 100 x/menit) dan tidak lagi diselingi dengan ventilasi. Nafas
buatan kemudian dapat diberikan sekitar 1 kali nafas setiap 6 sampai 8 detik (sekitar 8-10 nafas
per detik). Ventilasi yang berlebihan harus dihindari. 1,2
2.6.2. Perubahan dari A-B-C menjadi C-A-B
Perubahan yang utama pada BLS, urutan dari Airway-Breathing-Circulation berubah
menjadi Compression-Airway-Breathing. Hal ini untuk menghindari penghambatan pada
pemberian kompresi dada yang cepat dan efektif. Mengamankan jalan nafas sebagai prioritas
utama merupakan sesuatu yang memakan waktu dan mungkin tidak berhasil 100%, terutama
oleh penolong yang seorang diri.
18 | P a g e
Mayoritas besar henti jantung terjadi pada dewasa dan penyebab paling umum adalah
Ventricular Fibrilation atau pulseless Ventricular Tachycardia. Pada penderita tersebut, elemen
paling penting dari Basic Life Support adalah kompresi dada dan defibrilasi yang segera. Pada
rangkaian A-B-C, kompresi dada seringkali tertunda ketika penolong membuka jalan nafas untuk
memberikan nafas buatan, mencari alat pembatas (barrier devices), atau mengumpulkan
peralatan ventilasi. Setelah memulai emergency response system hal berikutnya yang penting
yaitu untuk segera memulai kompresi dada. Hanya RJP pada bayi yang merupakan perkecualian
dari protokol ini, dimana urutan yang lama tidak berubah. Hal ini berarti tidak ada lagi look,
listen, feel, sehingga komponen ini dihilangkan dari panduan.1,2
Dengan merubah urutan menjadi C-A-B kompresi dada akan dimulai sesegera mungkin
dan ventilasi hanya tertunda sebentar (yaitu hingga siklus pertama dari 30 kompresi dada
terpenuhi, atau sekitar 18 detik). Sebagian besar penderita yang mengalami henti jantung diluar
rumah sakit tidak mendapatkan pertolongan RJP oleh orang-orang disekitarnya. Terdapat banyak
alasan untuk hal tersebut, namun salah satu hambatan yang dapat timbul yaitu urutan A-B-C,
yang dimulai dengan prosedur yang paling sulit, yaitu membuka jalan nafas dan memberikan
nafas buatan. Memulai pertolongan dengan kompresi dada dapat mendorong lebih banyak
penolong untuk memulai RJP.
2.6.3. Rata-rata kompresi
Sebaiknya dilakukan kira kira minimal 100 kali/ menit. Jumlah kompresi dada yang
dilakukan per menit selama RJP sangat penting untuk menentukan kembalinya sirkulasi spontan
(return of spontaneous circulation [ROSC]) dan fungsi neurologis yang baik. Jumlah yang tepat
untuk memberikan kompresi dada per menit ditetapkan oleh kecepatan kompresi dada dan
jumlah serta lamanya gangguan dalam melakukan kompresi (misalnya, untuk membuka jalan
19 | P a g e
nafas, memberikan nafas buatan, dan melakukan analisis AED [Automated Electrical
Defibrilator]). 7,8,9
Pada sebagian besar studi, kompresi yang lebih banyak dihubungkan dengan tingginya
rata-rata kelangsungan hidup, dan kompresi yang lebih sedikit dihubungkan dengan rata-rata
kelangsungan hidup yang lebih rendah. Kesepakatan mengenai kompresi dada yang adekuat
membutuhkan penekanan tidak hanya pada kecepatan kompresi yang adekuat, tapi juga pada
meminimalkan gangguan pada komponen penting dari CPR tersebut. Kompresi yang inadekuat
atau gangguan yang sering (atau keduanya) akan mengurangi jumlah total kompresi yang
diberikan per menit.
2.6.4. Kedalaman kompresi
Untuk dewasa kedalaman kompresi telah diubah dari jarak 1 - 2 inch menjadi minimal
2 inch (5 cm). Kompresi yang efektif (menekan dengan kuat dan cepat) menghasilkan aliran
darah dan oksigen dan memberikan energi pada jantung dan otak. Kompresi menghasilkan aliran
darah terutama dengan meningkatkan tekanan intrathorakal dan secara langsung menekan
jantung. Kompresi menghasilkan aliran darah, oksigen dan energi yang penting untuk dialirkan
ke jantung dan otak.
20 | P a g e
Tim Resusitasi
Dibutuhkan suatu tim agar resusitasi berjalan dengan baik dan efektif. Misalnya : satu
Tabel perbandingan dasar BLS pada dewasa, anak-anak dan bayi (termasuk RJP pada neonatus).
22 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
Resusitasi
jantung
paru
adalah
usaha
yang
dilakukan
untuk
apa-apa
yang
mengindikasikan terjadinya henti nafas atau henti jantung. Kompresi dilakukan terlebih dahulu
dalam kasus yang terdapat henti pernafasan atau henti jantung karena setiap detik yang tidak
dilakukan kompresi merugikan sirkulasi darah dan mengurangkan survival rate korban. Prosedur
RJP terbaru adalah kompresi dada 30 kali dengan 2 kali napas buatan. Fase-fase pada RJP adalah
Bantuan Hidup Dasar, Bantuan Hidup Lanjut dan Bantuan terus-menerus. Sistem RJP yang
dilakukan sekarang adalah adaptasi dan pembahauan dari pedoman yang telah diperkenalkan
oleh Peter Safar dan kemudiannya diadaptasi oleh American Heart Association.
23 | P a g e
Daftar Pustaka
1. American Heart Association. 2010. Part 4 Adult Basic Life Support in Circulation
Journal.
2. American Heart Association. 2005. Part 4 Adult Basic Life Supprt in Circulation Journal
3. Latief S.A. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
4. Bantuan Hidup Dasar. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuan-hidupdasar.
5. Siahaan, Olan SM. Resusitasi Jantung Paru dan Otak. Cermin Dunia Kedokteran. 1992.
6. Resusitasi Jantung dan Paru. Diaskes dari
http://itja.wordpress.com/2010/10/07/resusitasi-jantung-paru/.
24 | P a g e
25 | P a g e