DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN REFARAT
UNIVERSITAS HALU OLEO MARET 2019
PENGANIAYAAN
OLEH:
Muhammad Faisal Sarif, S.Ked K1A1 13 091
Kumala Dewi Avryany, S.Ked K1A1 10 042
PEMBIMBING:
dr. Raja Al FathWidyaIswara, MH, Sp.FM
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
sangat penulis harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Raja Al
masalah dan kendala dalam proses penyusunan referat ini dapat teratasi dan
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya serta
dapat dipergunakan sebagai mana mestinya. Atas segala bantuan dan perhatian
baik berupa tenaga, pikiran dan materi pada semua pihak yang terlibat dalam
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB IV ............................................................................................................................. 30
PENUTUP........................................................................................................................ 30
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan penganiayaan menjadi salah satu fenomena yang sulit hilang di
dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai tindakan penganiayaan yang sering
terjadi seperti pemukulan dan kekerasan fisik seringkali mengakibatkan luka
pada bagian tubuh atau anggota tubuh korban, bahkan tidak jarang membuat
korban menjadi cacat fisik seumur hidup termasuk kematian.1
Dewasa ini tindak pidana penganiayaan sudah teramat sering kita dengar
atau kita lihat di berita-berita kriminal atau mungkin ada di antara kita yang
sudah pernah menjadi korban. Bahkan tidak sedikit tindak pidana
penganiayaan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Untuk itu dalam
mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, setidaknya hakim
harus pintar dalam memutuskan hukuman yang dapat membuat pelaku
penganiayaan jera. Sebab tindakan tegas dan ketelitian aparat penegak hukum
untuk memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku kejahatan tindak pidana
penganiayaan apalagi pada kasus-kasus penganiayaan berencana khususnya,
sangat dibutuhkan sebagai penopang rasa keadilan didalam masyarakat, apalagi
menganiaya itu berarti bisa saja menghilangkan hak dasar orang lain.Adanya
pembedaan penganiayaan dan penganiayaan berencana membuat hakim harus
jeli dalam memutuskan suatu kasus yang masuk dalam kategori tersebut karena
rasa keadilan masyarakat tergantung dalam putusan hakim.1
Pembuatan visum et repertum pada kasus perlukaan korban hidup yang
dimintakan oleh penyidik kepada dokter adalah untuk melihat apakah suatu
peristiwa penganiayaan memenuhi rumusan dari Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) seperti penganiayaan (Pasal 351) dan penganiayaan
ringan (Pasal 352), serta rumusan luka berat (Pasal 90) yang dapat mengenai
Pasal 351 ayat (2), Pasal 353 ayat (2), Pasal 354 ayat (1), Pasal 355 ayat (1),
Pasal 360, Pasal 365 ayat (2) angka 4, dan Pasal 365 ayat (4) dan pasal pasal
dalam Undang-undang (UU) selain KUHP).2
Selama periode Tahun 2011–2013, menunjukkan bahwa kejadian terkait
kejahatan terhadap nyawa mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 kejadian
pembunuhan sebanyak 1.467 kasus, lalu sedikit meningkat pada tahun 2012
menjadi sebanyak 1.456 kasus, namun pada tahun 2013 kejadian pembunuhan
menurun menjadi sebanyak 1.386 kasus. Dari sisi kejahatan terhadap fisik
(badan) selama periode 2011-2013 jenis kejahatan yang paling dominan adalah
penganiayaan ringan, diikuti dengan penganiayaan berat.3
Kejadian kejahatan menurut Polda selama periode 2011-2013 terlihat
bahwa kejahatan terhadap nyawa (pembunuhan) tahun 2011 dan 2012 paling
banyak terjadi di wilayah Polda Sumut, sedangkan tahun 2013 banyak terjadi
di wilayah Polda Papua. Hal ini sejalan dengan beberapa jenis kejahatan seperti
kelompok kejahatan terhadap fisik yakni penganiayaan ringan, dan berat,
kelompok kejahatan terhadap hak milik/barang khususnya pencurian dengan
pemberatan, pencurian kendaraan bermotor, pengrusakan barang, pembakaran
dengan sengaja, dan perkosaan pada periode 2011 hingga 2013 paling banyak
terjadi di wilayah Polda Sumut.3
Perkembangan yang hampir serupa selama periode tahun 2005–2011
juga terjadi untuk kejahatan penganiayaan. cakupan kejadian kejahatan
penganiayaan pada masing-masing provinsi dari kisaran sebesar 1,3–15,5
persen pada tahun 2005, meningkat menjadi sebesar 1,6–16,7 persen pada
tahun 2008 dan menurun kembali menjadi sebesar 1,5–14,9 persen pada tahun
2011.3
B. Rumusan Masalah
Masalah - masalah yang diangkat pada referat ini adalah :
a. Bagaimana pembagian penganiayaan berdasarkan KUHP Hukum Pidana
(KUHP)?
b. Bagaimana unsur-unsur mengenai penganiayaan?
c. Bagaimana kasus penganiayaan yang ditemukan pada Rumah Sakit
Bhayangkara Kendari dari bulan Januari sampai Desembr 2018 ?
2
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai kasus penganiayaan yang ditemukan pada Rumah
Sakit Bhayangkara Kendari dari bulan Januari sampai Desembr 2018.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pembagian penganiayaan berdasarkan KUHP Hukum Pidana
(KUHP)
2. Mengetahui unsur-unsur mengenai penganiayaan.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan refarat ini ialah,
a. Untuk mengetahui peranan perspektif medis pada kasus penganiayaan.
b. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan kasus penganiayaan dengan
melakukan pemeriksaan terhadap luka.
3
DAFTAR PUSTAKA