Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Insiden noma pada saat ini sangat jarang, di antara 138 penderita KEP

(Kekurangan Energi Protein ) berat yang di rawat di bangsal gizi RSCM terdapat
18 anak dengan noma. Di RSUP M. Djamil Padang dari Januari 1997 - Maret
2002 didapatkan anak yang menderita gizi buruk sebanyak 146 orang dan hanya 2
diantaranya yang menderita noma.1
Penyakit ini terutama didapatkan pada anak-anak kekurangan gizi di
negara-negara sedang berkembang. Banyak kasus dilaporkan dari Afrika, Asia
Tenggara dan Amerika Latin. Noma adakalanya mengikuti penyakit-penyakit
campak dan demam tifoid.1
Stomatitis ganggrenosa lazim di sebut noma, cancrum oris atau necrotizing
ulcerative gingivitis adalah penyakit ganggren dari jaringan mulut, muka dan area
disekitarnya. Merupakan pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif
hingga dapat menembus pipi, bibir atau dagu, biasanya disertai nekrosis sebagian
tulang rahang yang berdekatan dengan lokasi noma tersebut.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Definisi
Stomatitis ganggrenosa lazim di sebut noma, juga mempunyai nama lain

cancrum oris dan necrotizing ulcerative gingivitis, adalah penyakit gangren dari
jaringan mulut, muka dan area disekitarnya. . Merupakan pembusukkan mukosa
mulut yang bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir atau dagu,
biasanya disertai nekrosis sebagian tulang rahang yang berdekatan dengan lokasi
noma tersebut.2,3
ii.2

Epidemiologi
Kelainan ini paling sering terjadi pada remaja, anak-anak penderita gizi

buruk antara usia 2 dan 5 tahun. Sering mereka memiliki suatu penyakit seperti
campak, demam berdarah, TBC, kanker, atau immunodeficiency.1
Angka kejadian di Afrika adalah sekitar 2-4 kasus setiap 10.000 anak,
di Senegal 2,8-8,4 kasus setiap 10.000 anak berusia 1-5 tahun, di Nigeria 7-14
kasus setiap 10.000 anak berusia 0-6 tahun.1

II.3

Etiologi

Bakteri utama penyebab adalah Fusobaktrium necrophorum. Kemudian


biasanya ditemukan kuman yang sering menyertai noma adalah bakteri Spirillium,
Fusiform dan diphteroid.1
Banyak faktor sistemik dan lokal yang terlibat dalam patogenesis noma,
yang di dominasi oleh karena kurangnya sistem pertahanan tubuh sebagai akibat
dari status gizi yang buruk. Noma merupakan salah satu penyakit yang dapat
menyertai Kekurangan Energi Protein (KEP) berat pada anak terutama tipe
kwashiorkor.1,2
Penyakit ini terutama didapatkan pada anak-anak kekurangan gizi di
negara-negara sedang berkembang.1 Insiden noma pada saat ini sangat jarang, di
antara 138 penderita KEP berat yang di rawat di bangsal gizi RSCM terdapat 18
anak dengan noma. Di RSUP M. Djamil Padang dari Januari 1997 - Maret 2002
didapatkan anak yang menderita gizi buruk sebanyak 146 orang dan hanya 2
diantaranya yang menderita noma.2
PREDISPOSISI2,3

Anak umur 2-7 tahun dengan trias malnutrisi, debilitating disease, dan
oral hygiene yang jelek. Penyebab pasti tidak diketahui, tetapi mungkin
disebabkan oleh bakteri yang disebut fusospirochetal organisme.

Sering didahului penyakit berat yang dapat menurunkan sistem

imunitas, misalnya campak, malaria, cacar air, tuberkulosis.


Terjadinya acute necrotizing gingivitis. Dalam hal ini peranan virus herpes
mungkin saja terjadi, yaitu pada anak-anak dengan higiene (kebersihan)
mulut yang jelek

Ditemukan pula

intermedia, alpha hemolytic streptococcus, Actinomyces sp


Penelitian di Afrika oleh Cyril O. Enwonwo dkk. tahun 1999 menemukan

kuman

lain

sebagai penyerta

yaitu

Prevotella

penurunan kadar Zinc (<10,8 umol/L), retinol (<1,05 umol/L), ascorbate


(<11umol/L), dan peningkatan kadar kortisol bebas pada saliva (air liur)

pasien dengan noma


Setelah terjadi nekrosis (kematian jaringan) pada jaringan lunak, nekrosis
dapat berlanjut pada tulang sehingga
atas

dan

rahang

bawah

yang

terjadi penggabungan rahang


mengakibatkan terkuncinya mulut

(trismus)

II.4

Gejala Klinis
Luka bermula dari bintik hitam berbau di selaput mulut. Pembengkakan

dengan batas yang jelas pada gusi dan jaringan tulang di bawahnya. Kemudian
mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam sehingga dari luar
terlihat seperti lubang kecil. yang akan membentuk luka kecil berbau busuk
berwarna merah kebiruan dan kemudian berubah menjadi biru kehitaman. Dengan
cepat gigi-gigi dapat terlepas dan jaringan tulang sekitar-nya menjadi
nekrotik.Selanjutnya dari luar terlihat luka besar yang terdiri dari jaringan
nekrotik yang akan terlepas dari jaringan sekitarnya dengan meninggalkan lubang
besar, sehingga terjadi hubungan langsung antara rongga mulut dan dunia luar.2,3

Gambar. Pasien dengan penyakit noma

II.5

Paofisiologi

Demam, pembengkakan di area oronasal berserta pus terjadi krusta


flare-up
infeksi jaringan granulasi nekrosis, diskolorisasi (jaringan biru
kehitaman) lokalisasi jaringan nekrosis lesi mengering, proliferasi
jaringan epitel pada tepi lesi lesi seperti sembuh, tanda infeksi aktif
negatif terlepasnya jaringan lunak yang menutupi lesi terbentuk
fistel orokutaneus nekrosi lengkap tulang terekspos(+).2,3

II.5

PERAWATAN

Perawatan2,3 :

1.
2.

Koreksi dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan kondisi malnutrisinya.


Pengobatan penyakit yang mendahului/mendasari (seperti malaria atau

measles)
3.
Pemberian antibiotika yang sesuai dengan kultur, resistensi dan
4.

sensitivitas.
Sebelum hasil kultur didapatkan, pemberian penisilin dan metronidazol

5.
6.
7.

cukup efektif.
Perawatan luka dengan antiseptik.
Pembersihan jaringan nekrotik dengan pembedahan.
Pada stadium akut terapi oleh bagian anak dengan eradikasi
(pemberantasan) infeksi, perbaikan gizi, dan nekrotomi (membuang jaringan

yang mati)
8.
Pada kasus lanjut, jaringan parut bisa dipakai sebagai inner lining, fusi
tulang dibebaskan, dan dilakukan penutupan raw surface tanpa usaha untuk
memperbaiki defek.

BAB III
PENUTUP
III.1

Kesimpulan

1. Stomatitis ganggrenosa lazim di sebut noma, cancrum oris atau necrotizing


ulcerative gingivitis adalah penyakit ganggren dari jaringan mulut, muka
dan area disekitarnya terutama didapatkan pada anak-anak kekurangan
gizi.
2. Bakteri utama penyebab adalah Fusobaktrium necrophorum. Oral hygiene
yang buruk,, sistem imun yang lemah, past history campak, scarlet fever,
tifoid, malaria, tuberculosis, kanker, dan HIV merupakan faktor
predisposisi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lubis G dan Desdamona E. 2007.Stomatitis Ganggrenosa ( NOMA ) dengan
Marasmik Kwashiorkor. MAjalah Kedokteran Andalas No 1.Vol 31.
2. Pindborg, JJ. 1994. Atlas Penyakit Mukosa Mulut Ed 4. Alih bahasa :
Wangsaharja K. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
3. Gayford, JJ, dkk. 1996. Penyakit Mulut. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai