BAB II. Bahan Bakar Dan Pembakaran
BAB II. Bahan Bakar Dan Pembakaran
Kriteria Penilaian
Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini dapat diukur dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Menguraikan jenis-jenis bahan bakar.
2. Menjelaskan sifat-sifat/kualitas bahan bakar cair dan bahan bakar padat.
3. Menyebutkan klasifikasi bahan bakar batubara.
4. Menjelaskan analisis kualitas batubara (analisis proksimat dan analisis ultimat).
5. Menghitung nilai kalor bahan bakar
6. Menyelesaikan persamaan reaksi pembakaran
Pendahuluan
Bagian pertama pada bab ini adalah membahas tentang bahan bakar yang meliputi: jenisjenis bahan bakar, komposisi dan sifat-sifat bahan bakar, dan nilai kalor bahan bakar.
Bagian kedua bab ini berisi tentang pembahasan proses pembakaran yang meliputi:
karakteristik udara pembakaran, stoikiometris pembakaran, dan persamaan-persamaan
reaksi pembakaran (secara teoritis dan aktualnya).
18
2.1
Bahan Bakar
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan yang
apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya,
disertai pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan untuk memperoleh
kalor tersebut untuk digunakan baik secara langsung maupun tak langsung.
Sebagai contoh, penggunaan kalor dari proses pembakaran secara langsung adalah:
- Untuk memasak di dapur-dapur rumah tangga
- Untuk instalasi pemanas
Sebagai contoh penggunaan kalor secara tidak langsung adalah:
- Kalor diubah menjadi energi mekanik, misalnya pada motor bakar
- Kalor diubah menjadi energi listrik, misalnya pada pembangkit listrik tenaga
diesel, tenaga gas dan tenaga uap.
Bahan bakar tersedia di bumi dalam bentuk minyak mentah (crude oil), gas alam
(natural gas) dan batu bara (coal). Ketiga jenis bahan bakar ini disebut bahan bakar
fosil. Fosil, dari bahasa latin fossa yang berarti galian, adalah sisa-sisa atau bekasbekas makhluk hidup (hewan atau tanaman) yang menjadi batu atau mineral.
Berdasarkan wujudnya, bahan bakar dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu bahan bakar
padat, cair, dan gas. Ketiga jenis bahan bakar ini akan diuraikan berikut.
2.1.1 Bahan Bakar Cair
Berbagai jenis bahan bakar cair diperoleh dari hasil pengolahan minyak mentah,
yaitu melalui proses destilasi fraksional (fractional destilation) dan pemecahan
(cracking). Proses destilasi fraksional adalah proses pemisahan hidrokarbon dengan
titik didih tinggi (high-boiling-point) dengan yang bertitik didih lebih rendah (lower
boiling points). Sedangkan proses pemecahan adalah proses pemecahan/pemutusan
rantai hidrokarbon yang panjang menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.
a. Jenis bahan bakar cair
Jenis bahan bakar cair atau bahan bakar minyak (BBM) yang banyak digunakan
antara lain kerosen, gasoline (premium/bensin), minyak diesel dan minyak residu.
Kerosin
19
Bahan bakar kerosen meliputi bahan bakar turbin gas pada pesawat terbang
dan minyak bakar (minyak tanah) yang biasa dipakai pada dapur rumah tangga
dan kapal laut.
Mutu kerosen tergantung pada sifatnya dalam uji lampu (lamp test) dan uji
bakar, seperti timbulnya asap dan kabut putih. Asap disebabkan oleh
hidrokarbon aromatik sedang kabut putih oleh disulfida.
Gasoline (bensin/premium)
Gasolin dibuat menurut kebutuhan mesin, seperti avgas (aviation gasoline),
premium dan gasolin biasa (bensin reguler). Rumus kimia pendekatan untuk
bensin/premium adalah C8H18.
Sifat yang terpenting pada gasolin adalah angka oktan, yaitu angka yang
menujukkan besarnya kadar iso-oktana (C8H18) dalam campurannya dengan
normal heptana (C7H16). Iso-oktana mempunyai angka oktan = 100, artinya
bahan bakar ini sukar berdetonasi (sifat anti-knocknya baik), sedangkan normal
heptana mempunyai angka oktan=0, artinya bahan bakar ini mudah berdetonasi
(sifat anti-knocknya jelek). Makin tinggi angka oktan gasolin itu, maka makin
baik unjuk kerjanya.
campurannya
dengan
metilnaphtalena
(C11H10).
Cetana
murni
20
Minyak Residu
Minyak residu biasa digunakan pada ketel uap, baik yang stasioner maupun
yang bergerak. Minyak residu juga digunakan pada: tanur dalam industri baja,
tanur tinggi dalam industri semen serta berbagai dapur dalam industri petroleum
dan industri kimia. Selain itu, minyak residu juga digunakan pada mesin diesel
kapal dan mesin diesel pada pembangkit tenaga listrik serta turbin gas.
General
formula
Molucular
structure
Saturated/unsaturated
stability
Paraffin
Olefin
Naphthene
CnH2n+2
CnH2n
CnH2n
Chain
Chain
Ring
Saturated
Unsaturated
Saturated
Aromatik
CnH2n-6
Ring
Highly unsaturated
Stable
Unstable
Stable
Most
unstable
merupakan
senyawa
hidrokarbon
yang
paling
jelek
sifat
antiknocknya jika digunakan sebagai bahan bakar pada motor bensin (SI
engine). Kualitas antiknock pada senyawa ini dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan jumlah atom karbon pada struktur molekulnya. Sebaliknya,
senyawa aromatik mempunyai sifat antiknock paling baik.
(ii) Parafin merupakan senyawa hidrokarbon yang paling baik digunakan sebagai
bahan bakar untuk motor diesel (CI engine), sedangkan yang paling jelek
adalah aromatik.
(iii) Meningkatnya jumlah atom dalam struktur molekul akan meningkatkan
temperatur didih (boiling point) senyawa tersebut. Bahan bakar dengan
H. Widodo PS, S.T.,M.T: Mesin Konversi Energi D IV
21
jumlah atom yang kecil dalam molekulnya cenderung lebih mudah menguap
(volatile).
(iv) Secara umum, nilai kalor (heating value) bahan bakar meningkat seiring
dengan meningkatnya proporsi atom hidrogen terhadap atom karbon di dalam
molekul. Hal ini disebabkan karena atom hidrogen mempunyai nilai kalor
lebih tinggi dibandingkan atom karbon. Oleh karena itu, senyawa parafin
mempunyai nilai kalor yang paling tinggi, sedangkan yang paling rendah
adalah aromatik.
Kandungan unsur-unsur (dalam fraksi massa) dan nilai kalor (heating value)
untuk beberapa jenis bahan bakar sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hasil Analisis Kandungan Unsur-unsur dan Nilai Kalor pada
Beberapa Jenis Bahan bakar Cair
Fuel
No. 1 fuel
oil
No. 2 fuel
oil
No. 6 fuel
oil
Gasoline
H2
N2
O2
Ash
0,001
0,138
0,861
Nil
Nil
Heating
Value
(Btu/lb)
19.810
0,003
0,125
0,872
0,0002
Nil
Nil
19.430
0,023
0,097
0,856
0,0012
18.300
0,008
0,1476
0,849
20.750
0,02
-
Sifat-sifat bahan bakar cair yang perlu diketahui antara lain adalah:
a. Nilai Kalor
Nilai kalor atau heating value atau calorific value atau kalor pembakaran
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna 1 kilogram atau 1
satuan berat bahan bakar padat atau cair atau 1 m 3 atau 1 satuan volume bahan
bakar gas, pada keadaan standar.
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan dan diukur
sebagai Nilai Kalor Kotor (Gross Calorific Value, GCV) atau Nilai Kalor Atas
(Higher Heating Value, HHV) dan Nilai Kalor Netto (Nett Calorific Value,
NCV) atau Nilai Kalor Bawah (Lower Heating Value, LHV). Perbedaannya
ditentukan oleh kalor laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan selama
proses pembakaran.
22
Nilai Kalor Kotor (Gross Calorific Value, GCV) mengasumsikan seluruh uap
yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya terembunkan/
terkondensasikan, sehingga kalor laten vavorisasi ikut diperhitungkan.
Sedangkan Nilai Kalor Netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan
produk pengembunan tidak seluruhnya terembunkan (uap air pada produk
tidak terkondensasi).
Besarnya Nilai Kalor Netto adalah sama dengan Nilai Kalor Kotor dikurangi
kalor yang diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air
yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar untuk menguap pada 25oC dan
tekanan tetap. Air dalam sistem, setelah pembakaran berwujud uap air pada
25oC.
Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan Nilai Kalor Netto.
Nilai kalor batubara bervariasi tergantung pada kadar abu, kadar air dan jenis
batu baranya sementara nilai kalor bahan bakar minyak lebih konsisten. GCV
untuk beberapa jenis bahan bakar cair yang umum digunakan diperlihatkan
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Nilai kalor kotor (GCV) untuk beberapa bahan bakar minyak
Nilai Kalor Kotor, GCV
(kKal/kg)
Minyak Tanah
Minyak Diesel
L.D.O
Minyak Tungku/Furnace oil
LSHS (low sulphur heavy stock)
11.100
10.800
10.700
10.500
10.600
spec.grav. @ 60 / 60 F
Heating Value (BTU/lb) yang diperoleh dari grafik pada Gambar 2.1 dikoreksi
dengan menggunakan persamaan:
23
HHVcorr =
BTU / lbx100 ( A M S
40,5S
100
Gambar 2.1 Nilai Kalor (Heating Value), densitas (lb/Gal) dan spesific grafity dari
minyak bakar (fuel oil) pada rentang API grafities
24
hlg = kalor laten vavorisasi uap air yang terdapat pada produk
pembakaran pada tekanan parsialnya, BTU/lbH2O atau J/kg
H2O
H = mH2
M = fraksi massa moisture pada bahan bakar
b. Densitas
Densitas didefinisikan sebagai perbandingan massa bahan bakar terhadap
volume bahan bakar pada suhu acuan 15C. Densitas diukur dengan suatu alat
yang disebut hydrometer. Pengetahuan mengenai densitas ini berguna untuk
penghitungan kuantitatif dan pengkajian kualitas penyalaan. Satuan densitas
adalah kg/m3.
c. Specific gravity
Gravitasi jenis (specific gravitasi), SG atau disebut juga dengan kerapatan
relatif adalah suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan (ratio) antara
massa atau kerapatan suatu zat terhadap massa atau kerapatan suatu zat pada
kondisi standar yang bervolume sama yang ditentukan sebagai patokan.
Untuk zat cair dan zat padat, zat patokannya adalah air pada tekanan 1 atm,
atau 1,013 x 105 Pa dan temperatur 40C.
SGzat = zat/air
SGzat cair = zat cair/air
atau
Tabel 2.4 . Harga Specific Gravity untuk beberapa jenis bahan bakar minyak
Specific Gravity
0,85 - 0,87
0,89 - 0,95
0,88 - 0,98
25
Rumus (iv) dan (v) sebenarnya hanya berlaku untuk bahan bakar hidrokarbon
murni tanpa adanya ikutan. Namun karena biasanya bahan ikutan itu
jumlahnya relatif kecil, maka kedua rumus tersebut dapat digunakan untuk
bahan bakar secara umum.
d. Viskositas
Viskositas (kekentalan) adalah kebalikan fluiditas (daya alir). Viskositas suatu
fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran. Makin tinggi
viskositas makin sukar mengalir. Viskositas tergantung pada suhu dan
berkurang dengan naiknya suhu. Tiap jenis bahan bakar memiliki hubungan
suhu viskositas tersendiri. Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu
alat yang disebut Viskometer.
Satuan viskositas antara lain: poise (gram/cm.det) atau Pa.det (1 Pa.det = 10
Poise), Stokes (cm2/det) atau dinyatakan dalam skala Saybolt Universal,
Engler, atau Redwood.
Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan
penggunaan bahan bakar minyak. Viskositas
mempengaruhi
derajat
26
TB
SG
27
k. Kadar Abu
Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan
bakar minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan. Residu bahan
bakar memiliki kadar abu yang tinggi. Garam-garam tersebut mungkin dalam
bentuk senyawa sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silikon, besi,
alumunium, nikel, dan lain-lain.
Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 0,07 %. Abu yang
berlebihan dalam bahan bakar cair dapat menyebabkan pengendapan kotoran
pada peralatan pembakaran. Abu memiliki pengaruh erosi pada ujung burner,
28
Karaktristik
o
Furnance Oil
0,89 0,95
66
L.S.H.S
0,88 0,98
93
L.D.O
0,85 0,87
66
29
20
10.500
0,25
Sampai 4,0
1,0
0,1
72
10.600
0,25
Sampai 0,5
1,0
0,1
18
10.700
0,1
Sampai 1,8
0,25
0,02
30
31
dipindah ke lokasi yang jauh. Lignit merupakan batubara termuda dilihat dari
pandangan geologi.
Makin muda umur batubara, makin besar kandungan hidrogennya, makin rendah
nisbah KT (karbon tetap/fixed carbon) terhadap BTG (Bahan yang bila terbakar
membentuk gas atau uap seperti: CO2, CO, SO2 dan uap air.
Tabel 2.7
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkatnya (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)
Fixed Carbon, %
, dmmf
Class
Group
I Anthracite*
II Bituminous
Volatile Matter
Limits, % ,
dmmf
Equal or
Equal Equal or
Less Greater
Greater
or Less Greater
Than Than
Than
Than Than
1.Meta-anthracite
98
2.Anthracite
92
98
3.SemianthraciteC
86
92
14
1. Low volatile
bituminous coal
78
86
14
22
2.Medium
volatilebituminous
coal
69
78
22
31
69
31
3.High volatile A
bituminous coal
nonagglomerating
14000D
commonly
4.High volatile B
bituminous coal
13000D
14000
5.High volatile C
bituminous coal
11500
13000
10500
11500
1.Subbituminous A coal
10500
11500
III
2.Subbituminous B coal
Subbituminous
3.Subbituminous C
coal
9500
10500
8300
9500
6300
8300
IV. Lignite
1.Lignite A
1.Lignite B
Agglomerating
Character
agglomerating**E
agglomerating
nonagglomerating
6300
32
Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta
oleh derajat coalification (rank).
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut
menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara
di daerah penelitian.
Parameter-parameter yang dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas batubara
adalah:
Fixed carbon:
Fixed carbon (karbon tetap/karbon padat) merupakan karbon dalam keadaan
bebas, tidak bergabung dengan elemen lain. Fixed carbon tertinggal dalam
tungku setelah bahan yang mudah menguap didistilasi. Kandungan utama fixed
carbon adalah karbon, tetapi juga mengandung hidrogen, oksigen, sulfur dan
nitrogen yang tidak terbawa gas. Fixed carbon memberikan perkiraan kasar
terhadap nilai kalor batubara.
Bahan yang mudah menguap (volatile matter):
Bagian dari batu bara selain uap air yang hilang ketika sampel dipanaskan
tanpa oksigen pada tes standar (sekitar 950 C selama 7 menit).
Bahan yang mudah menguap merupakan bahan batubara yang mudah terbakar
dan menguap apabila batubara dipanaskan. Bahan yang mudah menguap dalam
batubara adalah metan, hidrokarbon, hydrogen, karbon monoksida, dan gas-gas
yang tidak mudah terbakar, seperti karbon dioksida dan nitrogen.
Bahan yang mudah menguap merupakan indeks dari kandungam bahan bakar
bentuk gas didalam batubara. Kandungan bahan yang mudah menguap yang
tinggi menunjukkan mudahnya penyalaan bahan bakar. Kandungan bahan yang
mudah menguap dalam batubara berkisar antara 20 hingga 35%.
Bahan yang mudah menguap:
a. Berbanding lurus dengan peningkatan panjang nyala api, dan membantu
dalam memudahkan penyalaan batubara
b. Mengatur batas minimum pada tinggi dan volum tungku
c. Mempengaruhi kebutuhan udara sekunder dan aspek-aspek distribusi
d. Mempengaruhi kebutuhan minyak bakar sekunder
Kadar abu
33
kecenderungan
terjadinya
penggumpalan
dan
penyumbatan
b. Mengakibatkan korosi (bergabung dengan air membentuk asam) pada
cerobong dan peralatan lain seperti pemanas udara dan economizers
c. Membatasi suhu gas buang yang keluar
Untuk menentukan kualitas batubara, dilakukan analisa kimia pada batubara yaitu
Analisis proksimat (proximate) dan analisis ultimat (ultimate).
Analisis proksimat
Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan kadar air (moisture), zat
terbang/bahan yang mudah menguap (volatile matter), karbon padat (fixed
carbon), dan kadar abu (ash).
34
India
Kadar Air
Abu
Volatile matter
Fixed carbon
5,98
38,63
20,70
34,69
Sampel Batubara
Indonesia
Afrika Selatan
9,43
13,99
29,79
46,79
8,6
17
23,28
51,22
35
Kadar Air
Bahan Mineral (1,1x Abu)
Karbon
Hidrogen
Nitrogen
Sulfur
Oksigen
Sampel Batubara
India
Indonesia
5,98
38,63
41,11
2,76
1,22
0,41
9,89
9,43
13,99
58,96
4,16
1,02
0,56
11,88
Nilai Kalor (GCV/HHV) beberapa sampel batubara diberikan pada Tebel 2.11.
Tabel 2.11. Nilai Kalor (HHV) Beberapa Sampel Batubara
Sampel Batubara
Parameter
Lignit
(dasar kering)
India
Indonesia
Afrika
Selatan
GCV (kKal/kg)
4.500
4.000
5.500
6.000
36
(4)
Bahan bakar bentuk gas yang banyak digunakan adalah gas petroleum cair
(LPG), gas alam, gas hasil produksi, gas blast furnace, gas dari pembuatan
kokas, dll. Nilai kalor bahan bakar gas dinyatakan dalam Kilokalori per normal
meter kubik (kKal/Nm3) ditentukan pada suhu normal (200C) dan tekanan normal
(760 mm Hg).
LPG (Liquid Petroleum Gas)
LPG terdiri dari campuran utama propan dan Butan dengan sedikit persentase
hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilene) dan beberapa fraksi C2 yang
lebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang terdapat dalam LPG
adalah propan (C3H8), Propilen (C3H6), normal dan iso-butan (C4H10) dan
Butilen (C4H8 ). LPG merupakan campuran dari hidrokarbon tersebut yang
berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun dapat diembunkan menjadi
bentuk cair pada suhu normal dengan tekanan yang cukup besar. Walaupun
37
38
Unsur-unsur
Karbon
Hidrogen
Sulfur
Oksigen
Nitrogen
Abu
Air
Gas Alam
74
25
Sedikit
0,75
-
Batubara
41,11
2,76
0,41
9,89
1,22
38,63
5,98
Minyak Bakar
84
12
3
1
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Asetilin
Gas asetilin digunakan dalam pengelasan dan pemotongan logam yang
memerlukan temperatur nyala yang tinggi. Gas asetilin dapat membentuk
asetilida yang eksplosif jika dicampur dengan tembaga (Cu), terlebih-lebih
dengan udara.
Blast Furnance Gas
Gas ini merupakan hasil samping peleburan bijih besi dengan kokas dan
udara panas di dalam blast furnance
Gas Air Biru (Blue Water Gas)
Gas ini dibuat dari reaksi antara uap (steam) dengan karbon padat yang
dipanasi pada temperatur tinggi. Merupakan campuran antara gas H 2 dan gas
CO.
Gas Batubara
Gas batubara disebut juga gas kota, dibuat dari distilasi destruktif batubara
dalam retori tertutup dengan pemanasan tinggi.
b. Sifat-sifat Bahan Bakar Gas
Karena hampir semua peralatan pembakaran gas tidak dapat menggunakan
kandungan panas dari uap air, maka perhatian terhadap nilai kalor kotor (GCV)
menjadi kurang. Bahan bakar gas harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor
netto (NCV). Hal ini benar terutama untuk gas alam, dimana kandungan
hidrogen akan meningkat tinggi karena adanya reaksi pembentukan air selama
pembakaran.
Sifat-sifat fisik dan kimia berbagai bahan bakar gas diberikan dalam Tabel 2.13.
Tabel 2.13 Sifat-sifat Fisik dan Kimia Beberapa Jenis Bahan Bakar Gas
Bahan
Bakar Gas
Massa
Jenis
Relatif
Nilai Kalor
Netto, NCV
(kkal/Nm3)
Perbandingan
udara/bahan
bakar
m3 udara
Suhu
Nyala Api
(oC)
Kecepatan
Nyala Api
(m/s)
39
terhadap m3
bahan bakar
Gas Alam
Propana
Butana
2.2
0,6
1,52
1,86
9.350
22.200
28.500
10
25
32
1.954
1.967
1.973
0,290
0,460
0,870
Proses pembakaran
Pembakaran adalah konversi suatu zat yang disebut senyawa kimia bahan bakar
melalui proses oksidasi menjadi produk pembakaran disertai pelepasan energi (energi
panas atau energi panas dan cahaya). Proses pembakaran adalah reaksi kimia
eksotermis, yaitu reaksi kimia yang menghasilkan energi.
Secara sederhana proses pembakaran dapat dituliskan sebagai berikut:
Bahan bakar + zat pengoksidasi (oksidator)
Bahan bakar dan oksidator adalah reaktan, yaitu zat yang ada sebelum reaksi (proses
pembakaran) berlangsung. Energi kimia (energi termal) yang dihasilkan dari proses
pembakaran ditransfer (dilepaskan) ke lingkungan sekitar bersama produk
pembakaran, atau tetap dalam bentuk produk pembakaran dalam bentuk
peningkatan energi internal (suhu), atau kombinasi keduanya.
Dalam proses pembakaran bahan bakar, zat pengoksidasinya adalah oksigen dari
udara atau oksigen murni.
Reaksi kimia pembakaran akan bisa terjadi apabila ada bahan bakar (fuel), oksigen
O2 sebagai oksidator (oxidant), dan temperaturnya lebih besar dari titik nyala
(ignition temperature).
2.2.1 Karakterisasi Udara untuk Perhitungan Pembakaran
Udara merupakan campuran dalam persentase volume yaitu sekitar 21% oksigen,
78% nitrogen, dan 1% unsur-unsur lainnya. Untuk perhitungan pembakaran,
persentase yang umumnya digunakan adalah oksigen 21% dan nitrogen 79%. Jadi
untuk setiap 21 mol oksigen yang mengoksidasi bahan bakar, ada juga 79 mol
nitrogen yang terlibat. Oleh karena itu, setiap 1 mol oksigen di udara, terdapat 79/21
= 3,76 mol nitrogen.
Pada suhu kamar, oksigen dan nitrogen dalam bentuk molekul diatomik yaitu O 2
dan N2. Biasanya diasumsikan bahwa nitrogen dari udara tidak bereaksi dalam proses
pembakaran sehingga nitrogen dalam bentuk murni juga terdapat dalam produk
pembakaran. Namun demikian, pada suhu yang sangat tinggi dalam proses
H. Widodo PS, S.T.,M.T: Mesin Konversi Energi D IV
40
pembakaran, maka ada sejumlah kecil nitrogen bereaksi dengan oksigen membentuk
oksida-oksida nitrogen, biasanya disebut NOx. Walaupun jumlahnya kecil, namun
polutan ini memegang peran penting dalam pembentukan kabut asap (smog).
Berat molekul suatu senyawa atau campuran adalah massa 1 mol dari
substansi. Berat molekul rata-rata, M, dari campuran, adalah jumlah fraksi mol
komponen penyusun campuran tersebut. Jadi berat molekul udara, Mudara, adalah
jumlah berat molekul oksigen dan nitrogen yaitu:
Mudara = Massa udara/Mol udara = (Mol N2/Mol udara)(Massa N2/Mol N2) +
(Mol O2/Mol udara)(Massa O2/Mol O2)
atau
Mudara = 0,79 Mnitrogen + 0,21 Moksigen
= 0,79 (28) + 0,21 (32) = 28,84
1O2
1CO2
41
AFR-nya. Udara kering di sini didefinisikan sebagai udara dengan komposisi 21% O 2
dan 79% N2.
Solusi
Reaksi pembakaran yang terjadi adalah sempurna tetapi bukan reaksi stoikiometris.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
C8H18 + 20(O2 + 3,76N2)
xCO2
+ yH2O +
zO2
+ wN2
x=8
H : 18=2y
y=9
O : 40=2x + y + 2z
z=7,5
N2 : (20)(3,76)=w
w=75,2
20(O2 + 3,76N2)
8CO2
9H2O
7,5O2
+ 75,2N2
mudara
mbb
20 (1 3,76) 29
24,2 kg - udara/kg - bb
1 (8 12 18 1)
42
mudara,a
100%
mudara, s
) (O2 + 3,76N2) CO2 + /2H2O + 3,76 ( ) N2
4 2
4 2
mudara,a mudara,s
mudara,s
Dari definisi ini maka hubungan antara % udara lebih dan % udara teori,
x % udara lebih (100 x) %udara teori
43
(3,5 20%)O2 +
(3,53,76120%)N2
(a) Rasio massa udara dan bahan bakar:
AFR
mudara
mbb
3,5 120% (1 3,76) 29
19,3 kg - udara/kg - bb
1 (2 12 6 1)
(b) Titik embun sama dengan temperatur jenuh dari uap air pada tekanan parsialnya.
Dengan asumsi produknya adalah gas ideal maka didapatkan hubungan:
pv
Nv
p prod N prod
p v p prod
Nv
3
100
13,96 kPa
N prod
( 2 3 0,7 15,79)
pembakaran
menunjukkan
CO2 (10,02%),
O2(5,62%),
CO(0,88%),
N2(83,48%). Tentukan (a) AFR, (b) %udara teori yang digunakan, (c) fraksi H2O
yang mengalami kondensasi apabila produknya didinginkan sampai 25C.
Solusi
Di sini yang perlu diperhatikan adalah analisa secara kering tidak bisa mendeteksi
air (tetapi tidak berarti air tidak terbentuk !).
Dengan asumsi produk pembakaran adalah gas ideal maka perbandingan volume
menunjukkan perbandingan jumlah mol. Sehingga apabila jumlah produk
pembakaran yang terdeteksi ada 100 kmol maka,
xC8H18 + a(O2 + 3,76N2) 10,02CO2 + 0,88CO + 5,62O2 + 83,48N2 + bH2O
Dari kekekalan jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi didapatkan:
a=22,2,
x=1,36,
b=12,24
sehingga,
44
mudara
mbb
16,32 (1 3,76) 29
19,76 kg - udara/kg - bb
1 (8 12 18 1)
(b) Untuk mengetahui berapa % udara teori yang dipakai harus ditentukan reaksi
stoikiometrisnya untuk dibandingkan. Karena C8H18 maka dari rumus umum =8,
=18, =0 maka rumus reaksi stoikiometrisnya adalah:
C8H18 + 12,5(O2 + 3,76N2) 8CO2 + 9H2O + 12,53,76 N2
sehingga:
%udara teori
mudara,a
mudara,s
16,32 4,76 29
131%
12,5 4,76 29
(c) Untuk setiap 1 kmol bahan bakar maka terjadi produk 82,53kmol dengan 9kmolnya adalah air. Pada 25C tekanan jenuhnya adalah 3,169kPa sehingga apabila
pada kondisi ini air yang mengalami kondensasi adalah Nw maka,
Nv
N prod, gas
pv
p prod
9 Nw
3,169
82,53 N w
100
N w 6,59 kmol
45
46
Value, LHV). Perbedaannya ditentukan oleh kalor laten kondensasi dari uap air yang
dihasilkan selama proses pembakaran.
6. Pembakaran adalah konversi suatu zat yang disebut senyawa kimia bahan bakar
melalui proses oksidasi menjadi produk pembakaran disertai pelepasan energi (energi
panas atau energi panas dan cahaya). Proses pembakaran adalah reaksi kimia
eksotermis, yaitu reaksi kimia yang menghasilkan energi.
SOAL-SOAL LATIHAN
Soal-soal latihan
1. Sebutkan 3 jenis bahan bakar yang anda ketahui dan berikan contoh masing-masing !
2. Sebutkan sifat-sifat bahan bakar yang saudara ketahui dan jelaskan 3 diantaranya !
3. Apa yang dimaksud dengan angka oktan dan angka setana ? jelaskan !
4. Apa yang anda ketahui tentang LPG ? jelaskan !
5. Sebutkan jenis-jenis batubara yang saudara ketahui !
6. Apa yang dimaksud dengan analisis proksimat dan analisis ultimat, jelaskan !
7. Apa yang dimaksud dengan proses pembakaran?
8. Analisis ultimate pada sampel batubara memberikan hasil sebagai berikut:
Moisture = 22%
Bahan Kering:
C = 59,4 % ; H2 = 5,8 %; O2 = 34,5%; N2 =0,2% dan abu= 0,1 %
Tentukan nilai kalor (HHV dan LHV) sampel batubara tersebut!
9. Bensin (C8H18), dibakar dengan 25% massa udara lebih. Berapa massa dan mol
stoikiometrik dan rasio udara-bahan bakar aktualnya? Tentukan massa dan fraksi mol
dari produk pembakaran.
47