Anda di halaman 1dari 103

A.

Fase-fase Perkembangan Kepribadian yang Dialami Tokoh Utama


Fase-fase perkembangan kepribadian merupakan rangkaian proses perubahan
kepribadian. Dalam hal ini fase yang dimaksud adalah fase-fase psikoanalisis Lacan
(Sarup, 2011:31) yaitu fase nyata (the real), fase imajiner (the imaginary), dan fase
simbolik (the symbolic). Fase-fase perkembangan kepribadian dimaksudkan untuk dapat
menggambarkan fase-fase perkembangan kepribadian yang dialami oleh tokoh utama
dalam fiksi karya Leila S. Chudori berdasarkan psikoanalisis Lacan.
Fiksi karya Leila S. Chudori terdiri atas kumpulan cerpen P dari Nadira (9 dN) dan
novel Pulang (PG). Kumpulan cerpen 9 dN karya Leila S. Chudori merupakan antologi
cerpen sekaligus dan sekaligus sebagai novel. Kerangka kerja yang digunakan Leila
mendekati konsep cerpen dan novel. Cerita yang dibangun lekat dengan konsep novel
yaitu saling kait mengait. Penataan kesembilan kisah dalam P dN tidak sekedar diurutkan
namun menggunakan pola kilas balik. Kumpulan cerpen P dN terdiri atas sembilan bab
yang masing-masing bab nya mengkonstruksi kehidupan Nadira, seperti puzzle yang
disusun untuk menggambarkan gambara yang utuh diakhir cerita. Kumpulan cerpen P dN
karya Leila S. Chudori mempunyai alur cerita yang tidak linier. Hal ini disebabkan
potongan kisah dalam kumpulan cerpen 9 dN ditulis dalam jeda yang lama tetapi

tetap utuh dalam sebuah novel. Gaya penuturan dan plot menjadi salah satu daya tarik dari
novel ini. Pembaca dipaksa menyusun puzzle-puzzle cerita hidup Nadira, beserta tokohtokoh di sekelilingnya: Nina dan Arya sebagai dua kakaknya, Kemala ibunya, Bramantiyo
sang ayah, dan Utara Bayu sesosok lelaki yang mendamba Nadira dengan sabar dan lebih
banyak hening. Dalam kumpulan cerpen 9 dN ini, Nadira menjadi poros yang merangkai
tokoh lain.
Kumpulan cerpen 9dN karya Leila S. Chudhori yang terbit pada tahun 2009,
empat diantaranya sudah pemah dimuat di beberapa media, yaitu (1) Melukis Langit di
majalah Matra pada bulan Maret; (2) Cerpen Seikat Seruni sebagai cerpen pertama dalam
kumpulan cerpen 9dN merupakan karya Leia S. Chudori yang diterbitkan di majalah
Horison bulan April; (3) Nina dan Nadira di majalah Matra Mei 1992; (4) Tasbih terbit
pada bulan September 2009 di majalah Horison. Berikut ini fase-fase perkembangan
.kepribadian dalam kumpulan cerpen 9 dN karya Leila S. Chudori.
Dalam novel PG karya Leila S. Chudori, dikupas kehidupan Tapol dan
keluarganya. Mulai dari perlakuan pemerintah terhadap pelaku G30 S. PKI. Kehidupan
pribadi sang pelaku dalam menjalankan aksinya. Novel ini mengupas sejarah kelam bangsa
Indonesia melalui kehidupan tokoh-tokohnya. Kehidupan para pelaku sejarah G 30 S PKI
dan keluarga yang bersangkutan.
Novel PG berlatar tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September, 1965,
Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.. Kisah novel PG diawali tokoh Hananto yang
menjadi cikal bakal kehidupan tokoh utama yang bernama Dimas Suryo luntang-luntung di
Paris. Penyebab utama yang bernama Dimas Suryo.

Dimas Suryo adalah seorang yang tidak jelas arah politiknya tetapi harus menjalani
hidupnya menjadi seorang tapol. Selama ini Dimas Suryo dalami arah politiknya Dimas
Suryo terlantar di Paris menjadi seorang pengelana tanpa arah tujuan.
Keinginan Dimas Suryo untuk kembali ke Indonesia hanya tinggal angan-angan
karena visa yang diajukannya tertolak. Dimas Suryo tidak dapat kembali ke tanah air karena
setiap tahun dia mengajukan visa setiap tahun juga visanya tertolak. Selain Hananto
Prawiro (HNT), Dimas Suryo (DMS) dikelilingi tokoh-tokoh lainnya seperti: Surti
Anandari (SRT) sebagai kekasih Dimas Suryo sekaligus istri Hananto Prawiro, Vivin
Deveraux (WN) sebagai istri Dimas Suryq, Lintang (LTG) sebagai anak Dimas Suryo,
Alam (ALM) putra dari Hananto dan keluarga Aji Suryo (AJI) sebagai adik Dimas Suiyo
yang memiliki putra bernama Rama (RMA) beserta tokoh sahabat Dimas Suryo, Nugroho
(NUG) yang mendirikan Restoran Indonesia di Paris.
1. Fase Nyata (the real)
Fase nyata merupakan suatu perkembangan kejiwaan yang dialami manusia dalam
tahapan serba berkecukupan tanpa kekurangan karena segalanya terpenuhi. Fase nyata bisa
berupa pengalaman yang janggal, traumatis, dan tak temamakan. Pengalaman yang
dimaksud bisa berupa menghadapi kenyataan kematian orang yang dikasihani.
Fase nyata dalam fiksi Leila S. Chudori terdapat dalam kumpulan cerpen 9dN
(MSS, TSH, MLT, CTG, SPU, dan APB) dan pada novel PG dialami tokoh

DMS, VVN, NUG, LTG, dan ALM. Gambaran tentang fase nyata pada kumpulan cerpen 9
dN karya Leila S. Chudori dapat dilihat pada data berikut.

(1) Kami menemui Ibu yang sudah membiru. Wajah yang membiru, bibir yang
keunguan yang mengeluarkan busa putih. Di atas lantai yang licin itu, aku
tak yakin apakah Ibu terlihat lega karena bisa mengatupkan matanya, atau
karena dia kedinginan. Kami menemukan sebuah sosok yang telentang
bukan karena atau terjatuh, tetapi karena dia memutuskan; hari ini, aku bisa
mati. (MSS:3)
(2) Nadira tidak menjawab sama sekali dan tidak berminat meladeni kegilaan
Bapak X. Tetapi sialan! Pertanyaan itu malah membentangkan sebuah layar
masa lalu, tiga tahun lalu tepatnya, ketika kali pertama dia menemukan
ibunya tergeletak di lantai rumah, dalam keadaan tak bernyawa. Tubuh yang
biru. Dan bibir yang keputihan karena busa yang kering. Bunga seruni yang
memenuhi makam Ibu. (TSH: 111)
Data (1) menggambarkan fase nyata di dalam cerpen MSS yang dialami Nadira
dan kedua kakaknya Nina dan Arya. Fase nyata ditandai oleh kematian Kemala sang ibu,
yang mendadak dan mengejutkan. Nadira dan kedua kakaknya harus menghadapi
kenyataan bahwa ibunya mati dengan tidak wajar. Kematian orang terkasih membawa
Nadira dan kedua kakaknya pada keadaan traumatis dan tak ternamakan. Keadaan yang
janggal yang tidak berjalan dengan biasanya, tidak terduga dan di luar kekuasaan manusia.
Kemala merupakan sosok seorang ibu yang dekat dengan anak-anaknya. Kemala
melindungi anak-anaknya seperti seekor induk burung yang selalu merengkuhkan sayap
dan seakan tidak akan pernah bisa melepasnya. Anak-anaknya terbiasa dengan kasih
sayang dan perhatian Kemala yang luar biasa. Kemala menjadi tempat bernaung bagi
anak-anaknya. Kemala menjadi tempat bersandar anak-anaknya dikala suka maupun duka.

Keputusan Kemala untuk mati dengan bunuh diri, merupakan keputusan yang
tidak terduga. Anak-anaknya seperti kehilangan induk yang selama ini menjadi tempat
bersandar. Fase nyata mau tak mau harus dihadapi anak-anaknya dengan kematian Kemala.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan fase nyata dalam cerpen MSS dihadapi
Nadira dan keluarganya ditandai oleh kematian Kemala yang mendadak dan tidak wajar.
Data (2) menggambarkan fase nyata pada cerpen TSH yang dialami Nadira. Nadira
diminta untuk mewawancarai Mr. X yang telah melakukan pembunuhan secara sadis. Mr.
X adalah seorang psikiater yang hanya mau diwawancarai oleh Nadira. Secara gamblang
Mr. X mampu membongkar kondisi keluarga Nadira secara jitu. Interviu dengan Mr. X
membawa Nadira pada fase nyata. Nadira teringat kembali kejadian yang menyedihkan
yang tidak dapat dia lupakan.
Kematian Kemala membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan
keluarganya terutama Nadira dan kedua kakaknya. Selama tiga tahun Nadira tidak bisa
menjalani kehidupannya secara normal. Pertemuan dengan Mr. X membuat Nadira
kembali pada fase nyata. Jadi dapat disimpulkan bahwa fase nyata ditandai oleh kenangan
pahit yang dialami Nadira, ketika Kemala meninggal melalui Mr. X.
Fase nyata dalam kumpulan cerpen 9dN terdapat juga dalam cerpen yang berjudul
MLT. Cerpen MLT merupakan cerita pendek tentang Nadira yang pertama kali tercipta.
Cerpen MLT mengalami revisi pada tahun 2009. Cerpen MLT mengangkat cerita keluarga
Swandi pasca kematian Kemala. Nadira

memutuskan bekerja dan menemani ayahnya di rumah. Arya sibuk masuk ke hutan.
Berbeda dengan Nina sebagai kakak tertua memilih meninggalkan Indonesia. Nina
meninggalkan keruwetan keluarga dengan mengambil kuliah S3 di New York. Fase nyata
mewarnai cerpen MLT berikut paparan datanya.

(3) "Ah, ya tidak sampai lima jam, Dira. Ayah baru berita itu, film di tivi siang
ini. Bagus sekali. Kamu sok mengeritik tivi swasta. Kamu tak tahu saja, tivi
swasta muter film bagus-bagus. Buktinya kemarin mereka menayangkan
filmnya John Wayne. Ayah teringat ketika awal pertemuan dengan ibumu.
Gilanya, Ayah juga pernah mengajak pacar Ayah satu lagi nonton film yang
sama..." Kini bunyi tawa ayah seperti gorilla. Nadira kemudian duduk dan
tangannya mulai memasang computer di atas mejanya. (MLT: 67)
(4) Ketemu siapa saja di kantin?"
Nadira mengambil piring di lemari dan menjawab sekilas. "Pak Riswanto..."
Ayahnya terdiam. Dipandangnya dua potong lagsana itu. Kilat matanya
kembali redup. Kemudian menatap ke layar televisi. Ada adegan kesibukan
di ruang kantor harian The Wasington Post. Lantas muncul Dustin Hoffman.
Terdengar dengung nyamuk di kupingnya. (MLT: 74)
(5) Nadira kini diam, tapi bukan karena mendengarkan kakaknya. Suara
kakaknya terdengar jauh, sayup-sayup, bukan karena dia menelpon
dari New York, tetapi karena Nadira gedang masuk ke sebuah
periode yang aneh, yang gelap, di masa kecilnya. Nadira berbisik
pada dirinya sendiri, "Dan ternyata... Yu, belakangan aku menyadari
itu bukan mimpi...," Nadira tersenyum. Dia merasakan asin air
matanya, "karena sampai sekarang aku masih bisa merasakan
merasakan rasa dan aroma pesing air jamban..(MLT: 89)
Data (3) menggambarkan sosok Bramantya yang mengalami fase nyata.
Fase nyata dialami Bramantya saat dia merasakan kebahagiaan saat-saat bersama
dengan kekasihnya, Kemala. Fase nyata merupakan fase-fase tidak mengalami
kekurangan. Bramantya merasakan kebahagiaan saat masih bersama Kemala di
Amsterdam. Data tersebut menggambarkan saat-saat bahagia Bramantya
menonton film John Wayne bersama kekasihnya.

Saat ini kebersamaan Bramantya bersama dengan orang terkasih sudah berlalu.
Kebahagian Bramantiya dibatasi waktu, umur dan tempat. Hal ini dirasakan Bramantya
setelah ditinggalkan oleh Kemala istrinya. Setelah Bramantya kehilangan pekerjaannya.
Pekerjaan yang sangat dicintainya, menjadi seorang reporter. Bramantya mengalami masamasa bahagianya yang telah berlalu. Jadi fase nyata ditandai oleh kebahagian yang dialami
Bramantya. Masa tidak ada kekurangan penuh kebahagiaan bersama orang-orang terkasih
yang mendampinginya.
Data (4) menggambarkan fase nyata yang dialami Bramantya. Bramantya harus
berhenti bekerja. Bramantya harus meninggalkan pekerjaan yang dicintainya. Pekerjaan
bagi seorang lelaki merupakan aktualisasi diri. Bagi individu yang memandang kehidupan
secara sangat pribadi dan subyektif, kehilangan pekerjaan dianggap sebagai penghinaan
atau serangan terhadap pribadi. Perasaan dilecehkan dan marah akibat kehilangan
pekerjaan sehingga sulit berpikir secara obyektif. Hal tersebut dialami oleh Bramantya.
Bramantya memilih berhenti bekerja daripada menduduki posisi yang tidak
dikehendakinya tersebut. Bramantya menghabiskan waktunya di rumah dengan menonton
film yang disukainya berkali-kali. Jadi fase nyata ditandai oleh kehilangan pekerjaan yang
dialami oleh Bramantya.
Dari data (5) digambarkan Bramantya yang tidak bisa lepas dari kebiasaannya.
Bramantya masih suka makan makanan kantin tempatnya bekerja. Bramantya tidak segan
menanyakan kepada Nadira siapa saja yang ditemuinya di kantin kantor tempatnya
bekerja. Hal ini membawa Bramantya pada fase nyata.

Bramantya merasakan kepedihan saat mengetahui yang ditemui Nadira adalah teman
sekantornya yang bernama Riswanto. Riswanto adalah teman sekantor Bramantya yang
kini telah menggantikan jabatan yang dicintainya. Kehilangan pekerjaan yang dicintai
adalah hal buruk yang dirasakan Bramantya yang terus mewarnai kesehariannya. Dari
analisis tersebut dapat disimpulkan kehilangan pekerjaan dan digantikan posisi oleh orang
lain merupakan fase nyata yang dihadapi oleh Bramantya.
Fase-fase nyata dalam kumpulan cerpen 9dN juga dialami tokoh-tokoh lain dalam
cerpen CTG. Cerpen CPG mengisahkan tentang kehidupan Nadira yang telah berubah.
Kehidupan Nadira berubah setelah tiga tahun kematian ibunya. Nadira yang selama ini
seperti mayat hidup, tumbuh menjad' sosok yang hidup kembali setelah merasakan ciuman
Niko Yuliar. Niko Yuliar berhasil mempersunting Nadira. Di dalam cerpen CPG terdapat
fase-fase nyata yang dialami Nadira tergambar pada data berikut.

(5) Kang Arya, pernahkah kau merasa hidupmu hanya bersinggungan dengan
empat dinding lubang kubur; dan pandanganmu hanya terdiri dari langit
yang berubah-ubah warna. Pernahkah kau merasa kau ingin segera saja
bersatu bersama tanah; karena ingin bersatu dengan segala zat yang ada di
dalamnya. Bukankah kitab-kitab suci mengatakan bahwa kita semua
diciptakan dari tanah? (CTG: 149)
(6) Nadira sulit memutuskan. Karena sesungguhnya dia tak suka menginjakkan
kaki di tanah orang. Kecuali kebodohan yang pernah terjadi beberapa tahun
silam ketika dia berada di studio Gilang Sukma, hingga seluruh dunia
langsung menuduhnya tidur dengan suami kakaknya. (CTG: 17)
Data (6) menggambarkan fase nyata yang dialami Nadira. Nadira mempunyai
keinginan untuk kembali ke tanah. Hal ini berarti karena kesedihannya yang mendalam
menyebabkan Nadira ingin mati. Nadira tidak bisa

berpisah dengan ibu yang dicintainya. Selama tersebut Nadira dan kedua saudaranya dekat
dengan ibunya. Kesedihan yang mendalam karena kehilangan ibunya membawa Nadira
pada fase nyata.
Fase nyata yang dihadapi Nadira tergambar saat dia menceritakan alasannya
menikahi Niko Yuliar kepada kakaknya. Nadira merasakan kakaknya Arya, yang tidak
menyetujui pernikahannya dengan Niko. Nadira menceritakan apa yang dialami sebelum
dia menemukan kebahagiaan bersama Niko Yuliar. Pertentangan keluarga dialami oleh
Nadira. Menurut Arya, hal tersebut sama dengan peristiwa yang dialami Nina kakaknya.
Nina mengalami perceraian karena memilih lelaki yang salah. Arya berpendapat Nadira
mengalami hal yang sama. Memilih lelaki yang salah dalam hidupnya. Akibat kesalahan
memilih pendamping hidup berakhir pada perceraian. Dengan demikian fase nyata dalam
CTG dihadapi Nadira ketika dia merasakan ketenangan saat berada di lubang kubur alias
keinginannya untuk mati.
Data (7) Fase nyata dalam cerpen CTG karya Leila S. Chudori kembali dialami
tokoh Nadira. Nadira dituduh berselingkuh dengan mantan suami kakaknya Galang Sukma.
Hal ini terjadi karena Nadira sering mewawancarai Galang Sukma di studionya. Nadira
pernah memergoki mantan suami kakaknya itu berselingkuh dengan salah satu penarinya.
Semua orang sudah mengetahui bahwa Gilang Sukma suka kawin cerai. Kakaknya
Nina menjadi salah satu korban kawin cerai Gilang Sukma. Gilang sukma memang pernah
mendekati Nadira. Namun Nadira tidak pernah menanggapi iparnya yang play boy tersebut.
Bahkan sampai perceraian dengan

Kakaknya, Nadira masih dianggap masih mempunyai hubungan gelap dengan Gilang
Sukma mantan suami kakaknya. Jadi fase nyata dihadapi Nadira menghadapi tuduhannya
orang lain kalau dirinya berselingkuh dengan iparnya.
Fase nyata yang dialami tokoh-tokoh dalam kumpulan cerpen 9dN tergambar pula
di dalam cerpen SPU dan APB karya Laila S.Chudori. Berikut paparan datanya.

(7) Untuk waktu yang cukup lama, aku tak pernah bertemu dengan Nadira.
Bahkan aku lupa kehadirannya; sampai akhirnya aku mendengar berita yang
sungguh mengguncang. Pada tahun 1991, dua tahun setelah Nadira
bergabung dengan kantor ini, Ibu Nadira tewas bunuh diri. Ah...(SPU: 191)
(8) Aku menghirup satu aroma khusus yang hanya bisa ditemukan di tempat ini,
di Pedder Bay. Bau hutan pinus yang senantiasa masih basah oleh embun
pagi hari, bercampur dengan bau daun mapel merah yang manis itu. Tak
tertandmgkan. Aku akan pernah menemui aroma itu di Jakarta, Manila,
Tokyo, Amsterdam, atau Paris. Bau itu milikku, hanya ada di Pedder Bay, di
hutan pinus kampus kami (APB:234)
(9) Aneh, bunyi riak itu seperti sebuah ritme yang tetap. Seperti ritme zikir.
Tiba-tiba saja Nadira teringat zikir yang selalu menenangkannya; helaihelai bunga seruni... Seikat kembang seruni yang diberikan Tara kepadanya.
(APB:252)
Data (8) menggambarkan keberadaan Nadira di dalam kehidupan Utara Bayu.
Utara Bayu merupakan kepala biro majalah Tera,tempat Nadira bekerja yang diam-diam
mencintai Nadira. Fase nyata yang dialami Nadira ketika menghadapi kematian Kemala,
ibunya. Nadira menghadapi kenyataan bahwa orang yang disayanginya harus meninggal
secara tidak wajar. Hal ini membawa dampak psikologis yang mendalam dalam kehidupan
Nadira.
Fase nyata yang dihadapi Nadira mengubah kehidupannya. Mengubah cara hidup,
kebiasaan di dalam diri Nadira. Nadira sejak kematian Kemala tidak pernah lagi mau
meninggalkan kolong meja kerjanya. Jam kerjanya berubah menjadi 24

jam sehari. Nadira tidak pernah libur atau cuti. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan,
fase nyata yang dihadapi Nadira dalam cerpen SPU yaitu ketika Nadira menghadapi
kematian Kemala yang tidak wajar.
Cerpen APB karya Leila S. Chudori menceritakan kehidupan Nadira pasca
perceraiannya dengan Niko Yuliar. Nadira menghilangkan kesedihannya dengan pindah ke
Pedder Bay. Nadira merasakan ketenangan ketika berada di Pedder Bay. Data (8)
menjelaskan perasaan Nadira ketika dia berada di hutsn pinus kampus almamaternya.
Nadira merasakan ketenangan saat mencium bau hutan pinus yang senantiasa basah oleh
embun pagi, bercampur dengan bau daun mapel merah yang manis. Suasana tersebut tidak
dapat ditemuinya di tempat lain selain di Pedder Bay. Berdiam di Pedder Bay mampu
membuat Nadira melupakan kesedihan dan masalah keluarganya. Nadira merasakan
ketenangan hanya ketika berada di Pedder Bay.
Fase nyata dialami Nadira ketika berada di Pedder Bay. Di Pedder Bay Nadira
menemukan ketenangan. Pernikahannya yang kandas dengan menghasilkan seorang anak,
semua dapat terlupakan di Pedder Bay. Bahkan kesedihan yang selama ini menyertai
kehidupannya karena kepergian Kemala, mampu terlupakan begitu saja. Jadi dapat
disimpulkan saat-saat berada di Pedder Bay merupakan fase nyata bagi Nadira karena
segalanya tiada berkekurangan.
Data (10) juga menggambarkan fase nyata yang dihadapi Nadira. Data tersebut
menggambarkan Nadira merasakan ketenangan saat mendengarkan bunyi riak sungai di
Pedder Bay. Nadira mendengarnya seperti sebuah ritme yang tetap. Nadira merasakannya
seperti ritme zikir yang selalu menenangkannya. Ritme

mengingatkan Dimas akan tanah airnya. Tanah air yang sedang bergejolak karena peristiwa
30 September. Tahanan politik yang terkait dengan PKI dan keluarganya diburu habishabisan oleh pemerintah Orba.
Fase nyata ditandai oleh (1) Dimas Suryo meninggalkan tanah air yang sedang
bergolak. (2) Visanya selalu tertolak karena Dimas Suryo dianggap salah satu anggota
tapol. (3) Dimas Suryo yang tidak dapat kembali ke tanah air. Jadi fase nyata yang dialami
Dimas Suryo ketika ingin kembali ke tanah air. Disebut fase nyata karena peristiwa apapun
yang dialami manusia jika dia merasa tak berkekurangan atau berkecukupan, DMS
merasakan kebecukupan jika berada di Indonesia yang tak dapat dirasakannya ketika
berada di Paris.
Data (12) menggambarkan fase nyata bagi DMS. Tokoh DMS sebagai seorang
asing di Paris begitu merasakan kehilangan akan tanah airnya. Paris bagi orang merupakan
tempat yang dielu-elukan sebagai kota cahaya tapi bagi DMS bukanlah begitu. DMS
merindukan semua yang berada di tanah air apapun yang ada di Paris tidak akan sempurna
di mata DMS. Tokoh DMS hanya ingin kembali ke tanah airnya. Bunga anggrek dan melati
merupakan symbol Indonesia baginya. Indonesia yang membuatnya tidak merasakan
kekurangan dan segalanya tercukupi. Jadi bunga anggrek dan melati yang ada di Indonesia
merupakan symbol fase nyata bagi DMS karena di dalamnya tiada kekurangan dan
tercukupi.
Data (13) merupakan fase nyata bagi DMS. Tokoh DMS mengetahui nasib orangorang yang dicintainya diburu tentara atas keterlibatannya dengan PKI. Berita tersebut
didapatkannya lewat surat-surat yang dikirim saudaranya di

13

Jakarta. Hal tersebut membawa tokoh DMS pada fase nyata. Jadi fase nyata yang aialami
DMS karena orang-orang terkasihnya terancam.
Ilustrasi lain tentang fase nyata yang dialami tokoh DMS dapat dicermati pada data
berikut:

(10) Dari hari ke hari, bahkan setiap tiga jam, kami mendengar berbagai berita
buruk silih berganti. Anggota partai komunis atau mereka yang dianggap
simpatisan komunis diburu habis-habisan. Bukan hanya ditangkap, tapi terjadi
ekskusi secara besar-besaran di Seantero Indonesia, bukan hanya pulau Jawa.
Berita-berita itu muncul seperti sketsa-sketsa yang digambarkan oleh
muncratan darah. Secara serentak kami disergap insominia berkepanjangan.
Bahkan Risjaf yang gampang tidur itu kini melotot sampai pagi. (DMS:72)
(11) Sebelum 30 September, mereka mengatakan, simpatisan PKI yang membunuh
anak-anak muda non-komunis yang dilempar ke sungai. Kini setelah
September dan seterusnya, sungai Brantas di Jawa Timur dan Bengawan Solo
di Jawa Tengah langsung berubah warna menjadi merah darah karena banyak
mayat yang diceburkan ke sawfc. M K. VEtaRSSJL
berseliweran
antar-r>enduduk Indonesia yang disampaikan sembari berbisik-bisik karena
tak jelas kebenarannya-begitu banyak mayat yang mengambang. Meski berita
itu simpang siur dan disampaikan dengan penuh tanda Tanya, tiba-tiba saja
aku ikut mencium aroma busuk di tepi sungai itu merebak beminggu-minggu
lamanya. (DMS:75)
(12) Tapi kegelisahan mengganggu setiap kali aku membaca surat-surat yang
berisi kisah horor pembantaian demi pembantaian di mana-mana: bukan
hanya di Pulau Jawa, tetapi di Indonesia. Surat-surat Aji berikutnya yang
membuatku terhenyak adalah saat perburuan masuk ke Solo dan korbankorban dicemplungkan ke Bengawan Solo. (DMS:80)
(13) Tidak ada yang mempan. Tidak ada yang berhasil menetramkan. Tidak ada
juga yang berhasil membuatku berbicara. Sehelai kain batik berwana cokelat
dengan burung-burung kehijauan itu juga tak membuatku lebih tenang. Ibuku
tetap sudah berpulang dan aku tak bisa mencium dahinya untuk
mengucapkan perpisahan. Suaraku tetap tak keluar. (DMS: 83)
SSMN

Data (14), (15) dan (16) menggambarkan fase nyata yang dialami tokoh
DMS. Tokoh DMS yang berada di Santiago bersama teman-teman wartawannya
mendapat informasi tentang peristiwa 30 September di tanah air. Jenderal-

b5

jenderal diculik dan dibunuh oleh anggota partai komunis. Sejak saat itu anggota partai
komunis dan atau mereka yang dianggap simpatisan komunis diburu habis-habisan. Bukan
hanya ditangkap tetapi terjadi ekskusi secara besar-besaran di seluruh Indonesia.
Berita pembantaian anggota partai komunis dan para simpatisannya, datang silih
berganti. Tokoh DMS sangat mengkhawatirkan keadaan Surti dan anak-anaknya yang
menjadi keluarga Hananto sebagai anggota partai komunis. Begitu juga keadaan ibu dan
adiknya DMS. Peristiwa 30 September sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan tokoh
DMS. Begitu juga dengan berita pembantaian anggota PKI dan simpatisannya merupakan
fase nyata bagi tokoh DMS.
Data (17) menggambarkan fase nyata yang kembali dialami tokoh DMS.
Kekhawatiran tokoh DMS terhadap keluarganya mereda. Keluarga DMS aman
dari buruan tentara berkait keterlibatannya dengan partai komunis. Namun tokoh
DMS harus menerima kenyataan ibunya berpulang. Kepulangan ibunya tanpa
dihadiri DMS. Tanpa bisa menghadiri pemakaman ibunya. Bahkan kecupan
terakhir di dahi ibunya pun tak bisa dilakukan. Semua hal yang dilakukan
s&ilabat-sahabatnya di Restoran Indonesia milik mereka tidak mampu menghibur
hatinya. Peristiwa ini merupakan fase nyata bagi tokoh DMS karena di dalamnya
terdapat peristiwa yang janggal dan traumatis di luar kehendak manusia. Fase
Nyata kembali dialami tokoh DMS, berikut paparan datanya.
(18) Mungkin pada saat itulah Vivienne perlahan berhasil menjadikan Paris seperti
rumah persinggahan. Bukan rumah. Tetapi rumah persinggahan. Tulus dan
menyediakan pelindungan bagiku, seperti sebatang tanjung rindang yang
melindungi seorang anak dengan

lama-kelamaan matanya yang hijau terasa tulus dan menyediakan


perlindungan bagiku, seperti sebatang pohon Tanjung rindang yang
melindungi seorang anak dengan menyediakan kesejukan bayang-bayang.
(DMS: 85)
(19) Aku mendengus-dengus dengan kepala pusing beputa-putar dan mata
berair. Mas Nug terkejut, entah karena kelakukanku atau karena secara
khusus aku menyebut 'kunyit' dan bukan 'jahe', misalnya; atau mungkin
karena aku terlihat sakit betul. Setelah itu kepalaku berputar lagi dan
perutku terasa isi perutku keluar. Mas Nug segera saja berseru memanggilmanggil Tjai, Bahrum, dan Risjaf. Aku tak tahu apa yang terjadi selain
menegak obat yang kuperoleh dari dokter dan langsung tergeletak.
(DMS:99)
(20) Yang paling menarik sebetulnya adalah dua stoples kecil yang
diletakkan Dimas di atas rak buku, di jepit buku-bukunya. Isi
stoples pertama adalah berliter-liter cengkih. Isi stoples kedua adalah
bubuk kunyit kuning. Tak pernah ada yang paham mengapa kedua
bumbu itu diletakkan di ruang tengah, bukan di dapur, dan bukan
pula di kamar tidur, misalnya. (DMS:216)
(21) Kini giliran para simpatisan: termasuk para ibu, isteri, atau kerabat.
Itulah yang mebuat aku gemetar membayangkan Ibu ikut
dikumpulkan di tengah lapangan. Ternyata Pakde No cukup sakti
dan berwibawa. Karena ada beliau, Ibu dan aku tidak disentuh,
meski beberapa kali diinterogasi. (DMS:242)
"' Data (18) menggambarkan fase nyata yang dialami, tokoh DMS. Tokoh
DMS merasakan tidak berkekurangan setelah dia bertemu dengan WN. Sebagai
seorang pengelana karena tidak dapat pulang ke tanah air, DMS menemukan
ketenangannya saat bersama WN. Pertemuan DMS dengan WN berakhir
dengan perkawinan. DMS bisa merasakan ketenangan bersama WN dan
menjadikan Paris sebagai rumah persinggahan. Hal tersebut merupakan fase
Nyata bagi tokoh DMS. Tokoh DMS bisa merasakan ketenangan yang berarti
ksbercukupan karena bertemu WN.
Data (19) menggambarkan fase nyata bagi DMS. Tokoh DMS menderita
sakit yang menyebabkan dia tergeletak tak sadarkan diri. Namun di dalam
kesakitannya, DMS masih menyebutkan kunyit sebagai symbol ketenangannya.

16

Kunyit bagi DMS merupakan lambang kebersamaannya dengan SRT. Lambang


keinginannya untuk bersatu dengan SRT yang tak pernah didapatkannya. Jadi fase nyata
dialami tokoh DMS yang sedang sakit menyebutkan kunyit sebagai lambang hasratnya,
membuatnya dia merasa berkecukupan.
Data (20) menggambarkan fase nyata yang dialami tokoh DMS. DMS dalam
hasratnya untuk pulang ke tanah air, selalu membara. Hal tersebut disiasati tokoh DMS
dengan menghadirkan barang-barang yang mampu membuatnya nyaman dan merasakan
hasratnya tercapai. Benda yang dihadirkan DMS merupakan benda-benda yang
berhubungan dengan masa lalunya yang membawa kenangan indah dan hasrat yang belum
terpuaskan.
Benda-benda yang dihadirkan DMS berupa kunyit dan cengkih. Kedua benda
tersebut mengingatkannya pada kekasihnya Surti yang tak bisa memalingkan cinta
keduanya walaupun terpisah jarak dan status. Surti berada di Indonesia dan sudah menjadi
milik orang lain, namun tidak menyurutkan cinta DMS kepada mantan kekasihnya.
Keinginan kembali ke tanah air dan bersatu dengan kekasihnya diwujudkan dengan
menghadirkan kunyit dan cengkih di ruang tengah rumahnya. Jadi kunyit dan cengkih
merupakan benda-benda koleksi DMS yang dapat membawanya pada kepenuhan yang
disebut fase nyata. Berikut paparan data fase nyata yang dialami DMS.
Data (21) menggambarkan fase nyata yang dialami tokoh DMS. DMS sangat
mengkhawatirkan ibunya. Sejak 30 September tentara meng^iar-ngejar anggota partai
komunis dan simpatisannya. Walaupun DMS tidak pernah menasbihkan diri sebagai
anggota partai komunis, tapi DMS dianggap simpatisan

PKI karena kedekatannya dengan tokoh HNT. Hal tersebut berdampak pada keluarganya di
Indonesia. Ibunya ikut digelandang di lapangan dan tak tersentuh berkat bantuan
saudaranya yang bernama Pak De No.
Fase nyata dialami tokoh DMS karena orang-orang tercintanya mengalami hal-hal
yang ditakutinya, yaitu ditangkap tentara berhubungan dengan kedekatannya dengan partai
komunis. Hal tersebut disebut sebagai fase nyata yang dialami tokoh DMS karena di
dalamnya terdapat peristiwa yang menakutkan dan traumatis karena kekhawatirannya jika
terjadi sesuatu yang tidak diinginkannya terhadap orang terkasihnya. Fase nyata juga
dialami tokoh lainnya yang bernama NUG. Berikut paparan data yang menggambarkan
fase nyata yang dialami tokoh NUG.

(14) Vivienne perlahan mengambil surat itu dari tangan Mas Nug dan
memberikannya padaku. Aku membuka dan membacanya. Sebuah surat
cerai. Rukmini, sang anggrek. Orchideen Bheien, itu meminta cerai dari Mas
Nugroho yang berkumis sepeti Clark Glabe ini dengan kepala pusing
berputar-putar dan mata berair. (NUG: 89)
(15) Tujuh tahun kemudian, sepucuk surat dari Rukmini melayang ke tangan Mas
Nug. Surat cerai. Malam itu, aku menopang Mas Nug berjalan menuju
stasiun Metro sembari mencoba menurunkan volume suaranya yang semakin
melengking tak karuan. (NUG: 108)

Data (22) dan (23) merupakan fase nyata yang dialami tokoh NUG. Tokoh NUG
merupakan sahabat DMS yang terdampar di Paris. NUG seperti juga DMS tidak dapat
pulang ke tanah air karena keterkaitannya dengan partai komunis Indonesia. Setelah
bertahun-tahun meninggalkan tanah air NUG harus menghadapi kenyataan istri
memintanya untuk bercerai. Permintaan cerai istrinya merupakan fase nyata bagi NUG.
Fase yang membawa NUG pada keterpurukan karena di saat kerinduannya pada tanah air
begitu menggebu. Rukmini merupakan

istri yang sangat dicintainya memintanya untuk bercerai. Tokoh NUG sangat terpukul
dengan kejadian ini. Jadi fase nyata dialami NUG karena orang yang dicintainya meminta
untuk menceraikannya dan membuatnya merasa terpuruk. Fase nyata dialami tokoh WN,
berikut paparan datanya.

(16) Prancis tak pernah menjadi rumah bagi Dimas. Aku sudah menyadari itu
sejak awal kami bertemu mata. Ada sesuatu yang mencegah dia untuk
berbahagia. Ada banjir darah di tanah kelahirannya. (WN: 218)
(17) Surti adalah lambang aroma kunyit dan cengkih. Itu semua menjadi satu di
dalam Indonesia. Malam itu, aku mengatakan pada Dimas, aku ingin
berpisah darinya. (WN:219)
Data (24) dan (25) merupakan fase nyata yang dialami tokoh WN. Data (24)
kepedihan tokoh DMS yang juga dirasakan WN saat kali pertama mereka bertemu. Begitu
juga dengan data (25) saat WN mengetahui suaminya yang tidak bisa.melupakan kekasih
dan tanah airnya. Pertengkaran mewarnai keluarga kecil DMS dan WN. Masalah financial
menjadi pemicu pertengkaran mereka. DMS sering berganti-ganti pekerjaan sehingga
mengganggu keuangan keluarga mereka. DMS merasa tidak menemukan kecocokan
dengan pekerjaan yang ditekuninya. Berpindah-pindah pekerjaan menjadi solusi yang
dipilihnya. Hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi WN. WN masih bisa mentolerir
sikap suaminya, DMS.
Namun menjadi berbeda ketika dia menemukan kebiasaan suaminya. DMS selalu
menyimpan kunyit dan cengkih di dalam toples di ruang tengah rumah mereka. DMS akan
mengganti kunyit dan cengkih itu setiap baunya sudah menghilang. Harga kunyit dan
cengkih sangat mahal di Paris di tengah-tengah keuangan mereka yang tidak stabil. Hal
tersebut tidak menjadi penghalang bagi

19

DMS untuk mengganti kunyit dan cengkih dengan yang baru, demi mendapatkan
aromanya. Belakangan diketahui benda-benda tersebut, kunyit dan cengkih merupakan
lambang cinta DMS terhadap kekasihnya SRT. WN memutuskan bercerai dengan DMS.
Jadi fase nyata dialami tokoh WN ketika dia menyadari suaminya ternyata tak bisa
berpaling dari mantan kekasihnya sehingga mereka harus bercerai. Fase nyata juga dialami
tokoh SRT, ALM, LTG, dan keluarga Aji, berikut paparan datanya.
(26) Bapak memangku Alam yang tertawa-tawa memainkan jari-jari
Bapak. Tentu saja anak berusia lima tahun masih melihat langit yang
menjanjikan pelangi.( ALM:249)
(27) Pada foto itu, Maman terlihat cantik; ayah terlihat ganteng dan
mereka berdua tersenyum dengan wajah penuh cahaya. Kini, Ayah
dan Maman sudah bercerai, sedangkan kebaya putih yang cantik itu
masih saja melekat di benakku.( LTG: 159)
(28) Surat ayahnya pada seorang perempuan bernama Surti Anandari.
Lintang juga ingat dengan jelas bagaimana surat itu terasa begitu
intim hingga Lintang merasa kalap. Surat yang diberikan pada
ibunya itu lantas menyebabkan pertengkaran yang berkepanjangan di
antara keduanya. (LTG: 182)
Data (26) mengambarkan fase nyata bagi tokoh ALM. Tokoh ALM adalah putra
dari SRT dan HNT. Data tersebut merupakan fase nyata bagi ALM karena pertemuannya
dengan sang ayah untuk yang terakhir kali. ALM yang masih kanak-kanak tidak
mengetahui bahwa pertemuannya dengan HNT setelah beberapa tahun berpisah merupakan
pertemuan terakhir. HNT akan menjalani eksekusi mati terkait keterlibatannya dengan
paham komunis yang anutnya. Jadi fase nyata dialami tokoh ALM saat perpisahannya
dengan HNT.
Data (27) dan (28) merupakan fase nyata bagi tokoh LTG. Tokoh LTG merupakan
putri tunggal hasil pernikahan WN dan DMS. Data (27) merupakan fase nyata bagi LTG
karena mengingatkannya saat ayah dan ibunya sebelum

bercerai. Bagi LTG saat-saat bersama dengan orang tuanya merupakan hal yang sangat
indah. Berbeda keadaannya seperti yang dialami LTG saat itu. Ayah dan ibunya sudah
tidak satu rumah lagi. LTG pun tidak tinggal lagi dengan kedua orang tuanya. Jadi fase
nyata yang dialami tokoh LTG saat kedua orang tuanya sudah tidak menjadi sepasang
suami istri.
Data (28) menggambarkan pertengkaran yang dialami kedua orang tuanya yang
berakhir dengan perceraian. Pertengkaran tersebut di latar belakangi surat yang
ditemukannya. Surat dari seorang wanita yang bernama SRT yang merupakan kekasih
ayahnya yang masih tetap dicintainya. LTG merasa bersalah atas kejadian tersebut. LTG
merasa dia menjadi penyebab orang tua bercerai karena menurutnya jika dia tidak
menyerahkan surat SRT kepada ibunya pertengkaran itu tidak akan terjadi dan perpisahan
kedua orang tuanya bisa dihindari. Jadi surat SRT kepada ayahnya merupakan fase nyata
bagi LTG karena menyebabkan perceraiannya orang tuanya. Fase nyata dalam novel PG
dialami tokoh BMO, AJI, dan RMA berikut paparan datanya.
(29) Melihat aku muncul dengan biru-biru di sekujur tubuh, Pak Prakoso
sedemikian kecewa hingga dia menyudut rokoknya ke lengan dan pahaku
berkali-kali. (BMO:313)
(30) Kami bertiga keluar dan menghembuskan seluruh nafas di teras
depan. Aku rasa ketegangan Alam dan Lintang sangat berbeda
dengan keteganganku. Apa yang kurasakan selama 20 menit bersama
Pak Prakosa dan ibuku adalah siksaan neraka masa kecil yahg
mendadak kembali dan menggerayangiku. (BMO:321)
(31) Sudah hampir empat tahun ini dia malas berkomunikasi dengan kita.
Setahun terakhir, dia sama sekali tidak datang, tidak menelepon. Lebaran
pun dia hanya datang dan pergi seperti hantu. Aji kini mematikan televisi.
Wajahnya tampak luka dan tersinggung. Masih menganggap kita orang tua?
(AJL331)
(32) Rama merasa seluruh sekolah, kawan-kawannya bergaul, dan satu
kompleks rumah mereka seolah mengganggap keluarga Aji Suryo
adalah keluarga nista yang perlu dijahui. Setiap hari Rama dengan

penuh paronia mengecek apakah ayahnya diteror di tempatnya bekerja. Dia


juga mulai jarang menggunakan nama Suryo di belakang namanya, dan
sebagai gantinya dia menggunakan nama keduanya: Rama Dahana.
(RMA:334)
Data (29) dan (30) merupakan fase nyata bagi tokoh BMO. BMO adalah putra
hasil perkawinan antara NUG dan Rukmini. BMO hidup bersama dengan ibunya di
Indonesia. Ayah NUG berada di Paris tidak bisa kembali ke tanah air karena
keterlibatannya dengan anggota komunis. Fase nyata dialami BMO karena perbuatan ayah
tirinya yang bernama P. Prakosa terhadap dirinya.
Fase nyata yang dialami tokoh BMO ditandai dengan (1) penyiksaan P.Prakosa
terhadap anak tirinya yang dipandangnya lemah. (2) BMO sering menjadi bulan-bulanan
teman sekolahnya. (3) P. Prakosa menginginkan anak tirinya melawan perbuatan temanteman sekolah yang menyakitinya. Namun BMO tidak pernah bisa melakukannya. (4)
Sundutan rokok P. Prakosa hinggap di paha dan lengannya setiap kali BMO babak belur
menjadi bulan-bulanan teman-teman sekolahnya. Demikian lah fase nyata dialami BMO
karena siksaan ayah tirinya terhadap dirinya.
Data (31) menggambarkan fase nyata yang dialami tokoh AJI. AJI adalah adik
tokoh DMS. Tokoh AJI sangat kecewa memperhatikan tingkah laku puteranya RMA.
Terkait status mereka sebagai keluarga tapol RMA sangat menyesali keluarganya. RMA
tidak mau mengunjungi keluarganya lagi. RMA meninggalkan nama belakang keluarganya
demi mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah. Jadi kelakuan putranya tersebut
menjadi fase nyata bagi Aji karena tidak mau menerima status keluarganya yang termasuk
keluarga tapol.

i22

Daia (32) merupakan fase nyata yang dialami tokoh RMA. RMA sebagai salah satu
keluarga tapol merasakan trauma yang mendalam. RMA merasakan semua teman sekolah
dan orang-orang mengganggap keluarganya sebagai keluarga nista yang wajib dijauhi. Jadi
status keluarganya sebagai keluarga tapol yang dimusuhi pemerintah dan masyarakat
menjadi fase nyata bagi RMA.
Secara keseluruhan, fase-fase nyata yang terdapat dalam kumpulan cerpen 9dNdm
novel PG dapat dilihat pada tabel berikut.

Fase Nyata

Cerpend
an Tokoh
MSS
MLT

Nadira dan keluarganya ketika menemukan Kemala meninggal secara


mendadak dan tidak wajar.
Fase nyata dialami oleh Nadira ketika menghadapi kematian Kemala.

TSH

CTG

SPU
APB

Nadira menghadapi kematian Kemala yang tidak wajar


Saat-saat berada di Pedder Bay merupakan fase nyata bagi Nadira karena
segalanya tiada berkekurangan.Saat mendengarkan bunyi riak sungai di
Pedder Bay yang membangkitkan ketenangan, kebercukupan tiada
kurang suatu apapun.

DMS

DMS melihat tanah airnya yang bergolak


Bunga anggrek dan
melati yang ada di Indonesia merupakan symbol fase nyata bagi DMS karena
di dalamnya tiada kekurangan dan tercukupi.
DMS pada pengalaman
yang janggal dan traumatis yang dialami orang-orang terkasihnya DMS
merasakan kebercukupan jika berada di Indonesia yang tak dapat
dirasakannya ketika berada di Paris.
Bunga anggrek dan melati yang
ada di Indonesia merupakan

Bramantya saat dia merasakan masa bahagia saat bersama kekasihnya.


Bramantya berhenti dari pekerjaannya.
Nadira ketika dia merasakan ketenangan saat berada di lubang kubur
alias keinginannya untuk mati. Nadira menghadapi tuduhannya orang
lain kalau dirinya berselingkuh dengan iparnya.

23

symbol fase nyata bagi DMS karena didalamnya tiada kekurangan dan
tercukupi.
Orang - orang terkasih tokoh DMS di Indonesia
terancam.
tokoh DMS harus menerima kenyataan ibunya
berpulang.
Tokoh DMS bisa merasakan ketenangan yang
berarti kebercukupan karena bertemu WN
Tokoh DMS yang
sedang sakit menyebutkan kunyit sebagai lambang hasratnya,
membuatnya dia merasa berkecukupan. Benda-benda yang berhubungan
dengan masa lalunya yang membawa kenangan indah dan hasrat yang
belum terpuaskan.
orang-orang tercintanya mengalami hal-hal yang
ditakutinya, yaitu ditangkap tentara berhubungan dengan kedekatannya
dengan partai komunis.

NUG
VVN *
ALM
LTG

BMO
AJI-,
RMA

Orang yang dicintainya meminta untuk menceraikannya dan membuatnya


merasa terpuruk.
dia menyadari suaminya ternyata tak bisa berpaling dari mantan
kekasihnya sehingga mereka harus bercerai.
Saat perpisahannya dengan HNT.

Saat kedua orang tuanya sudah tidak menjadi sepasang suami istri.
LTG merasa sebagai penyebab perceraiannya orang tuanya.
Siksaan ayah tirinya terhadap dirinya.
RMA tidak mau menerima status keluarganya yang termasuk keluarga
tapol.
status keluarganya sebagai keluarga tapol yang dimusuhi pemerintah dan
masyarakat menjadi fase nyata bagi RMA.

2. Fase Cermin (the Imaginary)


Tahapan ini merupakan perkembangan kepribadian manusia ketika menyadari
dirinya sebagai ego 'aku' yang disadari ketika melihat bayangannya dalam cermin dan
menyadari perbedaannya dirinya dengan 'liyan.'Sebagai citra cerminal, ego ideal tidak akan
pernah cocok dengan keadaan individu yang sebenarnya. Ego tidak lain adalah konsep
imajiner tentang diri yang utuh, sempurna, nir-kekurangan dan tanpa keyakinan adanya
kekurangan di dalamnya. Ego atau aku tersebut akan menjadi selalu "liyan", tidak setara
dengan bahkan bukan aku yang sebenarnya (Sarup, 2009:32). Manusia mengetahui dirinya

melalui orang lain. Padahal orang lain tidak mungkin mengetahui secara pasti diri
kita yang sebenarnya.
Berdasarkan konsep tersebut aplikasinya dalam fiksi Leila S. Chudori
tergambar dalam kumpulan cerpen 9dN dan novel PG. Fase nyata dalam
kumpulan cerpen 9dN terdapat dalam cerpen, MSS, N&N, TSH, MLT, CTG, SPU,
dan APB. Sedangkan dalam novel PG dialami oleh tokoh HNT, DMS,SRT, NUG,
dan LTG Untuk lebih jelasnya gambaran tentang fase nyata pada cerpen MSS
dapat dilihat pada data berikut.
(33)....Sementara Bea adalah gadis Belanda yang pada hari pertamaku di
Amsterdam mengajak si gadis Indonesia yang semula dianggapnya pemalu
ini, menyusuri rumah-rumah lampu merah, hanya agar aku kelonjotan. Dia
begitu kepingin tertawa hingga terbungkuk-bungkuk melihat seorang gadis
Asia....(MSS: 5)
(34)
Wajahmu berseri...seperti..." Bea membetulkan kondeku dan
\
menjenguk cermin. Aku melihat wajahku yang mengenakan rias
yang sangat tipis dan rapi. wajahku yang mengenakan rias yang sangat tipis
dan rapi.
"Seperti bunga seruni...1' kata Johanna sambil memasang bunga seruni..." kata
Johanna sambil memasang bunga seruni itu satu per satu menutupi kondeku.
Di cermin itu, aku melihat seorang pengantin berbaju putih, berhiaskan
kembang seruni putih. Pengantin yang paling berbahagia di dunia. (MSS: 5)
(35) Aku
mengenakannya
sepasang
dengan
giwangku.
Setelah
mematut- matut terakhir kalinya, Jonanna memasang satu tangkai
seruni terakhir di kondeku. "Kamu akan menjadi pengantin paling
cantik di Amsterdam.." kata Johanna. "Di Dunia..., kata Bea
memberikan buket kembang seruni ke tanganku. Di cermin itu, aku
melihat seorang pengantin berbaju putih, berhiaskan kembang seruni
putih. Pengantin yang paling berbahagia di dunia. (MSS: 31)
Data (33) menggambarkan Kehidupan Kemala saat masih berada di
Amsterdam. Kemala menginjak kuliah semester pertama di Vrije Universiteit
Belanda. Kemala mempunyai sahabat yang bernama Bea. Bea adalah gadis

Belanda yang mengajak Kemala melihat suasana Rosse Buurt Red Ligh District. Bea ingin
melihat reaksi Kemala seorang gadis Asia melihat suasana tempat pelacuran di Amsterdam.
Kemala melalui sahabatnya Bea, melihat dirinya sebagai gadis Asia yang pemalu.
Gadis Asia yang identik dengan budaya timur yang kental. Berbeda dengan gadis Eropa
yang berbeda budaya dan kebiasaan. Gadis Eropa lebih bebas daripada gadis Asia terutama
dalam hal seks, sebaliknya gadis Asia cenderung lebih pemalu. Hal ini dirasakan Kemala
lewat sahabatnya Gea. Jadi dapat disimpulkan tahap cermin dalam cerpen MSS adalah
Nadira mengetahui dirinya melalui orang lain, yaitu gadis Asia cenderung lebih pemalu
dalam urusan seks daripada orang Eropa. Padahal menurut orang lain tidak mungkin
mengetahui secara pasti dirinya yang sebenarnya.
Data (34) menggambarkan fase cermin yang dialami Kemala. Kemala saat
pernikahannya dengan Bramantya. Kemala melewati tahap cermin melalui kedua
sahabatnya Johanna dan Bea. Kemala begitu tergila-gila pada Bramantya kekasihnya. Saatsaat menikah dengan Bramantya adalah saat yang dinantikannya. Menikah ketika masih
berstatus mahasiswa dengan segala keterbatasannya. Hal tersebut sangat berkesan dalam
kehidupan Kemala. Setelah menikah dan mempunyai tiga anak, Kemala menasbihkan
dirinya dengan bunga seruni. Hingga kematian Kemala, Nadira mati-matian mencari bunga
seruni putih untuk makam ibunya.
Sesuai konsep Lacan, fase cermin merupakan fase manusia mengenal dirinya
melalui orang lain. Walau sebenarnya orang lain tidak akan pernah tahu

diri kita yang sebenarnya. Kemala dalam pernikahannya yang serba terbatas, memakai
bunga seruni putih. Bunga seruni dipakai karena sudah tidak ditemukan lagi bunga yang
lain. Kedua temannya mengatakan bahwa dia cantik seperti bunga seruni. Pernikahan yang
berkesan, menikah dengan orang yang dicintainya dan bunga seruni.
~ Kemala merasa bunga seruni merupakan citra dirinya sesuai dengan yang
diungkapkan kedua temannya. Kemala menyukai bunga seruni sesuai dengan ungkapan
Bea dan Joana bahwa dia cantik seperti bunga seruni. Jadi fase cermin dialami Kemala
ketika melihat wajahnya yang cantik seperti bunga seruni di hari pernikahannya. Fase
cermin didapatkan Kemala dari kedua sahabatnya Bea dan Joana.
Data (35) menggambarkan ketika Kemala menjadi pengantin Bramantya. Data
tersebut juga menggambarkan Kemala adalah pengantin'yang paling cantik di Amsterdam
bahkan di dunia. Penggambaran ini dilakukan oleh orang lain yaitu kedua sahabatnya, Bea
dan Johanna. Hal ini diamini Kemala saat menyaksikan dirinya di cermin seorang
pengantin berbaju putih berhiaskan bunga seruni putih, pengantin yang paling berbahagia
di dunia.
Kemala menemukan dirinya lewat kedua sahabatnya. Nadira meyakini dirinya
sebagai pengantin yang paling cantik dan bahagia. Meskipun pada kenyataannya Kemala
menikah dengan penuh keterbatasan. Baju pengantin yang dipakai Kemala terbuat dari kain
Belanda termurah. Bunga penghias sanggul pun menggunakan bunga seruni putih karena
sudah tidak ada ada lagi bunga yang lain. Perkawinan tersebut tidak dihadiri anggota
keluarga masing-masing mempelai.

Kemala tetap yakin bahwa dia pengantin tercantik dan paling bahagia sedunia.
Demikianlah fase cermin dialami Kemala melalui kedua sahabatnya.
Fase cermin dalam kumpulan cerpen 9dN karya Leila S. Chudori juga tergambar
dalam cerpen N&N dan MLT. Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan datanya.
(36)Nina membaca sekilas. Sebuah cerita pendek anak-anak berjudul "Perjalanan
ke Negara Biru". Penulis: Nadira Suwandi. Kini desiran angin malam itu
semakin marah; terasa kering dan panas. Tapi itu belum seberapa dibanding
pandangan ibunya yang menghujam. Ibunya, perempuan yang
melahirkanya, yang menyusuinya, yang mengajarkannya bagaimana
membaca dan mencintai buku-buku hingga mereka bertiga membutuhkan
buku seperti manusia membutuhkan oksigen. Ibunya yang dengan sabar
mengajarkan bahwa mereka harus bersikap sopan dan ramah kepada siapa
saja jika ingin diperlakukan demikian oleh orang lain. Ibunya yang
mengajarkan mereka bertiga untuk memperlakukan semua orang dengan
baik, tanpa melihat wama kulit, jender, status social, agama, atau perbedaan
pemikiran. Dan ibunya yang mengajarkan bahwa sebagai kakak tertua, dia
harus merawat adik-adiknya.(N&N: 39)
(37) "Bukan Cuma perayu, Yu Nina. Dia tukang kawin. Tukang kawin. Yu Nina
akan menjadi istrinya yang keempat... Tiga istrinya yang diceraikannya
hanya setelah beberapa tahun dia menikah," Arya tak tahan lagi
mengeluarkan fakta-fakta tentang Gilang Sukma yang sebetulnya Sudah
diketahui seluruh dunia.(MAf: 47)
Data (36) menggambarkan fase cermin yang dialami Nina. Nina adalah kakak
Nadira yang paling besar atau tertua. Nina sebagai kakak tertua mempunyai tanggung
jawab untuk merawat adik-adiknya. Semua itu Nina dapatkan dari yang dikatakan ibunya,
Kemala. Kemala selalu mengajarkan anak-anaknya membaca. Anak-anaknya mencintai
buku, membutuhkan buku seperti membutuhkan oksigen.
Nina menghukum Nadira atas kesalahan yang tidak dilakukannya. Nina merasa
berdosa dan menyesali perbuatannya. Nina sebagai kakak harusnya

menjaga dan merawat adiknya bukannya menyebabkan adiknya sakit. Nadira menderita
deman akibat hukuman Nina. Nina mengetahui bahwa dirinya seharusnya merawat adiknya
dari Kemala. Hal tersebut sangat disesali oleh Nina. Nina merasa berdosa kepada ibunya
karena tidak menjadi seharusnya yang dilakukan seorang kakak terhadap adiknya. Dengan
demikian dapat disimpulkan fase cermin dialami Nina ketika dirinya mengetahui dari
ibunya, bahwa dia harus menjadi kakak yang bisa merawat adik-adiknya.
Data (37) menggambarkan Nina yang mengalami fase cermin. Nina dalam cerpen
N&N mengalami fase cermin melalui adiknya Nadira. Hal ini terjadi ketika Nina ingin
menikah dengan Galang sukma. Semua keluarga besar Swandi berkumpul menjelang
pernikahan Nina dan Galang Sukma. Nina yang selama ini sedang jatuh hati tidak
menyadari bahwa Galang Sukma yang akan dinikahinya hanyalah perayu.
Nina mengalami fase cermin bahwa dirinya hanyalah korban Galang sukma dari
saudaranya Nadira. Hal ini membuat Nina mengetahui dirinya bahwa dia hanyalah korban
rayuan Galang Sukma dari kedua adiknya yang bernama Nadira.
Jadi dapat disimpulkan fase cermin dialami Nina dari kedua saudaranya bahwa
dirinya telah ditipu lelaki yang akan menikahinya adalah seorang Perayu. Fase cermin juga
tampak dalam cerpen MLT. Cerpen MLT menceritakan tentang kehidupan Nadira dan
ayahnya. Ayahnya sebagai seorang wartawan senior yang menghabiskan waktunya dan
cintanya hanya untuk pekerjaan. Ayahnya berambisi untuk menjadi wartawan yang hebat.
Bramantya berharap wartawan Indonesia

pada untuk masa depannya menjadi wartawan yang benar-benar jujur. Fase
cermin juga tergambar dalam cerpen MLT. Berikut data fase cermin yang terdapat
dalam cerpen MLT.
(38)"Anu , Dir..., Pak Mahmud tadi muji-muji wawancaramu di majalah Tera.
Katanya tajam betul pertanyaanmu. Ayah bilang kan itu karena Dira
keturunan Ayah...," ayahnya terkekeh kembali. Nadira tersenyum, "Bicara
tiga kalimat saja harus lima jam, Yah..."(MLT: 67)
(18) Nadira menggigit bibir. "Dia ...dia hanya suka menonton televisi, Yu.
Tepatnya nonton video. Dia nonton video AU the Presidentt's Men
berulang-ulang cuma untuk mengenang masa lalunya sebagai wartawan.
"Itu karena kamu kesepian mengurus Ayah sendirian, Aku sibuk kuliah;
Arya sibuk dengan hutan hingga dia mirip orang utan. Dan kamu, seperti
biasa anak berbakti, sendirian,"suara Yu Nina terdengar menjengkelkan.
Suara seorang kakak tertua, sulung, merendahkan (MLT: 87)
(19) Bapak X tersenyum, "Tentu saja... Tentu saja kau tak percaya... Ibu
mencintai kalian seperti seekor induk burung yang sayapnya meringkus
kalian bertiga ke dalam satu pelukan yang ketat, yang protektif dan penuh
cinta... "(MLT: 110)
Data (38) merupakan fase nyata bagi Nadira. Bramantya menceritakan pujian yang
diberikan temannya, yang bernama P. Mahmud kepada Nadira. Bramantya yang sudah
memutuskan berhenti dari pekerjaannya, menghabiskan waktu dengan menelepon temantemannya. Menurut P. Mahmud Nadira adalah wartawan yang hebat berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkannya kepada narasumbernya. Hal tersebut
diketahui P. Mahmud dari majalah Tera tempat Nadira bekerja.
Pernyataan Ayahnya merupakan fase cermin yang dialami Nadira. Nadira
mengetahui siapa dirinya melalui orang lain. Nadira memiliki gambaran tentang dirinya
bahwa dia adalah seorang wartawan yang kritis, seperti ayahnya. Pernyataan tersebut
membuat ayahnya bangga terhadap dirinya. Jadi fase cermin

dialami Nadira ketika dirinya mengetahui bahwa dirinya adalah wartawan hebat melalui
orang lain.
Data (39) merupakan fase cermin bagi Nadira. Setelah kematian Kemala secara
mendadak dan mengejutkan keluarga Swandi menjadi tercerai berai. Nadira menghadapi
keruwetan orang tuanya sendiri. Kakaknya meneruskan studi sedangkan di Amerika
sedangkan Arya memilih mengabdikan dirinya di hutan. Hanya Nadira seorang diri yang
masih bertahan menemani ayahnya yang selalu menghabiskan waktunya dengan memutar
fdm yang sama dengan berulang-ulang. Nina menyebut adiknya sebagai anak yang
berbakti. Jadi fase cermin didapatkan Nadira bahwa dia adalah anak yang berbakti dari
kakaknya Nina.
Data (40) menggambarkan fase cermin yang dihadapi Nadira. Nadira mendapatkan
gambaran tentang hubungan antara dirinya dengan Kemala. Lewat penuturan Bapak X ,
Nadira mengetahui bahwa ibunya Kemala adalah orang yang sangat mencintai anakanaknya. Rasa kehilangan dirasakan Nadira dan saudara-saudaranya saat mereka tidak
bersama ibunya lagi. Hal tersebut menunjukkan betapa berartinya tokoh Kemala sebagai
seorang ibu dihadapan anak-anaknya. Jadi Nadira mendapat gambaran betapa ibunya
begitu mencintai anak-anaknya dari orang lain. Fase cermin dalam kumpulan cerpen 9
terdapat dalam cerpen TSB dan CTG berikut kutipan datanya.
(41) Tasbih itu saya berikan pada Nina. Setelah kemala pergi, roh anakanak saya seperti ikut bersamanya. Saya pun juga seperti tak ada
guna....," suara Bram terdengar serak. Ia mencoba menghalangi air
matanya
yang akan tumpah. "Saya
merasa, Nina paling
membutuhkan tasbih ibunya. Saya tahu Arya dan Nadira selalu kuat;
selalu bisa mengatasi luka kehilangan ibunya. (TSB: 127)
(42) Dia malah semakin menantang. Gilang membalas tatapan Arya
dengan berani. Aku khawatir rumah kami yang sudah tua itu akan

meledak karena kedua anak muda ini. "aku membaca dan mendengar nasip tiga
bekas istrimu. Aku harus merasa yakin, kau akan mempermainkan Yu Nina!"
(CTG: 155) (43) Arya menutup buku harian ibunya dan menghela nafas. Enam
tahun kemudian keluarga Swandi menghadapi problem yang sama. Seorang lelaki
mencoba masuk dalam keluarga. Kali ini, Arya tak ingin dianggap seperti begundal
yang menyusahkan. (CTG: 157)

Data (41) menggambarkan fase cermin yang digambarkan oleh Bramantya.


Bramantya menggambarkan keadaan anak-anaknya pasca kematian Kemala istrinya.
Diantara ketiga anaknya Bramantya menganggap Nina yang paling rapuh. Hal tersebut
didasari oleh masa kecil Nina. Setiap yang dilakukan Nina selalu membutuhkan pengakuan
kedua orang tuanya. Bramantya beranggapan Nina memang lebih membutuhkan tasbih
tersebut. Tasbih yang diinginkan Nadira merupakan milik Kemala, ibunya. Pemberian
tasbih sebagai penguat kejiwaan kepada Nina sekaligus sebagai penggambaran kejiwaan
anak-anaknya yang menurutnya paling rapuh dibanding saudara-saudaranya. Jadi dapat
disimpulkan fase cermin dalam cerpen TSB, merupakan penggambaran Bramantya terhadap
anak-anaknya.
Data (42) merupakan fase cermin yang dihadapi tokoh Galang Sukma. Galang
Sukma adalah calon suami Nina. Galang Sukma terkenal sebagai seorang koreografer yang
sering berganti-ganti pasangan. Arya sebagai saudara laki-laki Nina tidak menginginkan
nasip kakak perempuannya sama dengan bekas istri-istri Galang Sukma. Jadi Galang
Sukma mendapatkan gambaran dirinya sebagai orang sering kawin cerai dari calon iparnya
Arya.
Data (43) menggambarkan fase cermin yang dialami Aiya. Fase cermin keluarga
Swandi ditemukan Arya lewat buku harian Kemala. Arya melihat apa

yang dialami adiknya merupakan peristiwa yang sama ketika dihadapi kakaknya enam
tahun silam. Nadira akan akan menghadapi nasib yang sama seperti kakaknya Nina. Nina
yang menikahi Gilang Sukma, lelaki yang doyan kawin cerai. Pernikahan Nina kandas
akibat tabiat suami tersebut. Lewat buku harian ibunya Arya mampu menemukan gambaran
pernikahan yang akan dihadapi adiknya Nadira. Jadi fase cermin keluarga Swandi
ditemukan Arya yang perkawinan akan kandas seperti yang dihadapi kaknya Nina. Fase
cermin dalam kumpulan cerpen 9 dN juga terdapat dalam cerpen SPU dan APB. Berikut
paparan datanya.

(20) Aku bertemu dengan Nadira Suwandi tahun 1989. Dia meluncur di
hadapanku sebagai sosok yang memasuki dunia jurnalisme dengan penuh
daya hidup. Dia perempuan muda yang segar; berambut ik?l panjang (yang
agak jarang disisir, tapi selalu cukup rapi untuk digerai hingga menyentuh
bahunya); malas berdandan seperti lazimnya wartawan perempuan lainnya di
dunia lainnya di dunia media berita (kecuali seulas bedak tipis dan polesan
gincu yang samar-samar, nyaris berwarna seperti bibir). (SPU: 184)
(21) Sejak itu, wajah Nadira tak pernah sama seperti yang kukenal. Rambutnya
semakin berantakan; wajahnya kusut dan pipinya selalu terdapat jejak air
mata, seolah dia tak pernah membasuh mukanya. Kolong meja kerjanya
berubah menjadi tempat dia menyembunyikan seluruh kesedihannya. (SPU:
19
(22) Marc memainkan rambut Nadira, "Dia berat hati karena takut kehilangan
kamu."
Nadira melotot, "Kenapa ya semua orang mengatakan itu? Marc
menggelengkan kepala, "Karena Cuma kamu yang tidak tahu, Tara
mencintai kamu. Dari ceritamu saja, aku sudah langsung tahu." (APB: 247)
(47) Yang jelas, Ayah bercerita, Tara pemah berkunjung ke rumah Ayah
hanya untuk meminta tasbih Ibu yang ada padaku. Katanya, Tara
berharap dengan tasbih itu, engkau akan lebih tenang. Aku kagum
dengan perhatian Tara kepadamu. Tidak banyak rekan dan kawan
yang mau berpayah-payah melakukan itu jika Karena cinta. Dan
ingat. Hingga kini Tara tak kunjung bisa mengikat diri dengan
siapapun (ini menurut laporan Arya). (APB:257)

Data (44) merupakan fase cermin bagi Nadira. Nadira mendapatkan gambaran
tentang dirinya dari teman sekantornya. Nadira di mata teman satu kantor hadir sebagai
sosok yang perempuan muda yang penuh daya hidup. Wajahnya segar dengan riasan make
up sederhana. Penampilannya khas seperti wanita lainnya di dunia jurnaistik. Jadi fase
cermin didapatkan Nadira tentang penampilan dirinya dari teman sekantornya bahwa dia
reporter wanita yang menarik.
Data (45) merupakan fase cermin yang dihadapi Nadira. Nadira kembali
mendapatkan gambaran tentang dirinya dari teman sekantornya. Berbeda dengan
penggambaran sebelumnya, Ndira kali ini digambarkan sebagai gadis yang penampilan
kusut. Wajahnya selalu kusut seakan tak pernah tersentuh air. Hal ini terjadi akibat
kematian Kemala. Nadira tidak pernah bisa mengiklaskan kepergian ibunya. Enam tahun
semenjak kepergian ibunya Nadira menmpati kolong meja kerjanya sebagai tempat
menyembunyikan seluruh kesedihannya.)adi fase cermin didapatkan Nadira bahwa dia
mempunyai penampilan yang kumal setelah kematian Kemala didapatkannya dari teman
satu kantornya.
Data (46) merupakan fase cermin yang dihadapi Nadira. Nadira mengetahui bahwa
Tara mencintainya dari teman satu almamaternya yang bernama Marc. Selama ini Nadira
tidak menyadari akan cinta Tara kepadanya. Tara mencintai Nadira baru disadarinya lewat
penuturan orang lain. Fase cermin membawa Nadira menyadari bahwa Tara mencintainya
begitupun dengan Nadira. Jadi fase cermin yang dihadapi Nadira ketika dia menyadari
bahwa Tara mencintainya begitupun sebaliknya didapatkan dari orang lain.

Data (47) merupakan fase cermin bagi Nadira. Nadira mendapatkan dirinya dicintai
Tara. Hal tersebut diketahuinya lewat saudaranya Nina. Tara yang mencintai Nadira
ditunjukkan dengan perhatian selama ini yang ditujukan kepada Nadira namun Nadira tidak
menyadarinya. Nadira menyadari hal tersebut lewat pencerminan orang lain dalam hal ini
kakaknya Nina. Jadi fase cermin dialami Nadira ketika dia mendapatkan gambaran bahwa
dirinya dicintai oleh Tara yang selama ini tidak disadarinya.
Fase cermin di dalam novel PG dialami oleh beberapa tokoh, sebagai berikut:
HNT, DMS, SRT, NUG, dan LTG. Berikut paparan datanya.

(23) Lettu Mukidjo sungguh beradap, padahal aku sudah siap digelandang dan
ditendang kanan kiri. Menurut kabar kawan-kawan, mereka penasaran sekali
mencari aku hingga menyebutku Sang bayang-bayang. Aku mengangguk
dengan tenang dan melangkah diiringi keempat lelaki berbaju sipil yang
pamit pada Adi Tjahjono. (HNT: 5)
(24) Aku iri. Aku cemburu. Pertarungan di Paris saat ini sungguh jelas
keinginannya. Jelas siapa yang dituntut dan siapa yang menggugat. Perseroan
ini antara mahasiswa dan buruh melawan pemerintah De Gaule. Di Indonesia,
kami akrab dengan kekisruhan dan kekacauan tetapi tak tahu siapa kawan dan
siapa lawan. Kita bahkan tak tahu apa sesungguhnya yang dicita-citakan oleh
setiap pihak yang bertikai, kecuali kekuasaan. Betapa porak-poranda. Betapa
gelap. (HNT:42)
(50) Mas Hananto, mengatakan dia tetap berkawan baik dengan pasangan
Belanda itu. Tetapi "anak gadisnya yang baru kuliah di Amsterdam sungguh
cantik," katanya dengan mata berbinar. Aku tidak memusingkan petualangan
asmara Mas Hananto yang liar yang menyantap sekaligus ibu dan anaknya.
(HNT: 62)
(51) Jangan-jangan dia menyamar, kata Risjaf dengan suara dibuat berat
dan misterius. Menyamar jadi apa, jadi gembel? Aku terkekehkekeh. Mas Hananto itu lihai. Dia bisa menyusup ke mana-mana
tanpa diketahui jejaknya, kata Mas Nug dengan yakin dan optimistic.
Aku yakin dia menyamar, kata Risjaf menekankan. (HNT:75)
Fase cermin dialami tokoh HNT. HNT selain bekerja di kantor berita
Nusantara juga aktif sebagai anggota partai komunis. HNT berusaha keras

memengaruhi teman-temannya yang belum menjadi anggota komunis dan memusuhi


siapapun yang tidak sepaham dengannya. Selama 'pembersihan' anggota PKI HNT
tergolong sulit ditemukan oleh anggota TNI. Anggota TNI yang mencarinya menyebut
HNT sebagai sang bayang-bayang. Jadi fase cermin dihadapi Hananto saat dirinya
ditangkap dan disebut sebagai sang bayang-bayang.
Data (49) fase cermin yang dialami HNT. HNT menghadapi dirinya sebagai
seorang yang tidak konsisten, hal tersebut diketahui berdasarkan pencerminan orang lain
yaitu tokoh DMS. HNT sebagai orang yang berstatus suami, tidak seharusnya menjalin
hubungan dengan wanita lainnya. Hal tersebut diungkap oleh sahabatnya DMS. Jadi fase
cermin dihadapi oleh HNT ketika orang lain mengatakan dirinya sebagai seorang yang
tidak konsisten karena masih mempunyai hubungan dengan wanita lain selain istrinya yang
sah.
Data (50) merupakan fase cermin bagi HNT. HNT kembali mendapatkan dirinya
sebagai lelaki yang tidak setia karena senang berganti-ganti pasangan bahkan menyukai ibu
dan anak sekaligus. Hal tersebut berdasarkan digambarkan oleh temannya DMS. Jadi HNT
mendapatkan gambaran dirinya sebagai lelaki yang yang memilki petualangan asmara yang
liar berdasarkan penuturan orang lain.
Data (51) merupakan fase nyata bagi tokoh HNT. Terkait dengan perjalanan
politiknya HNT selalu diburu-buru TNI. Teman-teman HNT sudah tertangkap semua
kecuali HNT. Tokoh HNT mendapatkan cerminan dirinya sebagai Si lihai karena
kemampuannya yang luar biasa hidup dalam perburuan selama tiga tahun tanpa diketahui
keberadaannya. Jadi fase cermin tentang

gambaran dirinya melalui orang lain bahwa dirinya sebagai orang yang lihai dalam hal
penangkapan dirinya.
Fase cermin dalam novel PG karya Leila S. Chudori dialami oleh tokoh DMS,
berikut paparan datanya.
(52) Aku mencium udara bulan Mei yang penuh dengan bau sangit tubuh
yang jarang bertemu air. Bau mulut yang tak bertemu odol bercampur
dengan aroma alcohol, mengeluarkan semangat perlawanan yang tak
tertandingkan. Aku iri. Aku cemburu. Pertarungan di Paris saat ini sungguh
jelas keinginannya. Jelas siapa yang dituntut dan siapa yang menggugat.
Perseroan ini antara mahasiswa dan buruh melawan pemerintah De Gaule.
Di Indonesia, kami akrab dengan kekisruhan dan kekacauan tetapi tak tahu
siapa kawan dan siapa lawan. Kita bahkan tak tahu apa sesungguhnya yang
dicita-citakan oleh setiap pihak yang bertikai, kecuali kekuasaan. Betapa
porak-poranda. Betapa gelap. (DMS: 10)
(53) Mas Hananto pernah mengatakan, aku adalah seorang Wibisono, adik
Rahwana dan siapa yang menjadi Rama datem politik Indonesia. Yang aku
tahu, Mas Hananto menganggap pendirianku tak mudah ditebak. Sejujurnya,
aku merasa seperti Bima yang sangat mencintai Drupadi tapi harus pasrah
karena Arjuna selalu menjadi titik hasrat perempuan sejagat. Tetapi referensi
Bima ini .tak ada urusannya dengan politik Indonesia, melainkan lebih pada
soal masa lalu cintaku. (HNT:42)
(54) Surti dan aku dulu pernah dekat...Surti adalah kekasihmu di masa
lalu, Vivin mengercksi kalimatku, dan kau marah karena Hananto
mempermainkan perempuan yang pernah kau cintai. Vivienne
menatapku seolah ingin mengecek apakah masih ada sisa-sisa
kasihku pada Surti. Atau mungkin..kau masih mencintainya.
(DMS:31)
(55) Mas, ini terakhir kali aku mencampuri urusanmu. Tapi hidup diantara
keluargamu dengan Mami dan perempuan lainnya, menunjukkan kau tidak
konsisten. Apa maumu, Dimas? Lihat kehidupan pibadimu. Kau juga tak
punya keinginan jelas. Apa karena hatimu masih tertambat pada masa lalu,
atau karena kau terlalu menyukai masa lalu, atau karena kau terlalu
menyukai masa bujanganmu? (DMS:40)
Data (52) merupakan fase cermin bagi tokoh DMS. Di tengah-tengah demo
mahasiswa di Paris tokoh DMS mendapatkan gambaran antara negerinya yang sedang
kisruh dengan Paris. Demo mahasiswa Paris berlangsung damai,

mereka mengetahui apa yang diperjuangkan. Mereka pun mengetahui lawannya. Hal ini
berbeda dengan kondisi politik yang berada di Indonesia.
Demo di Indonesia berlangsung dengan anarkis. Mereka tidak mengetahui sia^a
kawan siapa lawan. Hari ini kawan besok bisa berubah menjadi lawan. Mereka tidak tahu
apa yang diperjuangkan. Mereka hanya ingin mendapatkan kekuasaan. Begitulah gambaran
atau fase cermin yang didapatkan oleh DMS melihat demo yang berlangsung di Paris dan
keadaan di Indonesia yang segalanya hanya di tujukan untuk mendapatkan kekuasaan.
Data (53) menggambarkan fase cermin yang dialami tokoh DMS. DMS
mengetahui gambaran tentang dirinya melalui orang lain. Tokoh HNT sangat
menginginkan DMS menjadi anggota komunis. Berbagai cara dilakukan HNT agar DMS
bersedia mendukung partai yang diperjuangkannya. DMS dalam satu sisi dekat dengan
tokoh PKI namun di satu sisi menjalin hubungan dengan tokoh partai Masyumi. Hal
tersebut mendorong HNT untuk menggambarkan dirinya sebagai Wibisono adik Rahwana
yang tidak mampu membuat keputusan siapa yang didukungnya. Jadi fase cermin dihadapi
DMS bahwa dirinya seorang Wibisono yang digambarkan oleh tokoh HNT.
Data (54) menggambarkan fase cermin yang dihadapi tokoh DMS. Tokoh VVN
menggambarkan jika dirinya masih mencintai SRT. Hal tersebut diungkapkan VVN setelah
DMS menceritakan tindakan HNT yang tidak setia terhadap istrinya. DMS marah melihat
HNT mengkhianati cinta SRT. Jadi fase cermin dihadapi DMS melalui kekasihnya VVN
bahwa dirinya masih mencintai SRT.

Data (55) menggambarkan fase cermin yang dihadapi tokoh DMS. DMS
mendapatkan citra cermin diri melalui atasannya HNT. DMS digambarkan sebagai orang
yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Selama ini DMS masih saja membujang begitu juga
dalam hal politik DMS tidak juga memihak atau menganut salah satu partai sehingga dia
terkesan tidak punya pendirian atau ketegasan. Jadi dapat disimpulkan DMS mendapatkan
citra dirinya dari HNT bahwa dirinya adalah orang yang tidak memiliki keinginan yang
jelas.
Data (56) menggambarkan fase cermin yang digambarkan tokoh DMS. DMS
menggambarkan tokoh SRT dan teman-temannya. SRT dan ketiga temannya merupakan
tiga serangkai yang selalu bersama. Bagi DMS mereka adalah bunga yang membuat Jakarta
bercahaya. Mereka adalah gadis yang menjadi rebutan lelaki. Salah satunya SRT yang
menjadi rebutan DMS dan SRT. Begitu juga dengan Rukmini yang menjadi rebutan NUG
dan RJF. Jadi dapat disimpulkan fase cermin dialami SRT dan temannya melalui DMS
bahwa mereka adalah bunga yang membuat Jakarta bercahaya.
Fase cermin dialami dalam novel PG karya Leila S. Chudori dialami tokoh DMS,
berikut paparan datanya.
(57) Aku merasakan sedikit keganjilan pada tingkah laku Mas Hananto.
Beberapa pecan sebelum keberangkatan, aku berkelahi dengannya.
Aku meninju wajahnya karena aku benci melihat cara dia menyianyiakan Surti. Mas Hananto menuduh aku masih mencintai Surti,
sesuatu yang tak pernah aku konfirmasi bahkan pada diri sendiri.
Tetapi yang jelas, aku berangkat ke Santiago demi Surti. (DMS: 68)
(58) Aji adalah adik yang.berbudi. Berbeda denganku, dia anak sekolahan
yang patuh pada system dan tak ingin menyulitkan keluarga. Tetapi begitu
putih hatinya, dia selalu berupaya membuat segala yang sulit menjadi
sederhana agar ibu kami tak bersusah hati. Dia sangat pandai menenangkan.
Aku bersyukur Ibu didampingi oleh Aji dan Retno, isteri Aji yang indah
dihati. Aji tahu betul, aku berada di sini

bukan karena melarikan diri dari bencana, tetapi ini karena sebuah garis
hidup yang aneh dan tak terduga. (DMS: 71)
(59) Aku tidak ingin terjebak dengan masa lalu! Bukan hanya soal masa
lalu politik Ayah, tapi juga...masa lalu pribadi Ayah. Ayah tampak terkejut
dengan ucapanku. Aku meninggalkan ayah yang masih terdiam. Sempat
kulihat luka di matanya. Tapi aku sudah tak peduli. (DMS: 180)
(60) Semula aku mengira Ayah kagum karena Bima adalah perwakilan
kelelakian. Tinggi, besar, dan protektif. Ternyata Ayah tertarik pada
Bima karena kesetiaannya pada Drupadi, satu-satunya perempuan
yang menjadi istri kaka beradik Pandawa. Pengabdian Bima pada
Drupadi, bahkan melebihi cinta Yudistira pada istrinya. DMS: 189
Data (57) menggambarkan fase cermin yang dihadapi oleh tokoh DMS. DMS
menghadapi fase cermin lewat tokoh HNT. Data menggambarkan DMS yang masih
mencintai SRT. Tokoh DMS meninju HNT, hal tersebut dilatarbelakangi oleh perasaan
cinta DMS terhadap tokoh SRT. Jadi dapat disimpulkan fase cermin dihadapi tokoh DMS
melalui tokoh HNT bahwa dirinya masih menyimpan cinta kepada SRT.
Data (59) menggambarkan fase cermin yang dialami DMS. Fase cermin dihadapi
oleh DMS lewat putrinya LTG. DMS memang bermasalah pada kedua hal tersebut yaitu
masa lalu cintanya bersama SRT. Masalah politik, DMS tidak pernah bersedia menjadi
salah satu anggota partai. Hal tersebut memang dialami tokoh DMS.
DMS bermasalah pada cintanya kepada SRT yang tak dapat bersatu. DMS tidak
berani segera menentukan pilihan untuk menikahinya. Begitu juga dengan perjalanan
politik DMS. Tidak satu pun partai politik yang dipilih. Nasib yang memilihnya. DMS
menjadi korban dari partai poltik yang tak pernah dipilihnya. DMS harus terdampar di
Paris tanpa bisa kembali ke tanah air. Jadi DMS

menghadapi fase cermin melalui putrinya tentang masalah yang dihadapinya sepanjang
hidupnya.
Data (60) menggambarkan fase cermin yang dihadapi DMS. DMS menghadapi
fase cermin melalui putrinya LTG. Tokoh DMS digambarkan sebagai seorang Bima. Bima
yang begitu mencintai Drupadi dan mengabdikan dirinya. Walaupun Drupadi memiliki
banyak suami dan cintanya hanya ditujukan kepada Arjuna, namun cinta Bima kepada
Drupadi melebihi cinta Yudhistira kepada istrinya.
Hal tersebut merupakan pencerminan tokoh DMS terhadap SRT. Walaupun SRT
sudah memilih menikahi HNT, namun cinta DMS pada SRT tak pernah pudar. DMS tetap
melakukan apapun demi kebahagiaan SRT dan anak-anaknya. Jadi fase cermin yang
dialami DMS adalah cinta dan pengabdiannya pada orang yang dicintai.
(61) Dimas tetap berbeda dari sekawanan burung-burung itu. Jika yang
lain bisa mencoba beradaptasi dan membangun rumah di benua lain, ruh
Dimas tetap pada sarang tempat dia lahir dan tumbuh. Berbeda dengan
burung camar umumnya, Dimas adalah burung camar yang senantiasa ingin
kembali ke tanah kelahiran; bukan kepada keluarga yang dibentuknya di
benua seberang. (DMS: 207)
(25) Bagaimanapun situasinya, ada tanjakan dan ada turunan dalam kebijakan
pemberian pintu masuk bagi kawan-kawan. Karena itu, agar Dimas tak terusmenerus merasa ditolak seperti Ekalaya, aku pernah mengutarakan sudah
waktunya dia menerima kemungkinan untuk tak lagi menganggap Indonesia
sebagai tempat di hari tua dan menutup mata. (DMS: 205)
(26) Menurut Maman, apakah ayah seorang Ekalaya? Aku menuang anggur ke
dalam gelas. Anggur merah. Non. Kenapa tidak? Dia seorang Bima, yang
selalu ingin melindungi perempuan yang dicintainya. (DMS: 215)
Data (61) mencerminkan fase cermin yang dialami tokoh DMS. Tokoh
DMS mendapatkan gambaran tentang dirinya melalui istrinya LTG. Berdasarkan

penggambaran istrinya, DMS identik dengan burung camar. Namun berbeda dengan
burung camar umumnya, DMS senantiasa ingin menetap di tanah kelahirannya.
DMS walau sudah menikah dan memiliki keturunan namun Paris tidak pernah bisa
merebut hatinya. Tanah air selalu menjadi impian DMS untuk bisa kembali. Kunyit dan
cengkih menjadi lambang keinginannya untuk pulang. Hal tersebut ikut dirasakan oleh istri
dan orang-orang terdekatnya. Jadi fase cermin dialami DMS yang selalu ingin pulang ke
tanah airnya, berdasarkan penggambaran istrinya VVN terhadap dirinya.
Data (62) menggambarkan fase cermin yang dialami DMS. Perjuangan DM C untuk
mendapatkan visa ag?r dapat pulang ke Indonesia diidentikkan oleh WN dengan tokoh
pewayangan Ekalaya. Setiap tahun DMS mengajukan visa agar bisa pulang ke Indonesia.
Setiap tahun pula visanya tertolak.
WN melihat suaminya seperti Ekalaya yang seringkah kali memohon untuk
menjadi murid guru Dhurna. Namun permohonannya selalu ditolak. Guru Dhuma hanya
menginginkan Arjuna yang dapat menjadi pemanah terhebat. Guru Dhurna tidak pernah
menghendaki Ekalaya menjadi muridnya. Jadi fase cermin yang dialami tokoh DMS adalah
penggambaran istrinya yang mengidentikkan dirinya dengan Ekalaya dalam usaha
mendapatkan visa ke tanah air.
Data (63) fase cermin yang dialami tokoh DMS. DMS mengalami fase cermin
lewat istriny WN. Kisah cinta dan pengorbanan DMS terhadap kekasihnya SRT
diidentikkan dengan tokoh Bima. Hal tersebut dilatar belakangi oleh pengorbanan DMS
yang tulus walaupun kekasihnya memilih orang lain

untuk menjadi suaminya. Pengorbanan dan cinta Bima kepada Drupadi tidak pudar.
Begitupun cinta dan pengabdian DMS terhadap kekasihnya SRT.
Fase cermin dalam novel PG juga dialami tokoh LTG, berikut paparan datanya.
(64) Aku lahir di sebuah tanah asing. 'Sebuah negeri bertubuh cantik dan harum
bernama Prancis. Tetapi menurut Ayah, darahku berasal dari seberang benua
Eropa, sebuah tanah yang mengirim aroma cengkih dan kesedihan yang siasia. (LTG: 139)
(65; Ayah mengatakan pilihanku mungkin kelak menunjukkan siapa diriku. Aku
mendengar Ayah berbincang dengan Maman, saat aku tidur di malam hari.,
bahwa dia merasa bersalah. Pasti Lintang memilih tokoh-tokoh yang berburu
identitas. Pasti dia tengah bertanya-tanya, siapakah dirinya, orang Indonesia
yang tak pernah ke Indonesia? Atau orang Prancis setengah Indonesia?
Maman hanya menghibur Ayah bahwa aku menyukai tokoh-tokoh itu karena
mereka perempuan yang kuat dan kisah mereka melibatkan adegan laga
yang seru untuk anak-anak. (LTG: 187)
(27) Siapa yang berani-berani bawa dia ke sini? Biar sajalah. Kan tidak ada
larangan untuk anaknya? sudah pada lupa Bersih Lingkungan? Kan itu
larangan bagi tapol untuk bekerja jadi PNS. Atau jadi guru atau wartawan.
Cuma datang ke pesta, memang kenapa? Iya sih. Tapi ada selebaan dari
pusat. Selebaran apa? Kita tak boleh mampir ke restoran tanah air. Isinya
PKI semua. (LTG: 163)
(28) Kamu sama sekali tidak merusak apa-apa. Kamu malah membuat Segalanya
jadi terang benderang. Jangan sekali-kali meminta maaf untuk
mempertahankan prinsip ( LTG:363)
(29) Kau baru saja diserang halilintar. Dan itu juga wajar Meski aku tak mengenal
alam, aku sudah pernah melihat beberapa potretnya yang
memperlihatkannya gabungan terbaik dari Om Hananto dan tante Surti.
(LTG:448)
Data (64) menggambarkan fase cermin yang dihadapi LTG. LTG sebagai
putri DMS lahir dari perpaduan Prancis dan Indonesia. DMS tetap mengingatkan
dirinya bahwa LTG juga berasal dari seberang Eropa yang bernama Indonesia.
LTG mendapatkan gambaran tentang siapa dirinya dari ayahnya. Jadi LTG
mendapatkan gambaran tentang dirinya dari ayahnya bahwa selain Perancis dia

Data (65) menggambarkan fase cermin yang dihadapi LTG. LTG mendapatkan
gambaran tentang dirinya. Menurut ayahnya LTG sedang berburu identitas. Gambaran
tentang dirinya yang berburu identitas LTG dapatkan dari ayahnya DMS. Jadi fase cermin
merupakan gambaran tentang diri yang dialami LTG dan kedua orang tuanya.
Data (66) menggambarkan fase cermin yang dihadapi tokoh LTG. LTG
mendapatkan gambaran tentang diri dan keluarganya dari orang lain. Peristiwa tersebut
diawali ketika LTG bersama kekasihnya menghadiri hari kartini. Salah satu undangan di
acara hari pahlawan tersebut, mengenalnya sebagai putri DMS. LTG yang sedang mencari
jati dirinya sebagai orang Indonesia, mendapat gambaran dari orang-orang tersebut.
*. LTG adalah putri seorang tapol yang harus dijauhi dan terdapat larangan dari
pemerintah untuk menggaulinya. Begitu kelam masa lalu politik ayahnya sampai-sampai
dia pun terkena impas politik ayahnya tersebut. LTG dianggap komunitas yang wajib
dijauhi. Jadi fase cermin LTG mendapatkan gambaran tentang dirinya yang menjadi putri
seorang tapol yang wajib dijauhi dan kalau perlu ditumpas karena diangeap
membahayakan idiologi Negara.
Data (67) menggambarkan fase cermin bagi LTG. LTG mendapatkan gambaran
dirinya dari tokoh AJI. AJI dan keluarganya baru saja menemui besannya. LTG merasa
berdosa atas keterus terangannya mengakui bahwa mereka dari keluarga tapol sehingga
besannya mengetahui status mereka. Namun menurut AJI tindakan VVN tersebut malah
membuka segalanya lebih baik karena mereka lebih terbuka tentang status mereka. Jadi
VVN mendapat gambaran

tentang dirinya yang membuat segalanya terang benderang masalah yang dihadapi oleh
keluarga AJI.
Data (68) menggambarkan fase cermin yang dialami oleh tokoh LTG. LTG
mendapatkan gambaran tentang dirinya yang sedang dekat dengan tokoh ALM. DMS
mengistilahkan keadaan putrinya dengan halilintar. Keadaan tersebut dilatarbelakangi
keadaan putrinya yang sedang menghadapi cinta. LTG memiliki kekasih di Paris
sedangkan di Jakarta diapun dekat dengan ALM yang ganteng. DMS tidak ingin putrinya
bernasib seperti dirinya, yang tidak bisa memilih. Tidak mampu menentukan pasangan
hidupnya. Jadi LTG mendapatkan gambaran tentang dirinya yang sedang menghadapi cinta
segitiga lewat ayahnya DMS.
Fase cermin dalam novel PLG Leila S. Chudori dialami tokoh, NUG dan ALM.
Berikut paparan datanya.

(30) Potret Bapak menyiratkan dia seorang anak lelaki tampan, cerdas dan
bersahaja. Ibu dan Yu Kenanga mengatakan wajahku adalah semburan dari
wajah Bapak. (ALM:292)
(31) Lalu dia memeluk bahuku dan berulang-ulang mengatakan andai kata Bapak
masih hidup, pasti dia bangga melihat dedikasiku pada pekerjaanku yang
sama sekali tak diganjar dengan materi yang berkecukupan. (ALM:293)
(71) Kita jauh, jauh sekali dari kekuasaan. Kita ada di pinggiran,
pinggirnya yang pinggir. Kita tak mampu untuk menjadi
pemberang. (ALM:298)
Data (69), (70), dan (71) merupakan fase cermin yang dihadapi tokoh
ALM. ALM merupakan putra HNT dan SRT. ALM merasakan langsung
penderitaan anak seorang tapol. ALM merasakan langsung perlakuan dan sikap
orang-orang terhadap keluarga tapol sangat dirasakan oleh ALM. Data (69)
mencerminkan wajah ALM dengan bapaknya. ALM harus kehilangan ayahnya
HNT, saat berumur 5 tahun. ALM mendapatkan gambaran tentang wajahnya

yang mirip dengan ayahnya HNT, lewat kakaknya. Jadi fase cermin yang dialami oleh
ALM adalah gambaran tentang dirinya yang mirip dengan ayahnya, HNT.
Data (70) menggambarkan ALM dari orang lain. Menurut pamannya ALM adalah
anak yang membanggakan orang tua. ALM aktif di LSM dengan status sebagai anak tapol.
Jadi fase cermin menggambarkan ALM di mata pamannya AJI sebagai anak yang mampu
membanggakan orang tua. ALM bekerja keras demi keadilan tanpa mempertimbangkan
honor yang diterima.
Data (71) menggambarkan ALM sebagai anak tapol. Pencitraan tentang dirinya
tentang anak tapol didapatkan ALM dari kakaknya. Anak tapol berbeda dengan anak-anak
Indonesia lainnya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh sikap ALM yang selalu memberontak
terhadap ketidakadilan yang diterimanya. ALM tumbuh menjadi anak yang pintar sekaligus
pemberontak. ALM selalu menjuarai cerdas cermat yang diselenggarakan sekolahnya.
ALM tumbuh menjadi anak yang membanggakan sekolah dan orang tuanya. ALM
merasakan beratnya penderitaan anak seorang tapol melalui diskriminasi yang dilakukan
oleh orang-orang di sekitarnya.
Bentuk perlawanan yang dilakukan Alam terhadap perlakuan terhadap dirinya
sebagai anak tapol, dilampiaskan dengan berkelahi dengan anak-anak pejabat. Anak-anak
pejabat tersebut sering menghina anak-anak tapol. Kenanga menasehati adiknya agar
menyadari dirinya sebagai anak tapol untuk tidak bertingkah dihadapan anak pejabat
terebut. Jadi fase cermin ALM yaitu gambaran tentang dirinya sebagai anak tapol yang
memiliki posisi kurang menguntungan di negeri Indonesia.

Secara keseluruhan fase cermin yang dihadapi tokoh utama dalam fiksi Leila S.
Chudori, didapatkan dari orang orang terdekatnya. Pencitraan terhadap diri tokoh utama
ada yang mereka rasakan kebenarannya ada pula yang tidak. Pencitraan terhadap diri
mereka, membantu mereka untuk lebih mengenal ego. Menurut psikoanalisis Lacan Ego
tidak lain adalah konsep imajiner tentang diri yang utuh, sempurna, nir-kekurangan dan
tanpa keyakinan adanya kekurangan di dalamnya. Ego atau aku tersebut akan menjadi
selalu "liyan", tidak setara dengan bahkan bukan aku yang sebenarnya (Sarup, 2009:32).
Jadi fase cermin yang dialami tokoh utama dalam fiksi Leila S. Chudori membantu mereka
untuk mengenal ego melalui orang -orang terdekatnya, yaitu citra diri yang utuh tentang
mereka. Padahal orang-orang terdekat tersebut tidak mengetahui siapa diri mereka yang
sebenarnya secara keseluruhan.
3. Fase Simbolik (the Symbolic)
Tahap simbolik merupakan keinginan manusia untuk kembali pada fase-fase nyata
yang di dalamnya tidak ditemui suatu kekurangan tapi semuanya serba tercukupi. Fase
yang dialami manusia ketika masih bayi yang selalu dalam pemenuhan tiada kekurangan.
Seperti yang ditekankan oleh Lacan bahwa manusia tidak akan pernah bisa mendapatkan
kepenuhannya karena manusia sudah mengenal bahasa suatu aturan yang tidak dikenal
pada fase nyata.
Fase simbolik dalam fiksi Leila S. Chudori terdapat dalam kumpulan cerpen 9dN
(MSS. N&N. MLT, CTG, SPU. dan TSB) dan pada novel PG dialami tokoh DMS, WN, dan
LTG. Gambaran tentang fase simbolik pada kumpulan cerpen 9 dN dan novel PG karya
Leila S. Chudori dapat dilihat pada data berikut.

(72) Terakhir, yang paling penting yang selalu disebut-sebut Ibu, aku pasti
mengais-ngais bunga-bunga kesukaan Ibu yang sulit dicari di
Indonesia.bunga seruni putih. Dia tidak menyebut melati; juga bukan mawar
merah putih. Harus seruni berwarna putih. "Kenapa seruni? Dan kenapa
harus putih?" (MSS: 3)
(32) Tara mengangguk pelan. "Saya ingin kamu tidur yang lelap." "Saya sering
bermimpi, saya celentang...tidak bergerak, tidak berbicara apa-apa. Hanya
celentang di lubang kubur. Saya merasa tenang di sana. Dan saya selalu
menyesal setiap kali bangun dari mimpi itu." (9dN:101)
(33) Tara menjenguk kembali ke kolong meja itu. Kali ini Nadira meringkuk
dengan mata yang masih terbuka. Tara melihat jejak air mata di pipi Nadira,
sementara jari-jarinya sibuk mencabut setiap helai bunga seruni pemberian
Tara. Bibirnya komat-kamit tanpa suara. Semula Tara berniat menegurnya.
Tetapi belakangan dia menyadari: Nadira tak berada di situ bersamanya. Dia
berada di alam lain bersamanya mantra yang diucapkannya pada setiap helai
seruni itu. (9dN: 137-138)
(34) Ia tak berubah. Hanya sorot wajahnya lebih tua. Bertahun-tahun dia
mencariku. Seluruh urat nadi permukan bumi ditelerusinya. Oh, betapa aku
mencintainya. Aku sudah siap kembali menjadi Kirana. Tetapi tunggu. Dia,
perempuan dengan jejak air mata di pipinya itu, menghadang. Dia mencekram
tubuhku. Biarkan dirimu menjadi Panji. Oh, betapa aku merindukannya.
( CTG: 177)

Data (72) menggambarkan fase simbolik yang dialami Kemala. Bunga seruni
sebagai symbol ketercukupan bagi Kemala. Menurut Lacan ini adalah fase nyata, fase
segalanya terpenuhi, tercukupi tanpa diliputi kekurangan. Kehidupan Kemala selama di
Amsterdam serba berkecukupan. Dia menikmati kebebasannya. Ke;aala lahir dari keluarga
yang liberal. Amsterdam cocok dengan kehidupannya. Kehidupan Kemala semakin
lengkap setelah dia bertemu dengan Bramantya. Kemala gadis yang sedang jatuh cinta dan
Bramantya pemuda yang taat beribadah menikah di Amsterdam dengan segala
keterbatasannya. Bunga seruni di konde mempelai wanita menjanji saksi cinta mereka
berdua.

Kehidupan berbalik seratus delapan puluh derajat setelah dia kembali ke Indonesia.
Menghadapi keluarga Bramantya yang sekuler dan Swandi ayah mertua yang patriakal
sungguh membuat kehidupan Kemala berubah drastic. Mulai dari persoalan yang sepele
dari busana yang digunakan saat menikah, bunga yang dipakai di konde, adat yang dipakai
menjadi pertanyaan bagi ibu mertuanya. Begitu juga dengan sikap kedua mertuanya yang
memandang dia sebagai gadis binal yang telah menghambat masa studi anaknya karena
harus menikahinya.
Kepratiatikalan ayah mertuanya menyelimuti hampir seluruh sendi kehidupan
keluarga Kemala. Mulai dari pendidikan agama anak-anaknya yang sangat diperhatikan
ayah mertuanya. Kemala hanya mengikuti begitu saja aturan yang dikeluarkan sang
patriatikal. Hingga pada akhirnya dia harus memutuskan untuk mati dan tak lupa bunga
seruni sebagai lambang kebahagiannya bersama Bramantya di Amsterdam. Kemala
mendambakan kehidupan yang berbahagia seperti di Amsterdam, mendamba kebebasannya
seperti di Amsterdam. Bunga seruni adalah symbol kebahagiaan yang dirindunya.
jadi fase simbolik yang dihadapi Kemala adalah saat keinginannya ke Amsterdam
yang disimbolkan dengan bunga seruni. Namun Kemala tidak akan pernah kembali
mendapatkan kebahagiaan seperti di Amsterdam dia tidak mungkin lagi kembali mengajak
Bramantyo dan anak-anak kembali ke Amsterdam. Segala keinginannya untuk lepas dari
kepatriatikalan dan kebahagiaannya di selama di Amsterdam tidak mungkin dia raih.

Data (73) dan (74) menggambarkan fase simbolik bagi Nadira. Kematian Kemala
membawa dampak buruk dalam kehidupan keluarganya terutama anak-anaknya. Hal
tersebut disebabkan karena kedekatan Kemala dengan anak-anaknya. Nadira dan saudarasaudaranya seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Sejak kematian ibunya, Nadira
tidak mau lagi tinggal di rumahnya. Begitu juga dengan saudara-saudaranya, pergi
meninggalkan rumah untuk melupakan kenangan tentang ibunya.
Nadira mengisi hari-harinya dengan bekerja dan bekerja 24 jam. Nadira bahkan
memposisikan kolong meja kerjanya sebagai rumahnya. Nadira bermalam di kantor dan
tidur di bawah kolong meja kerjanya. Fase simbolik yang digambarkan pada data tersebut
adalah keinginannya untuk mati. Fase simbolik merupakan keinginan manusia untuk
kembali pada fase nyata.
Nadira di dalam kegundahannya ditinggalkan ibunya mengharapkan ketenangan
seperti yang dia dapat semasa ibunya masih ada. Dengan celentang, tidak berbicara dan
tidak bergerak di lubang kubur, Nadira merasakan ketenangan. Sebenarnya ini
menggambarkan hasrat Nadira untuk mendapatkan kembali yang telah hilang. Namun
ketenangan yang dia harapkan tidak akan . terjadi. Saat bersama ibunya adalah ketenangan
yang dimaksud. Hal tersebut tidak akan terjadi karena ibunya tak mungkin hidup lagi. Jadi
inilah yang dimaksud dengan fase simbolik bagi Nadira, yaitu menginginkan sesuatu yang
membuatnya merasa puas namun keinginan tersebut tidak mungkin didapatkan.
Data (75) menggambarkan fase simbolik bagi Nadira. Kehidupan rumah tangga
yang dijalani Nadira bersama suaminya Niko tidak seindah yang

dibayangkan. Niko sibuk dengan pekerjaannya. Terakhir rumah tangga mereka diwarnai
dengan kabar-kabar perselingkuhan Niko dengan beberapa wanita. Ketenangan kembali
menjadi hal yang dihasratkan oleh Nadira. Nadira terlibat dalam dunia seksualitas yang tak
pernah disentuhnya. Nadira jatuh cinta pada sosok Panji yang berada di dunia reka. Setiap
pertunjukan selesai Nadira selalu menghampiri sosok Panji yang sebenarnya adalah seorang
wanita yang bernama putri Galuh Candra Kirana yang sedang mencari kekasihnya pangeran
Panji Inukertapati. Nadira yang mengetahui siapa sebenarnya raden Panji, tidak mau jika
Panji kembali menjadi Kirana. Pesona raden Panji mewarnai hidup Nadira.
Keadaan yang dialami Nadira tersebut merupakan fase simbolik karena Nadira
membutuhkan ketenangan. Cinta yang misterius bersama pangeran Panji di kerajaan Daha
membawa Nadira pada cinta yang sejati yang diharapkan. Raden Panji merupakan symbol
cinta sejati yang diharapkan Nadira namun tidak terwujud. Cintanya pada pangeran Daha
merupakan cinta yang tak kan pernah terwujud karena hanya berada di dunia reka. Jadi
Leila S. Chudori menggambarkan fase simbolik Nadira lewat keinginan Nadira dan
kenyataan yang dialaminya yang tidak akan pernah terwujud.
Fase cermin di dalam novel PG dialami oleh beberapa tokoh, sebagai berikut:
HNT, DMS, SRT, NUG, dan LTG. Berikut paparan datanya.

(35) "Seharusnya sekalian menghirup kopi luwak," tiba-tiba saja aku menyebut
nama yang berbahaya itu. Merindukan sesuatu yang eksotis di tengah Eropa
dalam keadaan miskin, sama saja dengan mengoyak hati. Indonesia dan
segala yang berhubungan dengannya seharusnya kututup dan aku kubur
meski untuk sementara-agar aku bisa meneruskan hidup. (DMS:28)
(36) Aku lebih tak tahu lagi mengapa sampai detik ini, setelah bertemu dengan
Vivienne yang jelita dan menikahinya, hatiku masih bergetar

"ih

setiap kali mengenang Surti. Barang kali aku sudah telanjur memberikan hatiku
padanya. Untuk selama-lamanya (DMS: 65) (78) Aku tersenyum mendengar semua
kabar gembira malam pembukaan kami yang begitu luar biasa dan sangat di luar
dugaan. Aku mulai menyiapkan makanan dan minuman penutup

"Zir, tolong kau teruskan ini," aku meletakkan gelas. Yazir buru-buru mengambil
gelas ini sembari memandangku heran. Aku bergegas ke pojok dapur,
membelakangi mereka, menghadap tembok. Aku rnengusap-usap wajahku seolaholah penuh keringat. Aku tak ingin mereka tahu aku menangis tanpa sebab. Tapi
semakin aku menggosok-gosok mukaku, air mataku semakin deras. (DMS: 121)
(79) Tiba-tiba saja aku membutuhkan sepetak uang kecil itu, sepetak kecil yang
disebut Bang Amir diberikan Allah ke hati hamba-Nya. aku tak tahu apakah aku
seorang hamba atau bukan. Tapi aku membutuhkan petak itu. Gelembung
kekosongan itu. Aku ingin bertemu atau ber bicara dengan Bang amir. Di manakah
dia? ( DMS: 81)
Data (76) s.d. (78) mengambarkan fase simbolik yang dialami tokoh DMS.
tokoh DMS dalam novel PG karya Leila S. Chudori digambarkan hidup sebagai
tapol di negeri orang. Tokoh DMS yang tidak pernah memploklamirkan diri
sebagai anggota partai komunis mau tidak mau harus menjadi-korban keputusan
pemerintah terhadap tapol G 30 S. PKI. DMS terdampar di negeri Prancis dan
berkeluarga dengan WN wanita berkebangsaan Paris. Namun hal tersebut tidak
menyurutkan hasratnya untuk dapat kembali ke tanah air. DMS tidak pernah putus
asa, setiap tahun mengajukan visa yang selalu tertolak agar dapat bertemu dengan
SRT kekasihnya.
Data (76) menggambarkan fase simbolik yang dialami DMS. DMS di tengah kemiskinannya
berada di Paris menginginkan kopi luwak yang Hanya . berada di Indonesia. Hal tersebut
merupakan kebiasaan yang dilakukannya di Indonesia. DMS mengalami fase simbolik
karena DMS mempunyai keinginan yang tidak mungkin dapat terpenuhi dalam keadaannya
yang berstatus sebagai

seorang tapol. DMS tidak akan mungkin dapat minum kopi luwak di Paris di tengah
kemiskinannya. Kejadian tersebut menggambarkan hasrat terpendamnya untuk dapat
kembali ke Indonesia. Jadi fase simbolik dialami tokoh DMS ketika dia merindukan untuk
pulang ke Indonesia.
Data (77) menggambarkan fase simbolik yang dialami tokoh DMS. pernikahannya
dengan WN tidak dapat menghentikan hasratnya untuk kembali ke tanah air dan bertemu
dengan SRT. Kejadian yang dialami oleh DMS tersebut disebut fase simbolik karena DMS
mempunyai keinginan yang tidak mungkin dapat diwujudkan. Keinginan DMS merupakan
keinginan yang membuat dirinya dapat kembali ke fase nyata. Fase nyata yang dimaksud di
sini adalah keadaan dimana DMS tidak mengalami kekurangan.
DMS selama di Indonesia tidak mengalami kekurangan karena berada dengan
keluarga yang dicintainya dan yang terpenting bisa terus mengabdi kepada SPJT walaupun
sudah menjadi istri orang lain namun DMS tetap bisa melihat SRT membantu
kebutuhannya, menjaga dan dekat dengannya yang tak bisa dia lakukan lagi saat dia berada
di Paris seperti saat ini. Jadi fase nyata yang dialami DMS adalah keinginannya untuk
kembali ke tanah air dan bertemu dengan SRT yang tidak mungkin terwujud berkait
dengan status sebagai anggota tapol.
Data (78) menggambarkan tokoh DMS yang mengalami fase simbolik. Di tengah
pembukaan restoran yang berjalan meriah, DMS larut dalam haru. Hasrat untuk kembali ke
Indonesia semakin menggebu. Suasana restoran Indonesia yang dia bangun bersama
teman-temannya yang bernuansa Indonesia membawanya pada fase nyata. Sehingga
membangkitkannya pada hasrat untuk kembali ke tanah

air yang tak mungkin diraihnya. Jadi DMS mengalami fase simbolik karena keinginannya
untuk kembali ke Indonesia tidak terwujud.
Data (79) menggambarkan fase simbolik yang dialami tokoh DMS. Berbeda
dengan peristiwa sebelumnya DMS mengalami fase simbolik karena keinginannya untuk
dapat lebih mengenal Allah. Di tengah kegelisannya DMS menginginkan ketenangan
karena selama ini dia tidak tenang dengan keadaannya. DMS harus berada di negeri orang,
berpisah dengan orang-orang terkasihnya membuat hatinya tersiksa. DMS melihat
ketenangan hidup yang dipancarkan oleh temannya Bang Air. DMS merindukan ketenangan
yang dimiliki sosok Bang Amir tersebut. DMS merindukan yang tak mungkin diraihnya
karena keberadaan bang Amir yang berada di Indonesia sedang dirinya bcada di Paris. Jadi
fase simbplik dialami oleh DMS karena keinginannya bertemu Bang Amir untuk
mendapatkan ketengan dengan lebih mendekat kepada Allah yang merupakan sumber
ketenangan bagi manusia tidak didapatkan oleh tokoh DMS.
Fase simbolik kembali mewarnai kehidupan DMS, dapat dicermati pada data
berikut.
(80) "tapi pak, bukankah semua masakan sudah ada resep tradisional
lengkap dengan ukuran-ukuran bumbunya? Dari mana kita tahu
bahwa ..ini, si bawang ini tertarik pada sLini", dia mengangkat
sepotong kunyit segar. Hatiku berdegup. Kuambil kunyit itu dan
meletakkan bumbu itu di depanku. Di dekatku. (DMS: 117)
(81) Ayah menggantung wayang kulit Bima dan Ekalaya, dua tokoh yang
menjadi panutan ayah. Diantara buku-buku itu, dua stoples keramat masih
saja berdiri di situ. Stoples pertama diisi butiran cengkih hingga penuh,
stoples kedua dengan bubuk kunyit. Dua stoples ini menjadi salah satu
sebab pertengkaran Maman dan ayah saat mereka berpisah malam itu.
( DMS: 178)
(82) Ayah tahu, dia ditolak oleh pemerintah Indonesia, tetapi dia tidak
ditolak oleh negerinya. Dia tidak ditolak oleh tanah airnya. Itulah

sebabnya dia meletakkan sekilo cengkih ke dalam stoples besar pertama dan
beberapa genggam bubuk kunyit di stoples kedua di ruang tamu hanya untuk
merasakan aroma Indonesia.( DMS: 198) (83) Sebuah asbak berisi puntung rokok
yang menggunung dan abu rokok yang berceceran di meja, secangkir kopi yang
hanya tersisa bubuk dan sepotong roti yang tak habis. Stoples cengkih dan stoples
bubuk kunyit masih berdiri dengan rapi di antara buku-buku yang tergeletak
malang melintang. (DMS:227)
Data (80) s.d (83) menggambarkan fase simbolik yang dialami DMS. Data-data
tersebut menggambarkan kehidupan DMS yang selalu diwarnai dengan stoples cengkih dan
stoples bubuk kunyit. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Benda-benda tersebut
merupakan representasi jiwa dan hasrat dari tokoh DMS untuk kembali ke tanah air.
Cengkih dan kunyit merupakan bumbu-bumbu dapur yang selalu menemani keseharian
DMS. DMS hobi sekali memasak, dia terbiasa dengan bumbu dapur. Kunyit merupakan
bumbu yang disukainya.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kenangan bersama SRT. Kunyit dan cengkih
mewarnai kebersamaan SRT dan DMS di masa lalu. Walau Cinta DMS kepada SRT
mendalam namun tidak dapat disatukan karena DMS tidak mampu membuat pilihan untuk
segera menikahi SRT. SRT akhirnya menikah dengan HNT yang lebih mapan
kehidupannya. Namun demikian cinta DMS kepada SRT tidak pudar walaupun SRT telah
menjadi milik orang lain.
Keseharian DMS di Paris yang tidak bisa lepas dari kunyit dan cengkih
merupakan lambang hasratnya untuk kembali ke Indonesia. Dengan menghirup aroma
kunyit dan cengkih DMS merasakan Indonesia. Indonesia tempat yang dirindukannya.
Indonesia tempat DMS merasa nyaman tiada berkekurangan seperti yang dia rasakan
seperti di Paris saat ini. Segalanya yang ada di Paris tidak ada yang mampu memenuhi
hasratnya. Bahkan anak dan istrinya tidak mampu

membuat DMS merasa berkecukupan. Pulang ke Indonesia seperti pada judul novel ini
yang bisa membuat DMS merasa berkecukupan atau puas. Jadi dapat disimpulkan di sini
bahwa fase simbolik merupakan fase yang dialami DMS yang menginginkan pulang ke
tanah air dan keinginan tersebut tidak akan pernah tercapai. DMS menyiasatinya dengan
menaruh toples di ruang tengah rumah yang berisi bubuk kunyit dan cengkeh sebagai
representasi aroma Indonesia yang dirindukannya.
Fase simbolik kembali dialami tokoh DMS dalam perjalanan hidupnya di Paris.
Berikut paparan data yang dapat dicermati.

(37) Tetapi di balik semua kisah itu, Ayah juga menyelipkan keinginannya yang
hampir berbunyi seperti wasiat. Seperti Bhisma, aku juga ingin memilih
tempatku hersemayam terakhir kali, katanya setengah mengguman. semula
aku menyangka Ayah ingin dimakamkan di sana, bersama para sastrawan,
musikus, dan filsuf pujaannya.Tentu saja akan mustahil. (DMS: 156)
(38) Makam di Paris memang luar biasa. Dibangun bukan sekedar untuk rasa
ingin melanjutkan hubungan dengan mereka yang sudah 'menyebeberang' ke
alam yang tak kita ketahui, tetapi sekaligus untuk memelihara melankoli.
Tetapi Ayah rasa, ayah akan lebih bahagia jika bisa dikubur di Karet, satu
rumah dengan Chairil Anwar. (DMS:277)
(39) Peristiwa ini terjadi berulang kali. Dimas mengganti isi stoples itu setahun
sekali jika aroma cengkih dan kunyit itu sudah mulai sirna. (DMS: 216)
(87) Kali ini Dimas menjawab dengan jujur dan iklas, Aku ingin pulang ke
rumahku, Lintang. Ke sebuah tempat yang paham bau, bangun tubuh, dan
jiwaku. Aku ingin ingin pulang ke Karet. (DMS: 282)
Data (84) s.d (87) menggambarkan fase simbolik yang dialami tokoh
DMS. setelah hasratnya yang tak juga tercapai untuk pulang ke tanah air tercapai,
tokoh DMS masih menyimpan hasratnya yang tak jauh beda. Namun hasrat ini
hanya berbeda dari segi bentuknya saja esensinya sama.

56

DMS ingin kembali ke Indonesia. Tokoh DMS ingin pulang ke Indonesia walau
hanya jasadnya saja. Lewat putrinya LTG, DMS ingin menyatakan hasrat untuk kembali ke
Indonesia DMS ingin dimakamkan di karet di Indonesia. Hal tersebut dilakukan DMS di
tengah sakitnya yang tak kunjung sembuh. Berkali-kali DMS jatuh pingsan karena
sakitnya. Namun sakit yang dideritanya tidak menyurutkan hasratnya untuk pulang DMS
ingin dikuburkan di Indonesia. Jadi fase simbolik yang dialami DMS kali ini adalah
keinginannya untuk mendapatkan kepenuhan yang selama ini tidak didapatkan di Paris.
Dimas ingin pulang dimana dia merasa segalanya terpenuhi, tercukupi yaitu di Indonesia.
Fase simbolik dialami dalam novel PG dialami oleh tokoh NUG dan WN,
berikut paparan datanya.
(88) Kelihatannya dia sudah memutuskan sebagian dari rencana hidupnya. Aku
membereskan piring dan ke dapur tanpa berkata-kata. Sembari menikmati kue.
Lintang membantu memasukkan piring-piring ke mesin pencuci dan aku
memotong "kue ceri kesukaannya. Kami berdiri di dapur sembari menikmati kue.
Betapa aku merindukan saat-saat seperti ini. Bersama Lintang bersama Dimas.
(WN:214) (89) "Agnes Baumgartner adalah nama keluarganya. Dia tidak
menggunakan nama si polisi. Baumgartner itu berarti seseorang yang memiliki
sebidang kebun.." Lalu? "Setiap kali aku bercinta dengannya, aku melihat
setangkai anggrekku..." Dan air matanya mengalir sederas-derasnya. (LTG: 109)
Data (88) dan (89) merupakan fase simbolik yang dialami oleh tokoh
WN dan NUG. Tokoh VVN adalah istri DMS, walau akhirnya bercerai. VVN
menikah dengan DMS merupakan keputusannya sendiri. WN mencintai DMS.
saat-saat berkumpul bersama kelurga adalah hal yang sangat penting baginya.
WN merasakan kebahagiaan saat bersama dengan DMS dan putrinya LTG. DMS
sebagai seorang suami bagi VVN merupakan suami yang sempurna. Siap hari

VVN tidak perlu menyiapkan makanan bagi keluarga. DMS yang suka memasal selalu
menyiapkan makanan bagi keluarganya. VVN cukup menyiapkan anggu dan memilih
piringan yang tepat untuk menemani mereka makan. Kehidupai mereka berjalan dengan
harmonis. Sampai akhirnya, suatu hari putrinya LTC menemukan surat-surat mesra dari
tanah kelahiran yang dirindukan DMS. sura itu membuka tabir cinta DMS yang ternyata
masih menyimpan cinta kepad kekasih lamanya. Hal tersebut menjadi pemicu perceraian
keluarga mereka. Wl tidak bisa menerima suami menyimpan cinta untuk wanita lain.
Pasca pernikahan dengan DMS, VVN dan LTG hidup scrviiri-sendir DMS
tinggal di Restoran Indonesia, WN tetap tinggal di rumahnya sedang LT< bekerja paruh
waktu untuk membayar kuliahnya. Hidup sendiri di jalani VVN < rumahnya. Selang
waktu berjalan VVN dan LTG berkumpul bersama, dan hi tersebut mengingatkannya
pada sosok DMS. keinginan WN untuk dapat kemba pada keluarganya yang utuh adalah
termasuk fase simbolik. Disebut fase simboli karena keinginan WN tersebut merupakan
keinginan yang membawa ketenanga padanya. Keinginanan yang tidak mungkin dia
dapat lagi. VVN tidak mungki satu meja menjadi keluarga yang utuh lagi. Hal tersebut
disebabkan karena W tahu DMS menyimpan cinta untuk wanita lain dan tak bisa menerin
pengkhianatan cinta tersebut. Jadi DMS tidak akan pernah bersatu lagi dalam sat rumah
dalam ikatan suami istri. Namun WN merindukan saat-saat dia dan DM masih menjadi
suami istri.
Data (89) merupakan fase simbolik bagi NUG. Tokoh NUG merupaka sahabat
DMS. mereka sama-sama berjuang mendirikan Restoran Indonesia. NU<

mempunyai nasib tidak beda dengan tokoh DMS. orang-orang terkasihnya berada di tanah
air dan tidak dapat bertemu. NUG memiliki seorang istri dan seorang anak. Semenjak NUG
tersangkut namanya dalam G.30 S. PKI, tidak dapat bertemu lagi dengan istri dan anaknya.
Pengajuan surat cerai yang ditujukan kepadanya, membawa NUG pada fase
simbolik. Sebab bagaimana pun NUG ingin kembali pada istrinya namun hal tersebut tidak
mungkin terjadi. Visa yang diajukan NUG selalu tertolak. Jadi fase simbolik bagi NUG
adalah tahapan ketika dia inginkan kembali bersama dengan istrinya namun istri
menginginkan perceraian dengan tokoh NUG.
Berdasarkan analisis data dalam fiksi karya Leila S. Chudori dapat diketahui
bahwa fase simbolik dialami oleh tokoh utama dalam fiksi karya Leila S. Chudori. Fase
simbolik merupakan keinginan manusia untuk berada dalam fase nyata dimana di dalam
tidak terjadi kekurangan. Fase nyata di sini yang dimaksudkan adalah fase dimana manusia
tidak mengenal kekurangan. Seperti seorang bayi yang melaui fase nyata segalanya
tercukupi. Bayi bila merasa haus maka sang ibu sudah menyiapkan payudaranya, jika si
bayi merasa kedinginan ibu akan siap dengan pelukannya yang hangat. Namun seiring
perkembangan manusia hal tersebut tidak akan dapat terulang manusia sebab manusia
mengalami perkembangan yang tidak stagnan. Manusia yang sudah mengenal tahap bahasa
sudah mengenal aturan yang tidak dikenalnya diam tahap nyata. Contohnya seperti yang
dialami tokoh Nadira yang ingin kembali dalam masa-masa ketika ibunya masih hidup.
Nadira dan saudara-saudaranya memiliki kehangatan dan ketenangan saat berada di sisi
ibunya.

59

Namun hal tersebut bagi Nadira merupakan fase simbolik karena Nadira sudah
menyadari aturan yang ada kalau dia tidak mungkin lagi bertemu dengan Kemala yang
telah mati dengan bunuh diri. Menyadari bahwa tidak mungkin lagi bertemu dengan yang
sudah tiada inilah yang disebut sebagai hukum yang ada didalam bahasa dan ini tidak di
kenal dalam fase nyata. Jadi Lacan (Sarup, 2009:31), menegaskan bahwa tidak mungkin
kembali pada fase nyata.

B. Hasrat yang Dialami Tokoh Utama


Hasrat merupakan keinginan manusia yang terjadi secara terus-menerus sepanjang
hidupnya yang tidak pernah terpuaskan. Hasrat timbul dari ketidakpuasan dan mendorong
seseorang untuk memunculkan permintaan lain. Meskipun bentuk-bentuk hasrat sangat
kompleks, berdasarkan pandangan Lacan, setidak-tidaknya ada dua bentuk utama hasrat,
yaitu hasrat menjadi (to be) dan hasrat memiliki (to have) (Bracher, 2009:30).

1. Hasrat Menjadi
Hasrat menjadi (Bracher, 2009:30), merupakan hasrat yang memanifestasikan
dirinya dalam bentuk cinta dan identifikasi. Dalam hal ini hasrat menjadi obyek cinta,
kekaguman, idealisasi, pemujaan, penghargaan, Liyan (the others). Orang merasa menjadi
obyek cinta sang lain (penonton, fans, rakyat), oleh sebab itu ia akan bertingkah-laku dan
menciptakan citra (image) dirinya sedemikian rupa agar ia tetap dicintai (narcissistic
desire). Jadi hasrat menjadi adalah keinginan untuk menjadi obyek cinta, kekaguman,
idealisasi, pemujaan, penghargaan dari orang lain.

Hasrat menjadi dalam fiksi karya Leila S. Chudori dalam kumpulan ccpen 9dN
terdapat dalm cerpen, MMS, N&N, MLT, SPU, dan CTG. Sedangkan lalam novel PG
dialami tokoh DMS, NUG, VVN, dan LTG. Berikut paparan
datanya.
(90) Ibu selalu berkata, jika dia mati, dia tahu apa yang akan terjadi. Yu
Nina akan menangis tersedu-sedu (mungkin dia akan melolong);
Kang Arya akan membacakan surat Yasin dengan suara tertahan
dan terakhir, yang paling penting-sembari mencoba mengusir air
matanya.
aku pasti mengais-ngais bunga-bunga kesukaan Ibu yang sulit dicari di
Indonesia (MSS: 2)
(91) Mungkin Ibu tak pernah bahagia.
Atau mungkin dia merasa hidupnya memang sudah selesai hingga di sini.
Kang Arya memeluk tubuh dingin itu tanpa suara. Aku hanya menutup
mulut, sementara hatiku ribut. Tanganku sjbuk. Aku menutup segala
pertanyaanku dengan pragmatisme.
Sayup-sayup kudengar suara ibu hari ini aku ingin mati (MSS:3) (92) Aku
menggendong Nadira. Dia menyandarkan kepalanya yang bundar dan bagus yang
diselimuti rambut hitam tebal itu dipundakku. Nadira... aku ingin sekali penyakit
apapun yang dideranya pindah kepadaku. Hanya B ram dari kamar makan. Lalu
suara jari-jari yang asyik itu sesekali diselingi deru angin bulan Desember. (MSS: 7)

Data (90), (91), dan (92) hasrat menjadi digambarkan oleh tokoh Kemala. Datadata tersebut menggambarkan tokoh Kemala yang sudah membuat anak-anaknya
merasakan kasih sayang yang tiada tara. Kemala tampil menjadi seorang ibu yang
sempurna. Hal ini terlihat pada saat kematian Kemala. Semua orang yang dicintai begitu
kehilangan Kemala. Semua menunjukkan kasihnya kepada Kemala.
Kemala di tengah problem yang dihadapinya memutuskan untuk tetap menjadi ibu
yang disayang keluarganya. Keputusan Kemala untuk bunuh diri baru

membuat anak-anaknya sadar bahwa ibu yang mereka sayangi tidak bahagia. Ibu yang
mereka kenal adalah ibu yang penuh kasih sayang. Kemala rela meninggalkan bangku
kuliahnya demi merawat putra-putrinya. Kemala rela mengikuti keluarga Swandi demi
cintanya kepada suami dan anak-anaknya. Perbedaan cara hidup dan beragama dihadapi
Kemala tanpa mengeluh atau protes kepada suami atau anak-anaknya. Hingga akhirnya dia
memutuskan bunuh diri tanpa seorangpun mengetahui dengan jelas alasannya.
Kemala berhasil menunjukkan hasrat menjadi orang terkasih dalam keluarganya
walau dia sendiri harus membayar mahal semua itu dengan bunuh diri. Jadi hasrat menjadi
yang ditunjukkan oleh Kemala ditandai oleh pemberian kasih sayangnya kepada anak-anak.
Tindakan bunuh diri yang dilakukan Kemala tanpa, d i ketahui alasan, menunjukkan betapa
Kemala yang sebenarnya mempunyai masalah yang berat. Bunuh diri merupakkan
gambaran betapa Kemala telah berhasil menunjukkan harat menjadi, yaitu menjadi orang
yang dicintai oleh keluarganya. Cinta Kemala kepada keluarganya, diimbangi dengan kasih
sayang anak-anaknya terhadap Kemala. Anak-anak Kemala masing-masing ingin
menunjukkan hasrat menjadi kepada ibunya. Yaitu hasrat menjadi yang dapat dibanggakan
oleh ibunya walau Kemala telah meninggal. Berikut paparan datanya.
(93) Tiba-tiba, untuk kali pertama, ada rasa panas yang membakar hatiku. Siapa
yang memesan melati di hari kematian ibu? Aku mendekati Winda,"Siapa
yang memesan kembang melati ini?"Aku terkejut mendengar suaraku
seperti siraman air es. Dingin. Dingin. Padahal aku tahu betul ada api yang
tengah berkobar. Dadaku menggelegak. (MSS: 9)

(94) Yu Nina mendekatiku dan nampak berusaha menekan rasa marah.


"Bunga... apa?"
"Seruni ... bunga seruni..."
Yu Nina melangkah lagi hingga jarak kami begitu dekat. "Bunga
seruni?"
"Aku akan mencari bunga seruni untuk Ibu," kataku mengulang
ucapanku (MSS: 30)
Data (93) dan (94) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami Nadira.
Nadira di hari kematian Kemala berhasrat menjadi anak yang dapat dibanggakan
orang tuanya. Nadira mengetahui kalau Kemala sangat mencintai bunga seruni
putih. Pada umumnya bunga melati digunakan untuk pemakaman. Namun demi
hasrat untuk menyenangkan orang tua terutama ibunya, Nadira mati-matian
mencari bunga seruni putih yang jarang ditemukan di Indonesia. Nadira bersama
Tara mati-matian berkeliling kota Jakarta demi mendapatkan bunga seruni. Nadira
dan Tara rela ngebut-ngebutan untuk mendapatkan bunga seruni tersebut.
Akhirnya bunga seruni dapat didapatkan walau dengan perjuangan yang keras.
Nadira berhasil memenuhi hasratnya untuk mempersembahkan bunga seruni putih
di pemakaman Kemala. Jadi hasrat menjadi tokoh Nadira adalah
mempersembahkan bunga seruni putih di pemakaman ibunya.
(95) Kali ini volume suara Nina menggelegar, merangsek gendang telinga
Nadira. "Ngaku..., kamu mencari uang belanja Yu Nah? Iya? Kamu
mencuri? Ngaku!!!" "Uangku, Yu! Uangku," "Nadira menjawab, airmatanya
berlinang-linang bercampur dengan air jamban dan kencing." "Mana
mungkin kamu punya uang sebanyak itu". "Ibu tak pernah memberi uang
saku sebanyak itu". "Bohong! Bohong!" Nina kembali memasukkan kepala
adik bungsunya itu. Lagi, lagi, dan lagi., hingga akhirnya Nadira ingin
sekali tenggelam selama-lamanya ke dalam jamban. (N&N: 37)
(96) Ibunya, perempuan yang melahirkannya, yang menyusuinya, yang
mengajarkan bagaimana membaca dan mencintai buku-buku hingga
mereka bertiga membutuhkan oksigen....................Dan ibunya yang
mengajarkan bahwa sebagai kakak tertua, dia harus menjaga dan merawat
adik-adiknya.(N&N: 39)

(97) Ruth, saya pasti banyak melakukan kesalahan dalam hidup ini. Tapi ada satu
peraturan dalam hidup saya: saya mencoba untuk tidak mengecewakan orang
tua saya. Saya merasa bersalah pada Ibu, karena saya telah mengecewakan
Ibu. Karena Ibu selalu ingin saya menjadi kakak yang menyayangi dan
merawat adik-adik.." (N&N: 40)
Data (95), (96), dan (97) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami tokoh Nina.
Nina adalah kakak tertua Nadira dan Arya. Sebagai anak tertua Nina berhasrat menjadi anak
yang dapat membanggakan orang tua, terutama ibunya. Kemala begitu dekat dengan anakanaknya. Kemala di mata anak-anaknya sosok ibu yang sempurna. Kemala melahirkan,
menyusui, mengajarkan membaca dan mencintai buku-buku. Menjadi kakak yang baik bagi
adik-adiknya seperti sudah tertancap dalam benak Nina. Nina ingin menjadi kakak yang
baik bagi adik-adiknya.
Nina tidak segan-segan menyiksa Nina hanya untuk mendidik Nadira agar mau
mengakui kesalahannya. Walaupun pada akhirnya penyiksaaan dengan menenggelamkan
kepala adiknya tersebut ke jamban tersebut merupakan sebuah kesalahan. Nadira tidak
pernah menjadi yang dituduhkan kakaknya Nadira ternyata tidak pernah mencuri uang
sesuai tujuan kakaknya. Nadira mendapatkan uang dari hasil menulis di majalah Kuncung.
Demi memenuhi hasratnya untuk menjadi kakak terbaik bagi kedua adiknya, Nina
sudah melakukan cara-cara yang kasar. Cara-cara tersebut berdampak pada Nadira yang
demam karena terlalu lama kepalanya dicelupkan ke dalam jamban. Nina menyesalinya dan
membawa trauma tersendiri baginya bahkan sampai dewasa. Nina harus menyewa seorang
psikiater untuk menyembuhkan perasaan bersalah yang dialaminya karena hasratnya
menjadi

64

kakak terbaik untuk anak-anaknya justru membuat ibunya kecewa. Berdasarkan analisis
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasrat menjadi anak yang dapat dibanggakan
ditunjukkan anak-anak Kemala, sebelum maupun sesudah Kemala meninggal. Hasrat
menjadi dalam kumpulan cerpen 9dN oleh anak-anak Kemala tergambar juga dalam data
berikut.
(98) "Gilang Sukma...koreografer? Gilang Sukma...?" Arya menganga,
"Kapan kalian mengenal? Saya bahkan tak tahu kalian berkenan."
Ni na tertawa kecil dan menarik kursi. Dia mulai menciduk nasi
sementara orang tua dan kedua adiknya masih seperti patung
menatapnya, meminta penjelasan. (N&N: 45)
(40) Saya bisa membuat film tentang kehidupan wartawan..Tapi bukan seperti
AU the President's Men. Saya akan membuat wartawan yang idealis, yang
ingin membawa kebenaran, yang..." "Wartawan yang tak mungkin menulis
tentang kebenaran, karena kalau kita menulis tentang bisnis anak-anak
pejabat, kita akan ditelepon," (MLT:81)
(41) Nadira melirik Nina yang masih berdiri di pintu, melipat tangannya.
Wajahnya tanpa ekspresi. Dia tidak marah melihat baju-bajunya yang
digantung hancur-lebur, dihajar petasan. (MLT: 117)
Data (98) menggambarkan hasrat menjadi tokoh Arya, Arya sebagai satu-satunya
anak lelaki di dalam keluarganya, merasa punya tanggung jawab terhadap saudara
perempuannya. Arya mempunyai hasrat menjadi saudara yang baik bagi kakak dan orang
tuanya. Galang Sukma adalah lelaki yang sering berganti-ganti pasangan. Arya tidak
menginginkan kakaknya menjadi korban kawin cerai Galang Sukma.
Data (99) merupakan hasrat menjadi yang digambarkan tokoh Nadira. Nadira ingin
sekali membuat film yang baik. Film tentang wartawan yang bisa menulis kebenaran yang
menjadi harapan ayahnya menjadi wartawan yang ideal. Nadira berhasrat menjadi anak
yang dapat dibanggakan. Nadira ingin melakukan sesuatu yang membuat ayahnya bangga.


m,

104

Data (100) hasrat menjadi yang digambarkan tokoh Nina. Nina menghasrat dirinya
menjadi kakak yang dapat membanggakan orang tuanya. Nina merasa sudah dapat menjadi
kebanggaan orang tuanya dengan berlagak jadi pahlawan karena berhasil melaporkan
kenakalan saudara-saudaranya kepada orang tuanya.
Data (98), (99), dan (100) menggambarkan hasrat yang dialami keluarga Swandi.
Nadira Swandi, Nina dan Nadira masing-masing menunjukkan hasratnya untuk menjadi
kebanggaan orang tuanya. Untuk mewujudkan hasratnya, mereka melakukan identifikasi.
Nina agar dapat memenuhi hasratnya, dia akan mengidentifikasi hal-hal yang diinginkan
ibunya. Ibunya ingin menjadi Nina kakak yang baik maka Nina akan melakukan apa saja
sesuai identifikasi yang didapat dari ibunya. Begitu juga dengan Nadira, bunga seruni putih
merupakan hasil identifikasi yang dapat menyenangkan ibunya. Nadira akan mencarinya
sesuai dengan identifikasi yang didapat dari ibunya. Begitu juga Arya yang
mengidentifikasi, melindungi saudaranya. Merupakan hasil dari identifikasi terhadap
ibunya yang ingin dia penuhi terhadap hasratnya. Karena menurut Lacan (Bracher, 2009:
33) identifikasi sebagai satu modus bekerjanya hasrat, karena aspek identifikasi yang aktif
dan dinamis inilah yang penting peranannya dalam proses interpelasi.
(lOl)Semua orang yang membaca novel era Victoria akan tahu resikonya.
Sebetulnya Arya setuju dengan pendapat itu. Tetapi karena Nadira mengutip
Niko-seolah adiknya yang luar biasa cerdas itu menjelma menjadi orang
dungu karena bertemu lelaki tampan seperti Niko-maka Arya merasa itu
pendapat yang konyol.(MLT:147)
(102)Hanya satu lelaki yang bisa membuat badan ini hidup kembali. Dia tidak
hanya memandang aku di permukaan liang kubur seperti yang dilakukan
Utara Bayu, tetapi dia langsung mengguncang aku,

menyadarkan aku. bahwa aku seorang perempuan yang bisa hidup


bahagia. Dialah yang menghidupkan hidupku yang sudah mati. Dan
lelaki
itu
bernama
Niko..."(CTG:
150)
(103)Bram menepuk bahu Gilang. Dan aku paham artinya. Kami semua
ingin Nina bahagia. Karena itu, kami hanya akan berdoa. Meski aku
tidak rajin beribadah, aku sangat mencintai-Mu. Aku selalu kangen
menyebut nama-Mu setiap kali aku meminta perlindungan bagi
Nina. Aku ingin dia bahagia. (CTG: 156)
' ,w
Data (101) menggambarkan hasrat menjadi yang dimiliki tokoh Arya. Arya
berhasrat menjadi kakak yang baik dari adiknya Nadira. Melihat Niko sebagai calon suami
adiknya adalah laki-laki yang banyak pacar. Arya tidak ingin adiknya menjadi kecewa
karena salah memilih suami. Hasrat tersebut diwujudkan dengan mengingatkan Nadira agar
dia menjauhi Niko.
Data (102) menggambarkan hasrat menjadi yang dimiliki oleh tokoh Nadira.
Nadira yang mencintai Niko, menunjukkan hasratnya agar diizinkan kakaknya agar dapat
bersatu dengan Niko. Nadira menjelaskan pada kakaknya kenapa dia memilih Niko sebagai
calon suaminya. Agar kakaknya yakin dengan pilihannya tersebut. Nadira
mengindentifikasi semua hal yang mampu membuat kakaknya bisa menerima Niko. Jadi
Nadira mengindentifikasi semua yang baik dari Niko untuk memenuhi hasratnya. Yaitu
kakaknya mempercayai Niko sebagai suami yang tepat bagi Nadira.
Data (103) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami tokoh Kemala. Demi
memenuhi hasratnya yaitu menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Kemala
mengindentifikasi yang dibutuhkan anaknya. Nina membutuhkan doanya agar pernikahan
dengan calon suaminya berjalan dengan lancar. Jadi hasrat menjadi ibu yang baik bagi
anak-anaknya diwujudkan dengan berdoa untuk anaknya.

67

Berikut ini hasrat menjadi dalam novel PG yang dialami tokoh, DMS, NUG,
VVN, dan LTG. Berikut paparan datanya.
(104) Aku merasakan sedikit keganjilan pada tingkah laku Mas Hananto.
Beberapa pecan sebelum keberangkatan, aku berkelahi dengannya. Aku
meninju wajahnya. Wajah Hananto datar. Aku tahu, dia selalu pandai
menyembunyikan emosi. Dia hanya menghisap rokoknya. Kami berjalan
menuju mobil tanpa berkata apa-apa. Langit Jakarta kosong tanpa bintang,
sama seperti isi hatiku. Aku mengasihi Mas Hananto. Dan aku menyukai
perempuan. Tapi, bagiku, kalau saja aku sudah beristri, apalagi beristri
perempuan seindah dan semulia Surti, berarti aku sudah memilih.
(DMS:39)
(105) Aku tersenyum. Tiba-tiba bayangan Surti berkelebat. Bersinar.
Cemerlang.
Dapur
dengan
aroma
kunyit.
Ciuman
yang
menenggelamkanku ke dasar bumi. Aku terkejut. Kenapa pula
wajah itu muncul di saat seperti itu. di saat aku sedang jengkel
dengan Hananto? (DMS:35)
(106) Kau mempunyai Ibu dan Aji, adikmu. Aku tak menjawab. Aku tahu
Vivienne ingin menghiburku. Dia memang perempuan yang baik
dan lembut hati. Tetapi aku tidak akan pernah bisa terhibur setiap
kali mengingat nasib Surti dan anak-anaknya. Batang rokokku
sudah habis. (DMS: 38)
Data (104), (105), dan (106) menggambarkan hasrat menjadi yang alami
tokoh DMS. Data tersebut menggambarkan bahwa tokoh DMS mempunyai hasrat
menjadi pelindung bagi SRT. Menurut Lacan (Bracher, 2009: 33) identifikasi
sebagai satu modus bekerjanya hasrat, karena aspek identifikasi yang aktif dan
dinamis inilah yang penting peranannya dalam proses interpelasi. DMS untuk
memenuhi hasratnya menjadi orang yang menjadi pelindung bagi kekasihnya.
Karena dilihat dari identifikasi yang ada DMS melakukan apa saja yang
mengindentifikasi bisa memenuhi hasratnya untuk menjadi pelindung bagi tokoh
SRT.
Data (104) menggambarkan hasrat menjadi tokoh DMS untuk melindungi SRT.
Tokoh DMS berkelahi dan meninju Hananto. Semua itu dimaksudkan untuk

memenuhi hasratnya menjadi pelindung bagi SRT. HNT adalah suami tokoh SRT yang
suka sekali selingkuh. Sebagai lelaki yang masih mencintai SRT, DMS tidak rela wanita
yang dicintainya dikhianati oleh suaminya.
Data (105) dan (106) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami DMS. DMS
berhasrat menjadi pelindung SRT, walaupun SRT tidak menuntut hal tersebut. Hasrat
menjadi pelindung bagi SRT didorong oleh cinta DMS terhadap SRT. Hasrat menjadi WN
juga digambarkan pada data berikut.

(42)

Silakan, siiakan masuk saja dan lihat kegiatan kami, kata Maman
menantang mereka sembari bertolak pinggang. Kalau sudah begini, aku
yakin bahkan Presiden Francois Mitterand sekalipun akan jeri melihat
galaknya Maman. Suara Maman menyentak hingga Michael Durant, si
mata Biru itu kembali melangkah mundur beberapa langkah. (VVN: 144)
(43) Bukan pula karena keinginan dalam dirinya yang ingin kuraba dan
kugenggam. Ada kesedihan dimatanya yang ingin kuraba dan kugenggam.
Ada kesedihan dimatanya yang ingin ku sembuhkan. (VVN: 205)
(109) Aku rasa Mas Nug yang terus-menerus menetap dirinya di depan
cermin, dengan sisir kumisnya yang mungil- yang dibawanya dari
Jakarta hingga Peking terus ke Zurich dan kini di Paris-sedang
berlatih untuk "memperlihatkan kegembiraan" itu. Dia berlatih
tersenyum di depan cermin; berlatih mengatakan caval Dan
bahkan dia mengulang cara mengangguk-angguk sembari berlagak
mendengarkan pernyataan tamu imajinatifnya. (NUG: 118)

Data (107) menggambarkan hasrat menjadi yang digambarkan oleh tokoh WN.
Menghadapi orang yang menjadi musuh DMS, WN berubah menjadi marah. Hal tersebut
untuk menunjukkan hasratnya untuk menjadi orang yang ikut melindungi suaminya.
Hasrat tersebut timbul karena cintanya kepada DMS. Hasrat menjadi orang yang turut
merasakan sakit hati karena orang yang dicintai dikhianati oleh temannya. WN untuk
memenuhi hasratnya tersebut melakukan

69

identifikasi. Hasil identifikasi untuk memenuhi hasrat menjadi, WN menunjukkan sikap


yang tegas terhadap orang yang dimusuhi suaminya.
Data (108) menggambarkan hasrat menjadi terhadap tokoh WN. VVN melihat
sosok DMS sebagai orang berduka. DMS sebagai orang asing di Paris, dirasakan VVN
sebagai orang menyimpan kesedihan. WN berhasrat untuk menyembuhkan kesedihan
tersebut. VVN berhasrat menjadi orang yang mampu membuat DMS bahagia.
Data (109) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami tokoh NUG. Restoran
Indonesia yang mereka dirikan akan segera dibuka. Para pendiri Restoran Indonesia sibuk
mempersiapkan segala sesuatu untuk kesuksesan Restoran tersebut. Tokoh NUG sebagai
salah satu pendiri Restoran Indonesia berusaha memberikan kesan pertama yang baik
untuk Restoran mereka. NUG berhasrat menjadi tuan rumah yang baik bagi tamu
restorannya. Hal tersebut dilakukan NUG demi kesuksesan pembukaan Restoran Indonesia
yang turut didirikannya.
(110)Kamu tahu kenapa ibuku begitu obsesif dengan ikan pindang seruni?
dengan kunyit? dengan bunga melati? Aku menggeleng, aku hanya
bisa menebak-nebak. (ALM:393) (lll)Dia ingin aku juga sama jantannya dengan
dia menghadapi . tantangan apa pun. Tapi aku tidak terlahir dengan badan
bertulang
baja dan lidah yang sembarangan seperti dia. (BMO:315) (1 i 2)Tak habishabisnya dia mencerca, mengapa 'petualangan' politik
Pak De (RMA: 341) (U3)Hm, mengapa Ayah memintaku membawakan
melati untuk Tante
Surti? sudahlah, di mana aku bisa membeli bunga melati? Aku perlu
besok. .(LTG: 375) (114)Ketika Mas Han tak muncul juga sampai malam,
aku mulai
menelepon ke kanan kiri. Tentu saja ke kantor, yang tidak dijawab
sama sekali. Ke rumah beberapa kawan dan kerabat. (SRT:383)

Data (UO) menggambarkan, hastat menjadi tokoh ALM. ALM berhasrat


menjadi kekasih LTG. Meskipun ALM sudah memiliki kekasih namun ALM berhasrat
menjadi kekasihnya. Hal tersebut didasari oleh masa lalu cinta orang tua mereka yang tidak
bisa bersatu. DMS sebagai orang tua LTG dan SRT sebagai ibu ALM sebagai kekasih ALM
di masa lalu. Hasrat membantu kegiatan LTG selama di Indonesia. Hal tersebut disebabkan
harat ALM yang ingin menjadi kekasih LTG.
Data (111) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami tokoh BMO. BMO
adalah putra dari perikanan Rukmini dan NUG. Setelah ayah dan ibunya bercerai, BMO
hidup bersama ibu dan ayah tirinya. BMO lahir menjadi anak yang lemah dan selalu
menjadi bulan-bulanan teman-teman sekolahnya. ALM selalu memotivasinya agar menjadi
anak yang tangguh. BMO berhasrat menjadi anak yang kuat seperti tokoh ALM.
Data (112) menggambar hasrat menjadi yang dialami tokoh RMA. RMA adalah
ponakan DMS. Hidup sebagai keluarga tapol sangat sulit dilakukan. Mulai dari pandangan
sinis masyarakat di sekitar, bahkan sampai tahap pengucilan masyarakat dan aturan
pemerintah yang membatasi ruang gerak keluarga tapol terutama dalam lapangan pekerjaan
sangat mengganggu stabilitas keluarga AJI terutama RMA. RMA berhasrat menjadi orang
yang bebas seperti keluarga lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan tapol
Data (113) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami tokoh LTG. LTG pergi ke
Indonesia untuk menyelesaikan tugas akhirnya. DMS meminta LTG mengirim SRT bunga
melati. LTG ingin mengetahui mengapa ayahnya

menitipkan bunga melati untuk SRT. LTG berhasrat menjadi orang yang dipercaya ayahnya
untuk mengetahui rahasia melati yang ingin diberikan pada tokoh SRT.
Data (114) menggambarkan hasrat menjadi yang dialami tokoh SRT. SRT
berhasrat menjadi orang mengetahui keberadaan suaminya. HNT sudah berhari-hari tidak
pulang ke rumah. Hal tersebut yang menyebabkan SRT sibuk mencari suaminya. Untuk
memenuhi hasratnya, SRT mencari tahu keadaan suaminya di kantor atau di rumah
kenalannya. Namun tidak satupun yang mengetahui keberadaan suaminya tersebut.
Pencarian HNT dilakukan oleh SRT untuk memenuhi hasrat menjadi, yaitu menjadi tahu
keberadaan HNT.

b. Hasrat Memiliki

'' Hasrat memiliki (Bracher, 2009:30) adalah hasrat memiliki Liyan


(materi, benda, orang, kekuasaan, posisi) sebagai sebuah cara untuk memenuhi
kepuasan diri. Ia mengambil bentuk pada cara mendapatkan kesenangan yang
bertentangan dengan diri dan orang lain (anaclictic desire).
Jadi hasrat memiliki merupakan keinginan untuk memiliki liyan yang berupa
materi, benda, orang, kekuasaan, posisi dll. Sebagai cara untuk memenuhi kepuasaan diri.
Dalam cerpen MSS hasrat memiliki untuk mendapatkan kepuasan tergambar dalam sikap
Nina, Arya dan Nadira
(115)....Alangkah bahagianya bisa memantulkan kembali apa yang sudah
memenuhi dada. Dari mana dia bisa belajar menjerit, menangis, dan
sesegukan berkepanjangan seperti itu?.... (MSS: 8)
(116)Aku baru menyadari, ternyata tanganku yang menyebabkan bunyi ramai itu.
Dan entah bagaimana, hanya dalam beberapa detik aku sudah berlari dan
berlari ke belakang. Aku berlari diiringi tatapan

72

heran ratusan pelayat, Seruni Kemana aku bisa mendapatkan bunga seruni
yang selama ini diinginkan ibu? (MSS: 10)
(117)Aku tidak menambahkan observasinya, karena segala yang dikatakannya
sudah tepat. Bram tersenyum dan menghembuskan asap rokoknya. Aku
heran melihat warna kulitnya. Jangan-jangan eluruh tubuhnya terbuat dari
magnet. (MSS: 16)
(118)Aku akan menikah dengan Gilang Sukma."
Ucapan Nina seperti seuah bom yang dijatuhkan dari pesawat ke sebuah
taman bunga yang penuh kelinci yang berloncatan. Malam itu, keluarga
Suwandi tengah menikmati makan malam yang terdiri dari pepes ikan mas,
sayur asem dengan ulekan kemiri yang kental, sambal terasi yang digerus
tomat hijau dan cabe rawit,, ikan asin janbal goreng, dan lalap jantung
pisang godog. Menu ini selalu dinanti Arya dan Nadira. (N&N: 45)
Data (115) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami Nadira. Setelah
mengetahui kematian Kemala yang mendadak, Nadira memperhatikan kakaknya
Nina. Nina menangisi kematian Kemala dengan berkepanjangan. Nadira
menghasratkan memiliki air mata seperti kakaknya. Agar dia bisa menangis
seperti kakaknya. Nadira tidak bisa menangis ketika Kemala meninggal. Nadira
melakukan hal-hal yang pragmatis agar bisa melupakan keinginannya untuk bisa
menangis.
Data (116) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami Nadira. Nadira di
tengah-tengah kesibukan orang-orang yang menyiapkan pemakaman Kemala, membanting
bunga melati dari mangkuk dan berlari ke belakang rumahnya. Nadira ingin memiliki
bunga seruni untuk pemakaman Kemala. Keinginan memiliki bunga seruni putih
sebenarnya hanyalah symbol bagi Nadira untuk bertemu dengan ibunya. Hasrat memiliki
Nadira sebenarnya untuk mendapatkan kembali ibunya dalam keadaan hidup.
Data (117) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami oleh Kemala. Kemala
yang sedang jatuh cinta terhadap Bramantya. Kemala ingin memiliki

Bramantya. Menjadikannya teman tidurnya. Namun hal tersebut tidak terjadi


karena Bramantya adalah lelaki yang taat beribadah. Untuk memenuhi hasratnya
memiliki Bramantya, Kemala tidak segan menunjukkan perasaannya tersebut.
Namun hasrat Kemala tidak terpenuhi karena mereka belum menjadi suami istri.
Data (118) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami oleh Nina. Nina
demi memenuhi hasratnya untuk memiliki Galang Sukma tidak ragu untuk
meploklamirkan kekasihnya tersebut di depan keluarga besarnya. Nina
mengharapkan Galang Sukma memiliki cinta seperti yang dimilikinya. Namun
pada kenyataannya Nina tidak memiliki cinta Galang Sukma seluruhnya. Galang
berselingkuh dengan penari latarnya. Hasrat memiliki juga terdapat dalam cerpen
TSB, berikut paparan datanya.
- (119)Belum selesai Tara menyelesaikan urusan parker, Nadira sudah kembali
dengan wajah lesu dan menggeleng. "Memang Cuma ada di Daisy Nursery...,"
guman Tara. "Bisa kita ke sana dan kembali sebelum pemakaman?" Utara
berkonsultasi dengan jam tangannya. Dia menginjak gas dengan sengit. Mobil
Landrove tua milik Arya itu menderu, membelah semua rentetan mobil Jakarta.
Nadira hanya memejamkan matanya dan tak ingin tahu menahu kecepatan mobil
itu. Dia seperti tengah melayang ke luar bumi dan mempercayakan seluruh jiwa
dan raganya kepada Tara. (TSB: 32) (120) "Ibumu pasti punya beban yang begitu
berat.., kalau tidak pasti tidak akan mungkin memutuskan untuk meninggalkan
ketiga anaknya yang sangat dia cintai.. Kenapa, menurutmu, kenapa dia
memutuskan untuk pergi?" Pertanyaan-pertanyaan itulah yang selalu
mengganggu Nadira hingga detik ini. Pertanyaaan yang membuat Nadira bahkan
tak berani lagi mendekati ruangan tempat ibunya ditemukan tergeletak tiga tahun
lalu, tanpa nyawa. (TSB: 119)
(121)Pertanyaan yang mendesak-desak syaraf keingintahuan Nadira, hingga
Nadira kerap menjeduk-jedukkan kepalanya ke dinding kamarnya karena
rasa sakit di ubun-ubunnya yang tak kunjung pergi. Pertanyaan yang yang
akhirnya mendorong Nadira untuk pindah ke tempat kos, karena tidak
sanggup lagi tinggal di rumah yang masih dihantui kenangan ibunya.fTSB:
126)

Data (1!9) menggambarkan hasrat memiliki Nadira. Sejak kematian Kemala ketiga
anak-anaknya menunjukkan hasrat memiliki. Nadira demi kepuasannya untuk mendapatkan
bunga seruni kesayangan ibunya, apapun ditempuhnya. Kemala berpesan apabila dia mati
pasti Nadira akan mencarikan bunga seruni baginya walau sulit ditemui di Indonesia bunga
seruni berwarna putih. Nina tidak kalah histerisnya dia melolong melihat mayat Kemala.
Arya membaca surah yasin dan menyerahkan kontak mobilnya meminta Nadira
mencarikan bunga seruni buat Kemala.
Nadira melakukan itu semua demi kepuasannya. Nadira tidak akan merasa puas
kalau belum mendapatkan bunga seruni putih yang jarang di temui di Indonesia. Nadira
mencari-cari bunga tersebut kemana-mana. Nadira bersama Tara.rela mengebut demi bunga
seruni. Semua tempat dijelajahinya demi mendapatkan apa yang disukai ibunya. Nadira
merasa berkewajiban mencari bunga itu demi Kemala. Nadira melakukan itu semua demi
bunga seruni demi kepuasannya untuk mempersembahkan bunga seruni untuk Kemala.
Setelah menyusuri Jakarta Tara dan Nadira tidak juga menemukan bunga seruni.
Akhirnya dengan waktu yang terbatas mereka tetap memaksakan diri mencari bunga
seruni. Tara dan Nadira mempertaruhkan jiwa raganya untuk mendapatkan bunga seruni.
Dengan kecepatan tinggi, Tara membawa mobilnya agar bisa tepat waktu membawa bunga
seruni di pemakaman Kemala.
Hasrat memiliki demi kepuasan diri didapatkan Nadira meskipun harus
mempertaruhkan jiwa raganya. Hal itu dilakukan karena untuk mendapatkan bunga seruni
Nadira dan Tara harus menyetir dengan kecepatan tinggi untuk

sampai ke Bogor dan sampai selepas asar untuk pemakaman Kemala. Nadira merasa puas
karena hasrat untuk memiliki bunga seruni untuk pemakaman Kemala telah dia dapatkan.
Data (120) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami Nadira. Demi memenuhi
hasratnya untuk memiliki pengetahuan tentang alasan ibunya bunuh diri, Nadira
mendengarkan apa saja yang dikatakan oleh Mr. X Nadira mendengarkan apa saja ocehan
Mr. X, dia biarkan Mr. X membawanya pada masa lalu ketika ibunya bunuh diri. Hal
tersebut dilakukan Nadira demi memenuhi hasratnya. Nadira mengindentifikasi apapun
yang bisa membawanya. Memenuhi hasratnya tersebut. Namun hasrat memiliki yang
dimiliki Nadira tidak membuah hasil. Mr. X tidak bisa memberikan jawaban yang
mememuaskan tentang penyebab kematian Kemala. Jadi hasrat memiliki Nadira tidak
dapat dipuaskan.
Data (121) menggambarkan hasrat memiliki Nadira. Nadira ingin mengetahui
alasan Kemala bunuh diri. Hal tersebut terus terjadi, hingga Nadira harus meninggalkan
rumahnya dan tinggal di rumah kos demi hasrat memiliki pengetahuan tentang alasan
Kemalaa meninggal dengan bunuh diri. Nadira tidak pernah mendapatkan alasan yang
tepat. Hasrat tersebut terus mengganggu Nadira. Nadira tidak pernah mendapatkan
jawabannya. Hasrat memiliki tokoh utama juga digambarkan cerpen MLT dan KIA,
berikut paparan datanya.
(122)"Yah... ""Bukannya Ayah mengharapkan agar wartawan menggulingkan
seorang pemimpin. Bukan. Tapi kemampuan Woodward dan Bemstein
dalam investigative reporting itu, Nak. Apa kamu tidak ingin seperti
mereka?"(MLT:80)
(123)Ibunya terdiam. Dan Nadira tahu, dia tak mungkin menanyakan satu hal
yang selalu mengganggu hatinya, hati ayahnya, hati kedua kakaknya. Apa
yang sebetulnya terjadi setahun yang lalu, hingga

akhirnya ibunya memutuskan untuk menyelesaikan hidupnya.(MLT:84)


Data (122) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh Bramantya. Pasca
kematian istrinya Bramantya menghabiskan waktunya dengan menonton video AU The
President 's Men untuk mengenang masa lalunya sebagai wartawan. Bramantya merasa
kecewa karena dia diberhentikan begitu saja menjadi wartawan dengan cara dipindahkan ke
bagian periklanan. Nadira tidak habis pikir mengapa dia diberlakukan begitu saja.
Bramantyo mempunyai hasrat memiliki menjadi wartawan lagi. Bramantyo merasa 'gatal'
melihat berita berseliweran di depan matanya.
Hasrat memiliki pekerjaannya lagi sebagai wartawan tidak dapat terwujud.
Bramantya tidak bisa menjadi wartawan lagi. Bramantya sering meminta Nadira untuk
membawakan kue lumpur surga dari kantin tempatnya bekerja sebagai salah satu cara
mengenang dirinya semasa menjadi wartawan. Bramantya juga sering menanyakan kepada
Nadira siapa saja yang dia temui selama dia berada di kantin tempatnya bekerja. Hal
tersebut dilakukan Bramantya untuk memenuhi hasratnya memiliki kembali pekerjaan
sebagai wartawan senior yang tidak didapatnya lagi.
Data (123) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami Nadira. Di tengahtengah kehancuran rumah tangganya, Nadira berhasrat memiliki ibunya hadir. Perasaan
yang sedih membawa Nadira akan keinginan untuk memiliki ibu sebagai tempatnya
berkeluh kesah seperti yang dialaminya dulu. Kemala selalu hadir menjadi pendengar
yang baik bagi anak-anaknya. Hasrat memiliki ibu dilakukan Nadira dengan menonton
pertunjukan yang diadakan Galang Sukma.

Nadira jatuh hati pada Panji Sumirang yang sebenarnya adalah seorang wanita
yang bernama Candra Kirana dari Daha yang mencari kekasihnya. Hal tersebut
dilakukan Nadira demi mewujudkan hasratnya untuk memiliki kembali
ketenangan saat ibunya masih bersamanya.
(124)"Surti adalah istri, pendamping hidup. Dengan Marni aku merasakan nafsu
kaum protelar yang bergelora." Duk! Hananto tiba-tiba terjengkang. Aku
tercengang karena tak menyangka kepalan tangan kananku akan bergerak
begitu cepat dan mendarat di rahangnya. (DMS:40)
(125)Pada suatu ketika, aku menantinya keluar dari ruangan kuliah. Seperti biasa
Surti sudah menyiapkan telapak tangannya untuk kuberi sepotong kertas berisi
puisi atau potongan adegan drama. Aku tersenyum. Begitu ia mengayunkankan
tangannya, aku menangkap dan menggenggamnya. Surti terkejut dan
menghentikan langkahnya. Ia menatapku penuh Tanya. Aku mendekatkan bibirku
ke telinganya, aku tinggi bersamamu. Selamanya. (DMS:54) (126) Ayah rutin
mencoba mengajukan permohonan visa untuk masuk Indonesia. Tentu saja
sebagai seseorang yang mendapat suaka politik Ayah-seperti juga kawankawannya sudah menggunakan paspor Prancis. Namun, berbeda dengan Om Isjaf
yang entah bagaimana bisa mendapat visa, permohonan ayah, Om Nug, dan Om
Tjai selalu ditolak. (DMS: 198)
Data (124) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh DMS.
Tokoh DMS yang masih menyintai SRT, meninju HNT. Perbuatan tersebut
dilakukan karena hasrat memiliki SRT. Rasa cinta yang mendorong DMS mela
kukan hal tersebut. DMS merasa memiki kewajiban menjaga orang yang
dicintainya. Untuk memenuhi hasrat memiliki DMS mengindentifikasi hal-hal
yang dapat memenuhi hasratnya. Menyadari orang yang dicintainya disakiti DMS
meninju wajah Hananto hal tersebut diidentifikasi oleh DMS sebagai wujudkan
identifikasi yang dapat memenuhi hasrat memiliki SRT. Bagi DMS tidak
selayaknya SRT mendapatkan pengkhianatan dari suaminya. Namun hal tersebut

sudah terjadi. HNT sering melakukan pengkhianatan terhadap SRT. HNT gemar melakukan
perselingkuhan di belakang istrinya.
Data (125) mengambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh DMS. DMS yang
berhasrat memiliki tokoh SRT. DMS melakukan identifikasi hal-hal yang dapat
dilakukannya untuk memiliki SRT. DMS memegang tangan SRT dan membisikkan
keinginannya untuk bersama merupakan wujud identifikasi. Identifikasi tersebut dilakukan
untuk memenuhi hasratnya memiliki SRT. DMS berhasil memiliki SRT namun DMS tidak
dapat memiliki selamanya SRT karena SRT menikah dengan HNT yang dianggap bisa
menjadi lelaki yang bisa bertanggung jawab atas keluarganya. Hasrat memiliki SRT oleh
tokoh DMS tidak pernah terwujud.
Data (126) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh DMS.
DMS berhasrat memiliki keinginan untuk kembali ke -Indonesia. Demi
mewujudkan keinginannya tersebut DMS melakukan hasrat memiliki DMS
melakukan identifikasi. DMS melakukan permohonan visa setiap tahun demi
memenuhi hasratnya tersebut. Hasrat memiliki DMS tidak bisa terwujud. DMS
tidak pernah berhasil memiliki paspor Prancis agar dapat kembali ke Indonesia.
DMS tidak berhasil memiliki Indonesianya kembali. Hasrat memiliki tokoh DMS
tergambar pada databerikut.
(127) Meski banyak peristiwa yang mereka alami bersama, sebagai pengelana
mereka adalah pribadi-pribadi yang berbeda, yang mempunyai reaksi tak
sama terhadap tragedy di tanah airnya. Semuanya ingin pulang dan
semuanya ingin mempunyai kesempatan melihat Indonesia yang lebih baik.
Aku pemah bertanya. Lintang pernah bertanya. Dimas menjawabnya hanya
dengan segenggam cengkih itu dan meminta kami menghirupnya. (DMS:
206)

(128)Masuk ke Indonesia? Belum bisa. Ini Titre de Voyage, kalian tidak boleh
masuk ke Indonesia. Lagi pula jika kalian masuk sekarang, sudah pasti
kamu tidak bisa keluar lagi dari neraka itu. Aku tak peduli. Aku harus
mengucapkan perpisahan dengan ibu.(DMS: 87)
Data (127) menggambarkan hasrat memiliki yang digambarkan tokoh DMS.
Sebagai seorang yang bermasalah dengan pemerintah Indonesia, DMS mempunyai hasrat
memiliki kembali tanah airnya. Berkumpul dengan keluarga yang telah tidak bertemu
adalah hasrat yang dimiliki tapol. Hasrat memiliki kembali Indonesia yang telah
dipisahkannya, membawa DMS mengindentifikasi hal-hal yang dapat memenuhi hasratnya
untuk kembali ke Indonesia.
DMS demi mewujudkan hasratnya yang tak pernah tercapai mengidentifikasinya
dengan melakukan hal-hal yang bisa membuatnya memenuhi hasrat memiliki Indonesia.
Menghirup aroma cengkih, menyimpan bubuk kunyit di stoples agar lebih lama menghirup
aromanya sebagai perwakilan Indonesia adalah hal-hal yang dilaklukan DMS untuk
memenuhi hasratnya tersebut.
Data (128) menggambarkan hasrat menjadi yang digambarkan oleh DMS. DMS
berhasrat memiliki paspor agar dapat bertemu dengan ibunya. Namun DMS tidak berhasil
memenuhi hasratnya. Untuk memenuhi hasratnya tersebut DMS berusaha mendapatkan
paspor. Paspor tersebut yang tidak pernah didapatkan DMS. Hasrat memiliki dalam novel
PG dilami tokoh SRT, berikut kutipan

'

datanya.
(129)Begitu Mas Hananto mengadakan Surti mengancam akan meninggalkan
rumah dan membawa ketiga anak mereka, aku tak membantah lagi. Tibatiba kemarahan dan kepedihan Surti yang tak terucapkan menguasaiku.
Segala tubuhku. Aku tahu, persoalannya

80

bukan hanya petualangan ranjang Mas Hananto. melainkan Surti merasa dikhianati
dan ditolak oleh suaminya sendiri. (SRT: 68) (130)Ibuku menelepon, menyentakku
agar aku segera membawa anak-anak ke Bogor sambil mengumpat Mas Hananto
sebagai seorang suami yang tak memikirkan keselamatan keluarganya. (SRT:383)

Data (129) dan (130) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh SRT.
SRT berhasrat memiliki suami yang setia seperti kesetiaanya. HNT sering mengkhianati
SRT, dengan menjalin cinta dengan wanita lain.
Demi memenuhi hasratnya tersebut SRT mengindentifikasi hal-hal yang
terdapat di dalarn diri suaminya yang dapat memenuhi hasratnya. SRT
memutuskan untuk meninggalkan suaminya bersama anak-anaknya, jika HNT
tetap dengan kebiasaannya. SRT tidak dapat memenuhi hasrat memiliki diburu
oleh pemerintah karena keterlibatannya sebagai anggota PKI. Hasrat SRT agar
suaminya setia kepadanya tdak terlaksana. HNT harus tewas dieksekusi oleh
pemerintah karena terbukti terlibat di dalam G.SPKI. Hasrat memiliki dihadapi
tokoh LTG, berikut paparan datanya.
(131)Pemyataan pertamaku adalah kalimat yang jujur. Seumur hidupku selama 23
tahun, aku tak pernah menginjak Indonesia karena keluarga tak akan bisa
menginjaknya. Betapapun ayah merindukan tanah airnya. Tetapi aku harus
mengakui, pernyataan keduaku adalah kebohongan. Tentu saja aku
mengenal Indonesia, paling tidak dari tangan kedua. Dari ayah, ketiga
kawan: Om Nug, Om Tjahjadi, dan Om Risjaf; dari buku-buku, dari film
documenter, dari seluruh pertengkaran Ayah dan Maman. (LTG: 137)
Data (131) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh LTG.
LTG berhasrat memiliki pengetahuan tentang tanah air ayahnya. LTG selama 23
tahun tidak pernah menginjakkan kakinya di Indonesia. Gambaran tentang
Indonesia didapatkan LTG melalui pergaulannya dengan teman-teman ayahnya di

cenderung melupakan keadaannya sebagai anak tapol. Kecerdasan dan kepandaiannya di


sekolah maupun di bidang bela diri membuat ALM lebih bebas mengekspresikan diri.
Berbeda dengan anak tapol lainnya yang cenderung terkucilkan ALM lebih merdeka.
ALM. Hasrat memiliki cinta kepada ibunya membuat ALM dapat meredam sifat yang
cenderung semaunya. Demi memenuhi hasrat memiliki cinta kepada ibunya, ALM
menyelesaikan kuliahnya di fakultas hukum.
Data (134) menggambarkan hasrat memiliki yang digambarkan oleh tokoh RSF.
Hasrat memiliki Rukmini dialami tokoh RSF. Demi memenuhi hasratnya memiliki cinta
Rukmini, RSF rela berdiam di kamar hanya untuk mengarang kata-kata yang indah supay?
dapat menaklukkan hati Rukmini. Namun setiap berhadapan dengan pujaan hatinya RSF
tidak pernah bisa mengungkapkan perasaannya kepada pujaan hatinya. RSF tidak pernah
bisa mendapatkan memiliki cinta Rukmini. Rukmini menikah dengan lelaki lain.
Data (135) menggambarkan hasrat memiliki yang dialami tokoh RMA. RMA
memiliki hasrat untuk menjadi orang yang bebas seperti kawan-kawannya. RMA tidak
menerima keadaan keluarganya yang tersangkut dengan tapol. Demi memenuhi hasrat agar
RMA memiliki hak yang sama dengan keluarga yang tidak tersangkut dengan G.30 SPKI.
RMA melakukan apapun demi memenuhi hasratnya tersebut. RMA meninggalkan nama
keluarga besarnya, dia tidak menggunakan nama tersebut di belakang namanya. RMA bisa
mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah berkat meninggalkan nama Suryo di

belakangnya. ALM tidak dapat memenuhi hasratnya untuk memiliki kebebasan tanpa
diikuti status keluarganya yang menjadi tapol.
Ketika akan menikahi pujaan hatinya ALM mau tidak mau harus mengakui dengan
secara tidak langsung kalau dirinya adalah seorang keluarga tapol yang selama ini
disembunyikannya.

C. Diri dan Identitas Tokoh Utama


t

Diri adalah iiyan'(sesuatu yang bukan 'diri'), ide tentang diri, yaitu wujud batin
yang kita tandai denga 'Aku', berlandaskan pada citraan, suatu liyan. Konsep diri (ego atau
Tdentity-nya) tidak akan pernah cocok dengan wujudnya sendiri. Konsep diri
mengandalkan pada misidentifikasi seseorang dengan citraan akan li-yan ini. Imago-nya di
cermin itu lebih kecil dan juga lebih stabil daripada sang anak, dan imago tersebut selalu
'liyan' daripada sang anak-sesuatu di luar dirinya. Sang anak, selama masa hidupnya, akan
salah mengenali dirinya sebagai 'liyan', sebagai citraan di cermin yang menyediakan suatu
ilusi akan diri dan penguasaan.
Lacan (dalam Faruk, 2012:190) mengatakan bahwa orang tidak mempunyai
seperangkat ciri yang kukuh. Tidak ada subjek kecuali dalam representasi, tetapi tidak ada
satu representasipun yang dapat menangkap diri subjek secara penuh. Di satu pihak
manusia tidak terdefinisikan oleh orang lain secara menyeluruh di lain pihak, ia juga tidak
bisa membebaskan diri dari definisi orang lain. Oleh karena itu manusia terus-menerus
tertangkap dalam pencarian mengenai dirinya. Terjadi ketegangan di mana identitas
seseorang tergantung

83

pada orang lain. Dalam kumpulan cerpen 9dN diri dan identitas terdapat dan
cerpen, MSS, CTG, MLT, N&N, SPU & PBU.
(174) "Saya adalah pohon yang tumbuh dari langit...." "He?" "Ibu saya lahir di
Lampung; ayah dari Palembang, jadi saya tumbuh dari langit tanpa akar..." (MSS:
14) (175)"Aku akan menikah dengan Galang Sukma." Ucapan Nina seperti
sebuah bom yang dijatuhkan dari pesawat ke sebuah taman bunga yang penuh
kelinci yang berloncatan. Malam itu, keluarga Swandi tengah menikmati makan
malam yang terdiri dari pepes ikan mas, sayur asem dengan ulekan kemiri yang
kental, sambal terasi yang digerus tomat hijau dan cabe rawit, ikan jambal goreng,
dan lalap jantung pisang godog. Menu ini selalu dinanti Arya dan Nadira.
(N&N:45)
(176)"Saya bisa membuat film tentang kehidupan wartawan...Tapi bukan seperti
AU the President's Men. Saya akan membuat wartawan yang idealis, yang
ingin membawa kebenaran, yang.. ."(9dN: 110)
Data (174) menggambarkan diri dan identitas tokoh Kemala dalam cerpen MSS.
Identitas dipertanyakan ketika berkenalan dengan orang lain. Hal tersebut dialami tokoh
Kemala ketika berkenalan dengan Bramantya. Identitas diri didapatkan seseorang ketika
berada pada fase imajiner.
Manusia pada usia 8 bulan sebagai seorang anak yang menangkap citra diri di
cermin sebagai identitas diri yang utuh. Anak masih belum menyadari kalau dirinya
berbeda dengan ibunya. Namun anak sudah menangkap citra 'diri' yang utuh, wujud yang
utuh ini akan menjadi 'diri', identitas yang ditandai oleh kata 'aku'. Memasuki fase simbolik
anak menjadi subjek yang berbicara. Citra diri dalam fase cermin terungkap dalam
perkataan 'Aku'.
Kemala mengenalkan dirinya kepada Bramantya, seolah dirinya adalah diri yang
utuh, sesuai dengan citra cermin yang dihadapinya. Perkataan 'Aku' merupakan wujud fase
simbolik, seseorang mampu mengungkapkan apa yang ada di dalam ketidaksadarannya
melalui bahasa. Jadi diri dan identitas yang dimaksud

84

adalah citra diri yang utuh tiada berkekurangan sesuai dengan gambaran yang ada di dalam
cermin. Jiwa manusia pada dasarnya tidak utuh terfragmentasi dan pada fase simbolik
sebagai fase kedewasaan manusia, jiwa manusia terstruktur seperti bahasa. Jiwa manusia
tidak lagi tergelincir atau berputar tiada pusat. Phallus bertindak sebagai ancor bagi jiwa
manusia yang liar. Manusia bertindak lebih realistic. Semua jiwa manusia ingin
mendapatkan Phallus. Phallus identik dengan fase nyata, yang di dalamnya manusia tiada
berkekurangan atau segalanya tercukupi.
Data (175) menggambarkan diri dan identitas tokoh Nina. Ego manusia merupakan
sesuatu yang terfragmentasi. Citra diri di cermin membawa manusia pada seakan dirinya
adalah diri yang utuh tiada berkekurangan. Berkata 'Aku' oleh Nina sebagai subjek yang
berbicara, memiliki makna yang stabil karena mereka ditetapkan atau dijangkarkan oleh
Liyan/Phallus/Nama-Sang-Ayah/ Hukum, yang merupakan pusat dari simbolik, pusat dari
bahasa.
Data (176) menggambarkan diri dan identitas tokoh Nadira. Keinginan membuat
film yang di dalamnya menceritakan tentang wartawan yang idealis dan membawa
kebenaran merupakan identitas yang ingin dicapai oleh Nadira. Manusia selalu dalam
berkekurangan atau kehilangan. Diri dan identitas sebagai makhluk manusia yang utuh
didapat manusia melalui pencitraan dalam cermin. Keinginan Nadira untuk membuat film
tersebut, merupakan pencariannya terhadap identitas yang dicarinya. Nadira ingin menjadi
wartawan yang idealis membawa kebenaran karena dengan melakukan itu dia bisa
mendapatkan identitas.

85

(177) Bapak x tersenyum, "Tentu saja... kau tak percaya.. Ibumu


mencintai kalian seperti seekor induk burung yang sayapnya
meringkus kalian bertiga ke dalam satu pelukan yang ketat, yang
protektif dan penuh cinta.." Nafas Nadira tertahan. Untuk kali
pertama, ada perasaan asing yang mulai tumbuh; campuran rasa
takut, benci, sekaligus kagum pada Bapak X. Psikiater ini memang
cerdas. Melalui perkiraan, serta membaca informasi kematian
ibunya di beberapa media, tiga tahun silam-seorang istri wartawan
senior tewas bunuh diri-psikiater ini sudah bisa membuat sebuah
kesimpulan yang jitu. (CTG: 145)
(178) "Itu semua karya-karya kesukaan Ibu!" Arya hampir menjerit."Ya,
tapi hidupku menjadi gelap membaca karya mereka. Aku tinggalkan
saja di sini, kang." .... "Pokoknya semua seniman yang selama
hidupnya hanya penuh dengan depresi sebaiknya menjauh dariku.
Aku ingin melihat matahari. Aku ingin melihat hidup yang
sesungguhnya." (CTG: 145)
(179)Sampai akhirnya hanya satu, ya satu lelaki yang datang dan menyodorkan
tangannya. Dia langsung mengambil tanganku dan mengajakku untuk bangun dari
lubang kubur itu. Tanpa ragu, tanpa jeda. Dia tak membutuhkan waktu untuk
berpikir ulang, karena dia yakin aku harus bersama dia. (180) Ciuman yang
membuat patung lilin yang semula terdiam kaku itu \ kemudian meleleh dan
membentuk dirinya sesuai yang diinginkan kedua tangan lelaki itu. Patung lilin itu
menjelma menjadi setangkai Nadira yang menyerahkan seluruh isi tubuhnya kepada
lelaki yang begitu berani. (CTG: 141)
Data (177) menggambarkan diri dan identitas tokoh Nadira. Mr X merupakan
seorang napi yang berprofesi sebagai seorang psikiater yang andal. Nadira bertugas
mewawancarai psikiater tersebut. Nadira tidak mempcrdulikan sikap psikiater tersebut
yang mengungkit-ungkit masa lalunya. Hal tersebut dilatar belakangi oleh keinginan
Nadira untuk mengetahui alasan Kemala mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Di dalam jiwa manusia (ketidaksadaran) selalu berkekurangan, manusia
sepanjang hidupnya dipenuhi dengan hasrat untuk memenuhi kekurangan tersebut. Jiwa
manusia seperti bulan sabit yang butuh kesempurnaan. Imajiner dan simbolik

merupakan fase yang dapat memenuhi kepenuhan tersebut, walau hanya ilusi. Kekurangan
dalam jiwa manusia tidak akan pernah tertutupi. Keinginan Nadira mengetahui alasan
kematian ibunya, merupakan bentuk kekurangan yang dialami manusia yang ada di dalam
ketidaksadarannya. Keinginan Nadira tersebut untuk menemukan sense ofidentity yaitu diri
dan identitasnya seperti yang dialaminya pada fase cermin.
Data (178) s.d. (180) menggambarkan diri dan tokoh Nadira. Kehadiran Niko di
dalam hidup Nadira membawa perubahan dalam hidup Nadira. Nadira berusaha melupakan
kenangan tentang ibunya. Cinta sebenarnya merupakan narsistik pasif karena manusia
menyintai seseorang karena orang yang dicintainya tersebut mampu menjadi pelengkap
menjadikan dirinya sosok yang sempurna. Menyintai seseorang yang dialami Nadira
merupakan wujud keinginan manusia untuk mewujudkan keinginannya menjadi diri yang
ideal. Nadira selama ini merasa terpuruk karena kepergian ibunya. Niko Yuliar yang
dicintai dianggap mampu membantunya menemukan sosok diri dan identitas yang ideal.
D. Rasa Kehilangan yang Dialami Tokoh Utama
Rasa kehilangan menurut teori Lacan (Faruk, 2012:193), tentang subjek
menyerupai cerita klasik. Ia bermula dari kelahiran dan kemudian bergerak melalui
teritolisasi tubuh, tahap cermin, akses pasca bahasa, oedipus kompleks. Tiap tahap dalam
cerita ini ditandai dalam jenis rasa kehilangan atau kekurangan. Rasa kehilangan
merupakan bentuk emosi berupa kekurangan yang dialami seseorang dalam setiap fase
perkembangan kepribadian dari tahap kelahiran sampai tahap kedewasaannya.

1. Kehilangan Tahap Cermin


Kehilangan tahap cermin merupakan kehilangan kedua yang dialami subjek setelah
kelahiran dan sebelum masa penguasaan bahasa. Kehilangan tersebut disebabkan oleh apa
yang disebut teritorialisasi pra-Oedipal tubuh subjek. Selama beberapa saat setelah
kelahiran, anak tidak membedakan diri dari diri ibu, gantungan hidupnya. Ibu atau perawat
akan membantu anak mengubah cnergy yang tidak beraturan menjadi dorongan koheren
yang nantinya dapat diatur secara cultural.
Menurut Lacan (dalam Sarup, 2011:28) tahap cermin merupakan momen alienasi,
karena pengenalan diri melalui citra eksternal terjadi melalui citra eksternal terjadi melalui
proses alineasi-diri. Jadi kehilangan tahap cermin merupakan tahapan yang dialami
manusia, pada masa-masa awal sejarahnya, subjek kehilangan kontak yang tidak termediasi
dengan aliran libidonya sendiri dan tunduk pada dominasi pengelolaan alat-alat genetikal
kebudayaannya. Fase kehilangan tahap cermin dalam kumpulan cerpen 9dN terdapat di
dalam cerpen MLT, berikut paparan datanya.
(136)Kemala Suwandi, ibu Nadira, telah lama memilih bahwa hidupnya sudah
selesai. Itu terjadi setahun lalu, tahun 1991. (MLT : 71)
(137)Hingga detik ini, Nadira tak pernah tahu kenapa ibunya memutuskan untuk
pergi. Apa yang ada dalam pikiran ibunya; apa yang dirasakannya hingga
dia memutuskan untuk menegak pil tidur itu di suatu pagi yang suram.
(MLT:73)
(138)Aku tak menjawab. Aku tahu tahu Vivienne ingin menghiburku. Dia
memang perempuan yang baik dan lembut hati. Tetapi aku sama sekali tak
akan bisa terhibur setiap kali mengingat nasib. Surti dan anak-anaknya
Batang rokokku sudah habis. (DMS:38)
(139)Aku harus tetap di Jakarta, Dimas Aku menelan ludah. Untuk petama kali
aku melihat air mata mengambang di pelupuk mata Hananto. Surti akan
membawa anak-anak ke rumah orang tuanya, suara Hananto terdengar
parau. (HNT:46)

88

(140)Aku tak bisa melihat wajah perempuan itu : karena tertutup tubuh Mas
Hananto. Tapi aku segera mencium aroma melati. Aku segera menutup
pintu itu gedubrakan. Hatiku berdegup cepat. Nafasku memburu. Aku
melangkah dengan cepat meninggalkan pavilium dengan dipan penuh
bangsat itu. (DMS.64)
Data (136) dan (137) menggambarkan kehilangan tahap cermin yang dialami oleh
keluarga Swandi. Nadira merasakan kehilangan Kemala yang telah tiada. Kemala selama
ini yang merawat Nadira dan kakaknya telah tiada. Kemala yang membuat hidupnya
bersama saudaranya bahagia tiada berkekurangan. Nadira menginginkan agar Kemala
untuk kembali namun Kemala tidak mungkin kembali. Orang yang meninggal tidak
mungkin kembali. Kehilangan fase cermin telah dialami Nadira yaitu ibunya meninggal dan
dia sadar kalau ibunya tak kan kembali sesuai dengan keinginannya.
Data (138) menggambarkan fase kehilangan tahap cermin yang dihadapi tokoh
DMS. SRT telah menjadi milik orang lain, kini DMS jauh dari SRT. SRT yang mampu
membawa DMS pada kebahagiaan. DMS tidak akan merasakan kekurangan seperti saat ini
yang dirasakannya. Apapun tidak akan dapat membahagiakan DMS kecuali bertemu
dengan SRT. DMS menyadari hal terebut dan DMS tidak mungkin menemui SRT karena
sebagai seorang tapol dia tidak bisa mendapatkan visa untuk kembali ke tanah air.
Data (139) menggambarkan kehilangan fase cermin yang dialami tokoh HNT.
Tokoh HNT meski telah beristri sering berpetualangan cinta. Namun bagi HNT tokoh SRT
merupakan istri yang paling dicintainya. Keputusan SRT dan anak-anak untuk
meninggalkannya, merupakan kehilangan tahap cermin yang

dialami HN. Bersama SRT, HNT merasakan kebahagiaan jadi kepergiaan SRT sangat
tidak mengenakkannya.
Data (140) menggambarkan fase kehilangan cermin yang dialami oleh tokoh

DMS. tokoh DMS memutuskan untuk tidak menikahi SRT walaupun dia menyintainya.
Ketika menghadapi kenyataan SRT telah menjadi kekasih HNT, DMS merasa kehilangan
karena masih menyintai SRT.

2. Kehilangan Akses pada Bahasa


Kehilangan akses pada bahasa pada diri manusia merupakan kehilangan tahapan
yang harus dijalaninya yang akan menentukan identitas dan hasratnya. Pada saat manusia
sudah mengenal bahasa yang berarti harus mengenal aturan dalam hidup. Lacan (dalam
Surup. 2001: 28) menyatakan ketika subjek memasuki struktur simbolik (bahasa),
kebutuhan-kebutuhan organiknya akan melalui jaringan signifikansi yang "terbatas" atau
sempit dan ditranformasikan sedemikian rupa hingga tidak mungkin terpuaskan lagi.
Dorongan hanya memberikan ekspresi kebutuhan itu secara parsial dan tidak langsung,
sementara sama sekali memutuskan hubungan itu.
Permainan fort/da dapat dipandang sebagai, mata rantai pemaknaan anak yang
pertama dan oleh karena itu, merupakan pintu masuk ke dalam bahasa. Perlu dicatat bahwa
sementara Freud menjelaskan tindakan anak dalam permainan fort/da sebagai upaya
menghilangkan ketidaksenangan karena ketiadaan sosok ibu, Lacan justru menekankan
proses alienasi-diri yang didramatisasi dalam tindakan anak itu. Lacan
mengindentifikasikan penggulung benang yang

dimainkan si anak sebagai objet petit antre -bahwa benda yang hilangnya
menciptakan rasa kekurangan atau kehilangan.
Jadi kehilangan akses pada bahasa merupakan kehilangan atau bentuk
kekurangan diri manusia dalam menjalani fase perkembangan kepribadiaannya.
(141)Ayah Bram memiliki wajah gembil yang senantiasa masam. Dia menatapku
tanpa emosi sama sekali. Aku menghampiri kursinya dan mencium
tangannya. Lalu aku mencium tangan ibu mertuaku. Aku terbiasa dengan
mencium pipi, mencium bibir, mencium leher...tetapi mencium tangan?
kenapa tangan harus dicium? Bagaimana jika tangannya baru saja digunakan
untuk menyemprot ingus? atau bagaimana jika seseorang baru saja keluar
dari toilet dan....(MSS:26)
(142)Arya semakin sering bertapa di hutan dan seperti tak ingin keluar dengan
alasan hutan jati di Indonesia membutuhkan insinyur kehutanan seperti dia: pecinta
pohon dan dedaunan. Pecinta alam yang menghargai anugerah Tuhan dan merasa
bertugas menjaganya. \ Hubungan Arya dengan berbagai kekasih (dari yang luar
biasa cantik, hingga yang luar biasa cerdas tak pernah ada kelanjutan. Arya menjadi
anggota keluarga Suwandi yang lama sekali membujang. (MLT: 73)
(143)Nina tak berminat pulang ke Jakarta. Nina tak pernah berminat dengan
apapun di Indonesia. Bagi dia, adalah haknya untuk memilih berdomisili di
New York dan membiarkan kedua adiknya mengurus kepusingan keluarga.
Nadira menganggap kakanya masih terluka akibat kepergian ibunya yang
mendadak. (MLT: 74)
(144)Tara menghela napas. Lagi-lagi dia melongok ke bawah meja kerja yang
penuh dengan buku-buku, beberapa boks, dan seorang perempuan muda
yang bergelung seperti seekor kucing kedinginan. Nadira Suwandi. Tara
tahu, Nadira ingin menengelamkan seluruh kesedihannya ke kolong meja
itu. Dia hanya akan keluar jika terpaksa. Terpaksa untuk bekerja. Atau
terpaka melawan matahari. Mata Nadira masih terpejam. Tetapi, Tara tahu
Nadira bukan sedang terlelap. Bibirnya komat-kamit mengucapkan entah
apa. Arloji dinding majalah Tera menunjukkan pukul delapan pagi. Dan
Nadira masih mengenakan baju yang sama seperti kemarin. (TSB : 96)
Data (145) menggambarkan kehilangan pada bahasa yang dialami Kemala.
Kemala setelah menikah dengan Bramantya, harus mengikuti aturan-aturan yang ada di
Indonesia lebih tepatnya aturan rumah keluarga Swandi.

91

Kemala ketika bertemu pertama kali dengan mertuanya harus mencium tangannya. Aturan
tersebut harus dijalani oleh Kemala meski hal tersebut tidak pernah dilakukannya. Kemala
mengalami kehilangan pada bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah aturan yang harus
dijalani manusia berkenaan dengan kehidupannya untuk bisa menjadi pribadi yang
nampaknya stabil.
Data (146) dan (147) merupakan kehilangan pada bahasa yang dialami anak-anak
Kemala. Arya dan Nina setelah kepergian ibunya memilih untuk meninggalkan Indonesia.
Kemala sebagai ibu yang mereka sayangi telah pergi meninggalkan mereka. Ini merupakan
aturan baru bagi mereka, harus menerima kenyataan tersebut. Nina memilih melanjutkan
studi ke Amerika sedangkan Arya memilih bertapa di hutan. Rasa kehilangan bahasa
dialami mereka ketika menyadari ibunya telah pergi untuk selamanya. Arya meluapkan
kehilangan Kemala dengan aturan yang dibuatnya. Kemala mengurung dirinya di hutan.
Nina memilih melanjutkan studinya sebagai
Data (148) menggambarkan kehilangan pada bahasa yang dialami tokoh Nadira.
Nadira sering tidur di kolong bawah mejanya untuk menghilangkan kehilangan ibunya.
Kehilangan bahasa merupakan kehilangan yang dialami manusia. Manusia berpish dengan
fase real dan harus mengikuti aturan atau kultur yang ada.
(149)Dalam keadaan biasa, sang Kepala Biro akan memberi ceramah dua jam
tentang filsafat majalah Tera: bahwa siapapun tak boleh menolak penugasan
yang diberikan. Tetapi setelah tiga tahun kematian ibu Nadira, Tara tak
pernah melihat Nadira tersenyum atau menangis (kecuali ketika mereka
menemukan bunga seruni yang mengiringi kepergian jenazah ibunya ke
liang lahat). Diam-diam Tara memperhatikan, Nadira sudah tidak memiliki
emosi. Apa yang di sebut emosi (yang diperkirakan Tara bersatu-padu
dengan hati

dan dalam hal ini Tara tak ingin berdebat apakah hati seharusnya
merupakan terjemahan dari jantung atau liver), seperti ikut-ikutan menguap
bersama roh sang ibu; dan seolah tak ada rencana kembali ke tubuh Nadira.
dengan kata lain, selama tiga tahun, Nadira tak pernah melakukan apapun
selain bekerja 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu. (TSB:97)
(150)Tara terdiam. Dia sudah tak tahu lagi apakah cukup penting untuk
menyarankan Nadira istirahat di rumah dan tidur. Dia bahkan tak tahu
apakah saran untuk cuti akan membantu mengembalikan Nadira yang dulu,
yang pernah hidup tiga tahun yang lalu sebelum ibunya wafat. (TSB: 101)
(151)"Ayah..." Nadira terbata-bata sambil menyodorkan piring berisi beberapa
potong lasagna dan kue lumpur surge, "Kue lumpur surga dari Bu Mumi..."
Plak!Ayahnya menepis tangan anaknya. Piring itu terpental dan pecah berkepingkeping. Kue-kue itu, lasagna itu, bertebaran dan celemotan di lantai. Nadira
tercengang. Lebih-lebih ketika melihat ayahnya berjongkok, memunguti kue satu
persatu dan meletakannya kembali ke atas piring, sementara bibirnya basah. (MLT:
69) (152)Pertanyaan itu. Pertanyaan itulah yang ini. Pertanyaan yang selalu
mengganggu Nadira hingga detik ini. Pertanyaan yang membuat .\ Nadira bergelung
di kolong meja kerjanya setiap malam ( TBH:119)
Data (149) dan (150) menggambarkan kehilangan pada bahasa yang dialami oleh
tokoh Nadira. Kehilangan Kemala sangat memengaruhi kehidupan Nadira. Orang yang
selama ini dekat dengannya harus pergi begitu saja secara mendadak. Untuk
menghilangkan kesedihannya, Nadira menghabiskan waktu dengan bekerja 24 jam sehari
tanpa meninggalkan meja kerjanya. Hal tersebut dilakukan Nadira sebagai wujud
pelampiasan kehilangan sosok ibunya. Kehilangan dilampiaskan dalam bentuk bahasa.
Bahasa merupakan aturan yang harus dipatuhi jadi rasa kehilangan ibunya dikeluarkan
dengan cara bekerja selama 24 jam sehari.
Data (151) menggambarkan kehilangan pada bahasa yang dialami Bramantya.
Bramantya bekerja sebagai wartawan, pekerjaan yang dicintainya.

Kehilangan pekerjaan membawa Bramantya pada rasa kehilaarus menyadari kenyataan


yang dialaminya sebagai aturan yang harus dijalaninya. Bramantya untuk menghilangkan
rasa tersebut, Bramantya melakukan pekerjaan yang dianggapnya, melepaskan dari rasa
kehilangan. Bramantya sering memesan kue-kue dari kantinnya. Semua dilakukannya demi
mendapatkan kepuasannya.
Data (152) dalam hidupnya yang berlangsung secara terus menerus,
menggambarkan kehilangan pasca bahasa yang dialami Nadira. Di dalam hidupnya
manusia harus menjalani beberapa fase yang terjadi sepanjang hidupnya. Di setiap fase
tersebut terjadi kehilangan yang dialami manusia. Kehilangan pada bahasa dialami Nadira
ketika menghadapi kematian ibunya. Nadira merasa kehilangan ibunya, kehilangan tersebut
harus diterima oleh Nadira. Seperti halnya fase simbolik, sebagai fase bahasa yang berarti
terdapat aturan yang harus ditaaati. Jadi kematian Kemala merupakan merupakan aturan
yang harus dijalankan oleh Nadira. Kehilangan yang dirasakan oleh Nadira adalah
kepergian ibunya yang tidak mungkin kembali. Berikut ini kehilangan pada bahasa dalam
novel PG yang dialami tokoh DMS, berikut papam datanya.
(153)Vivienne nampak tak yakin. Aku sendiri tak yakin. Aku tahu, setiap kali aku
menyebut nama Surti hatiku masih bergetar dan teriris. Mendengar nama
Kenanga, Bulan, dan bahkan Alam, si bungsu yang tak pernah kukenal itu,
tetap membuat jantungku berlompatan. Itu adalah nama-nama
pemberianku. Aku tak pernah tahu apakah Mas Hananto menyadarinya.
(DMS:41)
(154)Aku mendengus-dengus dengan kepala pusing berputar-putar dan mata
berair. Mas Nug terkejut, entah karena kelakuanku atau karena secara
khusus aku menyeb.ut 'kunyit' dan bukan 'jahe', misalnya; atau mungkin
karena aku terlihat sakit betul. Setelah itu kepalaku berputar lagi dan
perutku terasa diperas seperti cucian baju. (DMS:99)
(155)Tapi pak, bukankah semua masakan sudah ada resep tradisional lengkap
dengan ukuran-ukuran bumbunya? Dari mana kita tahu

bahwa...si kunyit ini. si bawang ini tertarik pada si ini...,' dia mengangkat
sepotong kunyit segar. Hati itu ku berdegup. Kuambil kunyit dan
meletakkan bumbu itu di depanku. Di dekatku. "Kunyit adalah bumbu yang
diperebutkan semua pihak,"kataku seperti mengucapkankan sebaris ayat
undang-undang, "ini adalah penyedap segala masakan dan penyembuh
segala penyakit. Kunyit adalah mahkota segala bumbu. Jangan sekali-kali
kau pertanyakan lagi gunanya. ( DMS: 117)
(156)Setiap kali mendengar berita bahwa permohonan mereka ditolak, Ayah
selalu memainkan wayang kulit Ekalaya dan mendalang sendiri. Lantas dia
menyendiri di kamar membaca surat-surat lama, entah dari siapa karena
pasti itu daerah pribadi yang tak ingin ku sentuh. (DMS: 198)
(157)Semakin Dimas menekankan kalimatnya, semakin dia tak yakin apa yang
diucapkannya. Lintang membaca wajah Ayannya dan ada redup dalam mata
lelaki itu yang membuat dia tak tega untuk mengejar dengan pertanyaan
berikutnya.( DMS:278)
Data (153) menggambarkan kehilangan pada bahasa yang dialami tokoh DMS.
SRT telah menjadi milik orang lain, jarak dan waktu memisahkan keduanya. Hal tersebut
merupakan aturan yang harus dihadapi oleh DMS. Rasa kehilangan dirasakan DMS ketika
jauh dari SRT.
Data (154) dan (155) menggambarkan kehilangan pada bahasa yang dialami DMS.
Kehilangan pada bahasa yang dialami tokoh DMS terjadi karena DMS tidak lagi berada di
tanah airnya. Keberadaannya di Paris merupakan aturan yang harus dijalaninya. Jadi
kehilangan pada bahasa yang dialami DMS karena berpisah dari tanah air yang dicintainya.
DMS harus hidup di Paris dengan perasaan penuh kerinduan pada tanah airnya.
Data (156) dan (157) menggambarkan kehilangan akses bahasa yang dialami
tokoh DMS. Rasa kehilangan yang dialami tokoh DMS berusaha diwujudkan tokoh DMS/.
Fase bahasa merupakan menyatakan ketika subjek memasuki struktur simbolik (bahasa),
kebutuhan-kebutuhan organiknya akan

melalui jaringan signifikansi yang "terbatas" atau sempit dan ditranformasikan sedemikian
rupa hingga tidak mungkin terpuaskan lagi. Jadi DMS tidak mungkin lagi dapat kembali
kepada SRT. DMS yang berstatus sebagai tapol tidak mungkin kembali lagi ke tanah air.
Kehilangan akses bahasa dalam novel PG juga dialami tokoh NUG dan VVN berikut
kutipannya.
(158)Mas Nug menenggak anggur itu hingga ke dasar gelas. Dia meminta
gelasnya yang kosong diisi, Vivienne mengisinya kembali dengan patuh.
Diantara air mata dan bau nafas anggur dia berceloteh, katakan pada Risjaf
dia beruntung tidak jadi kawin dengan si bunga anggek. Tenyata di dalam
anggek itu terdapat ulat, Mas Nug terkekeh-kekeh. Marah dan luka.
(NUG:90)
(159)Aku mengangguk-angguk tanpa suara. Aku masih menetap di sampingnya.
Mas Nug tetap menatap layar. Aku tahu dia menghargai bahwa aku
menemani.tanpa banyak Tanya. Aku bisa membayangkan betapa remuk hatinya.
(NUG:111) (160)Aku lebih suka membantu Tante Jayanti merajang bawang putih,
meracik bumbu, atau memanggang daging, daripada memasak di apartemen Ayah
di Le Marais atau apartemen Maman. Bahkan perbincangan tentang tokoh-tokoh
wayang yang biasa terjadi antara Ayah, Maman, dan aku di masa kecilku kini
berpindah ke ruang tamu atau teras apartemen keluarga Lafebvre. Mungkin
karena aku senang melihat betapa mesra dan rukunnya pasangan itu. Atau
mungkin aku mencoba meng mengisi sesuatu yang hilang. (LTG: 150)
(l61)Pada saat itulah aku tahu : aku takkan pernah dan tak akan bisa memiliki
Dimas sepenuhnya, saat itu pula aku tahu mengapa dia selalu ingin pulang
ke tempat yang dia begitu cintai. Di pojok hatinya, dia selalu memiliki Surti
dengan segala kenangannya. (VVN:218)
Data (158) dan (159) menggambarkan kehilangan akses pada bahasa yang dialami
tokoh NUG. Nasib membawa NUG menetap di Paris. Kegiatan politik di masa lalu
membuat NUG tidak bisa pulang ke tanah air. Bertemu dengan keluarga merupakan hal
yang dirindukan oleh NUG. Tokoh NUG mempunyai istri dan seorang anak. Kehilangan
dirasakan NUG ketika dia harus memenuhi permintaan

Rukmini istri untuk bercerai. Hasrat bertemu berkumpul kembali dengan istri dan anakanaknya tidak dapat dilakukan lagi oleh NUG.
Data (160) menggambarkan kehilangan yang dirasakan oleh LTG. Sebagai anak
korban perceraian, LTG merasakan arti kehilangan. Kehilangan saat-saat bergama orang
tuanya. Saat kebersamaan yang dialami LTG merupakan kebahagiaan bagi LTG. Hal
tersebut tidak bisa dirasakan lagi oleh LTG karena perpisahan tersebut. Jadi LTG
mengalami kehilangan akses bahasa karena keinginannya untuk kembali bersama dengan
kedua orang tuanya tidak terwujud. Keinginan yang tidak pernah bisa diwujudkannya
karena kedua orang tuanya tidak mungkin bersatu kembali.
Data (161) menggambarkan kehilangan yang dialami tokoh WN. Kehilangan yang
dirasakan oleh WN disebabkan oleh suaminya yang menyimpan cinta kepada SRT. WN
tidak mungkin kembali mendapatkan cinta DMS yang dia sangka hanya untuknya. DMS
yang telah menjadi suaminya selama belasan tahun dan membuahkan seorang anak
ternyata menyimpan cinta yang mendalam terhadap wanita lain. Jadi rasa kehilangan pasca
bahasa bagi WN adalah keinginan mendapatkan kembali cinta suami merupakan hal yang
mustahil.
3. Kehilangan Oedipus Kompleks
Oedipus compleks merupakan poros humanisasi, sebagai transisi dari kondisi
hidup alamiah ke kondisi hidup cultural interaksi kelompok, dan oleh karena itu, ke
hukum, bahasa dan organisasi. Lacan berpendapat bahwa pada awalnya anak tidak hanya
ingin berhubungan dengan ibu dan kasih sayangnya;

97

anak itu ingin, mungkin secara tidak sadar, melengkapi apa yang kurang dalam dirinya ibu:
phallus. Pada tahap tersebut, anak bukan subjek, melainkan sesuatu yang "kekurangan",
bukan apa-apa.
Pada tahap kedua, ayah ikut campur; merebut objek hasrat anak dan merebut objek
phallic ibu. Anak berhadapan dengan kekuasaan ayah. Tahap ketiga adalah tahap
identifikasi figure ayah. Ayah menundukkan kembali phallus sebagai objek hasrat ibu dan
bukan lagi sebagai apa yang dilengkapi anak dalam kaitannya apa yang tidak dimiliki ibu.
Pada tahap ini terjadi pengebirian simbolis: ayah mengebiri anak dengan memisahkannya
dari ibu. Inilah harga yang harus dibayar jika orang ingin menjadi dirinya sendiri secara
penuh.
Perlu ditekankan bahwa Lacan (dalam Sarup, 2011:6), oedipus compleks bukanlah
tahapan seperti di psikologi genetic. Oedipus kompleks merupakan momen di mana anak
memanusiakan dirinya dengan menyadari diri, dunia, dan yang lain. Pengatasan momen ini
akan membebaskan subjek, dengan pemberian nama, posisi tertentu dalam konstenlasi
keluarga, penanda diri, dan subjektivitas yang orisinal. Pengatasan ini akan membantu anak
merealisasikan diri melalui partisipasi di dunia kebudayaan, bahasa, dan peradapan.
Lacan (dalam Sarup, 2011:29) mengonseptualisasikan Oedipus Kompleks sebagai
transaksi linguistic. Hal tersebut ditunjukkannya dengan konsep tabu inces yang hanya
dapat diartikulasikan melalui pemisahan anggota kultur tertentu dari anggota-anggota yang
lain dengan kategori linguistic seperti "Ayah" dan "Ibu". Lacan melihat penanda paternal,
apa yang ia sebut "Atas-Nama-Ayah",

sebagai factor terpenting baik dalam sejarah subjek maupun organisasi wilayah simbolik
yang lebih luas.
Lacan (dalam Sarup, 2011:30) menyumbangkan penjelasan tentang perbedaan
seksual yang sangat berbeda dengan yang disampaikan Freud. Salah satunya adalah istilah
yang mendapatkan status istimewa bukan lagi pada "penis", melainkan "phallus". Istilah
phallus digunakan Lacan untuk merujuk semua nilai yang dilawankan dengan kekurangan.
Phallus merupakan penanda realitas atau kebutuhan organic yang dilepaskan subjek untuk
mendapatkan makna, untuk mendapatkan akses ke dunia simbolik. Phallus menandakan
hal-hal yang kehilangan hasrat orisinalnya di sisi lain, phallus, dengan kata lain, merupakan
penanda, baik bagi hal-hal yang hilang selama proses meleburnya subjek laki-laki ke dalam
kebudayaan maupun hal-hal yang dapat dicapai.
Jadi kehilangan Oedipus Kompleks adalah kehilangan yang dirasakan seorang
anak yang terpisah dari ibunya. Ayah mengebiri anak dengan memisahkannya dari ibu
secara simbolis bertujuan agar anak dapat menghumanisasikan dirinya dengan menjadi
sadar akan diri, dunia, dan orang-orang lain.
. Dalam kumpulan cerpen 9dN kehilangan Oedipus kompleks

terdapat dalam

cerpen, MSS, MLT, dan TSB.


(162) Inikah hari terbaik bertemu dengan-Mu Jakarta tidak memiliki bunga seruni.
Tetapi aku akan mencarinya sampai ke ujung dunia, agar Ibu bisa
mengatupkan matanya dengan tenang. (MSS:2)
(163)Nadira menoleh: Daisy Nursery. Dan dia melihat suatu pemandangan yang
tak pernah terbayangkan. Beratus-ratus atau mungkin beribu keranjang
bunga seruni tampak membungkus toko bunga dan perkebunan itu. Di
mana-mana. Nadira terbelalak. Tiba-tiba saja gelombang air mata yang
menyerbu tenggorokan dan dadanya. Dia

merasa ada sebuah dam yang selama ini tertahan dan membludak.
(MSS:33)
(164)"Tasbih itu saya berikan pada Nina setelah Kemala pergi, roh anak-anak saya
seperti ikut bersamanya. Saya pun juga seperti tak punya guna..." suara
Bram terdengar serak. Ia menghalangi air matanya yang akan tumpah.
"Saya merasa, Nina paling membutuhkan tasbih ibunya. Saya tahu Arya dan
Nadira selalu kuat; selalu bisa mengatasi luka kehilangan ibunya." (TSB:
127)
Dsta (162) dan (163) dalam cerpen MSS, menggambarkan kehilangan
oedipus kompleks yang dialami Nadira. Kehilangan Kemala sebagai sosok ibu
bagi Nadira merupakan pukulan berat bagi Nadira. Hidup tenang bersama ibunya,
segalanya tercukupi. Namun ketenangan, kebercukupan dan perasaan tiada
berkekurangan dialami Nadira saat masih bersama ibunya. Namun untuk menuju
kedewasaannya ayah simbolik harus memisahkan kebersatuan anak dengan
ibunya. Walaupun perpisahan merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi
Nadira namun ini merupakan proses yang harus dilaluinya. Kedewasaannya harus
dijalani dengan perpisahan terbut. Kematian ibunya merupakan ayah simbolik
bagi Nadira. Nadira dengan keterpisahannya dengan ibunya akan membawa
menjadi pribadinya yang baru. Pribadi yang yang mampu menjadi diri sendiri
seutuhnya.
Data (164) menggambarkan kehilangan Oedipus kompleks yang dialami oleh
tokoh Nina. Perpisahan dengan ibunya dirasakan Nina sebagai hal yang menyakitkan.
Kehilangan ibunya membuat Nina seperti kehilangan ruhnya. Keterpisahannya dengan
sang ibu, mau tidak mau dialami Nina sebagai proses yang harus dilaluinya. Dengan
keterpisahannya Nadira akan menjadi pribadi yang lebih utuh karena keterpisahan tersebut.
Kehilangan oedipus komplek dalam

100

kumpulan cerpen 9dN juga terdapat dalam cerpen MLT, berikut ini paparan datanya.
(165)"Tapi lain dengan lasagna buatan kantin...," suara ayahnya terdengar
menggerutu. Ada nada manja orang tua. Tapi Nadira mendengar suara
kehilangan. Nadira terdiam."Mana ada masakan kantin yang enak, Yah?
Sudah. Saya bawa cah kalian restoran Trio, ya. Mau?" "Tidak!" suara
ayahnya menyentak, "Makanan kantin kantor paling enak."( MLT:69)
(166)Sejak kau SD? Sudah begitu lamakah? Aduh, rasanya baru kemarin Ayah ke
Pakistan. Ayah mau menasehati, meski kau tak setuju dengan kebijakan
politik pejabat yang wawancarai, kau harus bersikap netral. (MLT: 78)
(167)"Bu...?" "Nadira.. Kamu kurus sekali." "Aku mimpi ya, Bu? Kan
seharusnya Ibu sudah mati............? "Wajah ibunya yang bulat berseri
semakin seperti bulan purnama karena senyumnya yang lebar. "Tentu saja
kau sedang mimpi. Mana bisa kita bertemu di luar mimpi?" Nadira
merebahkan kepalanya di atas paha ibunya yang gembur karena kelebihan
lemak. Begitu empuk dan hangat. Dalam sekejap, paha ibunya sudah basah
oleh air matanya. Ibunya mengusap dan sesekali mencium kepalanya.
(MLT : 83-84)
(168)Tetapi setelah tiga tahun kematian ibu Nadira, Tara tak pernah melihat Nadira
tersenyum atau menangis (kecuali ketika mereka menemukan bunga seruni
yang mengiringi kepergian jenazahnya ke liang lahat). Diam-diam Tara
memperhatikan, Nadira sudah tidak mempunyai emosi lagi. Apa yang
disebut emosi (yang diperkirakan Tara bersatu-padu dengan "hati" atau
"liver"), seperti ikut-ikutan menguap bersama roh sang ibu; dan seolah tak
ada rencana kembali ke tubuh Nadira. (MLT:97)
Data (165) dan (166) menggambarkan kehilangan Oedipus komplek yang
dirasakan oleh tokoh Bramantya. Kehilangan pekerjaan yang dicintai merupakan
hal yang menyakitkan bagi Bramantya. Bramantya rela menganggur karena begitu
cintanya pada pekerjaan. Keputusan berhenti dari pekerjaannya merupakan wujud
rasa cinta Bramantya. Kehilangan ini menyakitkan tetapi hal tersebut akan
membawakan kedewasaan pada Bramantya karena keterpisahannya tersebut.
Membawa Bramantya kepada pribadi yang utuh.

Data (167) dan (168) menggambarkan kehilangan Oedipus komplek yang dialami
Nadira. Kehilangan Kemala sangat memengaruhi kehidupan Nadira. Bertahun-tahun pasca
kematian Kemala, Nadira mengisi hidupnya keputusasaan. Hidup Nadira berubah drastic,
hari-hari dihabiskan dengan bekerja dan bekerja untuk melupakan kenangan bersama
ibunya. Nadira tampil menjadi sosok tanpa ruh karena ruhnya seakan melayang bersama
Kemala. Demikian besar rasa sakit yang dihadapi Nadira karena kehilangan Kemala. Rasa
sakit tersebut dibutuhkan Nadira agar dia mampu menjadi pribadi yang utuh. Dalam novel
PG kehilangan oedipus kompleks dialami oleh DMS, berikut paparan datanya.
(169)Aku tersenyum. Tiba-tiba bayangan Surti berkelebat. Bersinar. Cemerlang.
Dapur dengan aroma banyak dan lebih mudah beranak pinak.kunyit.
Ciuman yang menenggelamkannku ke dasar bumi. Aku terkejut. Kenapa
pula wajah itu muncul di saat seperti ini, di saat aku sedang jengkel dengan
Hananto?" aah, kau sepertinya sudah punya seseorang. Cantik apa, Mas?"
Aku tersenyum menggeleng. "Tidak Bang, aku betul-betul masih sendiri.
Barangkali, suatu hari (DMS:35)
(170)Risjaf dan aku tertawa. Kami terhibur dengan fantasi hitam. Tak mudah
untuk menghapus nama Surti dalam hidupku. Bukan hanya karena aku
gemar memasak dan dapur kami menjadi tempat yang terlalu menyiksaku.
Untuk beberapa pecan pertama, aku melihat Surti di dekat kompor, di atas
piring, di dalam kuali. Yang paling sering kulihat dia duduk di atas pisau
setiap kali aku mengiris bumbu-bumbu: bawang merah, bawang putih, dan
kunyit (DMS:64).
(171)Aku meraih Vivienne dan memeluknya seerat-eratnya. Sekali lagi, apa lagi
yang harus kukeluhkan jika aku dikelilingi keluarga yang sangat
mencintaiku? Mengapa aku tetap merasa ada sepotong diriku yang masih
tertinggal di tanah air?( DMS:89).
Data (169) s.d. (170) menggambarkan kehilangan pasca Oedipus komplek yang
dirasakan oleh DMS. Kehilangan SRT membawa DMS pada kenangan-kenangan yang
membayangi hari-harinya. Benda-benda yang membawa kenangan SRT membawa DMS
semakin sulit untuk melupakan masa lalunya. Bahkan

ketika DMS harus melabuhkan dirinya kepada WN bayangan SRT terus membayanginya.
DMS tidak bisa melupakan SRT, sekian lama dia membujang dan sulit melabuhkan hatinya
pada wanita lain. Menikah dengan WN, bagi DMS hanya sebagai pelabuhan sementara
untuk mencari keamanan karena dia berada di negeri asing. DMS tetap ingin pulang ke
Indonesia dan hatinya tetap bersama SRT. Hasrat DMS bersatu dengan SRT karena
bersama SRT, DMS merasakan kepenuhan. Yang dimaksud kepenuhan di sini adalah
perasaan DMS merasa nyaman tidak berkekurangan selama bersama SRT. Symbol ayah
simbolis memisahkan DMS dengan SRT. DMS harus berpisah dengan ibu simbolis untuk
mendapatkan pribadinya yang utuh.

(171)Malam itu kubiarkan Risajaf menggeletak di tempat tidurku, memainkan


harmonikanya mengulang-ulang lagu yang sama: Als de Orchiden Bloeien.
Setelah ia memainkan kelima kalinya, aku hampir saja merebut harmonica
itu karena telingaku mulai membusuk. Tetapi kulihat air matanya
mengambang, maka kuurungkan maksudku. (RSF:57)
(172)Bahkan perbincangan tentang tokoh-tokoh wayang yang biasa terjadi antara
Maman, Ayah, dan aku di masa kecilku kini berpindah ke ruang tamu atau
teras apartemen keluarga Lafebvre. Mungkin aku senang melihat betapa
mesra dan rukunnya pasangan itu. Atau mungkin aku mencoba mengisi
sesuatu yang hilang. Aku tak tahu. (LTG: 150)
(173)Lintang menatap Nara. kini sesudah belasan tahun, barulah dia menyadari
bahwa ada sesuatu yang hilang selama ini di dalam hidupnya: kehidupan
Ayah yang sama sekali tak dikenalnya. (LTG: 183)
Data (171) mengambarkan kehilangan oedipus kompleks yang dialami tokoh RSF.
Cinta RSF kepada Rukmini harus berakhir dengan kesedihan. Rukmini telah menjatuhkan
pilihannya kepada NUG. Rukmini sebagai ibu simbolik dalam kehidupan RSF harus
dipisahkan oleh NUG. NUG sini berperan

sebagai ayah simbolik bagi. Keterpisahan NUG dari ibu simboliknya membawanya pada
rasa sakit. Kemampuan menahan rasa sakit tersebut membawa NUG menjadi pribadi yang
lebih utuh.
Data (172) dan (173) menggambarkan kehilangan oedipus komplek yang dialami
oleh tokoh LTG. Kehilangan oedipus komplek dirasakan oleh LTG karena keterpisahannya
dengan orang tuanya. Sakit karena perpisahan tersebut membawa LTG menjadi pribadi
yang utuh. Perpisahan dengan erang tuanya merupakan ayah simbolik yang
memisahkannya dengan ibu simbolik. Saat bersama dengan orang tuanya merupakan saatsaat yang membahagiakan bagi LTG. Hal tersebut merupakan ibu simbolik bagi LTG
karena karena tiada kekurangan dan segalanya terpenuhi. Untuk menjadi manusia yang
berkultur, manusia harus berpisah dengan ibu simboliknya agar menjadi pribadi yang
seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai