Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KEGAWATDARURATAN GINEKOLOGI
Terdapat beberapa keadaan yang merupakan kegawatdaruratan ginekologi, yaitu:
1. Kehamilan ektopik terganggu.
2. Kista ovarium terpuntir.
3. Kista pecah
1. Kehamilan Ektopik Terganggu
Pendahuluan
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang
wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut.
Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh
setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan
atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat
mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para
wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan
oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut.
Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau
kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan
dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu
uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi
yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang
terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus
yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur
dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.

Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
berada di luar tempat yang semestinya. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan
ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu
yang dini tidak selalu jelas.

Gambar.1 Lokasi terjadinya kehamilan ektopik :


Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah:

1. Infeksi saluran telur (salpingitis)


2. Riwayat operasi tuba.
3. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
4. Kehamilan ektopik sebelumnya.
5. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
6. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
7. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan
pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan
ovum ke uterus terlambat.
8. Operasi plastik pada tuba.
9. Abortus buatan.
10. Merokok > 20 rokok per hari
11. Riwayat penyakit menular seksual dengan PID yang dikonfirmasi melalui
laparoskopi dan/ atau hasil tes (+)untuk Chlamydia trachomatis
12. Abortus spontan tiga kali atau lebih
13. Usia < 40 tahun
14. Infertilitas >1 tahun
Patofisiologi
Prinsipnya yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi
tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini:
1.

Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke


ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi
pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.

2.

Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai


akibat dari distensi berlebihan tuba.

3.

Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila
ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur
dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan
vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadangkadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda
tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba,
tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada
kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga
perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar
sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
Diagnosis
a.

Anamnesis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau

tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan/ kiri bawah. Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
b. Pemeriksaan fisik

Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.

Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan


ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang
bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.

Pemeriksaan ginekologis

Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris
kanan dan kiri.
c.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+)
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
USG: berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus. Beberapa penilaiannya:

Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri

Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri

Adanya massa komplek di rongga panggul

Kuldosentesis
Tatalaksana
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus
diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi
penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
(pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus,
oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan
antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
Komplikasi
5

Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah


lama berlangsung (4-6 minggu), dapat terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan
indikasi operasi.
Komplikasi lain tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
antara lain infeksi, sterilitas, pecahnya tuba falopii.
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan
diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971)
melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591
kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan
Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun.
Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 14,6%.
Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.
Diagnosis Banding
Infeksi pelvik
Kista folikel
Abortus biasa
Radang panggul
Kista ovarium terpuntir
Endometriosis

2. Kista Ovarium Terpuntir


Pendahuluan
Torsi atau puntiran kista ovarium terjadi bila kista terpuntir pada tangkai
vaskularnya dan mengganggu suplai darah. Kista dan ovarium (dan sering diikuti
sebagian tuba) mengalami nekrosis.
Kista ovarium terpuntir merupakan penyebab nyeri abdomen bagian bawah
yang jarang namun signifikan pada wanita. Presentasi klinisnya sering tidak
spesifik dengan temuan fisik tidak khas, biasanya menimbulkan keterlambatan
diagnosis dan penanganan bedah.

Insiden
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun umumnya
terjadi pada awal usia reproduksi. Hampir 17% kasus ditemukan pada wanita
premenarche dan postmenopause. Usia median adalah 28 tahun dengan persentasi
pasien berusia <30 tahun mencapai 70-75%.

Patofisiologi
Kista ovarium terpuntir secara klasik terjadi unilateral pada ovarium yang
membesar patologis. Ireguleritas ovarium menimbulkan fulcrum di sekitar tuba
yang terlibat. Proses tersebut dapat berlangsung pada ovarium saja tapi lebih
sering mempengaruhi kedua ovarium dan tuba (adnexa terpuntir). Hampir 60%
torsi terjadi pada sisi kanan.
Berbagai faktor mempengaruhi perjalanan kista ovarium terpuntir. Kista
ovarium terpuntir normalnya paling sering terjadi pada usia muda, dimana
abnormalitas perkembangan misalnya tuba yang panjang atau ketiadaan
mesosalfing mungkin berperan. Faktanya, kurang dari setengah terpuntirnya
ovarium pada pasien anak melibatkan kista, teratoma, atau massa lainnya. Selama
hamil muda, adanya pembesaran kista korpus luteum mungkin merupakan
predisposisi terpuntirnya kista. Wanita yang menjalani induksi ovulasi untuk
infertilitas memiliki resiko lebih besar, dimana adanya kista teka lutein
memperbesar volume ovarium secara bermakna.

Tumor ovarium, jinak maupun ganas berimplikasi pada 50-60% kasus.


Massa yang terlibat hampir seluruhnya lebih besar dari 4-6 cm, walaupun jug
mungkin terjadi pada massa berukuran lebih kecil.
Etiologi
Perubahan anatomis yang mempengaruhi berat dan ukuran ovarium dapat
mengubah posisi tuba fallopi dan menimbulkan puntiran. Kehamilan kadangkadang menyebabkan kista terpuntir, sekunder terhadap pembesaran ovarium
yang terjadi selama ovulasi dengan kelemahan jaringan penyokong ovarium.
Malformasi kongenital dan pemanjangan tuba fallopi dapat ditemukan pada
sebagian pasien prepubertas muda.
Tumor ovarium. Menyebabkan lebih dari setengah kasus torsi adnexa. Tumor
dermoid adalah yang paling sering. Tumor ganas lebih jarang daripada tumor
jinak. Hal ini disebabkan perlekatan kanker yang memfiksir ovarium ke
jaringan sekitar.
Pasien dengan riwayat pembedahan pelvis (terutama ligasi tuba) memiliki
resiko lebih tinggi terhadap kista terpuntir.
Diagnosis
a. Anamnesis
Pasien datang dengan onset mendadak, berat, nyeri abdomen bagian bawah
unilateral yang memburuk secara intermiten dalam beberapa jam. Hampir 25%
pasien mengalami nyeri bilateral kuadran bawah yang dideskripsikan sebagai
nyeri tajam atau lebih jarang berupa kram.
Mual muntah terjadi pada hampir 70% pasien, menyerupai nyeri yang
berasal dari traktus gastrointestinal dan menyulitkan diagnosis.
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya mungkin membantu sehubungan dengan
adanya torsi yang membaik secara spontan. Demam mungkin merupakan temuan
akhir bila ovarium mengalami nekrosis. Onset selama latihan fisik atau gerakan
aktif lainnya umum terjadi.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, sebagaimana anamnesis biasanya tidak spesifik dan
sangat bervariasi. Massa adnexa kenyal, unilateral, dilaporkan pada 50-90%.
Bagaimanapun, tidak adanya temuan ini tidak menyingkirkan diagnosis.
Nyeri tekan umum ditemukan; tetapi cukup ringan pada 30% pasien. Oleh
karena itu, tidak adanya nyeri tekan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan
kista ovarium terpuntir. Nyeri lepas dan muscle rigidity dapat ditemukan dan
sering sulit dibedakan dari abses pelvis atau apendisitis.
Temuan massa ovarium mungkin mengarahkan, namun bisa menyesatkan
asal sumber nyeri. Karena massa yang terlibat biasanya non-neoplasma atau kista
hemoragik, yang memang menimbulkan nyeri pada lokasi dan dengan kualitas
yang sama.
c. Pemeriksaan penunjang
USG adalah modalitas pencitraan utama untuk pasien yang dicurigai
mengalami kista ovarium terpuntir. Pembesaran ovarium sekunder terhadap
kerusakan drainase vena dan limfatik adalah temuan paling umum pada
kista ovarium terpuntir.
Kombinasi Doppler flow imaging dengan penentuan morfologik ovarium
dapat meningkatkan akurasi diagnosis; membantu memperkirakan viabilitas
struktur adneksa dengan menggambarkan aliran darah pada pedikel yang
terpuntir dan adanya aliran vena sentral.
Computed tomography dapat menggambarkan pembesaran ovarium dan
massa adneksa, tapi tidak dapat mengevaluasi da tidaknya aliran darah ke
ovarium yang terlibat. CT dapat berguna dalam menyingkirkan penyebab
lain nyeri abdomen bawah bila diagnosis tidak dapat ditentukan. CT dapat
menyingkirkan adanya massa pelvis.
Tatalaksana
Pembedahan dilakukan untuk menghilangkan jaringan nekrotik. Jika
pembedahan tidak dapat dilakukan, bedrest, cairan intravena, dan analgesik dapat
memberikan hasil yang memuaskan, walaupun membutuhkan waktu yang lebih

lama. Dapat digunakan obat-obatan untuk mengatasi gejala yang muncul seperti
penggunaan antiemetik/ sedatif.
Komplikasi
Infeksi
Peritonitis
Sepsis
Adhesi
Nyeri kronis
Infertilitas (rare)

Prognosis
Baik dengan diagnosis dini dan penanganan tepat.
3. Kista Pecah/ Robekan Dinding Kista
Bila kistanya kecil, pecahnya kista biasanya tidak disadari. Bila besar, atau
terdapat perdarahan dari kista, pecahnya kista dapat disertai nyeri. Nyeri awalnya
hanya pada satu sisi, kemudian menyebar ke seluruh pelvis.
Terjadi pada torsi tangkai kista ovarium dan karena trauma seperti jatuh,
diurut, pukulan pada perut, koitus. Apabila kista hanya mengandung cairan serous,
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritonium tidak begitu hebat, tapi robekan
pada dinding kista disertai perdarahan yang timbul mendadak dan berlangsung
terus menerus kedalam rongga abdomen, maka akan menimbulkan gejala nyeri
yang terus menerus dengan akut abdomen.
Pada kista pecah, misalnya pada kista coklat/kista endometriosis, pecahnya
kista terjadi akibat perlekatan-perlekatan yang bersifat infiltratif dan makin
menipisnya dinding kista karena makin bertambahnya darah yang menumpuk
dalam rongga kista.
Gejala klinis berupa nyeri pelvis sampai seluruh abdomen. Nyeri dan rasa
tidak nyaman dapat menjadi lebih berat dan perdarahan juga dapat terjadi setelah
kista pecah. Nyeri sangat mendadak, tajam, dan dapat meningkat dengan adanya
10

aktivitas. Selain itu dapat terjadi perdarahan, baik ringan maupun berat. Apabila
terjadi perdarahan berat atau hemoperitoneum, dapat menimbulkan sinkop.
Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas,
akibat adanya iritasi peritoneum. Abdomen dapat terdistensi dengan adanya
penurunan bising usus. Pada pemeriksaan pelvis, seringkali ditemukan massa
kista yang pecah namun belum mengalami ruptur secara menyeluruh. Demam dan
leukositosis jarang ditemukan. Penurunan hematokrit terjadi hanya jika
perdarahan terus berlangsung.

Tatalaksana
Pada umumnya kista pecah memerlukan terapi pembedahan, baik berupa
laparoskopi

maupun

laparotomi.

Kuldosentesis

dapat

membantu

dalam

menentukan penyebab peritonitis, misalnya darah segar menunjukkan dari korpus


luteum, darah berwarna coklat berasal dari endometriosis (kista coklat), cairan
kental berminyak dari teratoma, cairan purulen dari PID (Pelvic Inflammatory
Disease) atau abses tuboovarian.

11

BAB II
LAPORAN KASUS
Nama

: Ny. E

Nama suami : Tn S

Umur

: 26 tahun

Umur

: 35 tahun

Alamat

: Kampung Jua

Pekerjaan

: wiraswasta

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Suku

: Minang

No. MR

: 76.93.95

Anamnesis
Seorang pasien wanita umur 26 tahun masuk KB IGD RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 10 Februari 2012 dengan :
Keluhan Utama :
Nyeri pinggang bagian belakang menjalar ke bagian perut depan bawah
sampai di atas kemaluan sejak 6 jam yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri pinggang bagian belakang menjalar ke bagian perut depan bawah
sampai di atas kemaluan sejak 6 jam yang lalu. Nyeri dirasakan semakin
lama semakin hebat seperti menusuk sehinggapasien tidak dapat
melakukan aktivitas ataupun berjalan. 1 hari sebelumnya pasien pergi
berurut ke dukun karena rasa tidak nayaman pada perut bagian bawahnya.
Keluhan ini disertai dengan rasa nyeri pada saat berkemih. Frekuensi
berkemih menjadi lebih sering dan jumlah air kencing yang keluar sedikitsedikit disertai rasa perih setelah selesai berkemih. Keluhan ini disertai
juga perasaan mual tanpa disertai muntah.
Pasien tidak mengetahui apakah terdapat pembesaran massa dalam
perutnya.

12

Pasien menyangkal adanya riwayat demam, keputihan, trauma ataupun


perdarahan dari kemaluannya.
Pasien menyangkal terdapat penurunan nafsu makan ataupuun berat badan.
BAB biasa
Pasien sudah mempunyai 2 orang anak, anak yang terkecil berusia 1,5
tahun.
Riwayat menstruasi : menarche umur 12 tahun, teratur 1xsebulan, lamanya
4-6 hari, banyaknya 2-3x ganti duk per hari, nyeri haid tidak ada.
Riwayat perkawinan : 1 kali, tahun 2005
Riwayat kehamilan /abortus /persalinan : 0/0/0
Riwayat kontrasepsi : implant (2010-sekarang)
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah menderita penyakit paru, tiroid, hipertensi dan Diabetes Melitus.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit menular,
ataupun kejiwaan
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Komposmentis kooperatif

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi

: 84 x / menit

Frekuensi nafas

: 20 x /menit

Suhu

: 37 0C

Berat Badan

: 51 kg

Tinggi badan

: 150 cm

Status Generalis
Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit

: Sianosis (-)

Kepala

: Tidak ditemukan kelainan


13

KGB

: Tidak terdapat pembesaran KGB

Leher

: JVP 5-2 cm H2O

Telinga, hidung, tenggorokan : Dalam batas normal


Dada
Paru-paru

Inspeksi

: Gerakan simetris kiri = kanan

Palpasi

: Fremitus kiri = kanan

Perkusi

: Sonor kiri = kanan

Auskultasi

: vesikuler, wheezing(-), Rhonki(-)

Jantung :

Inspeksi

: Iktus tidak terlihat

Palpasi

: Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: Batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: Bunyi jantung : murni, teratur, bising (-)

Abdomen

: Status ginekologi

Genitalia

: Status ginekologi

Ekstremitas

: Edema -/-, Reflek fisiologis +/+, Reflek patologis -/-

Status Ginekologi :
Mammae

: Pertumbuhan normal, simteris kiri dan kanan, areola dan papila

dalam batas normal, pembengkakan tidak ada, kolustrum tidak ada.


Abdomen

Inspeksi

: Perut tampak sedikit membuncit, distensi tidak ada, striae


gravidarum tidak ada, pelebaran vena tidak ada, linea

Palpasi

mediana tidak hiperpigmentasi, sikatriks tidak ada.


: Teraba masa tumor sebesar kepala bayi, konsistensi kistik,
batas tegas, permukaan rata, nyeri tekan ada, nyeri lepas
tidak ada, dapat digerakkan terbatas, nyeri saat digerakkan,

Perkusi
Auskultasi

defans muskular tidak ada


: Timpani, redup di atas massa tumor
: Bising usus (+) normal

Genitalia :
14

Inspeksi
Inspekulo
Vagina
Porsio

: V/U tenang, PPV (-)


: Tumor (-), laserasi (-), fluksus (-), tidak tampak
cairan atau darah di forniks posterior
: multipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa,
tumor (-), laserasi(-), fluksus (-), OUE tertutup,
tidak tampak cairan atau darah merembes dari
kanalis servikalis. Sonde masuk antefleksi 6 cm.

VT Bimanual
Vagina
Porsio

: Tumor (-)
: Multipara, ukuran sebesar jempol tangan dewasa,

tumor (-), OUE tertutup, nyeri goyang (-)


Corpus Uteri : sukar dinilai
Adneksa Parametrium
Kanan
: teraba massa kistik, sebesar kepala bayi, mobilitas
terbatas
Kiri
: lemas
Cavum Dauglas : Tidak menonjol, tidak teraba pool bawah tumor
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb

: 13,4 gr%

Leukosit

: 15.400 /mm3

Hematokrit

: 37

Trombosit

: 230.000/mm3

Diagnosis kerja : Akut abdomen e.c susp. kista ovarium terpuntir


Sikap : Kontrol keadaan umum, vital sign
Informed consent
Siapkan untuk laparotomi
Lapor OK dan anastesi
Rencana : laparatomi cito

15

Anda mungkin juga menyukai