Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN JIWA PADA REMAJA


Materi

: Kesehatan Jiwa Pada Remaja

Sasaran

: Remaja laki- laki usia 13-15 tahun

Hari/tanggal

: Selasa, 9 Desember 2015

Tempat: Panti Asuhan


Lama

: 30 Menit

Penyuluh

: Kelompok III Profesi Ners STIKES BALI 2015

A. Latar Belakang
Meningkatnya gangguan kesehatan jiwa pada remaja dikalangan msyarakat saat ini
dan yang akan datang akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga
kesehatan khususnya profesi keperawatan. Menurut penelitian World Health
Organization (WHO), jika prevalensi gangguan jiwa diatas 100 juta per 100 penduduk
dunia maka indonesia mencapai 264/100 penduduk yang merupakan anggota keluarga.
Data hasil survei kesehatan RT (Surat Keputusan Republik Indonesia tahun 1995),
menyatakan jika hal tersebut 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO dan merupakan
hal serius yang perlu ditangani. Hasil riset WHO dan Word Bank menyimpulkan bahwa
gangguan jiwa dapat meningkatkan penurunan produktifitas sampai dengan 8,5%.
Menurut Dayly Lost (1998), saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah
penyakit infeksi (11,5%).
Krisis multidimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar
masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Masyarakat yang
mengalami krisis ekonomi tidak saja mengalami gangguan kesehatan fisik berupa
gangguan gizi, penyakit infeksi tetap saja dapat mengalami gangguan jiwa. Pada
akhirnya dapat menurunkan produktifitas kerja. Kualitas hidup secara nasional, negara
telah dan kehilangan generasi sehat yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita
bangsa.
Masa remaja menurut WHO merupakan suatu fase perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa yaitu berlangsung antara usia 10-19 tahun. Masa remaja
terdiri pada masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja, (14 - 17 tahun). Pada masa
remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. Tetapi umumnya
proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan psikososial
(Huang et al., 2007). Seorang anak remaja tidak lagi didapat sebagai anak kecil, tetapi
belum juga dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas
dari pengaruh orang tua, disisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan,
dukungan perlindungan orang tuanya (Guzmdn et al., 2004). Orang tua sering tidak
1

mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari


bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang
selalu dibantu (Fellinge et al., 2009). Orang tua menjadi bingung menghadapi
labilitas emosi dan perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara
keduanya. Adanya konflik yang berlarut-larut merupakan stresor bagi remaja yang
dapat

menimbulkan berbagai pemasalahan yang komplek baik fisik, psikologik

maupun sosial termasuk pendidikan.


Kondisi seperti ini apabila tidak segera di atasi dapat berlanjut sampai dewasa dan
dapat berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara lain dapat ditimbulkan masalah
maupun gangguan

kejiwaan dari yang ringan sampai berat. Apalagi

pada

kenyataannya perhatian masyarakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan


fisik semata, kurang memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental emosional dan
psikososial). Pada hal faktor tersebut merupakan penentu dalam keberhasilan seorang
remaja di kemudian hari (Lilian et al., 2008).
Prevalensi kesehatan jiwa di Indonesia adalah 18,5 %, yang berarti dari 1.000
penduduk terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan gangguan kesehatan jiwa atau
setiap rumah tangga terdapat seorang anggota keluarga menderita gangguan kesehatan
jiwa. Khusus untuk anak dan remaja masalah kesehatan jiwa perlu menjadi fokus utama
tiap upaya peningkatan sumber daya manusia, mengingat anak dan remaja merupakan
generasi yang perlu disiapkan sebagai kekuatan bangsa indonesia. Jika ditinjau dari
proporsi penduduk, 40 % total populasi terdiri dari anak dan remaja berusia 0-16 tahun,
tiga belas persen dari jumlah populasi adalah anak dibawah lima tahun (balita), Ternyata
populasi anak dan remaja mengalami gangguan kesehata jiwa, termasuk antara lain anak
dengan tunagrahita, ganguan perilaku, kesulitan belajar dan hiperaktif. Sebanyak 13,5%
balita merupakan kelompok anak berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan,
sementara 11,7 % anak prasekolah berisiko mengalami gangguan perilaku.
Prevalensi gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja cenderung akan meningkat
sejalan dengan permasalahan kehidupan dan kemasyarakatan yang makin komplek, oleh
karena itu memerlukan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai sehingga
memungkinkan anak dan remaja untuk mendapatkan kesempatan tumbuh kembang
semaksimal mungkin (Walker, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran dapat mengetahui dan memahami
tentang kesehatan jiwa.
2. Tujuan Istruksional Khusus (TIK)
a. Pengertian dari kesehatan jiwa pada remaja
2

b. Menjelaskan penyebab masalah kesehatan jiwa pada remaja


c. Menjelaskan tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa pada remaja
d. Menjelaskan dampak gangguan kesehatan jiwa pada remaja
e. Menjelaskan jenis - jenis masalah kesehatan jiwa pada remaja
f. Menjelaskan Pencegah gangguan kesehatan jiwa pada remaja
g. Menjelaskan penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada remaja
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit peserta dapat:
C. Tempat

: Panti Asuhan

D. Waktu

: Pukul 09.00-09.30 WITA (30 menit)

E. Sasaran

: Remaja laki- laki usia 13-15 tahun

F. Metode

:
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

G. Media

: Leaflet dan power point (PPT)

H. Penyuluh

:
1. Penyaji
a. Penyaji 1

: Ni Wayan Sri Juniawati

b. Penyaji 2

: Dewa Ayu Agra Darmawati

2. Moderator

: Ni Putu Wike Prayastini

3. Notulen

: Luh Gede Debby Febriani Purnama Wati

4. Observer

: Nyoman Bawa Suka Rahayu

5. Pembimbing

: Ns. Nyoman Dharma Wisnawa, S.Kep


: Ns. Ni Kadek Widia Agustini, S.Kep

Penguji/ Pembimbing

I. Denah Ruang Penyuluhan Ruang Cempaka I Neonatus RSUP Sanglah

Pintu
Notulen

LCD

Penyaji

Fasilitator

AUDIENCE
DEMONSTRATION

Moderator

MC

J. Kegiatan Penyuluhan
No

1.

Waktu

Kegiatan Penyuluhan

5 menit

Kegiatan Keluarga

Pembukaan :

- Menjawab salam

- Mengucapkan salam

- Mendengarkan

- Menjelaskan dan memperkernalkan nama


anggota

- Mendengarkan

- Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan

- Menjawab

Pelaksanaan :
1. Penyampaian materi

-Mendengarkan

a. Menjelaskan pengertian kesehatan jiwa


pada remaja
b. Menjelaskan penyebab masalah
2.

15 menit

kesehatan jiwa pada remaja


c. Menjelaskan tanda dan gejala masalah
kesehatan jiwa pada remaja
d. Menjelaskan jenis jenis masalah
kesehatan jiwa pada remaja
e. Menjelaskan penatalaksanaan masalah
kesehatan jiwa pada remaja
f. Memberikan kesempatan remaja untuk

-Bertanya

bertanya mengenai materi yang


disampaikan
Evaluasi:
3.

5 menit

- Menanyakan kembali hal-hal yang sudah


dijelaskan mengenai kesehatan jiwa yang

-Menjawab
- Bertanya

benar
Penutup
4.

5 menit

- Menutup pertemuan dengan menyimpulkan -Mendengarkan


materi yang telah dibahas

- Memberikan salam penutup


K. Rencana Evaluasi Penyuluhan

- Menjawab salam

1. Struktur
a. Persiapan Alat
Alat yang disediakan adalah leaflet dan PPT
b. Persiapan Media
Media yang dipersiapkan disesuikan dengan keadaan dan kondisi sasaran yaitu
leaflet PPT dan LCD Proyektor yang mempermudah dalam penyampaian.
c. Persiapan Materi
5

Materi yang telah dipersiapkan diperiksa kembali baik dari segi bahasa
maupun susunannya sehingga dapat mempermudah penerimaan dan
pemahaman informasi atau penyuluhan oleh sasaran.
2. Proses Penyuluhan
a. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan, diharapkan berjalan lancar dan
sasaran memahami tentang penyuluhan yang akan diberikan.
b. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi proses interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
c. Sasaran diharapkan hadir 100% dan tidak ada yang meninggalkan tempat saat
penyuluhan berlangsung.
d. Sasaran diharapkan memperhatikan materi yang diberikan oleh penyuluh.
3. Hasil Penyuluhan
a. Jangka pendek
1) Sasaran diharapkan mengerti materi yang diberikan.
2) Sasaran diharapkan memahami tentang kesehatan jiwa
b. Jangka panjang
1) Meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan jiwa. Remaja dapat
menumbuhkan sikap dan perilaku dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa.

c. Pertanyaan Evaluasi Penyuluhan


1) Apakah pengertian dari kesehatan jiwa pada remaja?
2) Apakah penyebab masalah kesehatan jiwa pada remaja?
3) Bagaimana tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa pada remaja?
4) Bagaimana dampak gangguan kesehatan mental pada remaja?
5) Bagaimana pencegah gangguan kesehatan jiwa pada remaja?

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Kesehatan Jiwa Pada Remaja
Pengertian Kesehatan Mental Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya
Psikologi Agama bahwa: Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang
senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk
menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri
secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan
orang

lain.

Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya


keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya
penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya
berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup
bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka
individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang
lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri
dan mencapai integrasi tingkah laku.
Remaja adalah fase transisi dari masa anak anak menuju dewasa. Manusia
pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi
sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya.
Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut :
1. Dapat menerima perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya dengan
lapang dada.
2. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya).
3. Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya
4. Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut.
5. Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya

6. Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun


lingkungan sosialnya
7. Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan
penyelesaian dengan pikiran yang jernih
8. Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan
untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9. Memiliki integrasi kepribadian
10. Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya
B. Penyebab kesehatan jiwa pada remaja
Mental sehat manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan external. Keduanya saling
mempengaruhi dan dapat menyebabkan jiwa yang sakit sehingga bisa menyebabkan
gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
Faktor - faktor yang membuat kesehatan jiwa remaja terganggu adalah :
1. faktor biologi.
Yaitu proses pertumbuhan ciri - ciri seksual primer dan sekunder. Ciri ciri
seksual primer adalah proses pertumbuhan organ organ seksual yang
berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti pada pria yaitu
pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina
dll. Ciri ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ organ tubuh yang
tidak berkaitan langsung dengan proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu
munculnya bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara, pertumbuhan badan yg
pesat dll. Pada wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar,
pertumbuhan badan yg pesat dll.
Perubahan faktor biologi dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu
seperti :
a. sulit beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru.
Pertumbuhan fisik yang secara tiba tiba pesat membuat remaja menjadi
bingung dan sulit menghadapinya. Pertumbuhan yang terlalu cepat disbanding
kan temen teman sebaya lainnya dapat menimbulkan rasa malu karena merasa

berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang terlambat dapat membuat remaja minder


dan tidak percaya diri dalam bergaul.
b. Salah informasi yang menyebabkan salah persepsi.
Mereka ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan
justru bertanya kepada teman temannya yang malah memberikan jawaban yang
salah dan dapat menjerumuskan kepada hal buruk seperti seks bebas,
manstrubasi dan salah dalam perlakukan dirinya sendiri.
2. faktor keluarga.
Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari
sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah
hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan
perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi
mereka pada level orang-orang dewasa. Seringkali orangtua mencampuri urusanurusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut, Dimana kamu semalam?, Dengan siapa kamu
pergi?, Apa yang kamu tonton? dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian
orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun
ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi
seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap. remaja sering
menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya
3. faktor lingkungan dan sosial
Pada faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung
dengan remaja seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah
sekitar. Faktor - faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari
lingkungan remaja banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak
menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat
tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat
membuat remaja menjadi terganggu kesehatan mentalnya.

C. Menjelaskan tanda dan gejala masalah kesehatan jiwa pada remaja


1. Seorang yang mengalami Depresi biasanya merasa rendah diri, sedih, marah
atau tidak berharga
10

1.

2. Kecemasan merupakan sensasi perasaan takut dan gelisah , seperti halnya


Depresi, perasaan ini dianggap normal dalam beberapa situasi.
3. Gangguan tingkah laku berat seperti gelisah dan agitasi
4. Mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau
dilihat orang lain
5. Kepercayaan yang aneh
6. Berbicara kacau
7. Tingkat emosional yang menakutkan atau emosi berubah dengan cepat ,
misalnya dari menangis menjadi tertawa
D. Dampak gangguan kesehatan mental pada remaja :
Dampak positifnya jika remaja tersebut dapat melalui masa masa stress dan
gangguan kesehatan mental lainnya maka remaja tersebut dapat menjadikannya
pembelajaran

dari

pengalaman

yang

menyebabkan

frustasi

tersebut

dan

menjadikannya motivasi untuk terus berusaha lebih baik.


Dampak negatifnya jika remaja tidak bisa mengatasi stress dan kesehatan mental
lainnya maka dapat timbul :
1. Kenakalan remaja
2. Penyalahgunaan obat terlarang dan alcohol
3. Seks bebas
4. gangguan makan
5. Bunuh diri
6. Gangguan mental
7. kurangnya percaya diri

E. Jenis - jenis masalah kesehatan jiwa pada remaja


Gangguan Jiwa Anak-anak dan Remaja
Gangguan perkembangan pervasif ditandai dengan masalah awal pada tiga area
perkembangan utama : prilaku, interaksi sosisal, dan komunikasi.
a. Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan
substandard dalam berfunggsi, yang dimanisfestasikan dengan fungsi
intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (misal IQ dibawah
70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau
lebih (miasl komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari,
11

2.

ketermpilan sosial, fungsi dalam masyarakat, penghargaan diri, kesehata


dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja)
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan
komunikasi, serta aktivits dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejalagejala meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri
dari hubungan sosia, kerusakan yang menonjol dalam komunikas, dan
respon yang aneh terhadap lingkungan (misal tergantung paa benda mati
dan gerakan tubuh yang berulang- ulang seperti mengepakkan tangan,
bergoyang-goyang, dan memukul-mukul kepala).
c. Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada
kerusakan fungsional pda bidang-bidang, seperti membaca, aritmatika,
bahasa, dan artikulasi verbal.
Deficit perhatian dan gangguan prilaku desruptif
a. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas
yang tidak sesuai dengan perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti
terjadi di sedikitnya dua tempat (misal disekolah dan dirumah) dan terjadi
sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
b. Gangguan prilaku
Dicirikan dengan prilaku berulang, desruptif, dan kesengajaan untuk tidak
patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan sosial. Sebagian besar anakanak

dengan

gangguan

ini

mengalami

penyalahgunaan

zat

atau

gangguankepribadian antisocial setelah berusia 18 tahun. Contoh prilaku


pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong,
menggertak, melarikan diri, membolos, menyalah gunakan zat, melakukan
pembakaran, bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan
serangan fisik terhadaporang lain.
c. Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan prilaku yang lebih ringan,
meliputi prilaku yang kurang ekstrim. Prilaku dalam gangguan ini tidak
melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan
prilaku. prilaku dalam gangguan ini menunjukan sikap menentang, seperti
berargumentasi, kasar, marah, tolerasi yang rendah terhadap frutasi, dan
menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya.
Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke
masa dewasa.
a. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak
terjadi pada anak-anak dan remaja dengan gejala yang sama dengan yang
terlihat pada orang dewasa
b. Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak
yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat
12

dengannya. Gejala-gejalanya. Meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan


somatik, ansietas berat terhadap perpisahan dan khawatir tentang adanya
bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.
Skizofrenia
a. Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejala
dapat menyerupai gangguan pervasive, seperti autisme. Walaupun penelitian
tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai prilaku
yang khas (antai otong, 1995), seperti beberapa gangguan kognitif dan
prilaku, menarik diri secara sosial, dan komunikasi.
b. Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama
masa remaja akhir sangat tinggi.gela-gejalanya mirip dengan skizofrenia
dewasa.gejala awalnya meliputi perubahan ekstrim dalamprilaku sehari-hari,
isolasi sosial, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dam
mengekspresikan prilaku yang tidak disadarinya.
Gangguan mood
a. Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibandingkan
pada orang dewasa (keltner, 1990). Prevalensi pada anak-anak dan remaja
berkisar antara 1 % sampai 5 % untuk gangguan depresi. Eksistensi
gangguan bipolar (jenis manik) pada anak-anak masih kontoversial.
Prevalensi penyakit bivolar pada remaja diperkirakan 1 %. Gejala depresi
pada anak-anak sama dengan yang diobserpavasi pada orang dewasa.
b. Bunuh diri. adanya gangguan mood merupakan faktor resiko yang serius
untuk bunuh diri. bunuh diri adalah penyebab kemataian utama ketiga pada
individu berusia 15 sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya untuk bunuh diri
pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berprilaku keras atau
sangat memberontak, menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak
biasanya mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah
menurun, membolos, melarikan diri, keletihan berlebihan dan keluhan
somataik, respon yang buruk terhadap pujian, ancaman bunuh diri yang
terang-terangan secara verbal, dan membuang benda-benda yang didapat
sebagai hadiah (newman, 1999).
Gangguan penyalahgunaan zat
a. Gangguan ini banyak terjadi, diperkirakan 32 % remaja menderita gangguan
penyalah gunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat
terlarang lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Risiko
tersebar mengalami gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15
sampai 24 tahun. Pada remaja, perubahan penggunaan zat menjadi
ketrgantungan zat terjadilebih capat misalnya pada remaja penggunaan zat
padat berkembang menjadi ketergangtungan zat dalam waktu 2 tahun
sedangkan pada oaring dewasa membutuhkan waktu antara 15 sampai 20
tahun.
13

b. Komorbiditas dengan psikiatrik lainnya merupakan hal yang banyak terjadi,


termasuk gangguan mood , gangguan ansietas dan gangguan perilaku
desruptis.
c. Tanda bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah
penurunan fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya,
seperti prilaku menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga,
perubahan kepribadian dan toleransi yang rendah terhadap frustasi,
berhubungan

dengan

remaja

lain

yang

juga

menggunakan

menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.

14

zat,

F. Pencegah gangguan kesehatan jiwa pada remaja


Yaitu melalui peran serta keluarga dengan selalu membimbing remaja. Namun peran
orangtua dalam membimbing remaja banyak yang salah dan tidak sesuai maka harus
di lakukan banyak penyuluhan di masyarakat oleh pemerintah. Program kesehatan
mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti
sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program
kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja
G. Penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada remaja
1. Perawatan berbasis komunitas saat ini lebih baik banyak terdapat pada managed
care.
a. Pencegahan primer melalui berbagai program sosial yang ditunjukan untuk
menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak. Contohnya
adalah perawatan prenatal awal,program intervensi dini bagi orang tua
dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan anak, dan
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan
pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak
yang mengalami kesulitan disekolah sehingga tindakan yang tepat segera
dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan program
bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan intervensi
krisis bagi keluaraga yang mengalami situasi traumatic, konseling kelompok
sekolah, dan konseling teman sebaya.
c. Dukungan teraupatik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu,
terapi bermain, dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak
mampu berpartisipasi dalam system sekolah yang normal. Metode
pengobatan prilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam
mengenbangkan metode koping yang lebih adaptif.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantu keluarga
mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan guna membuat
perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota keluarga.
2. Pengobatan berbasis rumah sakit
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakt
jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan untuk klien yang tidak
sembuh dengan metode alternative yang kurang resrtiktif, atau bagi klien yang
berrisiko tinggi melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang
lain.

15

b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di


tempat (on-site) yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak
yang menderita penyakit jiwa.
c. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan prilaku desruptif masi menjadi
kontroversi. Penelitian menunjukan bahwa metode ini dapat bersifat traumatic
pada anak-anak dan tidakefektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan
yang kurang restriktif meliputi istirahat (time-site), penehanan terapetik,
menghindari adu kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya
prilaku.
3. Farmakotrapi
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik
digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek
samping yang beragam
a. Perbedaan fsiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon
klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik
b. Perbedaan perkembangan neurotransmitter pada anak-anak dapat mempengarihi
hasil pengobatan psikoterapik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten,
terutama dengan antidepresan trisiklik.

16

Anda mungkin juga menyukai