Oleh :
EVANDA PUSPITA
F24103051
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Oleh :
EVANDA PUSPITA
F24103051
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Oleh :
EVANDA PUSPITA
F24103051
Dilahirkan pada tanggal 28 Desember 1985
Di Jakarta
Tanggal lulus: 08 Agustus 2007
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
pas
Cah
memili
Deviani
menengah pertama di STPN I Pdg-Banten hingga tahun 2000. Pada tahun 2003
penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMUN I Pdg-Banten.
Penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.
KATA PENGANTAR
bagi
Bogor,
Agustus 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....... i
DAFTAR ISI .. iii
DAFTAR TABEL .
DAFTAR GAMBAR . vi
DAFTAR LAMPIRAN .
I.
viii
PENDAHULUAN
II.
B. TUJUAN .......
TINJAUAN PUSTAKA
A. KITOSAN ...........................................................................
D. PEMURNIAN ENZIM
1. Pemurnian kitosanase ............................................ 9
(a). Umum .............................................................
10
13
E. SDS-PAGE .......................................................................... 14
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT..........................................................
18
B. METODE PENELITIAN
1. Tahap Penyegaran dan Pembuatan
kultur Starter .......................................................
20
21
21
22
23
25
iii
8. SDS-PAGE ........................................................... 25
9. Karakterisasi Enzim .............................................
IV.
27
30
B. EKSTRAKSI
1. Presipitasi .............................................................
34
2. Dialisis .................................................................
36
39
V.
49
E. SDS-PAGE .........................................................................
55
62
B. SARAN ...............................................................................
62
63
LAMPIRAN ............................................................................................... 67
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
12
32
MB-2 ..........................................................................................
Tabel 12.
Tabel 13
56
Tabel 14.
60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
11
Gambar 4.
12
Gambar 5.
15
Gambar 6.
Gambar 7.
30
Gambar 8
36
Gambar 9.
37
Gambar 10.
42
Gambar 11a.
Gambar 11b.
44
Gambar 12a.
46
Gambar 12b.
46
Gambar 13a.
Gambar 13b.
Gambar 14a.
49
Gambar 14b.
49
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
51
52
vi
53
Gambar 18.
Gambar 19.
54
55
Gambar 20.
57
Gambar 21.
60
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
71
Lampiran 6.
72
Lampiran 7.
67
69
74
Lampiran 8.
Lampiran 9.
77
83
86
87
88
89
viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kitosan merupakan produk terdeasetilasi (penghilangan gugus
COCH3) dari kitin. Kitin merupakan polimer alami kedua terbanyak di alam
setelah selulosa yang banyak ditemukan pada kutikula serangga, crustacea,
klorofil alga (chlorella sp) dan dinding sel fungi (terutama kelas zygomycetes).
Selain itu kitosan bersifat larut asam dan tidak larut dalam media netral dan
campuran alkali serta merupakan polikation alami (Choi et al., 2004). Piza et
al., (1999) melaporkan kitosan merupakan suatu polisakarida linear yang
mempunyai ikatan -(1,4) glukosamin.
Kitosanase adalah enzim yang menghidrolisis kitosan menjadi
oligomer kitosan dan beberapa kitosanase diduga bersifat termostabil (enzim
yang masih dapat aktif diatas suhu optimal pertumbuhan mikroorganisme
yang menghasilkannya). Sebagai negara yang memiliki kekayaan hayati
tinggi, Indonesia merupakan salah satu habitat bagi mikroorganisme penghasil
enzim kitosanase. Kawasan sumber air panas, kawah gunung berapi, dan
sumur hydrothermal dimana suhunya dapat mencapai 100C merupakan
wilayah Indonesia yang belum banyak digali potensinya. Kawasan ini adalah
habitat bagi mikroorganisme termofilik, dimana mikroorganisme ini
merupakan mikroorganisme penghasil enzim termostabil. Oleh karena itu
peluang untuk mendapatkan mikroorganisme penghasil enzim kitosanase
termostabil sangat tinggi.
Isolasi bakteri penghasil enzim kitosanase termostabil dari
bakteri termofilik telah berhasil dilakukan oleh Chasanah (2004). Hasil isolasi
yaitu isolat Bacillus licheniformis MB-2 dari sumber air panas TompasoManado
digunakan
untuk
produksi,
pemurnian,
elektroforesis,
dan
C. MANFAAT PENELITIAN
Informasi beberapa karakteristik enzim termostabil kitosanase dari
isolat Bacillus licheniformis MB-2 bermanfaat untuk penggunaan enzim
secara optimal dan tepat untuk produksi oligomer kitosan.
n
(Kitin)
n
(Kitosan)
Kitin
Kitosan
kitinase
kitosanase
(EC 3.2.1.14)
(EC 3.2.1.132)
Kitin oligosakarida
Kitosan oligosakarida
N-Asetil glukosaminidase
glukosaminidase
N-Asetil glukosamin
Glukosamin
Kedokteran
Contoh
Kosmetik
Tekstil
Lainnya
Penanggulangan
limbah
(kitosan
bisa
mengkelat
(http://www.uspto.gov)
B. ENZIM KITOSANASE
Kitosanase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan GIcNGIcN, GIcN-GIcNAc dan GIcNAc-GIcN, bukan pada ikatan GIcNAcGIcNAc (Piza et al., 1999). Beberapa kitosanase diduga bersifat termostabil,
yaitu enzim yang masih stabil dan masih dapat aktif pada suhu diatas suhu
pertumbuhan mikroorganisme yang menghasilkannya selama waktu tertentu.
Enzim termostabil pada umumnya dihasilkan oleh mikroorganisme termofilik
yang hidup pada lingkungan dengan temperatur lebih besar dari 50C,
misalnya perairan air panas, kawah, dan sedimen geotermal lainnya. Dimana
stabilitas dari enzim termostabil disebabkan oleh interaksi van der wals, ikatan
hidrogen, interaksi hidrofobik, interaksi elektrostatik, dan jembatan disulfida
di antara asam amino penyusun protein.
Bakteri penghasil kitosanase diantaranya adalah Bacillus circulans
MH-K1 (Yabuki, 1989), Bacillus licheniformis UTK (Uchida et al., 1992),
Bacillus cereus (Piza et al., 1999), Bacillus megaterium P1 (Pelletier dan
Syugsch, 1992), Bacillus sp. Strain KCTC 0377 BP (Choi et al., 2004),
Matsuebacter chitosanotabidus 3001 (Park et al, 1999), dan genus Aspergillus
(Arcidiacono et al., 1989) dilaporkan juga sebagai mikroba penghasil enzim
kitosanase. Beberapa enzim termostabil yang telah dimanfaatkan dalam
industri dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jenis Enzim termostabil lain
Mikroba
Bacillus subtilis
Bacillus
Enzim Termostabil
Aplikasi
-amilase
Protease
Detergen
Protease
Detergen
Protease
Detergen
licheniformis
Bacillus
stearothermophilus
Suhartono (1989)
misalnya suhu (panas) dan pH ekstrim. Penentuan daya tahan enzim terhadap
panas umumnya dilakukan pada suhu optimum dan pH optimum enzim
tersebut (Suhartono, 1989). Adanya perbedaan sumber atau asal enzim dapat
menyebabkan perbedaan terhadap daya tahan panas enzim tersebut meskipun
jenis enzimnya sama (Winarno, 1983). Tabel 6 menunjukkan beberapa
karakteristik dari enzim kitosanase.
C. MIKROBA TERMOFILIK
Mikroba termofilik merupakan mikroba yang mampu tumbuh
optimal pada lingkungan ekstrim panas yaitu daerah-daerah geotermal di darat
maupun di laut dalam. Mikroba termofil dapat lebih tahan pada suhu tinggi
disebabkan oleh keistimewaan yang dimiliki pada membran selnya yang
berhubungan dengan lingkungan luar. Diduga asam lemak penyusun komponen
membran lebih jenuh sehingga membuat membran ini lebih stabil dan tahan
pada suhu tinggi. Mengingat beraneka ragam kehidupan mikroba, maka
mikroba diklasifikasikan berdasarkan suhu pertumbuhan optimalnya pada tabel
3.
Tabel 3. Klasifikasi mikroba berdasarkan suhu
Klasifikasi
Suhu Pertumbuhan
Minimum (C)
Optimum (C)
Maksimum (C)
Psikrofil
05
5 15
15 20
Mesofil
10 20
20 40
40 45
Termofil
25 45
45 60
60 80
reaksi katalase serta hasil negatif pada reaksi indole, methyl red, dan voges
preusker.
D. PEMURNIAN ENZIM
1. Pemurnian Kitosanase
(a). Umum
Pemurnian merupakan suatu usaha untuk mengisolasi enzim
tertentu dari ekstrak enzim kasar yang masih mengandung sel
mikroorganisme ataupun komponen lainnya (Hooper & Homes, 2000).
Walsh (2002) menggolongkan metode kromatografi menjadi empat yaitu
kromatografi
ion
exchange,
kromatografi
interaksi
hidrofobik,
DEAE
(dietil-aminoetil),
dan
quartener-aminoetil.
10
Campuran protein
Pori matriks
Jumlah protein
(250 kDa)
125 kDa
75 kDa
Volume elusi
11
Nilai pengikatan
Batas
Kisaran
Gel
pengeluaran / BM
fraksinasi
kering
(Dalton)
(Dalton)
G-10
1.0
700
- 700
G-25
2.5
5000
100 5000
G-50
5.0
10.000
500 10.000
G-75
7.5
50.000
1000 50.000
G-100
10.0
100.000
5000 100.000
G-200
20.0
200.000
5000 200.000
Mangunwidjaja (1988)
Huruf G dibelakang nama sephadex menunjukkan bahwa sephadex
tersebut dikembangkan dengan air. Sedangkan nomor dibelakangnya
menunjukkan besarnya pengembangan tersebut. Misalnya, 25 kali, 50
kali, dan sebagainya (Suhartono, 1989). Gambar 4 menunjukkan struktur
dari sephadex.
12
Tahapan
Acuan
2. Cation
exchange
(s-
sepharose)
Bacillus
sp.
Strain
KCTC 0377 BP
1. Dialisis (PEG)
Bacillus
coagulans
LH 28.38
1. Presipitasi
amonium
Haliza, 2003
sulfat (80%)
2. Filtrasi gel (sephadex G100)
Bacillus
circulans
MH-K1
1. Presipitasi
amonium
Yabuki, 1989
(Bufer
Tris
1. Presipitasi
amonium
Uchida, 1992
Mucor rouxi
1. Presipitasi
amonium
sulfat 85%
2. Ion
1989
exchange
Sephadex
Arcidiacono et al.,
dan
(CMDEAE
Sephadex)
Matsuebacter
chitosanotabidus
1. Presipitasi amonium
sulfat (70%)
13
3001
Aspergilus fumigatus
KB-1
asetat 10 mM pH 5.0)
2003
2. Kromatografi anion
exchange
14
Matriks poliakrilamida
15
dengan membuat hubungan antara log berat molekul dan mobilitasnya (Nur dan
Adijuwana, 1988).
Tabel 6. Beberapa karakteristik enzim murni kitosanase
Sumber
Suhu
pH
Berat
Optimum
Optimum
Molekul
(C)
Bacillus cereus
Bacillus
strain
sp.
54
60
Acuan
(kda)
5.8
46
KCTC
47 (SDS-
Piza
PAGE)
1999
45 (SDSPAGE)
et
al.,
Choi et al.,
2004
0377 BP
50
Bacillus
circulans
6.5
MH-
* 32 (SDS-
Yabuki, 1989
PAGE)
K1
* 27 (HPLCgel filtrasi)
45
Bacillus
6.9
licheniformis
* 31 (SDS-
Uchida, 1992
PAGE)
UTK
* 26 (Filtrasi
gel-sephadex
G-100)
60 - 70
Bacillus
coagulans
8 11
LH
74 87
Haliza, 2003
(SDS-PAGE)
28.38
Matsuebacter
30 - 40
4.0
chitosanotabidus
34 (SDS-
Park et al.,
PAGE)
1999
29 (SDS-
Rivas et al.,
PAGE)
1999
Pelletier dan
22 (SDS-
Sygusch,
PAGE)
1992
3001
Bacillus subtilis
60
57
168 csn
Bacillus
megaterium P1
45
4.5 6.5
16
Bacillus
sp.
60
6.5
Strain CK4
Aspergillus
fumigatus KB-1
60 dan 70
5.5 6.5
29 (SDS-
Yoon et al.,
PAGE)
2000
25.5 (SDS-
Eom dan
PAGE)
Kang, 2003
17
18
19
B. METODA
Skema riset penelitian dapat dilihat pada gambar 6 :
Tahap penyegaran dan
pembuatan kultur starter
Produksi enzim :
1. Aktivitas enzim
2. Kadar protein
Fraksi positif
Elektroforesis SDS-PAGE
20
hari pada suhu pertumbuhan 55oC. Setelah itu dilihat areal bening/zona
bening. Hasil goresan (zona bening) diambil satu ose kemudian ditumbuhkan
pada 150 ml media cair dan diinkubasi dalam shaker waterbath suhu 55oC
selama 24 jam dengan kecepatan 120 rpm. Media padat yang digunakan
adalah 1.0% koloidal kitosan, 0.7% K2HPO4, 0.3% KH2PO4, 0.5% MgSO4,
0.25% yeast extract, 0.25% casiton, 1.5% bacto agar, dan 0.4% gelrite dengan
pH media 6.0 (Chasanah, 2004). Sedangkan media yang digunakan untuk
pembuatan kultur starter adalah 0.4% koloidal kitosan, 0.5% MgSO4, 0.3%
KH2PO4, 0.7% K2HPO4, 0.25% yeast extract, dan 0.25% casiton dengan pH
media 7.0 (Park et al., 1999).
2. Produksi enzim (Chasanah, 2004)
Sebanyak 15 ml kultur starter dari media starter diinokulasikan ke
dalam 85 ml media cair. Kemudian diinkubasikan ke dalam shaker waterbath
pada suhu 55oC dengan kecepatan 120 rpm selama 7 hari. Media yang
digunakan untuk produksi enzim sama dengan media yang digunakan untuk
membuat kultur starter. Pemisahan biomassa dilakukan dengan cara
sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4oC selama 20 menit,
selanjutnya filtrat yang berisi enzim diukur aktivitas dan kadar proteinnya.
3. Pengendapan protein dengan amonium sulfat (Rianti, 2003)
Pada tahap ini, enzim yang telah diproduksi diendapkan semalam
pada suhu 4C dengan amonium sulfat jenuh 80%. Kemudian disentrifugasi
selama 20 menit dengan kecepatan 10.000 rpm. Endapan yang dihasilkan
diambil dengan melarutkannya pada bufer fosfat 0.05 M pH 6, dengan
perbandingan 1 : 1. Presipitat yang dihasilkan diukur aktivitasnya dan kadar
proteinnya.
4. Dialisis (Rianti, 2003)
Kantong dialisis dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Kemudian direndam dengan larutan 2% (b/v) Na-Karbonat dan 0.05% (b/v)
EDTA dan direbus selama 10 menit. Larutan diganti dengan akuades dan
21
kembali direbus selama 10 menit (hal ini dilakukan dua kali). Kantong
dibiarkan terendam dalam larutan bufer yang akan digunakan dalam proses
dan disimpan dalam ruang dingin.
Salah satu ujung kantong diikat dengan benang jahit, lalu sebanyak
4 ml enzim hasil presipitasi dimasukkan ke dalam kantong. Karena selama
dialisis volume larutan dapat meningkat, maka pengisian kantong tidak boleh
terlalu penuh. Udara dikeluarkan dari kantong dan ujung yang lain diikat erat.
Kantong berisi enzim ini kemudian dimasukkan dalam larutan bufer fosfat
0.025 M pH 6 dengan volume 100x volume filtrat. Dialisis dilakukan diruang
dingin selama semalam dan dilengkapi dengan stirrer. Selanjutnya hasil
dialisis diukur aktivitas dan kadar proteinnya.
5. Kromatografi filtrasi gel (Haliza, 2003)
a. Persiapan bahan pengepak
Tahapan awal dalam kromatografi filtrasi gel adalah melakukan
persiapan gel matriks dan kolom yang akan digunakan. Agar memperoleh gel
yang bagus maka semua peralatan harus bersih dan kering, bufer dan air yang
digunakan harus disaring terlebih dahulu. Matriks yang digunakan dalam
filtrasi gel adalah sephadex G-100. Matriks terlebih dahulu harus
dikembangkan (swelling) sebelum digunakan. Tahap pengembangan adalah
dengan menimbang sebanyak 2,5 gram sephadex G-100 dilarutkan dalam 300
ml air bebas ion sambil diaduk dengan magnetic stirer perlahan selama 30
menit, kemudian didiamkan selama 3 hari pada suhu dingin atau selama 3 jam
pada suhu 90C. Kemudian matriks dicuci dengan bufer enzim dan diagitasi
sampai gelembung udara hilang.
b. Pembuatan kolom
Pembuatan kolom dilakukan dengan cara menuangkan matriks gel
sephadex G-100 secara perlahan tapi kontinyu. Jika terbentuk rongga udara,
bagian luar kolom diketuk sehingga rongga udara tersebut hilang. Jika tinggi
kolom gel yang diinginkan telah tercapai, bahan pengepak dibiarkan
mengendap. Setelah kolom terbentuk kemudian dilakukan ekuilibrasi kolom
22
yang
telah
ditampung,
kemudian
dianalisis
23
Substrat (l)
Kontrol (l)
Blanko (l)
100
100
100
100
M pH 6.0
Soluble chitosan
1%
Enzim kitosanase
100
o
Inkubasi 30 menit 70 C
Freeze -20oC selama 15 menit
Campuran
200
133
Enzim
67
800
800
1000
Pereaksi schales
1000
1000
1000
Dididihkan 15 menit
Sentrifugasi 8000 rpm selama 10 menit pada 4oC
Ukur absorbansi pada panjang gelombang 420 nm
24
Unit aktivitas
(Unit/ml)
GIc
BM 100
30
200
GIc
BM
1000
100
1/100
30
dilakukan
dengan
menggunakan
piranti
25
pemisah (spacer) pada bagian tepi cetakan. Susunan ini dijepit dengan klip
sehingga dapat diberdirikan. Klip tidak boleh melewati batas pemisah.
Cetakan ini diletakkan di atas lempeng kaca yang datar. Selanjutnya dibuat
larutan gel penahan dan gel pemisah dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 8. Komposisi gel SDS-PAGE
Bahan
Gel Pemisah/
Gel Penahan /
(ml)
(ml)
2.7
0.67
Larutan B
2.5
Larutan C
1.25
Aquades
4.8
3.0
APS 10%
0.05
0.05
TEMED
0.5
0.5
26
sumur yang terdapat pada pelat kaca sampel menggunakan hamilton syinges,
disertai dengan penginjeksian 10 l marker (standar protein). Marker yang
digunakan adalah LMW (low moleculer weight) yang terdiri dari phosphorilase
b (97 kD), albumin (66 kD), ovalbumin (45 KD), carbonic anhydrase (30 kD),
tripsin inhibitor (20.1 kD), dan -lactalbumin (14.4 kD).
Setelah semua sampel diinjeksikan pada sumur-sumur pelat kaca,
rangkailah alat elektroforesis dengan cara meletakkan alat elektroforesis pada
wadah yang berisi es batu. Sebelum running masukkan bufer elektroforesis
kedalam chamber. Running elektroforesis dilakukan pada 100 volt, 50 mA
atau hingga sampel hampir memasuki bagian gel pemisah. Elektroforesis
berlangsung sekitar 1,5 jam dan dilakukan sampai warna biru dari bromphenol
blue mencapai 1 cm dari bagian bawah gel.
c. Fiksasi dan pewarnaan
Setelah elektroforesis selesai, gel dilepaskan dari pelat kaca dan
direndam dalam larutan fiksasi (12% asam asetat dan 25% metanol) selama 1
jam, kemudian direndam dalam 50% etanol selama 20 menit dan diganti
dengan 30% etanol selama 2 x 20 menit, direndam dalam larutan enhancer
selama 1 menit dan dicuci dengan aquabidestilata selama 3 x 20 menit. Setelah
dicuci kemudian ditambahkan dengan larutan silver nitrat selama 30 menit
kemudian dicuci dengan aquabidestilata selama 2 x 20 detik dan ditambahkan
dengan larutan campuran Na2CO3 dan formaldehida sampai terlihat pita-pita
pada gel. Setelah itu untuk menghentikan reaksi pembentukan pita, gel
direndam dalam larutan fiksasi.
9. Karakterisasi Kitosanase
a. Suhu Optimum (Chasanah, 2004)
Enzim kitosanase (crude dan pure enzyme) dianalisis pada berbagai
suhu untuk menentukkan suhu optimum. Aktivitas enzim dianalisis pada suhu
inkubasi 37, 60, 70, 80, dan 90C.
27
= waktu inkubasi
Nilai t1/2 suatu enzim adalah waktu inkubasi pada suhu tertentu
28
29
disekeliling
koloninya
dan
akan
menghidrolisa
substrat
30
medium
fermentasi
digunakan
oleh
mikroorganisme
untuk
31
Karbon
50
Nitrogen
7 12
Senyawa fosfor
13
Sulfur
0.5 1
Magnesium
0.5
32
33
34
35
1.084
1.082
1.08
1.078
1.076
1.074
1.072
1.07
Supernatan bebas
sel
Crude enzim
Dialisat
36
Kantong
dialisis
Konsentrasi
larutan
Bufer
Awal Dialisis
Akhir Dialisis
37
Jenis enzim
Aktivitas atau
Acuan
aktivitas
spesifik
Bacillus
1.076 U/ml,
licheniformis
4.539 U/mg
MB-2
55oC)
2. Crude enzyme
1.087 U/ml,
1.433 U/mg
3. Dialisat
1.086 U/ml,
Penelitian ini
2.045 U/mg
Bacillus
lichenifromis
0.8 U/ml
Chasanah,
2004
MB-2
55 C)
Bacillus
5.15 U/mg
Haliza, 2003
38
coagulans
LH 28.38
55oC)
2. Crude enzyme
65.39 U/mg
(amonium sulfat
80%)
Bacillus
circulans
MH-K1
30oC)
Bacillus
licheniformis
(waktu panen 8
UTK
hari,30oC)
2. Crude enzyme
4.0 U/mg
Yabuki, 1989
3.28 U/ml
Uchida et al.,
1992
124 U/ml
(amonium sulfat 60
90%)
Mucor rouxii
6.65 U/mg
Arcadiacono
et al., 1989
39
40
mg/ml. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas spesifik enzim yang telah
dimurnikan menjadi 32.284 U/mg dan peningkatan kemurnian menjadi 7.112
kali (tabel 11). Enzim
[Protein]
Aktivitas
Aktivitas
Tingkat
Pemurnian
mg/ml
Enzim
Spesifik
Kemurnian
(U/ml)
(U/mg)
0.237
1.076
4.539
0.759
1.087
1.433
0.316
Dialisat
0.531
1.086
2.045
0.450
Fraksi 9
0.032
1.049
32.284
7.112
Supernatan
bebas sel
Crude
enzyme
41
1.2
1.2
1
0.8
0.8
0.6
0.6
0.4
0.4
0.2
0.2
A (595 nm)
Aktivitas (U/ml)
0
0
10
20
30
40
50
60
Fraksi protein
A (595 nm)
Aktivitas (U/ml)
Gambar 10. Profil elusi aktif kitosanase pada filtrasi gel (sephadex G-100)
Tabel 12. Perbandingan tingkat kemurnian dengan kitosanase lain
Sumber
Metode Pemurnian
Tingkat
Acuan
kemurnian
(kali)
Bacillus
Kromatografi
filtrasi
licheniformis
7.112
Penelitian
ini
MB-2
Bacillus
Kromatografi
filtrasi
coagulans
LH 28.38
Fraksi A : 2.59
Haliza,
Fraksi B : 7.51
2003
Fraksi C : 17.1
Bacillus
Kromatografi
F1 : 9.5
Chasanah,
licheniformis
Interaksi hidrofobik
F2 : 25.8
2004
MB-2
(butyl toyopearl)
Bacillus
Kromatografi HPLC-
40
Yabuki,
circulans
gel filtrasi
1989
MH-K1
Bacillus
Kromatografi filtrasi
Uchida et
42
licheniformis
gel
sephadex G-50
UTK
al., 1992
C1 :160
C2 : 242
sephadex G-100
C1 : 247
C2 : 245
Mucor rouxii
Kromatografi ion
Arcidiacono
exchange
et al., 1989
CM-sephadex
22
DEAE-sephadex
70
D. KARAKTERISASI ENZIM
1. KARAKTERISASI ENZIM KASAR
Karakterisasi enzim bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum
aktivitas enzim, sehingga penggunaan enzim dapat disesuaikan dengan
karakteristik enzim tersebut. Dengan penggunaan enzim sesuai dengan kondisi
optimumnya, maka enzim akan bekerja secara optimal dan lebih efisien.
Karakteristik enzim kasar yang dilakukan pada penelitian ini adalah penentuan
suhu optimum dan pH optimum. Dimana enzim kitosanase yang digunakan
untuk karakterisasi adalah enzim hasil presipitasi (enzim yang telah
diendapkan dengan amonium sulfat 80%.
a. Suhu Optimum
Dalam reaksi enzimatis, suhu berperan dalam meningkatkan
interaksi antara substrat dengan enzim. Dimana aktivitas enzim akan semakin
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai tingkat optimalnya dan
sesudah itu aktivitas enzim akan mengalami penurunan karena enzim
mengalami denaturasi protein (sebagian atau seluruh aktivitas enzim hilang).
Jika suatu protein terdenaturasi, maka susunan tiga dimensi khas dari rantai
polipeptida terganggu dan molekul ini terbuka menjadi struktur yang acak,
tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen tetapi aktivitas
43
biologinya menjadi rusak karena terjadi koagulasi protein (protein tidak larut
lagi).
Penentuan suhu optimum enzim kasar kitosanase dilakukan dengan
menganalisa enzim kasar pada berbagai suhu, yaitu suhu 37, 50, 60, 70, 80,
dan 90C selama 30 menit pada pH 6.0. Setelah analisa diperoleh hasil bahwa
enzim kasar kitosanase optimum pada suhu 60 - 70C (gambar 11a dan 11b)
dengan aktivitas sebesar 1.062 U/ml atau 1.399 U/mg (suhu 60oC) dan 1.087
U/ml atau 1.432 U/mg (suhu 70oC).
1.2
Aktivitas (U/ml)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
20
40
60
80
100
60
80
100
S uhu
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
20
40
S uhu
44
bahwa
enzim
kitosanase
dari
isolat
Bacillus
45
1.2
A k tivitas (U /m l)
1
Bufer sitrat
0.8
Bufer asetat
0.6
Bufer fosfat
sitrat
Bufer Na fosfat
0.4
Bufer Tris-Cl
0.2
0
0
10
pH
1.6
A k tivitas s p es ifik (U /m g)
1.4
1.2
Bufer sitrat
Bufer asetat
0.8
Bufer fosfat
sitrat
Bufer Na
fosfat
Bufer Tris-Cl
0.6
0.4
0.2
0
0
10
pH
46
a. Suhu Optimum
Penentuan suhu optimum dari enzim murni kitosanase dilakukan
dengan menganalisa aktivitas enzim sesuai dengan yang terdapat pada
metodologi penelitian. Kisaran suhu yang dipakai cukup luas yaitu suhu 37, 50,
60, 70, 80, dan 90, dimana kisaran ini dianggap cukup untuk mewakili kisaran
suhu yang sebenarnya yang biasa dipakai dalam percobaan. Dari hasil
pengujian, fraksi 9 optimum pada suhu 70oC - 80C dengan aktivitas enzim
1.049 U/ml dan aktivitas spesifik 32.28 U/mg (suhu 70oC). Sedangkan aktivitas
enzim pada suhu 80oC adalah 1.086 U/ml dan aktivitas spesifik sebesar 33.405
U/mg (gambar 13a dan 13b). Suhu optimum enzim murni pada penelitian ini
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu optimum enzim kasar, hal ini
menyebabkan enzim murni kitosanase bersifat lebih stabil dibandingkan dengan
enzim kasar. Hal ini kemungkinan telah terpisahnya kofaktor-kofaktor enzim
yang bersifat inhibitor dengan enzim selama proses kromatografi. Inhibitor
yang dimaksud misalnya ion logam, protein non enzim (metabolit primer dan
metabolit sekunder), dan sustrat yang tidak terdegradasi. Terpisahnya inhibitor
dari enzim menyebabkan enzim melipat kembali membentuk konformasi yang
lebih stabil, sehingga enzim bersifat lebih tahan panas.
Penelitian sebelumnya Chasanah (2004) melaporkan bahwa
kitosanase dari mikroba yang sama (Bacillus licheniformis MB-2) optimum
pada suhu 70oC, menyebabkan suhu optimum enzim kasar pada penelitian
sebelumnya lebih tinggi dibandingkan dengan enzim murni. Hal ini
disebabkan kemungkinan kofaktor enzim yang telah terpisah selama proses
kromatografi bersifat aktivator bagi enzim. Sehingga dengan terpisahnya
aktivator dari enzim menyebabkan enzim murni bersifat kurang stabil
dibandingkan dengan enzim kasarnya. Disamping itu enzim murni kitosanase
optimum pada suhu 60C dari isolat Bacillus subtilis 168 csn (Rivas et al.,
1999) dan kitosanase mempunyai suhu optimum 45C dari isolat Bacillus
megaterium P1 (Pelletier dan Sygusch, 1992). Haliza (2004) pun melaporkan
bahwa kitosanase dari isolat Bacillus caogulans LH 28.38 memiliki pH
optimum 60 - 70C.
47
1.2
Aktivitas (U/ml)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0
20
40
60
80
100
S uhu
40
35
Aktivitas (U/mg)
30
25
20
15
10
5
0
0
20
40
60
80
100
S uhu
48
1.095
Aktivas (U/ml)
1.09
1.085
1.08
1.075
1.07
1.065
1.06
0
10
12
10
12
14
pH
33.6
33.5
Aktivitas (U/mg)
33.4
33.3
33.2
33.1
33
32.9
32.8
32.7
32.6
0
14
pH
49
c. Stabilitas panas
Uji stabilitas panas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
aktivitas kitosanase tetap stabil pada pemanasan, mengingat enzim merupakan
protein yang mudah mengalami kerusakan akibat denaturasi. Uji stabilitas
enzim dinyatakan dengan aktivitas sisa (aktivitas relatif), dimana aktivitas
relatif adalah hasil bagi antara aktivitas enzim yang mengalami pra inkubasi
dengan aktivitas enzim yang tidak mengalami pra inkubasi.
Alasan
terhadap
pemanasan
karena
50
120
100
80
60
40
20
0
0
20
40
60
80
100
120
140
90 C
51
7.1
7
ln Aktivitas (U/L)
6.9
6.8
6.7
6.6
6.5
6.4
6.3
0
20
40
60
80
100
W aktu pe manasan (me nit)
Linear (80 C)
120
140
Linear (90 C)
90oC
[C]
[t]
terbilang cukup besar sehingga kestabilan enzim kitosanase dari isolat Bacillus
licheniformis MB-2 cenderung lebih stabil dibandingkan dengan kitosanase
lainnya, namun energi aktifasinya cenderung rendah. Hal ini bisa terlihat dari
penelitian sebelumnya oleh Chasanah (2004), dimana enzim kitosanase dari
Bacillus licheniformis MB-2 dengan suhu pemanasan 70oC, 80oC, dan 90oC
memiliki waktu paruh 25.56, 18.44, dan 16.74 menit dengan energi aktifasi
52
sebelumnya
kemungkinan
disebabkan
karena
saat
proses
-5.38
0.00274
-5.4
0.00276
0.00278
0.0028
0.00282
0.00284
ln k (min -1)
-5.42
-5.44
-5.46
-5.48
-5.5
-5.52
S uhu pemanasan (K)
53
120
100
80
60
40
20
0
0
50
100
150
Waktu (menit)
54
ln A ktivitas (U /L)
0
0
20
40
60
80
100
120
140
Waktu (menit)
[C]
[t]
E. SDS-PAGE
Penentuan berat molekul dari enzim kitosanase ditentukkan dengan
teknik SDS-PAGE (sodium dodesil sulfat poliakrilamida gel elektroforesis).
Pemilihan poliakrilamida sebagai medium penyangga, karena bersifat lebih
menguntungkan dibandingkan medium yang lain yaitu gel poliakrilamida
lebih bersifat transparan sehingga dapat di scan pada daerah sinar tampak
maupun ultra violet, merupakan medium yang bersifat sebagai saringan
molekuler sehingga dapat menahan atau menghalangi pergerakan molekul
besar sedangkan molekul kecil akan bermigrasi dengan bebas, memiliki
resolusi yang lebih baik karena ukuran pori medium dapat diatur, tidak
bermuatan, dan tidak bereaksi dengan sampel (Nur dan Adijuwana, 1987).
Penentuan ukuran pori gel poliakrimalida ditentukkan berdasarkan
jumlah akrilamida (%T) yang digunakan per unit volume medium dan derajat
ikatan silangnya (%C) (Link, 1999). Sedangkan kisaran pemisahan gel
akrilamida yang digunakan pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada tabel
55
13. Ukuran pori pada stacking gel umumnya lebih besar dibandingkan dengan
ukuran pori pada separating gel. Hal ini disebabkan karena konsentrasi
poliakrilamida
stacking
gel
lebih
kecil
dibandingkan
konsentrasi
tempat
dicetaknya
sumur
untuk
memasukkan
digunakan
sampel
dan
15% gel
15 45
12.5% gel
15 60
10% gel
18 75
7.5% gel
30 120
5% gel
60 - 212
56
acak. Hal ini disebabkan karena pecahnya semua ikatan disulfida yang ada
menjadi gugus sulfhidril oleh -mercaptoetanol (gambar 20). Menurut Nur
dan Adijuwana (1987) SDS akan mengikat protein yang terdenaturasi tersebut
pada posisi hidrofobik dengan perbandingan yang selalu sama yaitu 1.4 gram
SDS per gram protein sehingga SDS membentuk komplek dengan protein dan
komplek ini bermuatan negatif dikarenakan adanya gugus anion pada SDS.
Komplek SDS-protein yang lebih besar mempunyai mobilitas yang lebih kecil
dibandingkan dengan komplek yang lebih kecil. Adanya brom fenol blue pada
bufer sampel berfungsi untuk memonitor pergerakan sampel selama
elektroforesis.
Sebelum SDS
Muatan grup-R
Area hidrofobik
Setelah SDS
57
58
enzyme disebabkan karena selama filtrasi gel secara tidak langsung proteinprotein telah dipisahkan berdasarkan berat molekulnya, sehingga protein
yang bukan penyusun enzim kitosanase telah terpisah. Sedangkan adanya
pita yang tidak nyata/samar diduga karena sedikitnya jumlah sampel yang
diinjeksikan ke dalam sumur elektroforesis, sehingga saat dilarutkan dengan
bufer konsentrasinya sangat rendah.
Penentuan berat molekul enzim yang dihasilkan dapat dilakukan
dengan membandingkan enzim tersebut dengan protein standar, dimana
kurva standar (lampiran 16) menunjukkan hubungan antara logaritma berat
molekul dengan mobilitas protein baku yang telah diketahui berat
molekulnya. Crude enzyme diperkirakan memiliki berat molekul 61.48,
48.53, 40.64, 28.49, dan 19.99 kDa. Sedangkan fraksi yang telah
dimurnikan dengan kromatografi filtrasi gel diperkirakan memiliki berat
molekul 24.15 dan 17.85 kDa (tabel 14). Berat molekul yang diperoleh pada
penelitian ini ternyata berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Dimana
Chasanah (2004) melaporkan bahwa kitosanase dari Bacillus licheniformis
MB-2 memiliki berat molekul 75 kDa dengan satu pita protein. Merujuk
dari hasil penelitian sebelumnya, bisa diperkirakan bahwa pada penelitian
ini terdapat 2 subunit dengan berat molekul 24.15 kDa dan 2 subunit dengan
berat molekul 17.85 kDa. Sehingga berat molekul yang diperoleh pada
penelitian ini sebesar 84 kDa. Adanya perbedaan berat molekul dengan
penelitian sebelumnya kemungkinan disebabkan karena pemilihan metode
pemurnian yang berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan metode
pemurnian interaksi hidrofobik, sedangkan pada penelitian ini digunakan
kromatografi filtrasi gel. Dimana kemungkinan kromatografi interaksi
hidrofobik lebih efektif dalam memisahkan enzim kitosanase dari protein
non enzim lainnya dibandingkan dengan filtrasi gel, sehingga menyebabkan
enzim yang diperoleh pun lebih murni. Hal ini terlihat dari diperolehnya
satu pita protein pada penelitian sebelumnya.
59
Jarak
Batas
batas
Jenis
bawah
atas
RF
Enzim
(Jbb)
(Jba)
(Jba/Jbb)
log BM
(kDa)
4.5
0.444444
4.788767
61.48
4.5
2.4
0.533333
4.68602
48.53
4.5
2.7
0.6
4.60896
40.64
4.5
3.3
0.733333
4.45484
28.49
4.5
3.9
0.866667
4.30072
19.99
4.4
3.5
0.795455
4.383034
24.15
4.4
0.909091
4.251682
17.85
Berat
molekul
Crude
enzyme
Fraksi 9
(a)
(b)
(c)
kDa
97
66
45
30
20.1
14.4
Gambar 21. Hasil analisa SDS-PAGE : (a). Marker (LMW), (b). crude
enzyme, (c). Fraksi 9 (pure enzyme).
60
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Arcidiacono, S., Stephen, J. L. dan David, L. K. 1989. Fermentation, Processing
and Enzyme Characterization for Chitosan Biosynthesis by Mucor rouxii.
1989. Di dalam : Braek, G. K., Thorleif, A. dan Paul, S. Chitin and
Chitosan. London : Elsevier. hal. 319 332,
Bollag, D. M., dan S. J. Edelstein. 1991. Protein Methods. Willey-Liss. New
York.
Bradford, M. M. 1976. A rapid and sensitive method for quantification of
microgram quantities of protein utilizing the principles of protein dyebinding. Anal Biochem 72:234-254.
Chasanah, E. 2004. Characterization of Chitosanase of Bacillus licheniformis MB2 from Manado hot spring water [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor
Choi, Y. J., Eun, J. K., Zhe, P., Young, C. Y., dan Yong, C. S. 2004. Purification
and Characterization from Bacillus sp. Strain KCTC 0377 BP and Its
Application for the Production of Chitosan Oligosaccharides. J. Enz.
Microb. Technol . 7 (8) : 4522 4531.
Copeland, R. A. 1994. Methods for Protein Analysis : A practical Guide
Laboratory Protocol. 3rd ed. Chapman and Hall. New York, London.
Darwis, A. A., dan Sukara, E. 1989. Teknologi Microbial. Pusat Antar Universitas
(PAU). Institut Pertanian Bogor.
Emmawati, A. 2005. Produksi Kitosan dengan Kombinasi Metode Kimia dan
Enzimatis menggunakan NaOH dan kitin deasetilasi [tesis]. Bogor : Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Eom, T. K dan Kang., M. L. 2003. Characteristic Chitosanase from Aspergillus
Fumigarus KB-1. J. Enz. Microb. Technol. 26 : 1036-1041.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Firdaus, Y. 2003. Produksi Enzim-Enzim Kitinolitik pada Media Fermentasi
dengan Berbagai Komposisi [skripsi]. Bogor:Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Haliza, W. 2003. Karakteristik Kitosanase Unik dari Bacillus coagulans LH 28.38
Asal Lahendong-Sulawesi Utara [tesis]. Bogor : Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
63
Harris, E. L.V., dan S, Angal. 1989. Protein Purification Methods. IRL Press.
New York.
Hartoto, L. 1990. Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Institut Pertanian Bogor.
Hooper, N. M dan B. D Homes. 2000. Biochemistry Second Edition. University
of Leeds, U. K. Springer.
http://ead.univ-angers.fr/.../1GelSephadex.htm.[20 Mei 2007].
http://www.davidson.edu/.../Molbio/SDSPAGE/SDSPAGE.html.[20 Mei 2007]
http://www.imb-jena.de/.../proteins_purification.html.[20 Mei 2007].
http://www.uspto.gov.[19 Desember 2006].
Lehninger, A. L. 1993. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan : Suhartono, M.
T. Erlangga. Jakarta.
Link, A. J. 1999. 2-D Proteome Analysis Protocols. Human Press. Totowa-New
Jersey.
Mangunwidjaja, J. 1988. Di dalam Kumpulan Materi Pelatihan Penggunaan Alatalat Laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Meidina. 2003. Aktivitas Antibakteri Oligomer Kitosan Hasil Degradasi oleh
Kitosanase Bacillus licheniformis MB-2 [tesis] Bogor : Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Nur, M. A., dan H, Adijuwana. 1987. Teknik Separasi dalam Analisa Pangan.
Pusat antar universitas (PAU). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Park. J. K., K. Shimono, N. Ochiai, K. Shigeru, M. Kurita, Y. Ohta, K. Tanaka, H.
Matsuda, and M. Kawamukai. 1999. Purification, Characterization, and
Gene Analysis of a Chitosanase (ChoA) from Matsuebacter chitosantabidus
3001. J. Biotechnol. 181 (21) : 6642-6649.
Pelczar, M. J. Jr., dan E. C. S. Chan. 1986. Dasa-Dasar Mikrobiologi. UI-Press.
Jakarta.
Pelletier, A., and J. Sygusch. 1992. Purification and characterization of three
chitosanase activities from Bacillus megaterium P1. Appl. and Environ.
Microbiol. 56 (4) : 844-848.
Piza, F. A. T., A. P. Siloto., C. V. Carvalho, and T. T. Franco. 1999. Production,
Characterization, and Purification of Chitosanase from Bacillus cereus.
Appl. And Environ. Microbial. 16 : 663-687.
64
65
66
Tepung kitosan
67
Supernatan
Koloidal Kitosan
68
1 gram kitosan
Soluble chitosan
69
Volume
[Glukosamin]
Vol.gluko
Vol.
Glukosamin]
total
(g/ml)
samin (l)
H2O
(g/ml)
(l)
1000
1000
1000 0.6565
1000
1000
25
25
975
0.6215
1000
1000
125
125
875
0.4825
1000
1000
225
225
775
0.362
1000
1000
250
250
750
0.321
1000
1000
275
275
725
0.244
Abs.
(420 nm)
(l)
Pipet 150 l dari stock glukosamin dan masukan kedalam tabung reaksi,
ditambah 600 l aquadest dan 750 l pereaksi schales (blanko : 600 l
aquadest + 750 l pereaksi schales)
Didihkan selama 15 menit
Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm
Buat kurva standar dengan absorbansi sebagai ordinat (Y) dan konsentrasi
Glukosamin sebagai absis (X).
0.7
y = -0.0014x + 0.6589
R2 = 0.9902
Absorbansi (nm)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
50
100
150
200
250
300
70
Volume
Konsentrasi
Volume
Volume
Stock BSA
total
BSA
BSA
H2O
(g/ml)
(l)
(g/ml)
(l)
(l)
Absorbansi
(595 nm)
1000
500
500
0.3525
1000
500
20
10
490
0.366
1000
500
80
40
460
0.438
1000
500
120
60
440
0.462
1000
500
140
70
430
0.494
1000
500
180
90
410
0.5215
Pipet 0.1 ml dari stock BSA kedalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml pereaksi
Bradford (Blanko : 0.1 ml aquadest ditambah 2 ml pereaksi Bradford)
Setelah 5 menit ukur larutan pada panjang gelombang 595 nm
Buat kurva standar dengan absorbansi sebagai ordinat (Y) dan konsentrasi protein
Absorbansi 595 nm
0.6
0.5
0.4
0.3
y = 0.001x + 0.352
R2 = 0.9912
0.2
0.1
0
0
50
100
150
200
Konsentrasi BS A (ppm)
71
pH
pH
15.5
4.0
72.7
9.0
27.1
5.0
80.8
10.0
38.9
6.0
86.0
11.0
50.6
7.0
99.6
12.0
63.7
8.0
72
4. Bufer sitrat
Larutan A : 0.1 M larutan asam sitrat (21.01 g dalam 1000 cc)
Larutan B : 0.1 M larutan Na-sitrat (29.41 g C6H5O7Na3.2H2O
1000 cc
46.5 ml larutan A + 3.5 ml larutan B, encerkan sampai 1000 cc pH 3.0
5. Bufer Fosfat sitrat
Larutan A : 0.1 M larutan asam sitrat (21.01g dalam 1000 cc)
Larutan B : 0.1 M larutan Dibasis sodium phosphat, BM=177.99
(17.8 g dalam 1000 cc)
x cc larutan A + y cc larutan B ditepatkan menjadi pH 5
6. Bufer Tris-Cl
Larutan A = 0.1 M Tris (1.214 g dalam 1000 cc)
x cc larutan A ditepatkan dengan HCl 0.1 M sampai pH 8
73
74
75
Tahapan/Hasil
Supernatan bebas sel
Crude enzyme
Dialisis
Tahapan/Hasil
Supernatan bebas sel
Crude enzim
Dialisis
76
Abs.
blanko
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
Absorbansi
0.588
0.590
0.586
1.108
1.092
1.113
0.882
0.880
0.884
Abs.
kontrol
0.420
0.420
0.429
0.047
0.053
0.052
0.030
0.036
0.041
Abs.
sampel
0.412
0.420
0.418
0.050
0.052
0.050
0.053
0.032
0.038
Ratarata
blanko
0.6195
Ratarata
kontrol
0.4245
Ratarata
sampel
0.415
Aktivitas
(U/ml)
1.0757
Aktivitas
spesifik
(U/mg)
4.5389
Tingkat
kemurnian
1
0.6195
0.0525
0.05
1.0873
1.4326
0.3156
0.6195
0.0385
0.035
1.0857
2.0446
0.4504
Rata-rata
Absorbansi
0.589
a
0.001
b
0.352
ppm
237
[protein]
(mg/ml)
0.237
1.1105
0.001
0.352
758.5
0.759
0.883
0.001
0.352
531
0.531
Lampiran 9. Hasil Kromatografi filtrasi gel kitosanase dari isolat Bacillus licheniformis MB-2
Fraksi
1
77
Abs.
blanko
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.018
0.050
0.020
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
Abs.
kontrol
0.605
0.591
0.610
0.579
0.578
0.573
0.576
0.580
0.570
0.546
0.564
0.563
0.501
0.523
0.510
0.488
0.502
0.487
0.510
0.518
0.509
0.522
0.532
0.533
0.574
0.583
0.575
Abs.
sampel
0.534
0.684
0.691
0.684
0.688
0.686
0.664
0.674
0.675
0.650
0.643
0.646
0.024
0.02
0.041
0.010
0.050
0.090
0.328
0.341
0.343
0.018
0.015
0.010
0.515
0.560
0.538
Ratarata
blanko
0.6195
Ratarata
kontrol
0.6075
Ratarata
sampel
0.6875
Aktv.
Spesifik
(U/mg)
-
Tingkat
kemurnian
-
0.6195
0.5785
0.6870
0.6195
0.578
0.6745
0.6195
0.5635
0.6445
0.6195
0.5055
0.0220
0.2906
0.198
1.4674
0.3233
0.6195
0.4875
0.0075
0.2963
0.036
8.2319
1.8136
0.6195
0.5095
0.0190
0.2789
0.021
13.2836
2.9266
0.6195
0.5325
0.0165
0.2367
0.04
5.9179
1.3038
0.6195
0.5745
0.5490
1.0492
0.0325
32.2840
7.1126
Aktv.
(U/ml)
-
[Protein]
(mg/ml)
-
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
78
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.603
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.63
0.621
0.618
0.63
0.621
0.570
0.573
0.578
0.539
0.545
0.551
0.539
0.567
0.577
0.570
0.568
0.567
0.515
0.552
0.573
0.565
0.561
0.566
0.564
0.570
0.567
0.566
0.574
0.560
0.496
0.503
0.516
0.468
0.512
0.509
0.502
0.502
0.539
0.564
0.553
0.103
0.147
0.133
0.195
0.201
0.221
0.231
0.283
0.294
0.375
0.340
0.358
0.388
0.418
0.429
0.425
0.359
0.442
0.455
0.469
0.486
0.428
0.331
0.419
0.443
0.451
0.445
0.444
0.462
0.6195
0.5715
0.5585
1.0699
0.035
30.5696
6.7349
0.6195
0.5420
0.14
0.4256
0.029
14.6743
3.2329
0.6195
0.5720
0.198
0.4719
0.056
8.4275
1.8567
0.6195
0.5675
0.2885
0.6293
0.036
17.4807
3.8513
0.6195
0.5625
0.349
0.7378
0.0355
20.7833
4.5789
0.6195
0.5655
0.4235
0.8562
0.02
42.8124
9.4322
0.6195
0.5655
0.4335
0.8728
0.018
48.4896
10.6829
0.6195
0.563
0.462
0.9242
0.051
18.1209
3.9923
0.6195
0.4995
0.4235
0.9656
0.028
34.4849
7.5975
0.6195
0.5105
0.444
0.9813
0.047
20.8790
4.5999
0.6195
0.502
0.4655
1.0310
0.047
21.9364
4.8329
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
79
0.618
0.63
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.485
0.504
0.507
0.504
0.497
0.51
0.507
0.493
0.509
0.506
0.499
0.51
0.502
0.509
0.507
0.514
0.664
0.664
0.665
0.604
0.611
0.614
0.596
0.64
0.594
0.595
0.612
0.615
0.589
0.588
0.59
0.511
0.469
0.462
0.475
0.465
0.47
0.463
0.47
0.453
0.442
0.468
0.467
0.466
0.472
0.464
0.457
0.49
0.644
0.644
0.645
0.576
0.585
0.57
0.574
0.61
0.59
0.543
0.592
0.595
0.572
0.588
0.596
0.454
0.6195
0.5040
0.4635
1.0244
0.0485
21.1213
4.6533
0.6195
0.5085
0.4700
1.0277
0.054
19.0314
4.1929
0.6195
0.5075
0.4550
1.0045
0.058
17.3191
3.8156
0.6195
0.5005
0.4665
1.0352
0.018
57.5084
12.6699
0.6195
0.5080
0.4605
1.0128
0.040
25.3197
5.5783
0.6195
0.6640
0.6440
1.0580
0.0460
23
5.0672
0.6195
0.6125
0.5730
1.0260
0.030
34.2013
7.5350
0.6195
0.595
0.582
1.0699
0.036
29.7205
6.5478
0.6195
0.6135
0.5935
1.0583
0.04
26.4585
5.8292
0.6195
0.5895
0.580
1.0757
0.012
89.6446
19.75
0.6195
0.512
0.4550
0.9971
0.026
38.3481
8.4486
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
80
0.621
0.618
0.018
0.050
0.020
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.63
0.621
0.618
0.63
0.621
0.618
0.513
0.510
0.520
0.521
0.521
0.520
0.520
0.50
0.518
0.517
0.514
0.518
0.518
0.519
0.521
0.523
0.519
0.525
0.521
0.523
0.522
0.522
0.523
0.521
0.523
0.527
0.521
0.52
0.521
0.518
0.517
0.517
0.456
0.451
0.456
0.458
0.459
0.456
0.458
0.450
0.456
0.458
0.452
0.455
0.458
0.458
0.455
0.456
0.455
0.451
0.453
0.452
0.451
0.452
0.452
0.450
0.453
0.453
0.453
0.458
0.456
0.461
0.460
0.461
0.6195
0.521
0.457
0.9855
0.029
33.9812
7.4865
0.6195
0.52
0.457
0.9871
0.062
15.9211
3.5077
0.6195
0.519
0.457
0.9888
0.067
14.7578
3.2513
0.6195
0.518
0.458
0.9921
0.107
9.2718
2.0427
0.6195
0.52
0.455
0.9838
0.039
25.2256
5.5576
0.6195
0.522
0.4535
0.9780
0.023
42.5218
9.3682
0.6195
0.5225
0.452
0.9747
0.024
40.6120
8.9474
0.6195
0.522
0.453
0.9772
0.018
54.2874
11.9603
0.6195
0.521
0.457
0.985456
0.03
32.8485
7.2370
0.6195
0.5175
0.461
0.99788
0.033
30.2388
6.6620
42
43
44
45
46
47
48
49
50
81
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.63
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.630
0.621
0.618
0.517
0.519
0.521
0.517
0.519
0.52
0.544
0.571
0.577
0.63
0.653
0.663
0.518
0.517
0.515
0.512
0.519
0.519
0.561
0.561
0.56
0.568
0.57
0.565
0.578
0.576
0.578
0.467
0.463
0.461
0.462
0.462
0.463
0.559
0.573
0.572
0.61
0.632
0.616
0.453
0.455
0.457
0.449
0.449
0.447
0.473
0.477
0.479
0.457
0.459
0.455
0.454
0.454
0.455
0.6195
0.518
0.462
0.9987
0.03
33.2902
7.3343
0.6195
0.518
0.4625
0.9995
0.016
62.4710
13.7633
0.6195
0.574
0.5725
1.0889
0.008
136.1234
29.9899
0.6195
0.658
0.613
1.0169
0.0065
156.4507
34.4683
0.6195
0.519
0.456
0.9871
0.003
329.0375
72.4917
0.6195
0.5195
0.449
0.9747
0.002
487.3443
107.3690
0.6195
0.561
0.478
0.9539
0.022
43.3628
9.5535
0.6195
0.569
0.458
0.9076
0.002
453.80
99.9787
0.6195
0.578
0.454
0.8861
0.001
886.0655
195.2130
Suhu
37
50
60
70
80
90
82
Abs.
blanko
0.599
0.562
0.563
0.584
0.585
0.58
0.575
0.598
0.599
0.63
0.621
0.618
0.613
0.621
0.622
0.60
0.623
0.638
Abs.
sampel
0.105
0.10
0.10
0.098
0.087
0.098
0.055
0.053
0.05
0.05
0.052
0.05
0.063
0.062
0.063
0.065
0.064
0.062
Abs.
kontrol
0.488
0.476
0.488
0.210
0.20
0.20
0.072
0.072
0.074
0.047
0.053
0.052
0.104
0.108
0.104
0.208
0.212
0.208
Ratarata
blanko
0.5625
Ratarata
sampel
0.10
Ratarata
kontrol
0.488
Aktv.
(U/ml)
0.4487
[Protein]
(mg/ml)
0.759
Aktv.
Spesifik
(U/mg)
0.5912
0.5845
0.098
0.20
0.9225
0.759
1.2154
0.5985
0.054
0.072
1.0616
0.759
1.3988
0.6195
0.05
0.0525
1.0873
0.759
1.4326
0.6215
0.063
0.104
1.0236
0.759
1.3486
0.6305
0.0645
0.208
0.8537
0.759
1.1249
Jenis
bufer
1
83
Abs.
blanko
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
0.618
0.620
0.621
Abs.
sampel
0.054
0.054
0.055
0.041
0.045
0.043
0.004
0.004
0.005
0.114
0.116
0.12
0.034
0.034
0.030
0.050
0.052
0.050
0.044
0.046
0.040
0.041
0.043
0.048
0.035
0.037
Abs.
kontrol
0.37
0.372
0.374
0.067
0.069
0.069
0.06
0.067
0.062
0.244
0.242
0.249
0.067
0.067
0.063
0.047
0.053
0.052
0.043
0.045
0.046
0.055
0.05
0.055
0.05
0.05
Ratarata
blanko
0.6205
Ratarata
sampel
0.054
Ratarata
kontrol
0.371
Aktv.
(U/ml)
0.5664
[Protein]
(mg/ml)
0.759
Aktv.
spesifik
(U/mg)
0.7462
0.6205
0.042
0.069
1.0467
0.759
1.3791
0.6205
0.04
0.061
1.0567
0.759
1.3922
0.6205
0.115
0.243
0.8794
0.759
1.1587
0.6205
0.034
0.067
1.0368
0.759
1.3660
0.6205
0.05
0.0525
1.0873
0.759
1.4321
0.6205
0.045
0.047
1.0882
0.759
1.4337
0.6205
0.042
0.055
1.0699
0.759
1.4097
0.6205
0.036
0.05
1.0683
0.759
1.4075
0.618
0.033
Keterangan :
1. Bufer sitrat (pH 3)
2. Bufer asetat (pH 4)
3. Bufer asetat (pH 5)
4. Bufer asetat (pH 6)
5. Bufer fosfat sitrat (pH 5)
6. Bufer Na-fosfat (pH 6)
7. Bufer Na-fosfat (pH 7)
8. Bufer Na-fosfat (pH 8)
9. Bufer Tris-Cl (pH 8)
84
0.051
Suhu
37
50
60
70
80
90
85
Abs.
Blanko
0.610
0.609
0.613
0.618
0.619
0.610
0.575
0.622
0.620
0.630
0.621
0.618
0.613
0.621
0.622
0.60
0.623
0.638
Abs.
Sampel
0.199
0.190
0.199
0.364
0.364
0.363
0.564
0.566
0.560
0.515
0.560
0.538
0.612
0.637
0.622
0.60
0.66
0.604
Abs.
kontrol
0.603
0.60
0.605
0.599
0.610
0.630
0.610
0.614
0.619
0.574
0.583
0.575
0.601
0.621
0.620
0.617
0.633
0.659
Ratarata
blanko
0.6115
Ratarata
sampel
0.199
Ratarata
kontrol
0.604
Aktv
.(U/ml)
0.4206
[Protein]
(mg/ml)
0.0325
Aktv.
spesifik
(U/mg)
12.9411
0.6185
0.364
0.60
0.7005
0.0325
21.5549
0.621
0.565
0.612
1.0136
0.0325
31.1882
0.6195
0.549
0.5745
1.0492
0.0325
32.2840
0.6215
0.617
0.6205
1.0857
0.0325
33.4054
0.6305
0.602
0.646
1.0186
0.0325
31.3411
pH
4
10
11
12
86
Abs.
blanko
0.640
0.640
0.650
0.660
0.660
0.660
0.650
0.660
0.670
0.667
0.667
0.665
0.664
0.666
0.667
0.660
0.660
0.661
0.665
0.665
0.664
0.670
0.670
0.660
0.640
0.640
0.630
Abs.
sampel
0.626
0.626
0.621
0.646
0.648
0.710
0.641
0.639
0.643
0.656
0.65
0.656
0.655
0.653
0.650
0.644
0.648
0.642
0.650
0.650
0.670
0.645
0.647
0.640
0.623
0.615
0.6210
Abs.
kontrol
0.638
0.64
0.635
0.654
0.654
0.655
0.643
0.645
0.647
0.664
0.662
0.662
0.661
0.668
0.663
0.65
0.652
0.654
0.660
0.662
0.666
0.663
0.664
0.663
0.637
0.639
0.631
Ratarata
blanko
0.640
Ratarata
sampel
0.626
Ratarata
kontrol
0.639
Aktv.
(U/ml)
1.0699
[Protein]
(mg/ml)
0.0325
Aktv.
spesifik
(U/mg)
32.9211
0.660
0.647
0.654
1.0799
0.0325
33.2269
0.655
0.642
0.643
1.0898
0.0325
33.5328
0.667
0.656
0.662
1.0815
0.0325
33.2779
0.665
0.654
0.662
1.0782
0.0325
33.1760
0.660
0.643
0.653
1.0749
0.0325
33.0740
0.665
0.65
0.661
1.0732
0.0325
33.0231
0.670
0.646
0.663
1.0633
0.0325
32.7173
0.640
0.620
0.638
1.0616
0.0325
32.6663
Lampiran 14. Pengaruh suhu pemanasan fraksi 9 (pure enzyme) terhadap stabilitas enzim
Suhu
80
Waktu
(menit)
0
30
60
90
120
90
60
120
87
Abs.
blanko
0.613
0.621
0.622
0.623
0.625
0.62
0.582
0.59
0.587
0.632
0.632
0.631
0.588
0.588
0.587
0.648
0.648
0.649
0.622
0.623
0.623
0.648
0.647
0.647
Abs.
sampel
0.612
0.637
0.622
0.624
0.637
0.639
0.549
0.548
0.549
0.505
0.507
0.503
0.536
0.552
0.555
0.6
0.66
0.604
0.555
0.557
0.578
0.345
0.347
0.349
Abs.
kontrol
0.601
0.621
0.62
0.667
0.674
0.659
0.6
0.59
0.57
0.622
0.624
0.62
0.537
0.554
0.54
0.617
0.633
0.659
0.62
0.621
0.615
0.645
0.644
0.645
Ratarata
blanko
0.6215
Ratarata
sampel
0.617
Ratarata
kontrol
0.6205
Aktv.
(U/ml)
1.0856
Aktv.
Relatif
(%)
100
ln Aktv
(U/ml)
6.9899
0.624
0.554
0.586
1.0385
95.6515
6.9455
0.5885
0.549
0.595
1.0152
93.5154
6.9229
0.632
0.506
0.623
0.8509
78.3719
6.7463
0.66
0.362
0.63
0.6472
59.6155
6.4727
0.648
0.602
0.646
1.0186
100
6.9261
0.623
0.556
0.6205
0.9846
96.6661
6.5288
0.647
0.346
0.645
0.5961
58.5298
6.3905
Lampiran 15. Pengaruh pH fraksi 9 (pure enzyme) terhadap terhadap stabilitas enzim
Waktu
0
30
60
90
120
88
Abs.
blanko
0.606
0.604
0.631
0.623
0.625
0.620
0.588
0.588
0.587
0.620
0.621
0.180
0.601
0.601
0.60
Abs.
sampel
0.641
0.639
0.643
0.515
0.51
0.509
0.545
0.569
0.57
0.509
0.532
0.53
0.513
0.512
0.51
Abs.
kontrol
0.643
0.645
0.647
0.519
0.479
0.522
0.5
0.574
0.595
0.572
0.561
0.568
0.567
0.569
0.55
Ratarata
blanko
0.6050
Ratarata
sampel
0.6420
Ratarata
kontrol
0.643
Aktv
(U/ml)
1.0898
Aktv.
Relatif
(%)
100
ln Aktv
(U/L)
6.9938
0.6215
0.5095
0.5205
1.0733
98.4800
6.9784
0.5880
0.5695
0.5845
1.0666
97.8720
6.9722
0.6205
0.5310
0.5645
1.0359
95.0600
6.9431
0.6010
0.5140
0.568
1.0019
91.9398
6.9097
Marker
Phosphorilase
Albumin
ovalbumin
Carbonic
anhydrase
Tripsin inhibitor
-laktalbumin
BM
(dalton)
97000
66000
45000
log BM
4.987
4.819
4.653
Jbb (Jarak
batas bawah)
4.5
4.5
4.5
Jba (Jarak
batas atas)
1
2
2.9
Rf
(Jba/Jbb)
0.2222
0.4444
0.6444
30000
20100
14400
4.477
4.303
4.158
4.5
4.5
4.5
3.2
3.9
4.2
0.7111
0.8667
0.9333
6
5
log BM
4
y = -1.1559x + 5.3025
R2 = 0.9639
3
2
1
0
0
0.2
0.4
0.6
Jarak Rf
89
0.8
ix