Anda di halaman 1dari 4

Sebelum kelahiran, janin terpajan pada kadar glukosa darah yang hampir konstan, sekitar

60 hingga 70 persen kadar glukosa darah maternal. Dalam mempersiapkan kehidupan


ekstrauteri, janin yang sehat menyimpan glukosa sebagai glikogen, khususnya di dalam hati.
Sebagian besar penyimanan glikogen terjadi pada trimester ketiga. Walaupun setiap bayi dapat
mengalami hipoglikemia simptomatik ataupun nonsimptomatik, bayi baru lahir yang mengalami
retardasi pertumbuhan intrauteri, bayi lewat bulan, bayi kurang bulan, dan bayi yang mengalami
gawat janin memiliki resiko khusus. Pada semua bayi itu, terjadi perubahan dalam banyaknya
glikogen yang disimpan.
Pada saat tali pusat di klem, bayi baru lahir harus menemukan cara untuk
mempertahankan keseimbangan glukosa yang esensial bagi fungsi otak nenonatus. Pada setiap
bayi baru lahir, kadar glukosa darah turun Selama periode waktu yang singkat (1-2 jam setelah
kelahiran). Penelitian pada bayi baru lahir cukup bulan yang sehat menemukan bahwa kadar
glukosa rendah fisiologis terjadi pada 1 sampai 1,5 jam setelah bayi lahir dan kadar glukosa
tersebut stabil dalam 3 sampai 4 jam. Tidak ada batasan kadar glukosa darah neonates yang ketat
untuk menentukan kebutuhan intervensi. Apabila neonates menunjukan gejala, rekomendasi
umum yang diberikan adalah melakukan intervensi dengan membuat kadar glukosa plasma 45
mg/dL dan membuat kadar glukosa 35 mg/dL untuk bayi yang tidak menunjukan gejala.
Biasanya, mean kadar glukosa dari 4 sampai 72 jam pertama adalah 60-70 mg/dL.
Sistem pada bayi baru lahir yang sehat belajar untuk mengoreksi secara mandiri
penurunan glukosa fisiologis. Koreksi penurunan kadar glukosa darah dapat terjadi dalam tiga
cara
1. Melalui penggunaan air susu ibu/ susu formula
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber-sumber lain, khususnya lipid.
Dua aktivitas terakhir disebut glikogenolisis dan glukoneogenesis. Bayi baru lahir yang
sehat menghasilkan glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit sebagai respon terhadap kebutuhan.
Kebutuhan untuk mengoreksi secara mandiri kadar glukosa darah adalah bagian permanen
keberadaan bayi di luar rahim.
Bayi baru lahir yang sehat harus di dorong untuk menyusu sesegera mungkin setelah
lahir. Banyak bayi baru lahir aktif menyusu selama periode reaktivitas pertama. Ini merupakan

waktu yang ideal untuk menanamkan pengalaman menyusu pada bayi. Bayi baru lahir yang lelah
dan stres akibat persalinan yang lama dapat menunjukkan minat yag sedikit dalam menyusu.
Walaupun bayi menyusu dengan efektif, jumlah kalori yang dikonsumsi minimal dan mungkin
tidak adekuat untuk kebutuhan glukosa pada bayi baru lahir yang mengalami stress.
Bayi baru lahir tidak dapat mengonsumsi susu dalam jumlah adekuat menghasilkan
glukosa dari glikogen. Namun, glikogenolisis hanya dapat terjadi jika bayi memiliki cadangan
glikogen yang adekuat. Bayi yang mengalami stress karena gangguan intrauteri kronis memiliki
cadangan glikogen sangat sedikit pada saat lahir. Seorang bayi yang terpajan stress mayor pada
saat lahir karena hipotermia, yang mengakibatkan hipoksia, menggunakan banyak cadangan
glikogennya pada satu jam pertama setelah lahir. Walaupun bayi baru lahir mungkin
menghasilkan glukosa dari lemak atau protein, proses glukoneogenesis tidak efisien dan dapat
menciptakan banyak sampah metabolit (by-products). Bidan harus melakukan pengkajian yang
akurat pada neonatus yang beresiko mengalami hipoglikemia dan melakukan surveilans yang
tepat.
Bidan dapat memfasilitasi penyesuaian kadar glukosa dengan menekankan agar bayi baru
lahir yang sehat segera menyusu. Pada saat yang sama, bidan harus mengevaluasi setiap bayi
baru lahir secara realistis untuk kemungkinan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia dapat tidak
jelas dan tidak spesifik serta dapat meliputi gelisah, sianosis, apnea, menangis lemah, letargi,
tidak aktif dan menolak menyusu. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat terjadi
tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia yang tidak dikoreksi dapat
menyebabkan kerusakan luas pada sel-sel otak, yang kadang-kadang ditandai dengan kejang
(seizure).
Evaluasi hipoglikemia dilakukan melalui sampel darah. Darah yang diambil dari tumit
bayi baru lahir mengandung darah kapiler dan kadar glukosa darah dari sampel ini dapat rendah
palsu jika terjadi statis vena pada kaki. Tumit harus dihangatkan sebelum pengambilan sampel
untuk meningkatkan aliran darah. Pengambilan sampel darah harus dilakukan secara hati-hati
sehingga menghindari fungsi pada bagian yang peka, yaitu bagian belakang tumit. Terdapat
beberapa bukti bahwa penggunaan atau pengumpul darah otomatis menimbulkan lebih sedikit
trauma dan pengumpulan sampel lebih banyak yang berhasil daripada penggunaan lanset
manual. Sampel darah yang diambil dari tumit sering dievaluasi dengan menggunakan suatu

setrip uji yang dapat dibaca di tempat tidur dengan atau tanpa kolorimeter reflektansi;
penggunaan kolorimeter dapat meningkatkan keakuratan. Namun, metode setrip uji memiliki
banyak keterbatasan yang terkait dengan teknik operator dan hematokrit neonatus.
Setrip uji telah dibuka lebih dari sebulan juga bisa memberikan hasil pengukuran yang
tidak akurat. Setiap kadar glukosa yang berada di garis batas (40-45 mg/dL) membutuhkan
intervensi bidan dan upaya agar bayi baru lahir mau menyusu. Tes ulang dilakukan dalam 30
menit dan jika hasilnya tetap pada garis batas, sampel vena harus diperiksa. Nilai dibawah 45
mg/dL harus segera dievaluasi menggunakan sampel vena dari kulit kepal atau fosa antekubiti.
Apabila nilai yang rendah terbukti, terapi diindikasikan.

Sampel vena dapat dianalisis dengan menggunakan darah lengkap atau plasma (serum).
Sampel harus didinginkan selama transportasi ke laboratorium. Sebagian besar laboratorium
melaporkan hasil plasma mendekati 15 persen lebih tinggi daripada sampel darah lengkap. Bidan
harus memahami metode pemeriksaan yang digunakan oleh laboratorium tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai