Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI PADA ANAK


A. Konsep Dasar Teori Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
( imunitas ) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (DepKes, 2000 ).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen-antigen serupa tidak terjadi
penyakit (Nakita, 2006). Imunisasi dasar adalah suatu cara atau usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan akan kebal terhadap penyakit tertentu (Stephanie, 2003).
2. Manfaat Imunisasi
a. Manfaat dari imunisasi diantaranya:
1) Untuk anak mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat ataukematian.
2) Untuk keluarga menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan bila
anak sakit.
3) Untuk segara memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
b. Manfaat 5 Imunisasi dasar :
1) Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel.
2) Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini
dapat berbiak.
3) Pertahanan imun non spesifik.
4) Menguatkan atau meningkatkan system imun alami yang dihasilkan tubuh.
5) Mencegah penyakit infeksi.

3. Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Imunisasi Aktif
Adalah dimana tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhadap penyakit
setelah suntikan antigen (bahan yang dapat menimbulkan kekebalan) dan
dapat bertahan selama bertahun-tahun

b. Imunisasi Pasif
Adalah dimana tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap
penyakit tetapi mendapatkannya dari orang lain. Misalnya kolostrum (ASI
yang pertama keluar berwarna kekuning-kuningan) yang diberikan oleh ibu
pada bayi yang dapat melindungi bayi dari diare dan penyakit infeksi lainnya.

4. Pemberian Imunisasi
Apapun imunisasi yang akan diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan oleh perawat, yaitu sbb :
a. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut:
1) Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit.
2) Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yg pernah didapat sebelumnya.
3) Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
b. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan:
1) dengan penyakit yg dapat dicegah dgn imunisasi.
2) Terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent) tentang
pengertian,jenis.
3) imunisasi, alasan imunisasi manfaat imunisasi dan efek sampingnya.
c. Catatan imunisasi yg lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
d. Pendidikan kesehatan untuk orang tua.
perawat harus memberikan PenKes sebelum imunisasi diberikan :
1)
Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak.
2) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya.
e. Kontraindikasi pemberian imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu :
1) Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yg serius
2) Perubahan pada sitem imun yg tidak dapat menerima vaksin virus hidup
3) sedangdalam pemberian obat-obatan yang menekan sistem imun, seperti
sitostatika, transfusi darah, dan imunoglobulin.
5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Depkes ( 2000 ) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, yaitu tuberkulosis difteri, pertusis, tetanus, poliomielitis, campak, dan
hepatitis.
Jenis Imunisasi
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif


terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG
( Bacillus Calmette Guerin) yang masih hidup, jenis kuman ini telah
dilemahkan.
1) Reaksi Imunisasi
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita
demam.Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh
keadaan lain.
2) Efek Samping
Umumnya pada imunisasi TBC jarang dijumpai akibat efek samping:
Pembengkakan getah bening setempat,dan komplikasi pembengkakan
kelenjar ini biasanya disebabkan karena tehnik penyuntikan yang kurang
tepat yaitu penyuntikan terlalu dalam.
3) Kontra Indikasi
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG, kecuali pada
anak yg berpenyakit TBC atau menunjukan uji mantoux positif.
b. Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus )
Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis(batuk rejan)
dan tetanus.
1) Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan
dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.
2) Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya di sebabkan oleh unsure
pertusisnya. Bila hanya DT maka tidak akan timbul akibat samping.
3) Kontra Indikasi
Imunisasi tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak dengan
batuk yang diduga batuk rejan dalam tahap awal atau pada gangguan
kekebalan.
c. Vaksin DT ( DIFTERI , TETANUS )
Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus, anak tidak diperbolehkan atau tidak
memerlukan lagi imunisasi pertusis.
1) Cara Imunisasi
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulang sama seperti imunisasi DPT.
2) Efek Samping
Efek samping biasanya tidak ada atau hanya berupa demam ringan dan
pembengkakan lokal ditempat suntikan selama 1-2 hari.
3) Kontra Indikasi

Imunisasi DPT hanya tidak boleh diberikan pada anak yg sakit parah atau
sedang menderita demam tinggi.

d. Vaksin Tetanus
Imunisasi terhadap penyakit tetanus ada 2 macam :
1) Imunisasi aktif
vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toxsoid tetanus yaitu
toxsin kuman tetanus yang telah dilemahkan & kemudian dimurnikan.
Ada 3 macam kemasan vaksin :
a. Kemasan vaksin tetanus yaitu bentuk kemasan tunggal.
b. Kombinasi dengan kemasan difteri
c. Kombinasi dengan kemasan difteri & pertusis.
ATS (anti tetanus serum)dpt dipakai /pencegahan (imunisasi pasif) maupun
pengobatan tetanus.
a) Cara Imunisasi
Imunisasi dasar dan ulang pada anak diberikan dengan imunisasi DPT
/DT, pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan 2 kali, pada
usia kehamilan bulan ke 7 dan ke 8.
b) Reaksi Imunisasi
Reaksi pada imunisasi aktif tetanus biasanya tidak ada, mungkin terdapat
demam ringan , rasa nyeri rasa gatal dan pembengkakan ringan di tempat
suntikan yang berlangsung selama 1-2 hari.
c) Efek Samping
Pada imunisasi aktif dengan toxsoid tetanus hampir tidak ada efek
samping. Pada pemberian imunisasi pasif dengan ATS mungkin terjadi
reaksi yang lebih Serius seperti gatal diseluruh tubuh, nyeri kepala bahkan
renjatan (shok ).
d) Kontra indikasi
Tidak ada kecuali pada anak yang sakit parah.
e. Poliomielitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomielitis.terdapat dua jenis vaksin dalam peredaran darah yang masingmasing mengandung virus polio tipe I, II, dan III yaitu :
1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, III yang sudah dimatikan
(virus salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan
2) Vaksin yang menandung virus polio tipe I, II, III yang masih hidup tetapi
telah dilemahkan (vaksin sabin ), cara pemberiannya melalui mulut dalam
bentuk pil atau cairan.

a) Cara Imunisasi
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari
dan selanjutnya 4 6 minggu pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersamaan dg BCG,hepatitis, DPT.
b) Reaksi Imunisasi
Bisanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdpat berak-berak ringan.
c) Efek Samping
Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping bila ada mungkin
berupa kelumpuhan anggauta gerak seperti penyakit polio sebenarnya.
d) Kontra indikasi
Imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan pd anak dengan diare berat dan
sakit parah .
f. Campak
Vaksin
campak
mengandung
virus
campak
yang
telah
dilemahkan.penyakit campak sangat menular. Kumannya penyebabnya ialah
sejenis virus yang ter masuk dalam golongan paramiksovirus. Gejala yang
khas yang timbul bercak bercak merah di kulit 3-5 hari
setelah anak
menderita demam, batuk, pilek. Bercak merah ini semula timbul pada pipi
dibawah telinga kemudian menjalar kemuka, tubuh, dan anggota gerak.
1) Cara Imunisasi
Menurut WHO imunisasi campak cukup diberikan 1kali suntikan setelah
bayi umur 9 bln,gejala yang dapat diamati adalah demam yang disertai
dengan timbulnya bercak merah di kulit.
2) Reaksi Imunisasi
Tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan
tampak sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7-8
setelah penyuntikan atau mungkin terjadi pembengkakan didaerah
penyuntikan.
3) Efek samping
Sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak
berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi
radang otak berupa ensefalitis atau ensefalopati dalam waktu 30 hari
setelah imunisasi.

Cara Pemberian Imunisasi Dasar (Petunjuk


Indonesia, DepKes 2000).

Pelaksanaan Program Imunisasi di

Vaksin
BCG

Dosis
0,05 cc

Cara Pemberian
Intracutan tepat di insersio
Muskulus deltoideus kanan

DPT

0,5 cc

Intramuskular

Poli

2 tetes

Diteteskan ke mulut

Campak

0,5 cc

Subcutan,biasanya dilengan kiri atas


IM pada paha bagian luar

Hepatitis B

0,5 cc
IM dalam biasa di muskulus deltoideus

TT

0,5 cc

Waktu Yang tepat Untuk Pemberian Iminisasi Dasar(Petujnuk Pelaksanaan


Program Imunisasi di Indonesia,DepKes 2000 )
Vaksin

Selang waktu
pemberian

BCG

Pemberian
Imunisasi
1 kali

Umur pemberian keterangan

DPT

3 Kali

4 minggu

2 11 bln

Polio

4 kali

4 minggu

0 -11 bln

Campak

1 kali

4 minggu

9 11 bln

Hepatitis
B

3 kali

4 minggu

0 11 bln

0-11 bln

g. Vaksin Hepatitis B
1) Vaksinasi dan jenis vaksin

Untuk by yg di RS,
puskesmas hepatitis
B BCG,polio dapat
diberikan segera.

Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang di namakan HbsAg yang
dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit. HbsAg
ini dapat diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa genetika
dengan bantuan sel ragi
2) Penjelasan penyakit
Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B cara penularan
hepatitis B dapat melalui mulut,trans- fusi darah,dan jarum suntik yang
tercemar.
Pada bayi cara penularannya adalah dari ibu melalui plasenta semasa
dalam kandungan atau pada saat ke lahiran. Kelainan pada penyakit ini
disebabkan oleh kerusakan pada hati. Virus hepatitis B yang masuk ke
dalam tubuh akan berkembang biak di dalam jaringan hati dan kemudian
merusaknya.Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sampai
kelainan hati yang berat atau penyakit yang berjalan menahun (kronis ).
Biasanya gejala penyakit hepatitis ialah ke kuningan pada mata ,rasa
lemah, mual ,muntah, tidak nafsu makan dan demam.
a) Cara Imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak
3 kali dengan jarak 1 bulan antara suntikan 1 dan 2 lima bulan antara
suntikan 2 dan 3.
b) Reaksi Imunisasi
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat
suntikan,yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari. Reaksi
lain yg mungkin terjadi ialah demam ringan.
h. Vaksin Non PPI
Vaksin Haemophyllus Influenza tipe B ( HiB ) :
1) Vaksinasi
Haemophyllus influenza bukan virus influenza tetapi merupakan suatu
bakteri gram negatif. Haemophyllus influenza terbagi atas jenis yang
berkapsul dan tidak berkapsul. Kapsul polyribosiribitol phossphate( PRP)
menentukan virulensi dari Hib. Vaksin Hib dibuat dari kapsul tersebut.
2) Penjelasan Penyakit
Infeksi Hib sering menyebabkan meningitis(radang selaput otak) dengan
gejala kaku kuduk,penurunan ke sadaran,kejang dan kematian. Penyakit
lain yang dapat terjadi adalah pneumonia, selulitis, artritis dan epiglotitis.
Haemophyllus influenza hanya ditemukan pada manusia. Penyebaran
terjadi melalui droplet dari individu yang sakit kepada orang lain.
Sebagian orang yang mengalami infeksi tidak menjadi sakit tetapi menjadi
pembawa kuman karena Hib menetap di tenggorokan.
3) Jadwal Pemberian dan Dosis
a) Vaksin HiB diberikan sejak umur 2 bulan.

b) PRP-OMP (pedvax HiB-MSD) cukup diberikan 2 X Pada umur 2, dan


4 bulan.
c) PRP-T ( Act-Hib-Aventis Pasteur ) diberikan 3 kali dengan jarak waktu
2 bulan ( diberikan pada umur 2 4 dan 6 bulan ).
d) Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan apabila anak datang
pada usia 1,5 tahun,vaksin Hib, hanya diberikan 1 kali.
e) Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml secara intramuskular
4) Kontraindikasi
Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi
tersebut belum dapat membentuk antibodi.

B. Imunisasi DPT Dan Polio


1. Imunisasi DPT
a. Pengertian Imunisasi DPT
Imunisasi DPT suatu kombinasi vaksin penangkal difteri, pertusis,dan
tetanus. Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap
difteri, pertusis dan tetanus.

Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan imunisasi


yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT
ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah
dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukkan
zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali,
dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit
(tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh
membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup (Alimul,
2008).
b. Manfaat Imunisasi DPT
Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit
adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan
membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap
penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap
penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
1) Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
2) Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding
terkena penyakit secara alami.
Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat
kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh.
Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat
masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga
pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan (Markum, 2005).

c. Cara Pemberian Imunisasi DPT


Pemberian imunisasi DPT yaitu imunisasi dasar 2-11 bulan, dosis 0,5 cc
imunisasi dimulai pada usia 2 bulan, imunisasi dasar harus diberikan sebanyak
3 kali pemberian dengan interval 8 minggu, minimal 4 minggu. Cara
penyuntikan intramuskuler atau subkutan dalam dibagian luar paha (Biofarma,
2002).
d. Jadwal Imunisasi
1) DPT I diberikan antara umur 2 bulan sampai umur 4 bulan
2) DPT II diberikan antara umur 3 bulan sampai umur 5 bulan

3) DPT III diberikan antara umur 4 bulan sampai umur 6 bulan

e. Reaksi Imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan
rasa nyeri ditempat suntikan selama satu sampai dua hari (Markum, 2002).

f. Efek Samping
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusis. Bila
hanya diberikan DT (Difteri dan Tetanus) tidak menimbulkan akibat efek
samping demikan (Markum, 2002).

g. Kontraindikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan
anak yang menderita kejang, demam komplek. Juga tidak boleh diberikan
kepada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk
rejan dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan. Bila ada
suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan
berikut jangan diberikan lagi melainkan DT saja (tanpa P). Sakit batuk, pilek,
demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan kontra indikasi
yang mutlak, sedangkan anak anda sedang menderita sakit ringan (Nakita,
2006).

h. Penyakit yang muncul jika tidak diberikan imunisasi DPT


1) Difteri yang menyebabkan penyumbatan jalan nafas
2) Batuk rejan (batuk 100 hari)
3) Tetanus

2. Imunisasi Polio
a. Pengertian Imunisasi Polio
Kata Polio (abu-abu) dan Myelon (sumsum), berasal dari bahasa
latin yang berarti Medulla Spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus
poliomyelitis pada medulla spinalis yang secara klasik menimbulkan
kelumpuhan. Poliomyelitis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
virus polio (Stephanie,2003). Polio adalah penyakit menular yang sifatnya
mendadak / cepat disebabkan oleh virus polio yang menyebabkan kerusakan
saraf otak yang mengakibatkan kelumpuhan ( lumpuh layu) dan mengecilkan
otot.

b. Cara Pemberian Vaksin Polio


Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari,
dan selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
bersama dengan BCG. Vaksin Hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang
menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh
terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan DPT.
Dosis 1 diberikan saat anak
berusia 0-2 bulan (Biofarma, 2002).

c. Reaksi Imunisasi Polio


Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat bercak-bercak ringan.

d. Efek Samping

Pada kasus polio hampir tidak ada efek samping. Bila ada, mungkin berupa
kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio sebenarnya (Markum,
2002).

e. Kontra Indikasi Polio


1. Penyakit akut atau demam (Temp >38 C), imunisasi harus ditunda.
2. Muntah atau diare berat, imunisasi ditunda.
3. Sedang dalam pengobatan kortikosteroid atau suntikan, juga pengobatan
radiasi umum (termasuk kontak pasien).
4. Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan system
retikuloendotelial (seperti limfoma, leukeumia dan penyakit Hodgkin) dan
anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misalnya pada hipogamaglobulinemia.
5. Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.

f. Penyakit yang muncul jika tidak diberikan imunisasi polio


polio dapat menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan.

DAFTAR PUSTAKA
Biofarma. 2002. Vademecum. Bandung: Biofarma.
Markum, 2002. Imunisasi Edisi Kedua (Cetak Ulang). Jakarta: FKUI
Nakita. 2006. Panduan Imunisasi. Jakarta: Sarana Kinasih Satya Sejati.
Stephanie Cave MD & Deborah Mitchell. 2003. Yang Orang Tua Harus Tahu
Tentang Vaksinasi Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai