Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Sejarah dan gambaran umum desa


Desa motoling satu dimekarkan dari desa motoling pada tanggal 17 April

1978 dengan nama KUMAPEY.


Desa Kumapey terletak di sebelah barat desa Motoling memanjang dari timur ke
barat, berbatasan dengan :
Utara

Kali Tewalen

Timur

Desa Motoling

Selatan

Kali Moyomboong

Barat

Kepolisian Raanan Baru

Jumlah penduduk desa pada waktu itu adalah 1893 jiwa dengan 445 kepala
keluarga. Sebagian besar penduduk desa Kumapey adalah petani. Penduduk desa
Kumapey 100% menganut agama Kristen dengan jumlah tempat ibadah 7 gereja
yaitu: GMIM, GSJA, KINGMI, Advent, Maranatha, Pantekosta, dan KGPM.
Hukum tua desa Kumapey waktu itu adalah Simon Sarayar dengan dua orang
juru tulis yaitu Welem Wotulo dan Viktor Pinontoan. Desa Kumapey dibagi menjadi 5
jaga dan masing- masing jaga dipimpin oleh Kepala Jaga dan Meweteng.
Nama Kumapey diambil dari sebuah daerah atau tempat yang mempunyai
sejarah dalam pembentukan desa Motoling pada pertengahan abad 19, terletak di
sebelah barat desa motoling yaitu BAHU KUMAPEY. Kata Kumapey dari bahasa
Tontemboan yang berarti memanggil dari jauh.

Nama desa Kumapey hanya dipakai selama kurang lebih tiga setengah tahun, dan
pada tahun 1982 nama Kumapey diganti dengan nama MOTOLING SATU. Dengan
Hukum Tua terpilih pertama adalah Alex Kodong dengan jumlah jaga menjadi enam
jaga.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan daam rangka kelancaran
pelayanan kepada masyarakat, serta memperhatikan aspirasi masyarakat yang tinggal
di sebelah barat maka pada tahun 1999 Motoling Satu resmi memekarkan desa
Motoling Dua dibawah pimpinan Hukum Tua W. F. Kawung.
Berikut nama-nama Hukum Tua Desa Motoling Satu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Son Sarayar
Alex Kodong
A. M. Yacob
W. F. Kawung
Drs. B. Pandoh
Djoni Paat, BA
Daniel Tiwa
Martje M. Paat S.Pd

Tahun 1978-1981 (PJS)


Tahun 1981-1992
Tahun 1992-1996 (PJS)
Tahun 1996-1999 (PJS)
Tahun 1999-2005
Tahun 2005-2006 (PJS)
Tahun 2006-2012
Thn 2012-sekarang

Demikian catatan ringkas sejarah desa Motoling Satu.

1.2.Tujuan dan sasaran pelaksanaan KKT

Secara umum KKT mempunyai lima tujuan, yaitu :


a. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja dan belajar melalui keterlibatan
langsung

dalam

dinamika

kehidupan

masyarakat

dengan

mengimplementasikan IPTEK yang dimilikinya pada dunia yang secara


langsung menemukan, serta memecahkan dan menaggulangi permasalahan
pembangunan secara pragmatis dan interdisipliner.
b. Melatih mahasiswa agar mampu mengeluarkan pendapat serta analisis
komprehensif.
c. Meningkatkan koordinasi dan kemitraan yang sinergis antara perguruan tinggi
dengan pemerintah serta instansi terkait, masyarakat, serta dunia usaha.
d. Menciptakan perguruan tinggi yang mandiri, berjiwa profesional, serta
berjiwa wirausaha.
e. Untuk mengembangkan calon wira usaha melalui proses transformasi yang
berprinsip pemihakkan dan pemberdayaan masyarakat sambil meningkatkan
usaha/industri kecil atau koperasi.

BAB II
OBSERVASI
2.1 Metode Observasi
3

Observasi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa untuk


mencatat dan menginventarisasi potensi desa maupun data yang dimiliki di desa
baik secara langsung untuk mendapatkan data primer dilapangan dan secara tidak
langsung yaitu melakukan wawancara dengan perangkat dan tokoh masyarakat
serta mencatat informasi yang terdapat pada statistika desa dan kecamatan secara
umum sebagai data sekunder selama berada di lokasi Kuliah Kerja Terpadu.
Metode observasi yang kami gunakan adalah survey secara langsung dan
wawancara kepada masyarakat.
2.2 Analisis situasi desa ( Analisis SWOT )
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan observasi dan analisa SWOT.
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor faktor sistematis untuk
merumuskan strategi sebuah organisasi sosial,maka dari itu kami menjabarkan
berbagai SWOT dari masalah kami anatara lain :
PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat)
a) Strength : Meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat masyarakat.
b) Weakness : Waktu, biaya, tempat penyelesaian, tidak
mencakup semua anak.
c) Opportunity : Sosialisasi tentang pengetahuan masyarakat terhadap
kebersihan anak,kebiasaan cuci tangan yang kurang terhadap
anak,kebiasaan gosok gigi 2x sehari kepada anak.
d) Threats
: Cuaca

Sensus
Strength

: database sensus dapat diperbaharui

Weakness

: waktu,KK/KTP/AKTE tidak tersedia,tenaga.

Opportunity

: Sensus/data terakhir dilakukan pada tahun 2007 dan


adanya warga yang melakukan perpindahan.

Threats

: cuaca,waktu

Pembenahan Lantai Balai Desa


Strength

pembangunan lantai dibalai desa yang harus di selesaikan


sesuai kurun waktu yang ditentukan.

Weakness

waktu,tenaga,bahan

Opportunity

balai desa belum selesai,butuh balai desa secepatnya

Threats

waktu gotong royong warga dengan waktu mahasiswa, cuaca,


keasadaran masyrakat untuk gotong royong.

Profil Desa
Strength

: melakukan penyusunan kembali profil desa

Weakness

: sulitnya melengkapi data data yang mencakup sejarah desa

Opportunity

: perlunya melengkapi profil desa

Threats

: waktu

Dari hasil observasi yang dilakukan dan berdasarkan analisa SWOT dari tiap
permasalahan yang teridentifikasi, maka kami memprioritaskan penyuluhanpenyuluhan, belum lengkapnya data dasar keluarga dan profil desa, kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai penyakit hipertensi, serta perilaku hidup bersih dan
sehat.
2.3. Inventarisasi dan Identifikasi Masalah
Dari hasil observasi diperoleh data-data hasil identifikasi sebagai berikut :
1. Keadaan Gedung Balai Desa yang belum memadai
2. Belum lengkapnya data dasar keluarga.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.
4. Profil Desa yang belum diperbarui datanya dan belum adanya
pemasangan data lengkap profil desa

BAB III
PERUMUSAN MASALAH
3.1.Masalah Utama
Berdasarkan hasil observasi diatas, ditemukan masalah utama yang
berkaitan dengan Desa Motoling Satu adalah kurang baiknya keadaan gedung

khususnya lantai di Balai Desa yang fungsinya sebagai pusat kegiatan


masyarakat di desa Motoling Satu
3.2.Masalah Tambahan
Masalah tambahan yang ditemukan di desa Motoling Satu
berdasarkan observasi dilakukan adalah belum adanya data profil desa yang harus
segera diwujudkan.
3.3.Masalah Khusus
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan bahwa didapat masalah khusus
tentang pembuatan dan pemasangan profil desa.

BAB IV
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PROGRAM KERJA
4.1 Mekanisme Penyusunan Program
Penyusunan program kerja mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Terpadu (KKN-T)
angkatan 107 posko Motoling Satu disusun berdasarkan permasalahan yang telah

teridentifikasi sebelumnya sesuai dengan saran dan usul dari pemimpin Universitas
selaku Superviser. Dalam pelaksanaan dan penetapan program kerja ini disesuaikan
berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi. Dalam penentuan program kerja ada
beberapa hal yang harus diperhitungkan, antara lain :
1. Waktu pelaksanaan KKT yang relatif singkat
2. Dana dengan sumber dana dari mahasiswa KKT
4.2 Mekanisme Penetapan Program
Penetapan program kerja dilakukan pada saat pelepasan yang disampaikan oleh
Superviser yang disaksikan ketua LPM dan ketua KKN-T beserta seluruh Dosen
Pengawas dan Dosen Pembimbing Lapangan yang kemudian disetujui oleh
mahasiswa peserta KKN-T. Berdasarkan hasil observasi ditemukan empat
permasalahan yang perlu untuk diintervensi. Namun berdasarkan pertimbangan
keterbatasan dana, waktu, tenaga, dan sarana serta prasarana yang tersedia, maka
dilakukan penentuan skala prioritas masalah yang akan diintervensi yaitu masalah :
Pembenahan Gedung Khususnya Lantai di Balai Desa

Struktur Foto

PENGAWAS
DR.Ir. Ronny A.V. Tuturoong, M.Si

Bid.Pemberdayaa
Bid.Kesehatan &
Bid.Sarana &
Bid.Pendidikan
&
Bid.Teknologi
Tepat
n Masyarakat
Lingkungan
Prasarana
Ketrampilan
Guna
Hidup
Geis Pantow
Ollyvia Arnold
KORPOS
BENDAHARA
Refina
Mandang Dosen Pembimbing
Gerry
V.A Terok
8
SEKRETARIS
Lapangan
Dennis Wuisantono
Gloria Panambunan
Erlando
Nerchan
Nanda
Terry
Michael
GriffinTulong
Rambi Ir. Petrus R.R.I Montong, Dipl.
Weenas
Sorongan
SEKSI-SEKSI

Anda mungkin juga menyukai