Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Tarian Pagaruyung di Delang

Lamandau Kalimantan Tengah


Penulis: Turisno Kiki
Pada zaman dahulu di sumatra selatan ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan
Pagaruyung. Di kerajaan tersebut ada seorang patih yang bernama Patih Nan Sebatang.

Rumah adat yang mirip dengan Rumah Gadang Minangkabau di Desa Kudangan,
Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau (hasil pemakeran dari Kabupaten
Kotawaringin Barat), Provinsi Kalimantan Tengah.
Patih tersebut sangat menghormati rajanya. Suatu hari Patih Nan Sebatang diperintahkan
rajanya untuk memperluas kekuasaan ke luar daerah, dan Patih Nan Sebatang pun
menyanggupinya.
Keesokan harinya patih Nan Sebatang pun berlayar dengan para prajurinya. Dalam
perjalanannya, patih Nan Sebatang melewati banyak rintangan badai dan ombak besar.
Beberapa minggu kemudian Patih Nan Sebatang menenukan sebuah pulau yang sangat besar
yang bernama pulau kalimantan.
Patih Nan Sebatang pun memasuki pulau tersebut mengikuti aliran sungai. Setelah itu Patih
Nan Sebatang menemukan sebuah desa yang bernama Desa Sarangparuya(Batang kawa).
Di desa tersebut Patih Nan Sebatang bertemu dengan dara manis yang bernama Dara Ilung.
Patih Nan Sebatang sangat menyukai Dara Ilung. Dara Ilung pun menyukai Patih Nan
Sebatang. Kemudian mereka berdua menikah.
Pada saat acara pernikahan Patih Nan Sebatang menampilkan tarian khas dari Kerajaan
Pagaruyung yang bernama Tarian Pagaruyung yang ditarikan para prajurit dan para dayang.

Tahun demi tahun berlalu dan tidak terasa sudah sepuluh tahun lama pernikahan Patih Nan
Sebatang dan Dara Ilung mereka berdua dikaruniai dua orang anak satu laki-laki dan satunya
perempuan. Yang laki-laki bernama Jenaka Burai dan yang perempuan bernama Indun. Jenaka
Burai adalah kaka dari Indun.
Suatu hari Patih Nan Sebatang mendapat perintah dari sang raja untuk kembali ke Kerajaan
Pagaruyung. Keesokan harinya Patih Nan Sebatang pulang ke Kerajaan Pagaruyung bersama
dengan Jenaka Burai, sedangkan Indun tinggal bersama ibunya di Sarang Paruya.
Dalam perjalan Patih Nan Sebatang sangat sedih karena Dara Ilung dan Indun tidak mau ikut.
Tahun demi tahun pun berlalu. Indun pun tumbuh dewasa dan menjadi gadis yang sangat
cantik.
Indun kemudian bertemu dengan seorang laki-laki dari Desa Punjung Pekopian (Kudangan).
Kemudian mereka berdua saling menyukai dan akhirnya menikah.
Pernikahan tersebut dilakukan di Punjung Pekopuan (Kudangan). Saat acara pernikahan,
keluarga Indun menampilkan Tarian Pagaruyung. Sejak saat itulah Tariaan Pagaruyung
menjadi tarian khas daerah Punjung Pekopuan (Kudangan). ***

Anda mungkin juga menyukai