Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH TANAMAN PADI

Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa
oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah
jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat
utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Asal-usul budidaya padi diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai
Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse.
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua
bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi
menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi
merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat
ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan
di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air
pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian
akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.

Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB
(FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20
tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara
swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih
sejak tahun 2007.

Definisi padi
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk
mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang
yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. [1]
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum.
Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.
TINJAUAN PUSTAKA

1.CIRI-CIRI UMUM PADI Padi termasuk dalam suku padi-padian atau POACEAE (GRAMINAE
atau GLUMIFLORAE). Terna semusim,berakar serabut,batang sangat pendek,struktur serupa
batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan
pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun
sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian bunga tersusun majemuk,tipe malai
bercabang,satuan bunga disebut FLORET yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada
panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk
hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis
ENDUSPERMIUM.
1.1 REPRODUKSI
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap
bereproduksi dalam waktu yang bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari
palea dan lemma jika telah masak.

Dari segi reproduksi,padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau lebih
serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar
yang telah dibuahi segera membelah diri.Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar
menjadi endosperm.Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian
endosperm.Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.

Genetika dan pemuliaan


Satu set genom padi terdiri atas 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel
padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).
Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan:
kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 108
pasangan basa (base pairs, bp)[2]. Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti
juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.
Perbaikan genetik padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan
ini orang mengenal berbagai macam ras lokal, seperti 'Rajalele' dari Klaten atau 'Pandanwangi' dari
Cianjur di Indonesia atau 'Basmati Rice' dari India utara. Orang juga berhasil mengembangkan padi
lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa yang mampu
beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula
berbagai tipe padi.
Pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina sebagai bagian
dari gerakan modernisasi pertanian dunia yang dijuluki sebagai Revolusi Hijau. Sejak saat itu

muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan
dunia. Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi
'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak
(pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi
dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah
meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam
waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada
beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan
kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu
memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan
pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice)
yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi
vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan
padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[3]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini
dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil
lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal
daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan
terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti
kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi
juga dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin A).

Keanekaragaman genetik
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa
yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim
sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya
memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi
indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau hanya
pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini
dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil
persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica
(kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua
varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di
atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua
subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat
adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari
Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan
Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda
RFLP dibantu dengan isozim.[4] Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel
dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah
mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica
("japonica daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah
tropika" dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.[5]
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica
terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon.[5]
Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah

ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000
tahun sebelum masehi.[6]

Keanekaragaman budidaya
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering
yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi
gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi
meningkat.
Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di
Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk
batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.

Keanekaragaman tipe beras/nasi


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Beras
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran
nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar
orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia
tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan
memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin,
sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang
terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'.
Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto,
padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan
padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek
namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai
kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.

Aspek budidaya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bercocok tanam padi
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem
budidaya diterapkan untuk padi.

Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah
Sungai Yangtse di Tiongkok.

Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.

Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.

Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan
kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan
singkat.

Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok
kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman,
pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan
panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi
adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.

Hama dan penyakit


Hama-hama penting

Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)

Penggerek batang padi kuning (S. incertulas)

Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera)

Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

Wereng hijau (Nephotettix impicticeps)

Lembing hijau (Nezara viridula)

Walang sangit (Leptocorisa oratorius)

Ganjur (Pachydiplosis oryzae)

Lalat bibit (Arterigona exigua)

Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua)

Tikus sawah (Rattus argentiventer)

Penyakit-penyakit penting

blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)

hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)

Pengolahan gabah menjadi nasi


Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan
dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah
gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak dipisahkan lebih
dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu
tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering
jarang dilakukan. Istilah "Gabah Kering Giling" (GKG) mengacu pada gabah yang telah

dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan
produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari
sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil
sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:

sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar

bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan

dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan
ternak.

Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim
dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan
pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang
menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan).
Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk
mengurangi rasa pegal (param).

Produksi padi dan perdagangan dunia


Bagian ini memerlukan aktualisasi
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia),
India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang
diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan
pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%)
dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi
yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brasil (3%).Produksi padi Indonesia
pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset
dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Padi

Budidaya tanaman padi


Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha. PT. NATURAL NUSANTARA
berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan
produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ).
SYARAT TUMBUH
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh
pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan

ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.


PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal
benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan
dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan
B.Perendaman Benih
Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. tiriskan dan
masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya diperam
menggunakan daun pisang atau dipendam di dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga
benih berkecambah serentak.
C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10
hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-40 hari, berdaun 5-7 helai,
batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit.
F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang
diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian
disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi
tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit serta
TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk
Olah Tanah (kg)
14 hari ( kg )
30 hari ( kg )
Urea
36,5
9
9
ZA
3,5
1
1
SP-36
6,5
1,5
1,5
KCl
20
5
5
Dolomit
13
3
3
SPR NASA
2 botol ( siram)
2 botol ( siram)
-

45 hari ( kg )
9
1
1,5
5
3
-

60 hari ( kg )
9
1
1,5
5
3
-

Catatan : Dosis produksi padi 1,2 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg)
1014 hari ( kg )
2528 hari ( kg )
4245 hari ( kg )
Urea
12
6
6
6
SP-36
10
50
KCl
7
8
SPR NASA 1 botol (siram)
5
5
5
POC NASA
4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 1014 hari ( kg )
2528 hari ( kg )
4245 hari ( kg )
Urea
10
4,5
4
4
SP-36
11,5
KCL
5
6,5
POC NASA 20-40 ttp (siram) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot)
HORMONIK
1 ttp/tgk campur
1 ttp/tgk campur

NASA

NASA

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA


1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian
disiramkan ( hanya disiramkan)
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro
lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu
membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
H.PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok
dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55.
I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan,
pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase
sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji
untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang
daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik,
penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2)
menggunakan BVR atau Pestona Padi Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit
terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi
berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi
hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala:
tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar,
tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi
serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk,
Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding
dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR
Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah
seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan
dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan
memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan
BVR atau PESTONA
Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan,
buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman
terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya,
penyemprotan BVR atau PESTONA
Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata),
kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens).
Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna
kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan
pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji)

disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan


lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati,
membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh
pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh
alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian:
mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru
berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering,
biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat
+ POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung
tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai
membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1)
membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri
IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase
pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam
Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada
tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat
pembentukan anakan
Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi
kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam,
mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik
tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan
kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan
penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi
lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO
Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang
semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan,
batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit
dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada
mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala:
menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun
kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan
tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR
48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.
K. PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
Alat yang digunakan ketam atau sabit
Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga
manusia

Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin


Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)
Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya.
Beras siap dikonsumsi.

http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi.html

BUDIDAYA TANAMAN
PADI SAWAH / PADI LADANG
(Oriza sativa L)
Oleh : Dr. Ir. Listyanto, MSc *)

A.

Manfaat.

Padi (Oriza sativa L) Sudah tidak asing lagi bahwa padi merupakan bahan makanan utama bagi
bangsa Indonesia. Padi ladang merupakan budidaya padi yang dilakukan oleh pada petani di
ladang selain palawija. Keuntungan penanaman padi adalah dalam perawatan relatif lebih muda
dibandingkan tanaman palawija dan hortikultura. Sedangkan hasilnya dipastikan ada kecuali ada
serangan hama yang hebat.

B.

Tempat Tumbuh Tanaman Padi

Padi ladang dapat tumbuh dengan kondisi air yang menggenang maupun ladang yang relatif sedikit
airnya/tidak selalu menggenang.
1.
Padi sawah ditanam di daerah yang airnya secara kontinyu relatif ada di lahan
bersangkutan, sedangkan padi gogo/ladang ditanam pada lahan yang kurang airnya.
2.
Ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan
udara.
3.
Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang
berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia
diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.

C. Teknologi Budidaya Tanaman Padi ladang


1.

Penyiapan lahan.

Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
a)
Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki
pematang dan saluran drainase.
b)

Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.

c)
Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20
ton/ha.

2.

d)

Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.

e)

Tanah dibiarkan sampai hujan turun.

Penyiapan benih.
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.

c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.


d) Daya perkecambahan 80%.

3.

Pembibitan.

Untuk padi sawah perlu dilakukan pembibitan dengan menyebarkan benih pada lahan
pembibitan. Setelah berumur antara 20 hari maka bibit dicabut dan ditanam pada lahan
untuk penanaman Sedangkan pada padi ladang tidak perlu dilakukan pembibitan.

4.

Penanaman

Pada padi sawah dilakukan penamanan dengan jarak tanam antara 20 x 20 cm sampai ada
yang 30 x 30 cm. Sistem penanaman ini bermacam-macam tergantung dari teknologi yang
akan diterapkan.
Penanaman padi ladang dengan cara ditanam pakai ditugal dengan alat dari kayu. Jarak
tanam antara 20 cm X 20 cm, dan setiap lubang diberi benih antara 2 s/d 3 biji. Setelah
diberi benih ditutup dengan abu atau pasir atau ditanah tetapi tidak terlalu penuh.

5.

Pengendalian gulma.

Padi memerlukan pengendalian gulma. Pada padi sawah dengan cara manual maupun
dengan cara mekanik. Untuk padi ladang mememerlukan pengendaklian gulma atau disebut
dengan dangir. Pendangiran mempunyai tujuan mengendalikan gulma, menggemburkan
tanah dan membumbum tanaman. Pengendalian gulma dilakukan pada umur antara 15 s/d
25 hari dan pendangiran kedua antara umur 35 s/d 45 hari setelah tanam.

6.

Pengendalian Hama dan Penyakit.

Hama;
Wereng, walang sangit, kepik hijau, penggerek batang, sundep, beluk, tikus, burung.
Pengendalian: menggunakan varietes yang tahan terhadap hama tersebut, penenaman
serentak, dan pada tikus dan burung dengan mengendalikan secara fisik, seperti gropyokan/
pengusir burung, dll. Pada kondisi hama yang diperkirakan dapat merugikan di atas ambang
ekonomi, makadilakukan penyemprotan insektisida kimia. Jenis insektisida disesuaikan
dengan jenis serangan, namun jangan dilakukan satu produk terus menerus. Gunakanlah
insetisida berselang-seling untuk mengurangi resisten terhadap hama.

Penyakit:
Penyakit pada tanaman padi diantaranya adalah becak daun coklat oleh jamur
Helmintosporium oryzae, Blast Pyricularia oryzae, Penyakit garis coklat daun (Narrow

brown apot), busuk pelepah daun Rhizoctonia sp penyakit fusarium, penyakit kresek,
penyakit kerdil, dll
Pengendalian: pengedalian penyakit dilakukan mulai sejak awal dalam benih sampai pada
saat panen. Pada benih sebaiknya sebelum disebarkan diberikan fungisida atau bakteri sida.
Sedangkan pengendalian pada saat pertumbuhan dan sampai akan panen dilakukan
berdasarkan pengamatan di lapangan. Jika ada serangan yang mengawatirkan maka segera
mungkin dilakukan pengendalian dengan memakai fusngisida atau bakterisida yang sesuai.

7.

Pemupukan.
Budidaya tanaman padi ladang berbeda dengan budidaya di lahan sawah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi dengan cara menggunakan pupuk
Bio P 2000 Z. Bakteri yang ada di pupuk tersebut mampu mengolah unsur hara alam dan
pupuk an organik yang diberikan untuk diikat dalam bentuk organik dan siap disediakan
tanaman secara optimal.Rangsangan terhadap hormon dan zat pengatur tumbuh oleh kerja
mikrobia membuat tanaman berusaha tumbuh dengan optimal. Didukung kesediaan unsur
hara maka tanaman dapat tumbuh dengan subur, sehingga tanaman mempunyai malai lebih
panjang, biji buah lebih banyak dan berisi.

Tabel. Jadwal dan Dosis Pupuk hayati Bio P 2000 Z pada Tanaman Padi.

Dosis Penggunaan Pupuk Bio P 2000 Z


Umur Tanaman
3 liter/ ha 4 liter /ha

4 hari Sblm
tnm

5 liter /ha

6 liter / ha

1 liter/ ha

1 liter/ ha 1 liter/ ha

20 21 HST

1 liter/ ha

1 liter/ ha

1 liter/ ha 1 liter/ ha

35 - 36 HST

1 liter/ a

1 liter/ ha

1 liter/ ha 1 liter/ ha

50 51 HST

1 liter /ha

1 liter/ ha

1 liter/ ha 1 liter/ ha

65 - 66 HST

1 liter/ ha 1 liter/ ha

Untuk padi sebaiknya menggunakan pencampur superjet , karena pada padi diperlukan
sekali kandungan unsur mikro dan hormon tambahan sebagai pemicu pertumbuhan dan
perkembangan serta produksi padi.

8.

Panen.

Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah
malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal
batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen
dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen
hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar

CARA MENGGUNAKAN PUPUK HAYATI BIO P 2000 Z


A. Dengan cara fermentasi.

Siapkan air 20 liter di ember, berikan 1 kg gula dan 1 kg urea.

Aduk hingga merata, dan tuangkan 1 liter pupuk bio P 2000 Z.

Diamkan 48 jam, setiap 1 liter air fermentasi tambahkan 6 liter air

Gunakan semprotkan untuk 1 ha ke tanah dan tanaman.

Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.

B. Dengan cara menggunakan dicampur PHOSMIT


Phosmit berfungsi sebagai zat yang mampu membangunkan mikroba dari kondisi tidur, dan
sekaligus sebagai bahan makanan untuk tanaman maupun mikroba. Dengan demikian, daya
kerja penggabungan Bio P 2000 Z dan Phosmit dibuat saling mendorong pertumbuhan tanaman.

siapkan air 200 liter air tambahkan pupuk Bio P 2000 Z 1 liter dan 1 liter phosmit dan
siap digunakan untuk lahan 1 ha ke tanah dan tanaman.
-

Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.

*)
- Manager Pemasaran dan Teknologi PT. Alami Cileungsi Bogor.
- Direktur PT. Multi Agro Alami
- Ketua Tim Ahli PT Tunas Kharisma Indonesia Persada.
- Peneliti Pusat Penelitian Pelatihan dan Penerapan Bioteknologi Cianjur.
Kontak Phone: 0812 98799799; 085883658799; 087885878838.
Inline article positioning by Inline Module.

http://www.biop2000z.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=84:tanaman-padi&catid=39:budidayapangan&Itemid=137

Anda mungkin juga menyukai