Sejarah Tanaman Padi
Sejarah Tanaman Padi
Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa
oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah
jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat
utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Asal-usul budidaya padi diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai
Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse.
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua
bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi
menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi
merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat
ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan
di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air
pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian
akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke bagian akar.
Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB
(FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20
tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara
swasembada beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih
sejak tahun 2007.
Definisi padi
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk
mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.
Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang
yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. [1]
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum.
Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.
TINJAUAN PUSTAKA
1.CIRI-CIRI UMUM PADI Padi termasuk dalam suku padi-padian atau POACEAE (GRAMINAE
atau GLUMIFLORAE). Terna semusim,berakar serabut,batang sangat pendek,struktur serupa
batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang daun sempurna dengan
pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun
sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,bagian bunga tersusun majemuk,tipe malai
bercabang,satuan bunga disebut FLORET yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada
panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk
hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis
ENDUSPERMIUM.
1.1 REPRODUKSI
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma)
bercabang dua berbentuk sikat botol.Kedua organ seksual ini umumnya siap
bereproduksi dalam waktu yang bersamaan.Kepala sari kadang-kadang keluar dari
palea dan lemma jika telah masak.
Dari segi reproduksi,padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri,karena 95% atau lebih
serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi,zigot dan inti polar
yang telah dibuahi segera membelah diri.Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar
menjadi endosperm.Pada akhir perkembangan,sebagian besar bulir padi mengadung pati dibagian
endosperm.Bagi tanaman muda,pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan
dunia. Dua kultivar padi modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi
'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak
(pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi
dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah
meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam
waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada
beras. Prestasi ini tidak dapat dilanjutkan dan baru kembali pulih sejak tahun 2007.
Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan
kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu
memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan
pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "Padi emas" (Golden Rice)
yang dapat menghasilkan provitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi
vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan
padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[3]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini
dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1970-an telah diusahakan pengembangan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil
lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal
daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.
Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan
terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti
kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi
juga dilakukan, misalnya dengan perancangan kultivar mengandung karoten (provitamin A).
Keanekaragaman genetik
Hingga sekarang ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal: Oryza sativa
yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim
sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya
memiliki "ekor" atau "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi
indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-"bulu" atau hanya
pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini
dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil
persilangan ini adalah kultivar 'IR8', yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica
(kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua
varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di
atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua
subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat
adaptif tempatan, seperti aus (padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari
Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan
Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda
RFLP dibantu dengan isozim.[4] Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadap genom inti sel
dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah
mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica
("japonica daerah sejuk" dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica ("japonica daerah
tropika" dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah.[5]
Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica
terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon.[5]
Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah
ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000
tahun sebelum masehi.[6]
Keanekaragaman budidaya
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering
yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi
gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi
meningkat.
Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di
Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk
batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
Aspek budidaya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bercocok tanam padi
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem
budidaya diterapkan untuk padi.
Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah
Sungai Yangtse di Tiongkok.
Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan
kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan
singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok
kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo.
Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman,
pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan
panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi
adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.
Penyakit-penyakit penting
dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan
produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari
sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil
sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan
ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim
dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan
pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang
menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan).
Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk
mengurangi rasa pegal (param).
45 hari ( kg )
9
1
1,5
5
3
-
60 hari ( kg )
9
1
1,5
5
3
-
Catatan : Dosis produksi padi 1,2 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg)
1014 hari ( kg )
2528 hari ( kg )
4245 hari ( kg )
Urea
12
6
6
6
SP-36
10
50
KCl
7
8
SPR NASA 1 botol (siram)
5
5
5
POC NASA
4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot) 4-5 ttp/tgk (semprot)
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
Waktu Aplikasi
Jenis Pupuk Olah Tanah (kg) 1014 hari ( kg )
2528 hari ( kg )
4245 hari ( kg )
Urea
10
4,5
4
4
SP-36
11,5
KCL
5
6,5
POC NASA 20-40 ttp (siram) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot) 4-8 ttp/tgk (semprot)
HORMONIK
1 ttp/tgk campur
1 ttp/tgk campur
NASA
NASA
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-padi.html
BUDIDAYA TANAMAN
PADI SAWAH / PADI LADANG
(Oriza sativa L)
Oleh : Dr. Ir. Listyanto, MSc *)
A.
Manfaat.
Padi (Oriza sativa L) Sudah tidak asing lagi bahwa padi merupakan bahan makanan utama bagi
bangsa Indonesia. Padi ladang merupakan budidaya padi yang dilakukan oleh pada petani di
ladang selain palawija. Keuntungan penanaman padi adalah dalam perawatan relatif lebih muda
dibandingkan tanaman palawija dan hortikultura. Sedangkan hasilnya dipastikan ada kecuali ada
serangan hama yang hebat.
B.
Padi ladang dapat tumbuh dengan kondisi air yang menggenang maupun ladang yang relatif sedikit
airnya/tidak selalu menggenang.
1.
Padi sawah ditanam di daerah yang airnya secara kontinyu relatif ada di lahan
bersangkutan, sedangkan padi gogo/ladang ditanam pada lahan yang kurang airnya.
2.
Ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan
udara.
3.
Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang
berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia
diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.
Penyiapan lahan.
Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
a)
Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki
pematang dan saluran drainase.
b)
Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
c)
Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20
ton/ha.
2.
d)
e)
Penyiapan benih.
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
3.
Pembibitan.
Untuk padi sawah perlu dilakukan pembibitan dengan menyebarkan benih pada lahan
pembibitan. Setelah berumur antara 20 hari maka bibit dicabut dan ditanam pada lahan
untuk penanaman Sedangkan pada padi ladang tidak perlu dilakukan pembibitan.
4.
Penanaman
Pada padi sawah dilakukan penamanan dengan jarak tanam antara 20 x 20 cm sampai ada
yang 30 x 30 cm. Sistem penanaman ini bermacam-macam tergantung dari teknologi yang
akan diterapkan.
Penanaman padi ladang dengan cara ditanam pakai ditugal dengan alat dari kayu. Jarak
tanam antara 20 cm X 20 cm, dan setiap lubang diberi benih antara 2 s/d 3 biji. Setelah
diberi benih ditutup dengan abu atau pasir atau ditanah tetapi tidak terlalu penuh.
5.
Pengendalian gulma.
Padi memerlukan pengendalian gulma. Pada padi sawah dengan cara manual maupun
dengan cara mekanik. Untuk padi ladang mememerlukan pengendaklian gulma atau disebut
dengan dangir. Pendangiran mempunyai tujuan mengendalikan gulma, menggemburkan
tanah dan membumbum tanaman. Pengendalian gulma dilakukan pada umur antara 15 s/d
25 hari dan pendangiran kedua antara umur 35 s/d 45 hari setelah tanam.
6.
Hama;
Wereng, walang sangit, kepik hijau, penggerek batang, sundep, beluk, tikus, burung.
Pengendalian: menggunakan varietes yang tahan terhadap hama tersebut, penenaman
serentak, dan pada tikus dan burung dengan mengendalikan secara fisik, seperti gropyokan/
pengusir burung, dll. Pada kondisi hama yang diperkirakan dapat merugikan di atas ambang
ekonomi, makadilakukan penyemprotan insektisida kimia. Jenis insektisida disesuaikan
dengan jenis serangan, namun jangan dilakukan satu produk terus menerus. Gunakanlah
insetisida berselang-seling untuk mengurangi resisten terhadap hama.
Penyakit:
Penyakit pada tanaman padi diantaranya adalah becak daun coklat oleh jamur
Helmintosporium oryzae, Blast Pyricularia oryzae, Penyakit garis coklat daun (Narrow
brown apot), busuk pelepah daun Rhizoctonia sp penyakit fusarium, penyakit kresek,
penyakit kerdil, dll
Pengendalian: pengedalian penyakit dilakukan mulai sejak awal dalam benih sampai pada
saat panen. Pada benih sebaiknya sebelum disebarkan diberikan fungisida atau bakteri sida.
Sedangkan pengendalian pada saat pertumbuhan dan sampai akan panen dilakukan
berdasarkan pengamatan di lapangan. Jika ada serangan yang mengawatirkan maka segera
mungkin dilakukan pengendalian dengan memakai fusngisida atau bakterisida yang sesuai.
7.
Pemupukan.
Budidaya tanaman padi ladang berbeda dengan budidaya di lahan sawah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi dengan cara menggunakan pupuk
Bio P 2000 Z. Bakteri yang ada di pupuk tersebut mampu mengolah unsur hara alam dan
pupuk an organik yang diberikan untuk diikat dalam bentuk organik dan siap disediakan
tanaman secara optimal.Rangsangan terhadap hormon dan zat pengatur tumbuh oleh kerja
mikrobia membuat tanaman berusaha tumbuh dengan optimal. Didukung kesediaan unsur
hara maka tanaman dapat tumbuh dengan subur, sehingga tanaman mempunyai malai lebih
panjang, biji buah lebih banyak dan berisi.
Tabel. Jadwal dan Dosis Pupuk hayati Bio P 2000 Z pada Tanaman Padi.
4 hari Sblm
tnm
5 liter /ha
6 liter / ha
1 liter/ ha
1 liter/ ha 1 liter/ ha
20 21 HST
1 liter/ ha
1 liter/ ha
1 liter/ ha 1 liter/ ha
35 - 36 HST
1 liter/ a
1 liter/ ha
1 liter/ ha 1 liter/ ha
50 51 HST
1 liter /ha
1 liter/ ha
1 liter/ ha 1 liter/ ha
65 - 66 HST
1 liter/ ha 1 liter/ ha
Untuk padi sebaiknya menggunakan pencampur superjet , karena pada padi diperlukan
sekali kandungan unsur mikro dan hormon tambahan sebagai pemicu pertumbuhan dan
perkembangan serta produksi padi.
8.
Panen.
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah
malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal
batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen
dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen
hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar
Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.
siapkan air 200 liter air tambahkan pupuk Bio P 2000 Z 1 liter dan 1 liter phosmit dan
siap digunakan untuk lahan 1 ha ke tanah dan tanaman.
-
Waktu pagi sebelum pkl. 10.00 atau sore sesudah pkl 16.00.
*)
- Manager Pemasaran dan Teknologi PT. Alami Cileungsi Bogor.
- Direktur PT. Multi Agro Alami
- Ketua Tim Ahli PT Tunas Kharisma Indonesia Persada.
- Peneliti Pusat Penelitian Pelatihan dan Penerapan Bioteknologi Cianjur.
Kontak Phone: 0812 98799799; 085883658799; 087885878838.
Inline article positioning by Inline Module.
http://www.biop2000z.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=84:tanaman-padi&catid=39:budidayapangan&Itemid=137