Perempuan Mahasiswa Jawa Jakarta Bahasa Indonesia Depok 26 Oktober 2016
Hari Baik dalam Kalender Jawa
Suku Jawa memiliki sebuah sistem perhitungan hari atau tanggal yang sering disebut dengan Kalender Jawa. Fungsi kalender ini untuk menentukan hari baik dalam melakukan slametan (salah satu tradisi yang dilakukan atas rasa syukur). Salah satu bentuk penentuan hari baik dalam slametan yang dilakukan oleh keluarga Mutiara adalah menentukan hari pernikahan, pindah rumah, nujuh bulan dan kelahiran anak. Mutiara mengatakan bahwa ia masih percaya dengan adanya Hari Baik tersebut karena berdasarkan pengalaman yang dialami oleh salah satu keluarganya. Mutiara memiliki seorang om bersuku Jawa dan beristri bersuku Sunda, ia juga memiliki seorang paman bersuku Jawa dan beristri bersuku Dayak. Suatu ketika omnya Mutiara ingin pindah rumah namun tidak pada hari baik, orang tua dan sanak keluarganya telah berusaha untuk mencegahnya, karena dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang buruk jika tetap melakukan hal tersebut. Regita Maffida RusliBetawi19 Perempuan Jakarta
Mutiara Putri Novitasari
Dan Om Mutiara tetap bersikeras untuk pindah karena ia dan istrinya tidak percaya, dan hal buruk menimpa keluarga Om Mutiara. Ia kehilangan istrinya. Istrinya meninggal dan ia dipelet oleh istri pamannya mutiara. Sehingga sampai sekarang istri pamannya mutiara ini memiliki dua orang suami, yaitu pamannya dan omnya. pamaannya bertempat tinggal di Yogyakarta sedangkan omnya tinggal di Kalimantan. Dan Mutiara sampai saat ini masih percaya akan Hari Baik untuk melakukan slametan. Hari Baik ini hampir kebanyakan Suku Jawa mempercayainya karena sering digunakan untuk menentukan slametan. Untuk asal usul pastinya dari siapa munculnya hal ini belum diketahui secara jelas karena Mutiara pun hanya mengetahui ini dari orang tuanya dan mempercayainya karena benar-benar telah ada sebuah kejadian buruk yang menimpa keluarganya. Dan beberapa teman saya yang bersuku Jawa jika saya tanyai mengenai Hari Baik ini mengatakan bahwa masih sering digunakan dan termasuk Kejawen. Menurut penilaian Mutiara, Hari Baik ini adalah sebuah bentuk kepercayaan rakyat karena sebagian besar dan termasuk dirinya percaya akan hal ini. Dan saya mengklasifikasikan Hari Baik ini ke dalam Kepercayaan Rakyat karena rakyat di Jawa, khususnya Bumiayu mempercayai akan adanya Hari Baik dalam melaksanakan slametan. Dan saya pernah membaca buku Agama Jawa, dimana dalam buku itu telah dijelaskan berbagai jenis slametan yang menggunakan penentuan Hari Baik. Mutiara pun mengakui bahwa ia mempercayai akan adanya Hari Baik sehingga dapat dikatakan bahwa Hari Baik dalam Kalender Jawa dapat dikategorikan dalam Folklor jenis sebagian lisan. Regita Maffida Rusli