Anda di halaman 1dari 3

MALAM SATU SURO

Malam 1 Suro sangat identik dengan berbagai mitos dan cerita mistis.
Berbagai pantangan juga disebut-sebut tak boleh dilakukan bertepatan
dengan malam 1 Suro. Jika dilanggar, banyak musibah yang bisa terjadi
pada si pelanggar tersebut.

Salah satu pantangan adalah tidak boleh keluar rumah dan harus
begadang selama malam 1 Suro. Bahkan disebutkan beberapa weton atau
hari lahir menurut primbon Jawa harus tetap terjaga dan berdiam di rumah
saja.

Muharram adalah penanggalan Islam atau Hijriah, sedangkan Suro


adalah penanggalan Jawa. Dalam penanggalan Jawa ada bulan Suro,
Sapar, Mulud, Bakdo Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah,
Sawal, Dzulqoidah, dan Besar.

Masyarakat Jawa pun percaya jika seseorang keluar rumah pada


malam 1 Suro ini, akan ada kesialan dan hal buruk yang menimpa.
Melansir berbagai sumber, masyarakat Jawa percaya bahwa malam 1
Suro menjadi gerbang antara dunia gaib dan dunia manusia.

Disebutkan bahwa orang-orang yang melakukan sekutu dengan iblis


atau alam gaib akan keluar untuk mencari mangsa. Karena inilah malam 1
Suro dianggap sebagai waktu yang berbahaya.

Pada malam ini banyak kejadian mistis yang bisa datang dan terjadi.
Makanya, mereka yang memiliki darah weton atau darah manis dilarang
keluar rumah karena bisa menjadi mangsa.

Weton-weton yang dilarang keras keluar rumah ini yakni, Kamis Legi,
Selasa Pon, Minggu Legi, dan Rabu Pahing. Di antara empat weton ini
disebutkan yang paling harus hati-hati adalah weton Rabu Pahing.

Alasannya, energi Rabu Pahing sangat tidak beruntung. Energinya


sangat pas untuk menerima kesialan di malam satu suro.

Pergantian malam satu Suro, dianggap sebagai sesuatu yang sakral


dan keramat oleh beberapa orang. Hal ini kemudian menimbulkan
beberapa mitos atau pantangan yang harus dipatuhi

1. Mitos datangnya arwah leluhur

Masyarakat Jawa percaya, malam satu Suro merupakan momen di


mana arwah leluhur dari keluarga yang sudah meninggal akan
mengunjungi rumah mereka. Mereka percaya, arwah leluhur datang untuk
minta didoakan.

Selain arwah leluhur, arwah korban tumbal pesugihan juga dipercaya


akan dibebaskan pada malam satu Suro. Hal itu dianggap sebagai bentuk
pengandian selama satu tahun.

2. Pantangan keluar rumah

Mitos datangnya arwah leluhur dan arwah korban tumbal pesugihan juga
berkaitan dengan pantangan malam satu Suro. Pada malam satu Suro,
masyarakat dilarang keluar rumah.

Arwah leluhur harus disambut dengan berdoa di dalam rumah, bukan


malah keluar rumah. Masyarakat Jawa pun akan mematuhi pantangan ini,
kecuali ada hal sangat penting yang harus dilakukan di luar rumah.

Jika tetap dilakukan, konon akan menimbulkan kesialan dan


malapetaka. Bulan Suro yang identik dengan kesialan, bencana, dan hal-
hal buruk pun membuat sebagian masyarakat percaya agar tidak keluar
rumah untuk menghindari hal buruk.

3. Pantangan menikah

Bagi masyarakat Jawa, melangsungkan pernikahan harus melihat bulan


baik dan bulan buruk. Salah satu bulan buruk untuk melangsungkan
pernikahan adalah saat malam satu Suro.

Melakukan pernikahan pada malam satu Suro merupakan pantangan


besar bagi masyarakat Jawa. Jika nekat dilakukan, maka hal itu dipercaya
akan berdampak buruk pada kehidupan, seperti mengalami kesialan.

4. Larangan berbicara (tapa bisu)


Masyarakat Yogyakarta memiliki ritual pada malam satu Suro, yaitu tapa
bisu. Ritual itu merupakan adat turun-temurun dari para leluhur.

Ritual tapa bisu merupakan ritual tidak berbicara selama mengelilingi


benteng keraton Yogyakarta. Mereka akan berdoa dalam keheningan dan
ketenangan sambil berjalan kaki.

5. Larangan pindah rumah

Larangan pindah rumah pada malam satu Suro juga berkaitan dengan
kepercayaan orang Jawa pada adanya hari baik dan hari buruk. Karena
malam satu Suro dianggap sakral, maka ada larangan pindah rumah. Hal
ini dilakukan agar sang pemilik rumah terhindar dari musibah.

Anda mungkin juga menyukai