DISUSUN OLEH ;
1. RIFALDY HARYANTO
D111 12
2. MISWAR TUMPU
D111 12
3. MUH. ILHAM AKBAR J
D111 12
4. ALGIFAR
D111 12 116
5. BOBY RAHMAN
D111 12
104
259
113
106
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
penyusunannya,
penulis
memperoleh
banyak
bantuan
dari
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Kata
Pengangtar ..........................................................................
......................(i)
Daftar
Pustaka................................................................................
...................(ii)
Abstract........................................................................................
.....................(iii)
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Tujuan
2
1.3 Waktu Pelaksanaan
2
1.4 Metode Pelaksanaan
4
BAB 2 Asphalt Mixing Plant
2.1 Umum
4
2.2 AMP Jenis Takaran
8
BAB 3 Kesimpulan & Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Penutup
24
24
MISWAR TUMPU
MUH. ILHAM AKBAR JAYADI
ALGIFAR
RIFALDY HARYANTO
BOBY RAHMAN
ABSTRACT
stone crusher
BAB I
PENDAHULUAN
untuk
mengembangkan
potensi
ekonomi
adalah
dengan
mendefinisikan
tertentu
dengan
harapan
mendapatkan
pembayaran
yang
mampu
Dalam
DCF,
aliran
dana
(cashflow)
proyek
perlu
dihitung
TSM
yang
berada
di
Dusun
Bonto-Bonto,
Desa
Bonto-Bonto,
: Ahad
Tanggal
: 15 September 2013
Pukul
Tempat
: Dusun Bonto-Bonto, Desa Bonto-Bonto, Kecamatan BiliBili, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan di Basecamp PT.
TSM
1.4 Metode Pelaksanaan
Pada kuliah lapangan kali ini, kita mengunjungi beberapa tempat
yang telah di tugaskan oleh Prof. Muh. Wihardi Tjaronge, ST, MEng. Untuk
mengetahui proses pembuatan dari bahan dasar konstruksi jalan.
Pertama tama kita mengunjungi pembuatan Stone Cruiser yang
bertempat di kecamatan Bonto Marannu, disana kita melihat proses
pembuatan Sten Clay, Spilite, Chipping, dan Abu Batu.
Banyak
dari
para
pekerja
masih
sibuk
mengatur
dan
mengoperasikan alat alat berat untuk mengambil batu batu kali yang
ukurannya sekitar 5 15cm untuk dihancurkan oleh alat Stone Cruiser
Merk Golden Star buatan PT. Sydney Metal Industri. Dengan alat ini, batu
batu kali yang masih utuh dan berukuran yang masih dikategorikan besar,
dipecah menjadi serpihan kecil yang disebut dengan Sten Clay.
Kemudian, sebagian Sten Clay tersebut ditaruh di penampungan
Stan Clay yang berada dibagian belakang kawasan Stone Cruiser tersebut.
Sisanya, dilanjutkan ke proses selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah memecah Sten Clay menjadi Splite
dengan memecah kembali dari proses sebelumnya, setelah Splite dan
Stan Clay selesai dibuat, maka sisa dari serpihan terkecil tersebut bisa
dikategorikan sebagai Chipping dan Abu Batu.
Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang
diproduksi dari Stone Cruiser ini. Yaitu :
1.
2.
3.
4.
Ukuran
Ukuran
Ukuran
Ukuran
dari
dari
dari
dari
Abu Batu yang kami lihat di lapangan secara sekilas mirip dengan
pasir, namum teksturnya lebih kasar dibandingkan dengan pasir sungai
atau pasir pantai.
Setelah mengunjungi Stone Cruiser, selanjutnya kami mengunjungi
pabrik Aspal Mixing Plant yang bertempat di dusun Bonto Bonto, desa
Bonto Bonto, kecamatan Bili-bili , kabupaten Gowa.
Kemudian setelah mengunjungi Aspal Mixing Plant, kami mengunjungi
PT. Beton cipta Sinar Perkasa yang terletak di kelurahan Samata
kabupaten gowa yang mana disitu kai melihat batching plant concrete.
BAB II
ASPHALT MIXING PLANT
2.1 Umum
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah
seperangkat
peralatan
mekanik
dan
elektronik
dimana
agregat
pengikat
dan
agregat
yang
memenuhi
semua
persyaratan
spesifikasi .
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran
dimulai
dengan
penimbangan
agregat,
bahan
pengisi
(filler)
bila
Campuran
Kerja
(RCK)
dan
dicampur
pada
berdasarkan
kecepatan
pengaliran
dari
pompa
aspal.
Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah;
AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot
bin),
timbangan
(weight
hopper)
dan
pencampur
(pugmill/mixer)
Gambar II.3. Tipikal tata letak AMP jenis takaran dan pencampur
drum
Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.
Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP
jenis takaran.Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang
kecil.
AMP
jenis
menerus
seperti
yang
banyak
dimiliki
beberapa
pada
FCK,
disebabkan
karena
kontrolnya
hanyalah
dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya
kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran.
yang
relatif
seragam
dan
mengurangi
faktor
ketidakpastian.
lancar
pada
unit
penghampar
dapat
mengakibatkan
jalan-jalan
utama
gangguan
akibat
adanya
pekerjaan
yang
diinginkan.
Bila
diperlukan,
bahan
pengisi
(filler)
tidak
dilindungi
terhadap
hujan,
dapat
juga
menyebabkan
aliran
material
dari
bin
dingin
ini
sangat
Tidak ada penghalang pada bukaan bin dingin. Bukaan bin dingin
agregat halus kadang-kadang tersumbat jika agregat halus basah,
pengering
(dryer)
untuk
dipanaskan
dan
dikeringkan
pada
Kipas
sudu-sudu
harus
diperhatikan
untuk
efisiensi
akibat
dari
pengaturan
bukaan
bin
dingin
dapat
Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu
lakukan
pemeriksaan
kadar
air
secara
cepat;
ambil
contoh
permukaan
cermin
atau
spatula.
Agregat
yang
masih
sehingga
kelebihan aspal.
campuran
beraspal
berprilaku
seolah-olah
collector)
diperlihatkan
pada
Gambar
II.10.
Umumnya
pada
proses
semestinya.
tersebut
dapat
menyebabkan
terjadinya
penyimpangan gradasi dan kadar aspal secara serius. Unit bagian atas
dari susunan ayakan merupakan penutup dari dek dan merupakan
saringan pertama yang biasa disebut pemisah (scalping). Pada susunan
unit ayakan dengan ukuran lubang terbesar berfungsi membuang agregat
yang mempunyai diameter yang lebih besar dari ukuran agregat
maksimum yang diminta (oversize) agar tidak masuk ke bin panas (hot
bin) dan membuangnya pada pintu pembuang.
Unit ayakan panas harus dibersihkan dan diperiksa setiap hari untuk
menghindarkan dari kemungkinan rusak atau robek.
2.2.5 Bin panas (hot bin)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP jenis takaran (batch). Pada
AMP jenis takaranumumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan
pembatas yang rapat dan kuatdan tidak boleh berlubang serta
mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampumenampung agregat
panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkanmelalui
unit ayakan panas.Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang
saluran pipa untuk membuangagregat yang berlebih dari tiap bin panas
yang dapat dioperasikan secara manual atauotomatis.Jika agregat halus
masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelahpemanasan,
maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpalpada dingding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat.
Hal tersebut dapatmenyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu
penambahan material yang lolossaringan No. 200.
2.2.6 Sistim pemasok bahan pengisi (filler elevator)
Bahan pengisi (filler) sangat sensitif untuk mengeras karena
pengaruh kadar air, oleh karena itu diperlukan wadah khusus (silo) agar
bahan pengisi bebas dari pengaruh air. Umumnya bahan pengisi
dimasukkan ke dalam AMP melalui penimbang yang biasa disediakan
untuk menimbang agregat panas, namun terdapat juga AMP yang
menyediakan penimbang khusus untuk bahan pengisi.Terdapat dua sistim
untuk memasok bahan pengisi ke dalam AMP yaitu sistim pneumatik dan
aspal
pada
aspal
yang
AMP
harus
memenuhi
cukup
besar
kebutuhan
sehingga
aspal
saat
dapat
AMP
untuk
ditimbang
dan
dimasukkan
ke
dalam
pencampur
yang
berfungsi
mengalirkan
aspal
kembali
ke
dalam
kekosongan dalam pipa pengembali aspal, perlu dipasang dua atau tiga
buah lubang pada pipa pengembali di atas ambang atas tertinggi aspal
dalam tangki.
2.2.8 Timbangan agregat (aggregate weight hopper)
Pada AMP jenis takaran terdapat dua macam timbangan untuk
agregat yaitu timbangan untuk agregat dan timbangan untuk bahan
pengisi (filler). Timbangan untuk agregat ditempatkan langsung di bawah
bin
panas
(hot
bin).
Hasil
penimbangan
dari
agregat
langsung
berat
bin
panas
sulit
tercapai,
maka
operator
harus
melakukan pengecekan aliran material mulai dari bin dingin. Akan tetapi
jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka
dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi sebagai akibat
proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai. Temperatur agregat juga
akan berfluktuasi akibat dari kuantitas aliran agregat pada pengering
(dryer) yang tidak stabil.
Urutan penimbangan tiap bin panas harus diamati secara teliti dan
sebaiknya penimbangan fraksi agregat kasar didahulukan. Sebelum AMP
dioperasikan, skala timbangan dibersihkan, tiap bagian diperiksa dan
harus
dilakukan
kalibrasi
timbangan
secara
periodik
oleh
instansi
dalam
pencampur
(mixer/pugmill).
Waktu
pencampuran
harus
menyebabkan
hasil
pengadukan
menjadi
kurang
dua
jenis
pencampuran,
yaitu
pencampuran
kering
dan
menjalankan
semua
bagian-bagian
atau
komponen-
komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau gen
set. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel.Kekuatan atau
kapasitas genset ini harus cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor
listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga
listrik dan untuk penerangan.Semua sambungan-sambungan aliran listrik
harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan
lingkungan.
cara
otomatis.
Pada
pengaturan/pengoperasian
pengendalian
komponen
atau
operasi
cara
bagian-bagian
manual,
peralatan
dari
pencampur
atau
pugmill.Pengendalian
secara
semi
apabila
ada
kesalahankesalahan
atau
ketidakcocokan
dan
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
1. Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal)
adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana
agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal
untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi
persyaratan tertentu.
2. Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang
3.
takaran.Sementara
jenis
drum
relatif
sedikit
dengan
3.2 PENUTUP
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang terlibat dalam
kuliah lapangan dan pembuatan laporan ini, terima kasih kepada Prof.
Dr. H. Muh. Wihardi Tjaronge, ST, M.Eng selaku dosen pengampuh mata
kuliah Teknologi Bahan Konstruksi, terima kasih kepada perusahaan
yang telah berkerja sama selama kuliah lapangan ini berlangsung,
terima kasih kepada Rifaldy Haryanto yang mengabil alih transpotasi,
terima kasih kepada kelompok dari saudara Andi Aulia Wahab yang
turut serta dalam perkuliahan lapangan dari kelompok kami, terima
kasih pula kami ucapkan kepada Boby Rahman dan Algifar Permana
yang telah mendokumentasikan kuliah lapangan kali ini. Terakhir, kami
mengucapkan terima kasih kepada Muh. Ilham Jayadi dan Miswar
Tumpu yang telah mengedit dan mencari bahan untuk laporan ini,
tanpa bantuan anda, laporan ini tidak dapat diselesaikan dengan
sempurna. Terima kasih atas segala apresiasi anda.