Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KEGIATAN KULIAH LAPANGAN

ASPHALT MIXING PLANT

DISUSUN OLEH ;
1. RIFALDY HARYANTO
D111 12
2. MISWAR TUMPU
D111 12
3. MUH. ILHAM AKBAR J
D111 12
4. ALGIFAR
D111 12 116
5. BOBY RAHMAN
D111 12

104
259
113
106

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013/2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul " Analisis Asphalt Mixing Plant (Studi Kasus:
PT. TSM di Base Camp BONTO-BONTO JALAN POROS MALINO, KAB.
GOWA )".
Dalam

penyusunannya,

penulis

memperoleh

banyak

bantuan

dari

berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua
ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat
lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
MAKASSAR, 17 SEPTEMBER 2013

Penyusun

DAFTAR PUSTAKA
Kata
Pengangtar ..........................................................................
......................(i)
Daftar
Pustaka................................................................................
...................(ii)
Abstract........................................................................................
.....................(iii)
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Tujuan
2
1.3 Waktu Pelaksanaan
2
1.4 Metode Pelaksanaan
4
BAB 2 Asphalt Mixing Plant
2.1 Umum
4
2.2 AMP Jenis Takaran
8
BAB 3 Kesimpulan & Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Penutup
24

24

Analisis Asphalt Mixing Plant


(Studi Kasus: PT. TSM di Base Camp BONTO-BONTO JALAN POROS
MALINO, KAB. GOWA )
( Analysis of Asphalt Mixing Plant, Case Study: PT. TSM IN BASE CAMP
BONTO-BONTO JALAN POROS MALINO, KAB. GOWA)

MISWAR TUMPU
MUH. ILHAM AKBAR JAYADI
ALGIFAR
RIFALDY HARYANTO
BOBY RAHMAN
ABSTRACT

The construction sector has contributed an important role in the


development, especially in South Sulawesi Special Region. To
implement this role, the construction sector is in front of the
challenge to present the excellent quality of their construction
works. This condition is able to initiate the opportunities for
private industries to invest in this sector whether it is expansion
or diversification. As similar with other investment projects,
analysis asphalt mixing plant, stone crusher, and batching plant
concrete in civil construction sector is becoming a main

consideration in the investment plan. This paper presents the


application of analysis on the development plan of the asphalt
mixing plant. A case study of Asphalt Mixing Plant investment
plan owned by PT. TSM Works which is located in Bonto-Bonto
District, Gowa, South Sulawesi was considered in this study.
Keywords:

asphalt mixing plant, batching plant concrete,

stone crusher

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu perwujudan dari usaha pemerintah Daerah Sulawesi
Selatan

untuk

mengembangkan

potensi

ekonomi

adalah

dengan

membangun dan meningkatkan prasarana transportasi jalan di wilayah


provinsi Sul-Sel. Pembangunan dan peningkatan jalan ini bertujuan untuk
memperlancar hubungan antara satu daerah satu dengan daerah yang
lain. Untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan jalan berupa campuran
panas aspal (hotmix) yang memenuhi sisi kualitas dan kuantitas,
diperlukan sarana pengolahan campuran aspal (asphalt mixing plant/AMP)
yang memadai. PT TSM adalah perusahaan jasa
konstruksi di Daerah Sulawesi Selatan yang memiliki unit usaha AMP. Data
volume penjualan hotmix PT. TSM Unit AMP dari tahun ke tahun
menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan uraian di atas
dapat dilihat signifikansi evaluasi kelayakan finansial proyek investasi
AMP milik PT. TSM tersebut. Reilly dan Brown (2003)

mendefinisikan

investasi sebagai komitmen uang yang dibuat untuk jangka waktu

tertentu

dengan

harapan

mendapatkan

pembayaran

yang

mampu

memberikan kompensasi kepada investor untuk waktu, prediksi laju inflasi


dan ketidakpastian pembayaran di masa mendatang. Karena sifat tipikal
proyek infrastruktur yang multi-tahun, analisis kelayakan finansial proyek
investasi biasa dilakukan menggunakan konsep discounted cashflow
(DCF).

Dalam

DCF,

aliran

dana

(cashflow)

proyek

perlu

dihitung

penurunan nilainya (diskon) terhadap suatu tingkat diskonto (discount


rate) tertentu. Sesuai dengan sifatnya yang komersial, investor baik
institusional maupun perseorangan menginginkan adanya timbal balik
yang memadai dari setiap rupiah modal yang telah diinvestasikan.
Dengan demikian keputusan finansial harus dilandaskan pada analisis
kelayakan finansial yang cukup mendalam. Hal ini sangat relevan bila
dikaitkan dengan sifat dan karakteristik risiko investasi infrastruktur
swasta yang sangat
spesifik, yang berbeda dengan industri lainnya (Wibowo, 2008). Makalah
ini bertujuan untuk melakukan analisis AMP (asphalt mixing plant) milik
PT.

TSM

yang

berada

di

Dusun

Bonto-Bonto,

Desa

Bonto-Bonto,

Kecamatan Bili - Bili, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.


1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan kuliah lapangan ini adalah :
1. Sebagai salah satu bagian dari mata kuliah Teknologi Bahan
Konstruksi.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan bahan-bahan konstruksi.
3. Melihat proses langsung pembuatan bahan-bahan dasar konstruksi.
4. Lebih dapat memahamikonsep-konsep non akademis didunia kerja.
5. Sebagai sarana rekreasi.
1.3 Waktu Pelaksanaan
Hari

: Ahad

Tanggal

: 15 September 2013

Pukul

: 11.00 WITA sampai selesai

Tempat
: Dusun Bonto-Bonto, Desa Bonto-Bonto, Kecamatan BiliBili, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan di Basecamp PT.
TSM
1.4 Metode Pelaksanaan
Pada kuliah lapangan kali ini, kita mengunjungi beberapa tempat
yang telah di tugaskan oleh Prof. Muh. Wihardi Tjaronge, ST, MEng. Untuk
mengetahui proses pembuatan dari bahan dasar konstruksi jalan.
Pertama tama kita mengunjungi pembuatan Stone Cruiser yang
bertempat di kecamatan Bonto Marannu, disana kita melihat proses
pembuatan Sten Clay, Spilite, Chipping, dan Abu Batu.
Banyak

dari

para

pekerja

masih

sibuk

mengatur

dan

mengoperasikan alat alat berat untuk mengambil batu batu kali yang
ukurannya sekitar 5 15cm untuk dihancurkan oleh alat Stone Cruiser
Merk Golden Star buatan PT. Sydney Metal Industri. Dengan alat ini, batu
batu kali yang masih utuh dan berukuran yang masih dikategorikan besar,
dipecah menjadi serpihan kecil yang disebut dengan Sten Clay.
Kemudian, sebagian Sten Clay tersebut ditaruh di penampungan
Stan Clay yang berada dibagian belakang kawasan Stone Cruiser tersebut.
Sisanya, dilanjutkan ke proses selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah memecah Sten Clay menjadi Splite
dengan memecah kembali dari proses sebelumnya, setelah Splite dan
Stan Clay selesai dibuat, maka sisa dari serpihan terkecil tersebut bisa
dikategorikan sebagai Chipping dan Abu Batu.
Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang
diproduksi dari Stone Cruiser ini. Yaitu :
1.
2.
3.
4.

Ukuran
Ukuran
Ukuran
Ukuran

dari
dari
dari
dari

Sten Clay sebesar 5 7cm


Splite sebesar 3 5cm
Chipping sebesar 1 3cm
Abu Batu sebesar 0.5 1cm

Abu Batu yang kami lihat di lapangan secara sekilas mirip dengan
pasir, namum teksturnya lebih kasar dibandingkan dengan pasir sungai
atau pasir pantai.
Setelah mengunjungi Stone Cruiser, selanjutnya kami mengunjungi
pabrik Aspal Mixing Plant yang bertempat di dusun Bonto Bonto, desa
Bonto Bonto, kecamatan Bili-bili , kabupaten Gowa.
Kemudian setelah mengunjungi Aspal Mixing Plant, kami mengunjungi
PT. Beton cipta Sinar Perkasa yang terletak di kelurahan Samata
kabupaten gowa yang mana disitu kai melihat batching plant concrete.

BAB II
ASPHALT MIXING PLANT
2.1 Umum
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah
seperangkat

peralatan

mekanik

dan

elektronik

dimana

agregat

dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan


campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu. AMP
dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat

ke tempat lain. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran


beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP, yaitu:
a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis
takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur. Perbedaan utama dari
AMP jenis timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan
proses bekerjanya. Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam
campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan
sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam
campuran ditentukanberdasarkan berat masing-masing bahan yang
diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan waktu.
Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP, tujuan dasarnya adalah sama.
Yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang mengandung
bahan

pengikat

dan

agregat

yang

memenuhi

semua

persyaratan

spesifikasi .
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran
dimulai

dengan

penimbangan

agregat,

bahan

pengisi

(filler)

bila

diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan


Rencana

Campuran

Kerja

(RCK)

dan

dicampur

pada

pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pengaturan besarnya


bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat
dengan rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke
masingmasing bin pada bin panas menjadi lancar dan berimbang.
Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur
dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo
pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan
dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal
ditentukan

berdasarkan

kecepatan

pengaliran

dari

pompa

aspal.

Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah;
AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot

bin),

timbangan

(weight

hopper)

dan

pencampur

(pugmill/mixer)

sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak


tersedia. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga mempunyai persamaan
yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu
serta pencampur.
Bagian-bagian AMP jenis timbangan adalah :
1. Bin dingin (cold bins)
2. Pintu pengatur pengeluaran agregat dari bin dingin (cold feed gate)
3. Sistem pemasok agregat dingin (cold elevator)
4. Pengering (dryer)
5. Pengumpul debu (dust collector)
6. Cerobong pembuangan (exhaust stack)
7. Sistem pemasok agregat panas (hot elevator)
8. Unit ayakan panas (hot screening unit)
9. Bin panas (hot bins)
10. Timbangan Agregat (weigh box)
11. Pencampur (mixer atau pugmill)
12. Penyimpanan bahan pengisi (mineral filler storage)
13. Tangki aspal (hot asphalt storage)
14. Sistem penimbangan aspal (aspal weigh bucket)

Gambar II.1. AMP jenis takaran ( batch plant )


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.

Gambar II.2. AMP jenis pencampur drum (drum mix)


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.

Gambar II.3. Tipikal tata letak AMP jenis takaran dan pencampur
drum
Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.
Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP
jenis takaran.Sementara jenis drum relatif sedikit dengan kapasitas yang
kecil.

AMP

jenis

menerus

seperti

yang

banyak

dimiliki

beberapa

Kotamadya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu :

Gradasi agregat kurang begitu terjamin kesesuaiannya dengan


gradasi

pada

FCK,

disebabkan

karena

kontrolnya

hanyalah

dilakukan dari bukaan pintu bin dingin saja, dan tidak terdapatnya
kontrol kedua seperti pada jenis AMP takaran.

Pengaturan jumlah pasokan agregat tidak begitu teliti jika hanya


mengandalkan pengaturan bukaan bin dingin tanpa ada alat kontrol

lain (misalnya pengontrol kecepatan ban berjalan).


Jumlah pasokan aspal yang diberikan saat pencampuran dengan
agregat panas sangat tergantung dari viskositas aspal, sehingga
apabila terjadi penurunan temperatur aspal akan menyebabkan
jumlah aspal yang diberikan tidak sesuai dengan kadar aspal

optimum pada JMF.


Temperatur campuran kadang-kadang terjadi penyimpangan
Kelebihan AMP tipe drum adalah pengoperasiannya lebih sederhana
dan mudah, item pengontrolan lebih sedikit.

2.2. AMP jenis takaran


Pada AMP jenis takaran agregat digabungkan, dipanaskan dan
dikeringkan serta secara proporsional dicampur dengan aspal untuk
memproduksi campuran beraspal panas.AMP dapat berukuran kecil atau
besar tergantung dari kuantitas campuran yang dihasilkannya, disamping
itu ditinjau dari mobilitasnya, pada umumnya AMP jenis takaran dapat
digolongkan atas :
a) AMP yang permanen
b) AMP yang mudah di pindah-pindah dan dapat dipasang di dekat lokasi
proyek.
Kapasitas AMP bervariasi dan umumnya berkisar dari 500 kg sampai 1200
kg per batch atau lebih besar. Proses pencampuran untuk masing-masing
batch sekitar 40 menit. Untuk jalan-jalan dengan lalu-lintas padat dan
berat disarankan menggunakan kapasitas AMP yang lebih besar dari 800
kg per batch. Beberapa keunggulan dari penggunaan kapasitas 800 kg
per batch atau lebih adalah sebagai berikut :

Penggunaan kapasitas yang besar akan membantu menghasilkan


campuran

yang

relatif

seragam

dan

mengurangi

faktor

ketidakpastian.

Kapasitas yang lebih besar relatif lebih menjamin kelancaran


pasokan campuran beraspal ke unit penghampar. Pasokan yang
tidak

lancar

pada

unit

penghampar

dapat

mengakibatkan

permukaan jalan tidak rata dan kepadatan tidak tercapai, karena


campuran di bawah alat penghampar telah dingin sehingga pada
bagian tersebut sulit diratakan dan dipadatkan.

Kapasitas yang besar akan mempercepat penyelesaian pekerjaan,


yang berarti mengurangi gangguan terhadap kelancaran lalu-lintas.
Pada

jalan-jalan

utama

gangguan

akibat

adanya

pekerjaan

pelapisan ulang sangat besar pengaruhnya.


Proses produksi campuran beraspal panas dengan menggunakan AMP
jenis takaran seperti diperlihatkan pada Gambar 4 dimulai dari memasok
agregat dingin dari bin dingin dengan jumlah terkontrol, kemudian
dipanaskan dan dikeringkan melalui pengering (dryer). Selanjutnya
agregat disaring dengan unit saringan panas (hot screen) yang akan
memisahkan agregat berdasarkan ukuran fraksinya lalu dimasukkan ke
dalam bin panas. Masing-masing agregat dari bin panas ditimbang sesuai
proporsi

yang

diinginkan.

Bila

diperlukan,

bahan

pengisi

(filler)

ditambahkan melalui pemasok bahan pengisi.Selanjutnya dicampur kering


dalam pencampur.Aspal dengan jumlah terkontrol ditambahkan setelah
pencampuran kering.Bila pencampuran agregat dengan aspal telah
homogen, campuran selanjutnya dituangkan ke dalam truk pengangkut
dan dibawa ke tempat penghamparan.

Gambar II.4. Skema pengoperasian AMP jenis takaran

Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas


Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.

2.2.1 Bin dingin


Bin dingin (cold bin) adalah bak tempat menampung material
agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar
yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas (hot mix)
.Bagian pertama dari AMP adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan
fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin
harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masingmasing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat
tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi
dari masing masing bin sesuai dengan rencana gradasi pada formula
campuran kerja (FCK/JMF ). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat
baja pemisah antar bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut)
yang digunakan mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak
(bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin. Jika
pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh
berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat.
Penyimpangan gradasi agregat di bin dingin baik itu karena
tercampurnya agregat pada masing-masing bin atau kalibrasi bukaan
yang kurang tepat dapat mengakibatkan kesulitan pengaturan gradasi di
bin panas. Kemungkinan salah satu bin panas pengisian agregat relatif
lebih lama dibanding dengan bin lainnya. Akibatnya waktu produksi
menjadi lama dan selama menunggu terisinya bin tersebut, terjadi
pelimpahan material (overflow) pada bin panas lainnya.
Jenis bin dingin yang umum dikenal [3]adalah : (1) ban berjalan
menerus, (2) getar, dan (3) aliran. Tipikal masing-masing jenis bin dingin

tersebut diperlihatkan pada Gambar 5. Jenis pertama (continuous) cocok


untuk agregat halus, sedangkan yang lainnya cocokuntuk agregat kasar.

Gambar II.5 Jenis-jenis bin dingin


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.

2.2.1.1 Pintu pengeluar agregat pada bin dingin


Pintu pengeluaran agregat pada bin dingin (cold feed gate)
dipasang di bagian bawah dari bin dingin, lubang pintu ini dilengkapi
dengan skala yang angkanya menunjukkan besarnya lubang bukaan yang
dapat diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan.
Besarnya bukaan pintu pada setiap bin dingin yang telah berisi agregat
dan siap untuk digunakan dalam pencampuran, harus dikalibrasi terlebih
dahulu pada setiap kondisi dan jenis agregat yang akan digunakan.
Kelancaran pasokan agregat ke bin panas dapat terganggu jika pintu
pengeluaran bin dingin tersumbat oleh batu atau lainnya. Untuk menjaga
kelancaran pasokan dari bin dingin, biasanya ada personil khusus yang
mengawasi kelancaran pasokan tersebut. Pada musim hujan, jika agregat
halus

tidak

dilindungi

terhadap

hujan,

dapat

juga

menyebabkan

penyumbatan pintu pasokan akibat menggumpalnya agregat halus di


pintu pengeluaran/pasokan.
2.2.1.2 Sistim pemasok agregat dingin
Sistim pemasok agregat dingin dipasang pada empat atau lebih bin
dingin, melalui bukaan atau pintu yang dapat diatur, agregat dingin
diangkut melalui reciprocating feeder dan atau ban berjalan (belt
conveyor) dan diteruskan menggunakan elevator dingin (cold elevator)
menuju ke drum pengering, tipikal sistim pemasok agregat dingin
diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar II.6. Tipikal pemasokan agregat dari bin dingin


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I :
Kesinambungan

aliran

material

dari

bin

dingin

ini

sangat

berpengaruh terhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu


pengendalian mutu yang ketat pada bin dingin salah satu penyimpangan
yang sering terjadi pada bin dingin adalah tidak dipasangnya pembatas
antara mulut pasokan agregat pada bin dingin sehingga agregat dari bin
dingin yang satu bercampur dengan agregat dari bin dingin lainnya.
Faktorfaktor yang harus mendapat perhatian pada bin dingin (cold bin)
adalah:

Tidak ada perubahan gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat


disebabkan karena perbedaan quari atau suplier. Jika terjadi
perubahan gradasi agregat maka harus dilakukan pembuatan FCK
(JMF) kembali.

Agregat tidak tercampur. Pencampuran agregat antar bin yang


berdekatan dapat dicegah dengan membuat pemisah yang cukup
dan pengisian tidak berlebih.

Bukaan bin dingin dikalibrasi secara periodik.

Tidak ada penghalang pada bukaan bin dingin. Bukaan bin dingin
agregat halus kadang-kadang tersumbat jika agregat halus basah,

agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang


tidak umum seperti batu dan kayu.

Tidak terjadi perubahan kecepatan conveyor dan ada operator yang


mengontrol aliran agregat untuk membuang material yang tidak
perlu.

2.2.2 Pengering (Dryer)


Dari bin dingin agregat dibawa melalui elevator dingin dinaikkan ke
dalam

pengering

(dryer)

untuk

dipanaskan

dan

dikeringkan

pada

temperatur yang diminta. Pengering ini berbentuk silinder dengan


panjang dan diameter tertentu berdasarkan kapasitas maksimum produksi
yang direncanakan per jamnya .
Pengering mempunyai fungsi: (1) menghilangkan kandungan air
pada agregat; dan (2) memanaskan agregat sampai temperatur yang
disyaratkan. Komponen yang terdapat pada sistim pengering adalah:
Silinder berputar (pengering) yang umumnya berdiameter 91 cm sampai
305 cm dan panjang 610 cm sampai 1219 cm.
Ketel pembakar (burner) yang berisi gas atau minyak bakar untuk
menyalakan pemanas.

Kipas

(fan) sebagai bagian dari system pengumpul debu dan

mempunyai fungsi utama untuk memberikan udara atau oksigen dalam


sistim pemanas.

Gambar II.7. Pengering pada drum pengering AMP jenis takaran


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.
Pada sistim pengering dipasang serangkaian baris sudu-sudu yang
terbuat dari pelat logam cekung yang dilas dalam bentuk yang bervariasi
dan melekat pada permukaan di bagian dalam silinder tersebut.Sudu-sudu
ini (flight cup) digunakan untuk mengangkat dan menjatuhkan agregat
sehingga pengeringan agregat menjadi merata.Tipikal sudu-sudu (flight
up) diperlihatkan pada Gambar 8. Bentuk pengering, kecepatan putaran,
diameter , panjang, jumlah dan disain dari sudusudu (flight cup)
mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan
di dalam sistim pengering agregat. Oleh karena itu jumlah, bentuk dan
susunan

sudu-sudu

harus

diperhatikan

untuk

efisiensi

pengeringan.Selanjutnya agregat yang telah dikeringkan dialirkan menuju


elevator panas (hotelevator) melalui pintu pengeluar yang terdapat pada
ujung alat pengering.

Gambar II.8. Tipikal sudu-sudu pada pengering


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.
Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar
diperoleh campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain :

Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur


pemanasan. Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit
pengering

akibat

dari

pengaturan

bukaan

bin

dingin

dapat

menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk


berkurang sementara panas pembakar tetap).

Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna


asap yang keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api
pembakaran berwarna biru. Warnaasap yang hitam menandakan
pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang
tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat dari hot bin,
agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal
tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak
dapat melekat dengan baik ke agregat.

Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu
lakukan

pemeriksaan

kadar

air

secara

cepat;

ambil

contoh

secukupnya, kemudian lewatkan cermin yang kering, atau spatula


diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air yang mengembun
pada

permukaan

cermin

atau

spatula.

Agregat

yang

masih

mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke


agregat,

sehingga

kelebihan aspal.

campuran

beraspal

berprilaku

seolah-olah

2.2.3 Pengumpul debu (dust collector)


Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat
pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP[3]. Gas buang yang
keluar dari sistim pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar
(exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu
yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi
udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon
atau atap rumah di sekitar lokasi AMP. Secara umum terdapat beberapa
jenis kombinasi sistim pengumpul debu, antara lain :

Sistim pengumpul debu jenis kering (dry cyclone dust collector),


debu yang terbawa gas buangan diputar, sehingga partikel berat ke
bagian bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap.
Partikel berat selanjutnya dikembalikan ke bin panas (hot bin)
melalui sistim pengatur udara (air lock damper).

Sistim pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector),


debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga
partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih
keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian
dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung
terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup
banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak
sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan maka segera lakukan koreksi atau perbaikan pada
pengering (dryer).

Tipikal dari kedua jenis pengumpul debu diperlihatkan pada Gambar 9.


Muatan udara yang mengandung partikel debu, asap dan gas harus
dikontrol sampai ambang batas yang telah ditentukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku mengenai dampak lingkungan.

Jenis kering (dry cyclone dust collector)

Jenis basah (wet scrubber dust

collector)

Gambar II.9. Tipikal jenis-jenis pengumpul debu Lubang


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.
2.2.4 Unit ayakan panas (hot screening unit)
Kebanyakan AMP menggunakan unit ayakan panas (hot screening
unit) jenis mendatar dengan sistim penggetar yang umumnya terdiri dari
empat susunan. Agregat yang telah dikeringkan dan dipanaskan diangkut
dengan mangkok elevator panas (hot elevatorbucket) untuk disaring
dengan susunan unit ayakan panas dan dipisahkan dalam beberapa
ukuran yang selanjutnya dikirim ke bin panas (hot bin). Tipikal unit ayakan
panas

diperlihatkan

pada

Gambar

II.10.

Umumnya

pada

proses

penyaringan terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang semestinya


masuk ke bin panas I tetapi terbawa ke bin panas II. Pelimpahan ini pada
kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga
tidak terlalu mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi presentase
tersebut dapat bertambah jika : lubang saringan tertutup agregat,
kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah
sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat halus basah
sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus tersebut
akanmenggumpal dan masuk

ke hot bin yang tidak

semestinya.

Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan sudah ada yang


rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke bin panas yang tidak
semestinya.
Faktor-faktor

tersebut

dapat

menyebabkan

terjadinya

penyimpangan gradasi dan kadar aspal secara serius. Unit bagian atas
dari susunan ayakan merupakan penutup dari dek dan merupakan
saringan pertama yang biasa disebut pemisah (scalping). Pada susunan
unit ayakan dengan ukuran lubang terbesar berfungsi membuang agregat
yang mempunyai diameter yang lebih besar dari ukuran agregat
maksimum yang diminta (oversize) agar tidak masuk ke bin panas (hot
bin) dan membuangnya pada pintu pembuang.

Gambar II.10. Tipikal unit ayakan panas


Sumber:Manual Pemeriksaan Peralatan Unit Pencampur Aspal Panas
Buku-I : Fungsi dan Cara Kerja.
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada
ukuran yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran
beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :

Saringan pertama / teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang


ukurannya lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuang

Saringan ke-dua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir


agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1

Saringan ke-tiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat


antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.

Saringan ke-empat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat


antara 4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara
agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4.

Unit ayakan panas harus dibersihkan dan diperiksa setiap hari untuk
menghindarkan dari kemungkinan rusak atau robek.
2.2.5 Bin panas (hot bin)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP jenis takaran (batch). Pada
AMP jenis takaranumumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan
pembatas yang rapat dan kuatdan tidak boleh berlubang serta
mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampumenampung agregat
panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkanmelalui
unit ayakan panas.Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang
saluran pipa untuk membuangagregat yang berlebih dari tiap bin panas
yang dapat dioperasikan secara manual atauotomatis.Jika agregat halus
masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelahpemanasan,
maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpalpada dingding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat.
Hal tersebut dapatmenyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu
penambahan material yang lolossaringan No. 200.
2.2.6 Sistim pemasok bahan pengisi (filler elevator)
Bahan pengisi (filler) sangat sensitif untuk mengeras karena
pengaruh kadar air, oleh karena itu diperlukan wadah khusus (silo) agar
bahan pengisi bebas dari pengaruh air. Umumnya bahan pengisi
dimasukkan ke dalam AMP melalui penimbang yang biasa disediakan
untuk menimbang agregat panas, namun terdapat juga AMP yang
menyediakan penimbang khusus untuk bahan pengisi.Terdapat dua sistim
untuk memasok bahan pengisi ke dalam AMP yaitu sistim pneumatik dan

mekanik. Untuk sistim pneumatik, bahan pengisi dimasukkan ke dalam


pencampur dengan cara pengaliran seperti bahan cair, sedangkan untuk
sistim makanik bahan pengisi dari silo dimasukkan ke dalam pencampur
dengan menggunakan wadahwadah yang dirangkai dengan ban berjalan
sehingga merupakan elevator bahan pengisi. Karena pengaruh bahan
pengisi dalam campuran cukup besar, maka diperlukan pemeriksaan
secara berkala. Penambahan bahan pengisi akan menyebabkan campuran
menjadi lebih kaku (stiff), akan tetapi penambahan yang terlalu banyak
akan berpengaruh negatif, yaitu lapisan beraspal menjadi getas dan
mudah retak.
2.2.7 Tangki aspal (asphalt storage)
Tangki
menampung

aspal

pada

aspal

yang

AMP

harus

memenuhi

cukup

besar

kebutuhan

sehingga
aspal

saat

dapat
AMP

dioperasikan, dan aspal yang terdapat di dalamnya dapat dengan mudah


terlihat.Pada beberapa AMP terdapat beberapa tangki aspal yang saling
berhubungan satu dengan lainnya.Tangki pertama mempunyai fungsi
menampung aspal yang baru datang dari pemasok, dan tangki lainnya
mempunyai fungsi untuk menampung aspal yang telah dipanaskan dan
siap

untuk

ditimbang

dan

dimasukkan

ke

dalam

pencampur

(mixer/pugmill). Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah alat sensor


thermometric yang telah dikalibrasi sehingga temperatur aspal dari tiap
tangki akan terkontrol.
Aspal harus cukup cair untuk dapat dialirkan dengan baik, oleh karena itu
diperlukan penangas aspal. Terdapat beberapa jenis penangas aspal di
dalam tangki, antara lain dengan sistim sirkulasi uap panas atau sirkulasi
oli panas di dalam tangki aspal atau dapat juga dengan sistim elektrik.
Pada sirkulasi aspal terdapat dua jenis pipa, yaitu pipa pemasok
yang berfungsi mengalirkan aspal panas untuk ditimbang dan pipa
pengembali

yang

berfungsi

mengalirkan

aspal

kembali

ke

dalam

tangki.Tangki aspal, pipa pemasok, pipa pengembali, dan timbangan aspal


harus mempunyai pelindung panas sehingga dapat menjamin temperatur
aspal sesuai dengan yang ditentukan.Pada sirkulasi aspal pipa pengembali
harus terletak di bawah pipa pemasok aspal.Untuk mencegah terjadinya

kekosongan dalam pipa pengembali aspal, perlu dipasang dua atau tiga
buah lubang pada pipa pengembali di atas ambang atas tertinggi aspal
dalam tangki.
2.2.8 Timbangan agregat (aggregate weight hopper)
Pada AMP jenis takaran terdapat dua macam timbangan untuk
agregat yaitu timbangan untuk agregat dan timbangan untuk bahan
pengisi (filler). Timbangan untuk agregat ditempatkan langsung di bawah
bin

panas

(hot

bin).

Hasil

penimbangan

dari

agregat

langsung

ditransmisikan oleh mekanisme timbangan pada skala penunjuk tanpa


pegas, sehingga berat agregat tiap bin serta jumlah tiap takaran dapat
dibaca.
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu
pencapaian

berat

bin

panas

sulit

tercapai,

maka

operator

harus

melakukan pengecekan aliran material mulai dari bin dingin. Akan tetapi
jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka
dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi sebagai akibat
proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai. Temperatur agregat juga
akan berfluktuasi akibat dari kuantitas aliran agregat pada pengering
(dryer) yang tidak stabil.
Urutan penimbangan tiap bin panas harus diamati secara teliti dan
sebaiknya penimbangan fraksi agregat kasar didahulukan. Sebelum AMP
dioperasikan, skala timbangan dibersihkan, tiap bagian diperiksa dan
harus

dilakukan

kalibrasi

timbangan

secara

periodik

oleh

instansi

berwenang.AMP sebaiknya menggunakan sistim kontrol yang otomatis


untuk memperoleh komposisi campuran yang sesuai.
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat
perhatian antara lain sebagai berikut :
- Kalibrasi timbangan.
- Weigh box tergantung bebas.
- Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.
2.2.9 Timbangan aspal (asphalt weight hopper)

Setelah aspal dipanaskan dalam tangki aspal pada temperatur yang


ditentukan berdasarkan tingkat keencerannya, maka aspal panas dialirkan
melalui pipa pemasok untuk ditimbang beratnya sesuai dengan yang
dibutuhkan sebelum dimasukkan ke dalam pencampur
(mixer/pugmill).Gambar skematik aliran aspal dan pengukuran aspal
diilustrasikan pada Gambar II.11.Kuantitas aspal yang dialirkan ke dalam
pencampur (mixer) harus selalu diamati dan secara berkala timbangannya
dikalibrasi, sehingga diperoleh jumlah aspal yang tepat dengan toleransi
sesuai dengan spesifikasi.

Gambar II.11. Tipikal penimbangan dan aliran aspal

2.2.10 Pencampur (mixer atau pugmill)


Setelah aspal, agregat dan bahan pengisi (bila perlu) ditimbang
sesuai dengan komposisi yang direncanakan, bahan tersebut dimasukkan
ke

dalam

pencampur

(mixer/pugmill).

Waktu

pencampuran

harus

sesingkat mungkin untuk mencegah oksidasi yang berlebih namun harus


diperoleh penyelimutan yang seragam pada semua butir agregat.
Pencampur terdiri dari ruang (chamber) dan poros kembar (twin shaft)
yang dilengkapi dengan dengan kayuh atau pedal (paddle). Untuk
menghasilkan pengadukan yang baik, pedal harus dalam kondisi baik
(tidak aus) dan posisinya sedemikian rupa sehingga ruang bebas
(clearance) antara ujung pedal dan dinding ruang pencampuran kurang
dari 1,5 kali ukuran maksimum agregat. Pengisian yang terlalu banyak
akan

menyebabkan

hasil

pengadukan

menjadi

kurang

sempurna,sementara pengisian terlalu sedikit tidak efisien. Dalam pugmill


terjadi

dua

jenis

pencampuran,

yaitu

pencampuran

kering

dan

pencampuran basah (setelah ditambah aspal).Lamanya pencampuran


kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi
agregat, umumnya 1 atau 2 detik.Pencampuran basah juga diusahakan
seminimal mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi atau
penuaan (aging) dari aspal.Apabila agregat kasar (tertahan saringan No.
8) telah terselimuti aspal maka pencampuran basah dihentikan, karena
dapat dipastikan agregat halus juga telah terselimuti aspal.Umumnya
waktu pencampuran sekitar 30 detik.
1.2.11. Tenaga penggerak
Untuk

menjalankan

semua

bagian-bagian

atau

komponen-

komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau gen
set. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel.Kekuatan atau
kapasitas genset ini harus cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor
listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga
listrik dan untuk penerangan.Semua sambungan-sambungan aliran listrik
harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan
lingkungan.

1.2.12. Ruang pengendali pengontrol atau ruang pengontrol


(control room)
Seluruh kegiatan operasi unit peralatan pencampur aspal panas (AMP)
dikendalikan dari ruang pengontrol atau control room ini. Ada 3 cara
pengendalian operasi yang dikenal; yaitu cara manual, cara semi otomatis
dan

cara

otomatis.

Pada

pengaturan/pengoperasian

pengendalian

komponen

atau

operasi

cara

bagian-bagian

manual,
peralatan

pencampur aspal panas (AMP) dilakukan dengan mengatur sakelar atau

tombol mengunakan tangan. Yaitu pengaturan pemasokan agregat, aspal,


pembakaran pada burner, penimbangan, pencampuran serta pengeluaran
campuran

dari

pencampur

atau

pugmill.Pengendalian

secara

semi

otomatis, beberapa pengaturan pembukaan dan penimbangan masih


dikontrol secara manual, termasuk bukaan pintu pengeluaran pugmill.
Pengendalian operasi secara otomatis, maka semua operasinya
sudah diatur secara otomatis dengan sistem komputerisasi, termasuk
kontrol

apabila

ada

kesalahankesalahan

atau

ketidakcocokan

dan

ketidaklancaran operasi dari satu atau beberapa bagian kegiatan/ operasi,


misalnya temperatur agregat panas rendah maka terkontrol pada
burnernya, misalnya ditingkatkan pemanasannya. Pada pengendalian
operasi secara otomatis harus lebih teliti pengamatan alat-alat ukurnya
serta hubungan-hubungan sirkuit dari peralatan pencampur aspal panas
(AMP) ke ruang pengendalian, karena besaran-besaran yang sudah
diprogram bisa saja bersalahan akibat sirkuit yang terganggu, sehingga
kemungkinan produk akhir berada di luar spesifikasi yang sudah
dirancang atau diformulasikan sebelumnya.

BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut :
1. Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal)
adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana
agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal
untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi
persyaratan tertentu.
2. Terdapat perbedaan diantara keempat kategori batu serpih yang

3.

diproduksi dari Stone Cruiser ini. Yaitu :


Ukuran dari Sten Clay sebesar 5 7cm
Ukuran dari Splite sebesar 3 5cm
Ukuran dari Chipping sebesar 1 3cm
Ukuran dari Abu Batu sebesar 0.5 1cm
Di Indonesia sebagian besar jenis AMP yang ada adalah dari AMP
jenis

takaran.Sementara

jenis

drum

relatif

sedikit

dengan

kapasitas yang kecil.

3.2 PENUTUP
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang terlibat dalam
kuliah lapangan dan pembuatan laporan ini, terima kasih kepada Prof.
Dr. H. Muh. Wihardi Tjaronge, ST, M.Eng selaku dosen pengampuh mata
kuliah Teknologi Bahan Konstruksi, terima kasih kepada perusahaan
yang telah berkerja sama selama kuliah lapangan ini berlangsung,
terima kasih kepada Rifaldy Haryanto yang mengabil alih transpotasi,
terima kasih kepada kelompok dari saudara Andi Aulia Wahab yang
turut serta dalam perkuliahan lapangan dari kelompok kami, terima
kasih pula kami ucapkan kepada Boby Rahman dan Algifar Permana
yang telah mendokumentasikan kuliah lapangan kali ini. Terakhir, kami
mengucapkan terima kasih kepada Muh. Ilham Jayadi dan Miswar
Tumpu yang telah mengedit dan mencari bahan untuk laporan ini,
tanpa bantuan anda, laporan ini tidak dapat diselesaikan dengan
sempurna. Terima kasih atas segala apresiasi anda.

Anda mungkin juga menyukai