com/doc/52979677/Reservoir-Porosity-and-Permeability
Reservoir Porosity and Permeability
Dalam petroleum, ada dua fisik yang sangat pentinguntuk menentukan reservoir yang baik:
(1) porositas, atau rongga yang cukup untuk mengisi hidrokarbon sehingga bisa dihitung
cadangan hidrokarbon dan
(2) permeabilitas, kemampuan hidrokarbon untuk mengalir melaluir ongga tersebut saat
mengalami produksi (Satyana, 2005). Batuan yang mempunyai kombinasi yang baik antara
porositas dan permeabilitas adalah sandstone dan carbonates (gambar.1)
Gambar 1
Batuan yang banyak pori juga tidak baik untuk reservoir, karena jalur hidrokarbon sangat
kecil untuk dilalui. Biasanya pada fine grain size (siltstone dan shale), atau poor sorting
(dimana ukuran butir kasar dan halus bercampur dan ukuruan yang halus menyumbat jalur
hidrokarbon) (gambar 2&3) perlu dicatat, tidak ada hubungan antara porositas dan
permeabilitas. Suatu batuan yang mempunyai porositas yang baik belum tentu impermeable
jika tidak ada kontak antara pori-pori. Permabilitas pasir yang besar biasanya porositasnya
juga besar (Satyana, 2005)
Porositas primer dan permeabilitas dari batu pasir banyak dipengaruhi oleh ukuran
butir, sorting dan packing partikel sedimen. Kebanyakan silisi klastik reservoir mempunyai
diagenesa yang kuat sehingga mengubah porositas dan permeabilitas (seperti hadirnya
mineral-mineral autigenik seperti lempung yang mengisi pori sehingga mengurangi
porositas) (Satyana, 2005).
Nilai porositas suatu batuan sangat bergantung kepada keseragaman ukuran dan bentuk butir
serta dipengaruhi juga oleh karakteristik kompaksi butiran tersebut. Semakin tinggi tingkat
keseragaman ukuran dan bentuk butir dalam suatu batuan, maka akan semakin tinggi nilai
porositasnya. Sedangkan kompaksi akan semakin memperkecil nilai porositas suatu batuan.
Gambar dibawah menunjukan frekuensi reservoir minyak dan gas yang diplot berlawanan
dengan porositas. Hampir semua reservoir mempunyai porositas yang berkisar 5%-30% dan
yang paling banyak berkisar antara 10%-20%
Ukuran porositas yang komersial berkisar kurang dari 5%, dan yang lebih dari 35%
sangat tidak baik. Porositas dapat dihitung di laboratorium yang datanya diambil dari core,
dan lubang bor menggunakan well log, terutama sonic, density dan neutron log. Kadang-kadang bisa
juga menggunakan data seismic.
Ada tiga tipe utama dari porositas :
interconnected, connected dan isolated
Gambar. 5
Interconnected porositas memanfaatkan rongga untuk saling berhubungan dengan ronggarongga di sampingnya
Gambar. 6
Connected porosity hanya mempunyai satu rongga yang dapat dilalui (a) yang berhubungan dengan
rongga lainnya
Gambar. 7
bisa menghasilkan hydrocarbon. Banyak minyak dan gas yang terkandung memasuki pori
sebelum mengalami kompaksi atau sementasi.
Jadi, isolated porosity berguna untuk mengetahui total porositas batuan tapi tidak menjadi
effective porosity. Porositas dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama menurut
pembentukannya (Murray,1960). Porositas primer yang terbentuk ketika sedimen terendapkan dan
Porositas Sekunder yang terbentuk setelah pengendapan.
Primary Porosity
Porositas primer dapat dibagi menjadi dua tipe: intergranular atau interparticle porosity
(gambar.8), yang terjadi antara butiran sedimen. Dan intragranular atau intraparticle porosity
(gambar.9) yang terbentuk di dalam butiran sedimen.
Gambar 8
Gambar.9
Intergranular porosity banyak terbentuk pada batu pasir. Pori-pori saling berhubungan satu
sama lain. Reservoir dengan intergranular porosity biasanya mempunyai interconnected porosity dan
permeailitas yang bagus. Effective porosity pada reservoir sepert iini sama dengan total
porosity.Intragranular porosity lebih banyak dicirikan pada endapan baru batu gamping.
Gambar 6 adalah sayatan tipis dari reservoir batugamping yang menunjukan pori-pori di
dalam butiran sekeletal
Secondary Porosity
Porositas sekunder adalah porositas yang terbentuk di dalam suatu reservoir setelah
pengendapan. Tipe utama porositas sekunder
Fenestral;
Intercrystalline;
Solution (moldic and vuggy)
Fracture
Fenestral porosity berkembang ketika ada jeda pada batuan lebih besar dari pori-pori
grain_supported normal. Porositas ini mencirikan lagoonal yang kekeringan akibat penyusutan
dan penekukan laminae. Tipe porositas ini jarang ditemukan.
Intercrystalline porosity yang terjadi antara Kristal porositas ini ditemukan pada
beberapa lapangan minyak dan gas. Pada rekristalisasi limestone, intercrystalline prorsity
dapat diabaikan. Akan tetapi, kristalin dolomites sering memiliki intercrystalline prositas yang
tinggi.
Gambar 10
Tipe intercrystalline porosity ini menunjukan dolomite sekunder dengan karakteristik
saccaroidal teksture yang sangat bagus untuk menjadi reservoir. Beberapa tipe porositas
sekunder lainnya dapat diakibatkan oleh solution. Proses ini sangat penting dalam
pembentukan porositas karbonat, tapi dapat juga berkembang dibatuan sedimen. Ada
beberapa cara proses solution terbentuk:
Gambar. 11
Gambar11 menunjukan pori-pori solution sekunder pada limestone Beberapa pori
saling berentetan. Ini terjadi ketika butir-butir gamping terlepas. Tipe fabric ini disebut
moldic, dan pori-porinya disebut pelmoldic. Ada jarak pori-pori yang memotong moldic
tersebut dan selanjutnya disebut vugs dan porositasnya disebut vuggy. Porositas sekunder
lainnya adalah fracture porosity. Fractured reservoir dapat terjadi dibanyak batuan yang patah
karena retakan-retakan dari pada deformasi. Jadi, ada banyak fractured reservoir pada lempung,
hard-cemented quartzitic sandstone, limestone, dolomite dan pastinya pada batuan basement
seperti granit dan metamorf. Seperti yang ditunjukan pada gambar 9, retakan mungkin berkembang dari
gaya tektonik yang berhubungan dengan lipatan dan sesar.
Gambar 12
Rekahan biasanya vertical sampai subvertikal dengan lebar sekitar 6 mm
(gambar12). Ketika porositas ini berkembang, reservoir akan memiliki permeabilitas yang
tinggi, walaupun kenyataannya porositasnya rendah. Satu hal yang harus bisa dibedakan yaitu
antara fracture porosity dan porositas yang terjadi didalam batuan itu, sering sekali rekahanrekahan menjadi tempat penyimpanan minyak dan gas didalam suatu batuan. Fracture
porosity dapat menghasilkan tingkat produktivitas yang tingggi selama tess well log. Ketika
suatu batuan pecah, rekahan tidak selalu terbuka. Mungkin saja diisi sementasilateral oleh
silica, calcite atau dolomite (gambar 14)
Gambar 13.
Gambar 14