Anda di halaman 1dari 14

1

Analisis kadar klorofil, indeks stomata dan luas daun tumbuhan mahoni (Swietenia
macrophylla King.) pada beberapa jalan di Gorontalo
Andri Windi Satolom1, Novri Y. Kandowangko2, Abubakar Sidik Katili2
1Mahasiswa Jurusan Biologi, 2Dosen Jurusan Biologi
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Email : biologi.andri@ymail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel dengan intensitas
kendaraan bermotor pada beberapa jalan di Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif menggunakan metode expo-facto. Variabel yang diamati yaitu kadar
klorofil, indeks stomata, dan luas daun mahoni. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
secara statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1). Mahoni yang tumbuh pada beberapa jalan di Gorontalo memiliki kadar klorofil daun dengan
rata-rata berkisar antara 34,11 (SPAD) sampai dengan 58,21 (SPAD), indeks stomata pada
mahoni rata-rata berkisar antara 20,13 % sampai dengan 29,84 % dan luas daun pada mahoni
rata-rata berkisar antara 32,94 cm2 sampai dengan 55,02 cm2, 2). Hubungan intensitas kendaraan
bermotor dengan kadar klorofil serta luas daun berkorelasi negative, masing-masing dengan
nilai rs = - 0,800 dan rs = - 0,501, sedangkan dengan indeks stomata, berkorelasi positif dengan
nilai rs = 0,386.
Kata Kunci : Kadar klorofil, Indeks Stomata, Luas daun, Swietenia macrophylla King.

meningkatkan kadar polutan di udara akibat

PENDAHULUAN
Perkembangan
segala

bidang

pembangunan

di

Indonesia

saat

di

emisi (pelepasan) dari asap kendaraan

ini

bermotor.

meningkat sejalan dengan perkembangan

Berdasarkan

survey

kendaraan

ilmu pengetahuan. Hal ini seiring dengan

bermotor oleh dinas PJJN (Peningkatan

meningkatnya

di

Jalan dan Jembatan Nasional) Provinsi

pusat

Gorontalo pada beberapa jalan di Gorontalo

perkotaan

pembangunan

seperti

perkantoran,

fisik

pembangunan

pemukiman

dan

kegiatan

pada tahun 2010,

lainnya yang menuntut mobilitas tinggi,

Ahmad

sehingga

peningkatan

memiliki intensitas kendaraan bermotor

volume kendaraan. Bertambahnya jumlah

paling tinggi yaitu 52.318 unit/hari, Jalan

kendaraan

tingginya

Agus Salim dengan intensitas kendaraan

konsumsi bahan bakar yang kemudian akan

bermotor 27.403 unit/hari, jalan Djalaludin

memberikan dampak negatif yaitu dapat

Tantu dengan intensitas kendaraan bermotor

berdampak

pada

mengakibatkan

Yani

menunjukkan Jalan

merupakan

jalan

yang

2
18.727 unit/hari, jalan Basuki Rachmat pada

secara

dengan

menyebabkan kerusakan dan perubahan

intensitas

kendaraan

bermotor

sendiri-sendiri

kombinasi

23.823 unit/hari, dan jalan Batas kota

fisiologi

Gorontalo-limboto

intensitas

diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan

unit/hari.

(Kozlowski, 1991 dalam Siregar, 2005).

kendaraan

dengan

bermotor

27.398

tanaman

atau

yang

kemudian

Peningkatan intensitas kendaraan bermotor

Klorofil sebagai pigmen hijau yang

secara langsung akan meningkatkan emisi

berfungsi sebagai penyerap cahaya dalam

gas buang kendaraan yang berasal dari

kegiatan fotosintesis dan berlangsung dalam

proses

jaringan

pembakaran

pada

kendaraan

bermotor.

mesofil

kadarnya

daun

sejalan

akan

dengan

menurun

peningkatan

Proses pembakaran pada kendaraan

pencemaran udara. Menurut Karliansyah

bermotor berbahan bakar bensin (Spark

(1997), daun tanaman Angsana dan Mahoni

Ignition Engine) menghasilkan emisi gas

yang terletak di sejumlah jalan di Jakarta

buang karbon monoksida (CO) sebesar 70

dapat dijadikan sebagai indikator dari

%, timbal (Pb) sebesar 100 %, hidrokarbon

polutan pencemar SO2 dan NO2. Hal ini

(HC) sebesar 60 %, dan oksida nitrogen

ditandai dengan hubungan antara klorofil a

(NOx) sebesar 60 %. Kendaraan bermotor

dan b dengan NO dan SO2 yang berkorelasi

berbahan bakar solar/diesel (compression

negative

ignition engine) dihasilkan juga partikel

menyebabkan penurunan kadar klorofil),

halus

sehingga

(particulat

matter)

mengandung

(kenaikan

dapat

SO2

dan

disimpulkan

pencemaran

mulai

pendengaran,

menyebabkan terjadinya perubahan pada

penurunan IQ, gangguan ginjal, gangguan

daun tanaman yang dapat terlihat pada

pertumbuhan dan fungsi penglihatan sampai

perubahan kadar klorofil.

mengakibatkan

gangguan

anemia

dan

kerusakan

sistem saraf (Ronaldo, 2008).

klorofil,

Pengaruh bahan pencemaran udara


tersebut

dapat

dilihat

pada

Selain

bermotor

pada

bahwa

timbal yang berbahaya bagi kesehatan,


dari

udara

NO

perubahan

emisi
juga

gas

umumnya

pada

buang

dapat

kadar

kendaraan

mempengaruhi

kerusakan

stomata. Stomata terdapat hampir pada

tanaman secara morfologi seperti klorosis

semua bagian permukaan tanaman terdiri

dan nekrosis, secara anatomi seperti struktur

dari lubang (porus) yang dikelilingi oleh 2

sel, serta secara fisiologi dan biokimia,

sel penutup. Pada daun, stomata terdapat

seperti perubahan klorofil dan metabolisme

pada permukaan atas maupun bawah, atau

(Kovacs, 1992; dalam Solichatun dkk.

biasanya pada permukaan bawah saja.

2003). Pada kebanyakan pencemaran udara

Fungsi utama stomata adalah sebagai tempat

3
pertukaran gas seperti CO2, yang diperlukan

g15N dm-2, serta menurut Tagupa dkk.,

tumbuhan untuk melangsungkan proses

(2010) bahwa mahoni memiliki daya serap

fotosintesis. Selain sebagai pertukaran gas

total CO2 sebanyak 291,29 MG/ha.

CO2,

stomata

tanaman

juga

tempat

merupakan bagian

terjadinya

penyerapan

Berdasarkan uraian di atas maka


peneliti

tertarik

untuk

mengadakan

polutan (Duldulao & Gomez 2008) dan

penelitian dengan judul analisis kadar

secara langsung dapat berinteraksi dengan

klorofil, indeks stomata dan luas daun

jaringan mesofil (Gostin 2009). Berbagai

tumbuhan

respon tanaman terhadap polutan telah

macrophylla King.) pada beberapa jalan di

banyak

Gorontalo.

diketahui.

Peningkatan

jumlah

mahoni

(Swietenia

epidermis dan stomata serta peningkatan


indeks stomata merupakan salah satu respon
tanaman terhadap polusi udara. Peningkatan
jumlah stomata ditandai dengan penurunan
ukuran stomata seperti yang terlihat pada
Fraxinus pensylvanica (Radoukova, 2009),
Phaseolus mungo, dan Lens culinaris yang
memberikan respon berupa peningkatan
jumlah stomata dan trikoma (Azmat dkk.,
2009).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian
laboratorium

ini

dilaksanakan

jurusan

biologi,

di

Fakultas

MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama


2 Bulan.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian
ini yaitu klorofil meter Konica Minolta seri

Pohon

mahoni

(Swietenia

macrophylla King.) merupakan pohon yang


hampir ditemui disetiap jalan di Gorontalo

SPAD 502, neraca analitik, mikroskop


cahaya, clinometer suunto dan roll meter.
Bahan

yang

digunakan

dalam

yang dijadikan sebagai pohon pelindung.

penelitian

Menurut Dahlan (1989) dalam Nurcahyadi

(Swietenia macrophylla King.) yang tumbuh

(2000), mahoni merupakan salah satu jenis

di jalan Ahmad Yani, jalan Agus Salim,

tanaman yang mempunyai potensi tinggi

Jalan Basuki Rachmat, Jalan Djalaludin

sebagai pereduksi timbal, oleh sebab itu

Tantu, jalan Batas kota Gorontalo-Limboto

tanaman tersebut dapat dipergunakan dalam

dan jalan di desa Lombongo, alkohol 70 %

penanggulangan timbal udara dari emisi

dan kuteks transparan (Merk Pixy).

ini

adalah

daun

mahoni

kendaraan bermotor. Sulistijorini (2009),


berdasarkan

hasil

penelitiannya,

Jenis Penelitian

menyatakan bahwa Swietenia macrophylla

Penelitian ini merupakan penelitian

King mampu menyerap NO2 sebanyak 2.26

deskriptif kuantitatif, menggunakan metode

4
ex-post facto. Variable yang diukur adalah

dilakukan dengan menggambar daun yang

kadar klorofil, indeks stomata, dan luas

akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas,

daun mahoni. Selain itu diamati juga

yang menghasilkan replika (tiruan) daun.

morfologi daun, diameter batang dan tinggi

Replika daun kemudian digunting dari

pohon mahoni sebagai data pendukung.

kertas yang berat dan luasnya sudah

Pengukuran kandungan klorofil daun


menggunakan

klorofil

meter

diketahui. Luas daun kemudian ditaksir

Konica

berdasarkan perbandingan berat replika

Minolta seri SPAD 502. Daun yang akan

daun dengan berat total kertas (Pranasari

diukur kadar klorofilnya dijepitkan pada

dkk, 2012).

bagian sensor dari alat tersebut. Sensor


SPAD

ditempatkan

dibagian

pangkal,

Pada pengamatan morfologi daun


diamati

keadaan

visual

daunnya.

tengah dan ujung daun secara acak hanya

Pengamatan tinggi pohon menggunakan alat

pada bagian jaringan mesofil daun dengan

Clinometer Suunto yang memanfaatkan

menghindari bagian tulang daun.

sudut elevasi untuk menentukan tinggi suatu

Metode pembuatan preparat untuk

objek. Diameter batang dilakukan dengan

mengukur indeks stomata adalah metode

mengukur terlebih dahulu keliling batang

replika (Haryanti, 2010). Daun-daun yang

menggunakan meter kemudian digunakan

sudah

rumus sebagai berikut :

diambil

permukaan

atas

dan

bawahnya dibersihkan dengan tissue untuk


menghilangkan debu/kotoran. Daun yang

Keliling
Diameter batang pohon =
3,14 ()

sudah dibersihkan difiksasi menggunakan


alkohol 70 % selama 24 jam (Radoukova,

Analisis Data

2009). Olesi dengan kutek transparan,


dibiarkan 24 jam, supaya mendapatkan
cetakan stomata yang lebih baik. Olesan
yang sudah kering dikelupas/diambil pelanpelan dengan menggunakan pinset, lalu
ditempelkan pada gelas benda dan diamati

Teknik analisa data dalam penelitian


ini

menggunakan

analisis

deskriptif

kuantitatif. Kemudian dilanjutkan dengan


analisis statistik yaitu uji korelasi Spearman.
Data

hasil

penelitian

di

analisis

menggunakan program SPSS versi 14.

menggunakan mikroskop dengan perbesaran


yang sama (1000x).
Untuk

Hasil Penelitian dan Pembahasan

mengukur

luas

daun

Gravimetri.

Pada

Berdasarkan hasil analisis kadar

melalui

klorofil pada beberapa jalan di Gorontalo,

perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat

terdapat kecenderungan penurunan kadar

digunakan

metode

prinsipnya

luas

daun

ditaksir

Kadar klorofil mahoni

5
klorofil

seiring

dengan

peningkatan

intensitas kendaraan bermotor. Rata-rata

kadar klorofil berkisar antara 34,11 (SPAD)


sampai

dengan

58,21

(SPAD).

kadar klorofil (SPAD)

Grafik Kadar Klorofil


70
60
50
40
30
20
10
0
0 unit 14119 unit 35308 unit 39185 unit 44131 unit 69331 unit
(Desa
(Jl.
(Jl. Bts.
(Jl. Agus (Jl. Basuki (Jl. Ahmad
Lombongo) Djalaludin Gorontalo Salim) Rachmat)
Yani)
Tantu) - Limboto)

Gambar 1. Grafik hubungan kadar klorofil mahoni dengan intensitas kendaraan bermotor pada
beberapa jalan di Gorontalo.
Hasil analisis korelasi Spearman

(1997), menambahkan bahwa kualitas udara

antara indeks stomata dengan intensitas

yang buruk dipengaruhi oleh intensitas

kendaraan bermotor memiliki koofisien

kendaraan

korelasi (rs) = - 0,800. Hal ini menunjukkan

Anggarwulan (2007), menambahkan bahwa

bahwa kadar klorofil memiliki hubungan

semakin dekat tanaman dengan sumber

negatif

dengan

kadar gas buang kendaraan bermotor,

intensitas kendaraan bermotor yang berarti

klorofil akan mengalami degradasi yang

bahwa kadar klorofil mengalami penurunan

semakin besar, sehingga kadarnya menjadi

seiring dengan meningkatnya intensitas

semakin rendah.

atau

korelasi

terbalik

kendaraan bermotor.

bermotor.

Solichatun

dan

Efek negatif dari polutan adalah

Hasil penelitian ini sesuai penelitian

pada laju asimilasi karbondioksida. Efek

yang dilakukan Karliansyah (1997), bahwa

terbesar akibat polutan gas adalah perlukaan

kadar klorofil pada Angsana dan Mahoni

daun (nekrosis dan gugur daun). Klorofil

mengalami

dengan

sangat sensitif dan mudah terpengaruh pada

peningkatan pencemaran udara, yaitu terjadi

saat terpapar oleh kondisi lingkungan dalam

perbedaan nyata pada kadar klorofil baik itu

waktu

kadar klorofil a dan b pada keempat lokasi

Hubungan kadar klorofil dengan polutan gas

penelitian

berbanding

penurunan

yang

sejalan

memiliki

intensitas

kendaraan bermotor berbeda. Karliyansyah

tertentu

pada

terbalik

klorofil tanaman.

kadar

dengan

tertentu.

kandungan

6
Tumbuhan yang tumbuh di daerah

terhambatnya

mekanisme

tercemar polutan, akan menyerap gas-gas

klorofil.

lain ke dalam mesofil daun pada saat proses

bahwa pada saat terpapar gas SO2, molekul

asimilasi CO2. Pada kecepatan angin yang

klorofil

lebih tinggi, umumnya terjadi penambahan

pheophitin dan Mg2+. Pada proses ini

yang besar dalam pengambilan SO2 yang

molekul Mg2+ dalam molekul klorofil

disertai

diganti oleh dua atom hydrogen yang

dengan

membukanya

stomata.

Siregar

pembentukan

akan

(2005),

menambahkan

terdegradasi

pada

perubahan

menjadi

Absorbsi SO2 secara normal akan dibatasi

berakibat

karakteristik

oleh lubang/celah stomata, dengan kutikula

spektrum cahaya dari molekul klorofil.

daun yang memberikan tahanan yang sangat

Menurut Pohan (2002) walaupun

tinggi. Jika polutan masuk ke dalam sel

konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke

mesofil, pengaruh utamanya akan terletak

lingkungan itu berkadar rendah, namun bila

pada tingkat molekuler atau tingkat ultra-

waktu kontak terhadap tanaman cukup lama

struktural (Garty dkk.,2001).

maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi.

Berdasarkan

hasil

analisa

udara

Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat

ambient pada tahun 2011 oleh Badan

merusakan tanaman, terlebih lagi bila

lingkungan Hidup Riset dan Teknologi

konsentrasi SOx di udara lingkungan dapat

(BALIHRISTI) di beberapa tempat (pasar

dilihat dari timbulnya bintik-bintik pada

sentral, kantor walikota dan perum Awara)

permukaan daun. Kalau waktu paparan

dengan parameter yang diamati yaitu kadar

lama, maka daun itu akan gugur. Hal ini

CO, NO2, SO2, dan O3. Kadar ke empat

akan mengakibatkan produktivitas tanaman

parameter tersebut masih memenuhi syarat

menurun. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm

kualitas udara ambient, akan tetapi apabila

sudah

(khususnya pada NO2 dan SO2) dihadapkan

fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga

dengan kontak yang lama dengan tanaman

70%. Penelitian yang dilakukan Mondal

akan mengakibatkan pengaruh terhadap

N.K. dkk (2011), menyebutkan bahwa NOx

kadar klorofil tanaman sehingga akan

dan SO2 sangat berpengaruh pada kadar

berampak pula pada peristiwa fotosintesis

klorofil lichen.

dapat

menurunkan

kemampuan

tanaman.
Meitiyani
bahwa

kontak

(2003),
dengan

menyatakan
SO2

Indeks stomata mahoni


Hasil pengamatan indeks stomata

dalam

konsentrasi rendah dengan waktu yang lama


menyebabkan kerusakan kronis ditandai
dengan menguningnya warna daun karena

tumbuhan

mahoni

memperlihatkan

kecenderungan peningkatan indeks stomata


seiring

dengan

peningkatan

jumlah

7
kendaraan. Rata-rata indeks stomata mahoni

dibandingkan dengan jalan Djalaludin tantu,

berkisar pada 20,13 % sampai dengan

Batas kota Gorotalo Limboto, dan jalan

29,84 %. Pada grafik hubungan rerata total

Agus

indeks stomata dengan intensitas kendaraan

kendaraan bermotor yang lebih rendah

bermotor, menunjukkan indeks stomata di

(Gambar 2).

jalan

Basuki

Rachmat

lebih

salim

yang

memiliki

intensitas

rendah

Indeks Stomata (%)

Grafik Indeks Stomata


35
30
25
20
15
10
5
0
0 unit 14119 unit 35308 unit 39185 unit 44131 unit 69331 unit
(Desa
(Jl.
(Jl. Bts.
(Jl. Agus (Jl. Basuki (Jl. Ahmad
Lombongo) Djalaludin Gorontalo - Salim)
Rachmat)
Yani)
Tantu)
Limboto)

Gambar 2. Grafik hubungan luas daun mahoni dengan intensitas kendaraan bermotor pada
beberapa jalan di Gorontalo.
Pengamatan indeks stomata pada

indeks stomata mahoni di lokasi Jalan

penelitian ini stomata hanya ditemukan

Ahmad yani dengan intensitas kendaraan

terdapat pada permukaan bawah daun saja.

yang paling tinggi (69.331 unit) memiliki

Hal ini sesuai dengan penelitian yang

indeks

dilakukan oleh Karliyansyah (1997), yaitu

dibandingkan lokasi yang lain.

stomata

yang

paling

tinggi

stomata pada mahoni dan agsana hanya

Jalan Basuki Rachmat yang memiliki

terdapat pada epidermis bawah daun saja.

intensitas kendaraan bermotor lebih tinggi

Pada umumnya stomata terdapat pada sisi

dibandingkan dengan jalan Djalaludin tantu,

atas dan bawah daun, atau hanya terdapat

Batas kota Gorotalo Limboto, dan jalan

pada bagian bawah daun saja (Mulyani,

Agus salim, memiliki indeks stomata yang

2010:142).

lebih rendah. Hal ini bisa disebabkan oleh

Terdapat perbedaan indeks stomata

faktor lain yaitu tipe kendaraan yang

pada masing-masing lokasi pengamatan.

melewati jalan tersebut. Tipe kendaraan

Pada lokasi di desa Lombongo, indeks

Truk (2x b) lebih banyak melewati Jalan

stomata mahoni lebih rendah dibandingkan

batas kota Gorontalo-limboto Djalaludin

dengan lokasi lain yang memiliki intensitas

tantu dan Agus salim dibandingkan dengan

kendaraan lebih tinggi. Begitu pula dengan

jalan Basuki Rachmat.

8
Tipe kendaraan Truk (2x b) memiliki

Hasil analisa udara ambient pada

kapasitas mesin yang besar dan berbahan

tahun 2011 oleh Badan lingkungan Hidup

bakar

Riset

diesel

sehingga

lebih

banyak

emisi

gas

buang

menunjukkan kadar CO, NO2, SO2, dan O3

dibandingkan tipe kendaraan yang lain.

masih memenuhi syarat kualitas udara

Menurut Eldewisa dan Driejana (2009),

ambient, akan tetapi apabila dihadapkan

kapasitas mesin kendaraan mempengaruhi

dengan kontak yang lama dengan tanaman

konsumsi bahan bakar, semakin besar

akan mengakibatkan pengaruh terhadap

kapasitas mesin semakin besar pula bahan

indeks stomata tanaman. Black

bakar yang dibutuhkan oleh kendaraan

Unsworth

tersebut, yang kemudian akan berakibat

konsentrasi

pada besarnya emisi gas buang yang

merangsang konduksi stomata pada Vicia

dihasilkan. Wirahadikusumah (2006) dalam

faba L. dalam waktu 15 menit pemaparan,

Otok dkk., (2010), menambahkan bahwa

yang berlangsung selama beberapa hari. Hal

kendaraan berbahan bakar solar merupakan

ini diakibatkan oleh adanya kerusakan sel-

penyumbang polusi udara terbesar.

sel epidermis berdekatan dengan stomata

menghasilkan

Berdasarkan hasil analisis korelasi


Spearman untuk melihat korelasi antara

dan

Teknologi

(1980),
SO2

(BALIHRISTI),

melaporkan
yang

rendah

dan
bahwa
dapat

dan akumulasi sulfur pada sel-sel penjaga


(dalam Rai dkk. 2011).

indeks stomata dengan intensitas kendaraan,

Berbagai respon tanaman terhadap

hasil yang didapatkan menunjukkan korelasi

polutan telah banyak diketahui diantaranya

positif (rs = 0,386) yang berarti bahwa

yaitu peningkatan jumlah epidermis dan

indeks stomata mengalami peningkatan

stomata serta peningkatan indeks stomata

seiring dengan meningkatnya intensitas

merupakan salah satu respon tanaman

kendaraan bermotor. Hasil penelitian ini

terhadap polusi udara. Penelitian yang

sesuai dengan penelitian yang dilakukan

dilakukan

oleh Saadabi dan Al-Nur (2011) didapatkan

peningkatan indeks stomata terjadi pada

bahwa terjadi peningkatan indeks stomata

tumbuhan yang terdapat di tempat-tempat

pada lokasi yang polutan dibandingkan

dengan konsentrasi polutan yang cukup

dengan lokasi

yang dijadikan sebagai

tinggi. Hal ini merupakan respon tumbuhan

kontrol. Duldulao dan Gomez (2008),

terhadap kehadiran polutan dari aktivitas

menyebutkan bahwa adanya peningkatan

transportasi sebagai upaya tumbuhan untuk

indeks stomata pada Tithonia diversifolia

mengurangi terdifusinya polutan udara ke

dan Pennisetum purpureum pada keadaan

dalam jaringan daun tumbuhan (dalam

yang terpolusi.

Kusuma, 2011).

Susanti

(2004),

didapatkan

9
Hasil

penelitian

Andini

(2011),

Luas daun mahoni

menyimpulkan bahwa polutan merupakan

Hasil analisis luas daun mahoni

penyebab utama terjadinya peningkatan

menunjukkan kecenderungan peningkatan

indeks stomata. Tanaman memodifikasi

luas daun seiring dengan penurunan jumlah

dirinya

dengan

indeks

kendaraan. Hal ini terlihat pada lokasi di

stomata

guna

meningkatkan

desa Lombongo memiliki rata-rata luas

penangkapan

meningkatkan
untuk

Karbondioksida

(CO2),

sehingga dapat terus bertahan hidup.

daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan


lokasi yang memiliki intensitas kendaraan
bermotor yang tinggi.

Luas Daun (cm2)

Grafik Luas Daun


60
50
40
30
20
10
0
0 unit 14119 unit 35308 unit 39185 unit 44131 unit 69331 unit
(Desa
(Jl.
(Jl. Bts.
(Jl. Agus (Jl. Basuki (Jl. Ahmad
Lombongo) Djalaludin Gorontalo Salim) Rachmat)
Yani)
Tantu) - Limboto)

Gambar 6. Grafik hubungan luas daun mahoni dengan intensitas kendaraan bermotor pada
beberapa jalan di Gorontalo.
Berdasarkan hasil analisis korelasi

major pada jarak 3 m (yang dianggap

Spearman untuk melihat korelasi antara luas

sebagai 0) dari jalan raya dan pada jarak

daun dengan intensitas kendaraan, hasil

yang semakin jauh dari jalan raya luas daun

yang didapatkan menunjukkan korelasi

semakin meningkat. Tiwari dkk., (2008)

negatif atau korelasi terbalik (rs = - 0,501)

menyimpulkan bahwa penurunan luas daun

yang berarti bahwa luas daun mengalami

dan berat rasio daun dua spesies yaitu

penurunan seiring dengan meningkatnya

Cassia siamea dan Cassia glauca di dua

intensitas kendaraan bermotor. Hal yang

lokasi tercemar, lebih disebabkan oleh

serupa ditemukan pada penelitian yang

polusi dari knalpot mobil dibandingkan

dilakukan oleh Solichatun dan Endang

dengan polusi dari industri.

(2007),

bahwa

terdapat

kecenderungan

Hasil analisis korelasi Spearman

penurunan luas daun pada kedua jenis

antara

kadar

klorofil

dan

luas

daun

tanaman Phaseolus vulgaris dan Plantago

didapatkan nilai koofisien korelasi 0,472,

10
yaitu menunjukkan korelasi positif yang

yaitu sudah mulai berwarna kecoklatan.

berarti rendahnya kadar

Morfologi daun mahoni pada jalan batas

berpengaruh

luas

kota Gorontalo-Limboto mulai mengalami

permukaan daun. Menurut Kovacs (1992),

kerusakan. Kerusakan yang tampak adalah

penurunan

kandungan

dengan mulai adanya bercak kecoklatan

mengakibatkan

penurunan

fotosintesis

pada

klorofil akan

sehingga

penurunan

klorofil
laju

hasil

proses

seperti karat.

proses

Pada jalan Agus Salim kerusakan

fotosintesis juga berkurang. Terhambatnya

daun berupa bercak berwarna kekuningan

asupan hasil fotosintesis kepada sel-sel

dan

apikal akan menyebabkan terhambatnya

mahoni tampak lebih banyak terutama pada

pembelahan dan pemanjangan sel sehingga

pohon yang ketiga. Pada jalan Basuki

mempengaruhi

luas

rachmat daun sudah mulai berwarna hijau

permukaan daun (Dalam Sembiring dan

agak kekuningan, kerusakan berupa bercak

Endah, 2006).

berwarna kekuningan dan

pertumbuhan

kecoklatan seperti karat pada daun

kecoklatan

seperti karat pada daun mahoni tampak


Perawakan mahoni
Pada perawakan mahoni diamati
keadaan morfologi daun, diameter dan
tinggi pohon mahoni. Morfologi daun dapat
memperlihatkan perubahan yang terjadi
pada daun mahoni di setiap lokasi. Pada
lokasi yang terdapat di desa Lombongo

lebih banyak. Morfologi daun mahoni


ditemukan semakin buruk dengan bercak
berwarna kekuningan dan bercak berwarna
kecoklatan tampak menyeluruh pada semua
bagian daun dan hampir ditemukan pada
ketiga pohon pengambilan sampel di jalan
Ahmad Yani.

daun mahoni terlihat hijau dan dalam


kondisi yang baik, tidak terdapat kerusakan
pada daun baik pada permukaan atas atau
permukaan bawah daun. Begitu pula pada
jalan Djalaludin tantu penampakan luar atau
morofologi daun mahoni masih terlihat baik,
namun tampak sudah mulai mengalami
kerusakan sedikit pada bagian tepi daun

Hasil pengukuran diameter batang


pohon

mahoni

menunjukkan

rata-rata

diameter batang pohon mahoni berkisar


antara 25,2 meter sampai dengan 31,8
meter. Pada pengukuran tinggi pohon
mahoni menunjukkan rata-rata tinggi pohon
berkisar antara 8,1 meter sampai dengan
15,5 meter (Tabel 1).

11
Tabel 1. Rata-rata diameter dan tinggi pohon mahoni pada beberapa jalan di Gorontalo.
Jl. Batas
kota
Jalan
Desa
gorontaloDjalaludin
Lombongo limboto
Tantu
(kec.
Telaga)

Pohon
Mahoni

Jalan
Agus
Salim

Jalan
Ahmad
Yani

Jalan
Basuki
Rachmat

Tinggi

11,7 m

15,5 m

8,1 m

8,8 m

18,3 m

7,9 m

Diameter
Batang

30,8 cm

31,8 cm

27,2 cm

27,2 cm

60,4 cm

25,2 cm

Perbandingan

morfologi

daun

dan tingkat produktivitas tanaman yang

mahoni dari tiap lokasi memperlihatkan

diikuti pula dengan beberapa gejala yang

perbedaan pada keadaan daun dimana lokasi

tampak

pada jalan Agus salim, Basuki rachmat dan

tanaman karena pencemaran udara berawal

Ahmad yani menunjukkan kerusakan yang

dari tingkat biokimia (gangguan proses

paling buruk pada daun yaitu muncul

fotosintesis,

bercak-bercak

kecoklatan.

protein dan lemak), selanjutnya tingkat

Kemungkinan hal ini disebabkan oleh emisi

ultrastruktural (disorganisasi sel membran),

gas buang kendaraan mengingat intensitas

kemudian tingkat sel (dinding sel, mesofil,

kendaraan

tersebut

pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan

merupakan yang tertinggi dibandingkan

terlihatnya gejala pada jaringan daun seperti

dengan lokasi yang lain.

klorosis dan nekrosis.

kuning

dari

ketiga

dan

jalan

Hasil yang sama ditemukan pada

(visible

symptoms).

respirasi,

Kerusakan

serta

biosintesis

Terdapat dua macam perlukaan pada

penelitian yang dilakukan oleh Karliyansyah

daun

(1997), yang menyatakan bahwa terdapat

perlukaan akut (nekrosis) dan perlukaan

penurunan keadaan daun secara visual

kronis (klorosis). Berdasarkan gejala yang

secara berurutan mulai pada lokasi yang

terlihat pada daun mahoni maka perlukaan

dijadikan kontrol hingga yang memiliki

yang banyak terjadi adalah perlukaan kronis

intensitas kendaraan bermotor tinggi dan

yaitu daun berwarna kuning. Perlukaan

keadaan daun yang buruk disebabkan oleh

kronis terjadi akibat pemaparan dengan

kualitas udara yang cukup buruk. Malhotra

konsentrasi yang rendah dan membutuhkan

dan Khan (1984), menyebutkan bahwa dari

waktu yang lama.

beberapa hasil penelitian pencemaran udara


mengakibatkan menurunnya pertumbuhan

akibat

pencemaran

udara

yaitu

Suratin (1991), berdasarkan hasil


penelitiannya

mengemukakan

bahwa

12
terdapat kecenderungan antara kerusakan

peningkatan

daun dengan jumlah kendaraan karena

bermotor.

melepaskan Gas SOx, NOx, dan partikel.


Daun

menjadi

bagian

yang

paling

intensitas

kendaraan

f. Terdapat korelasi negatif antara luas


daun

dengan

intensitas

kendaraan

menderita, hal ini terjadi karena sebagian

dengan nilai rs = - 0,501, yang berarti

besar

udara

bahwa terjadi penurunan luas daun

mempengaruhi tanaman melalui daun yaitu

mahoni seiring dengan peningkatan

masuk melalui stomata dengan proses difusi

intensitas kendaraan bermotor

bahan-bahan

pencemar

molekuler terutama bahan pencemar yang


Saran

berupa gas (Siregar, 2005).

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut


mengenai kadar SO2, NO2 di udara, serta

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa :

kandungan hara tanah di kawasan jalur


hijau.

a. Kadar klorofil daun mahoni rata-rata


berkisar antara 34,11 (SPAD) sampai
DAFTAR PUSTAKA

dengan 58,21 (SPAD).


b. Indeks stomata pada mahoni rata-rata
berkisar antara 20,13 % sampai dengan
29,84 %.
c. Luas

daun

berkisar

pada

antara

mahoni

32,94

rata-rata
2

cm

sampai

dengan 55,02 cm2.


d. Terdapat korelasi negatif antara kadar
klorofil dengan intensitas kendaraan
dengan nilai rs = - 0,800, yang berarti
bahwa terjadi penurunan kadar klorofil
mahoni seiring dengan peningkatan
intensitas kendaraan bermotor.
e. Terdapat korelasi positif antara indeks
stomata dengan intensitas kendaraan
dengan nilai rs = 0,386, yang berarti
bahwa
stomata

terjadi

peningkatan

mahoni

seiring

indeks
dengan

Andini, A. N. 2011. Anatomi jaringan daun


dan pertumbuhan tanaman Celosia
cristata, Catharanthus roseus, dan
Gomphrena
globosa
pada
lingkungan udara tercemar. Skripsi.
Departemen
Biologi,
Institut
Pertanian Bogor.
Azmat R, Haider S, Nasreen H, Aziz F, Riaz
M. 2009. A viable alternative
mechanism in adapting the plants to
heavy metal environment. Pak J
Bot 41: 2729 2738.
Dinas Peningkatan Jalan dan Jembatan
Nasional. 2010. Data Intensitas
Kendaraan Bermotor di Beberapa
Jalan Nasional. Direktorat Jenderal
Bina Marga
. 2012. Data Intensitas Kendaraan
Bermotor di Beberapa Jalan
Nasional. Direktorat Jenderal Bina
Marga

13
Duldulao MCG, and Gomez R. A. 2008.
Effects
of
vehicular
on
morphological characteristics of
young and mature leaves of
Sunflower (Tithonia diversifolia)
and Napier Grass (Pennisetum
purpureum). Vol. 16: 142-151.
Eldewisa, Z., dan Driejana. 2009.
Perbandingan estimasi beban emisi
CO dan CO2 dengan pendekatan
konsumsi
bahan
bakar
dan
kecepatan kendaraan (studi kasus :
bunderan cibiru-lembang). Artikel
Penelitian. Teknik Lingkungan.
Institut Teknologi Bandung.
Gostin I.N. 2009. Air pollution effect on the
leaf structure of some Fabaceae
species. Not Bot Hort Agrobot Cluj
37: 57-63.
Garty, J., Tamir, O., Hassid, I., Eshel, A.,
Cohen, Y., Karnieli, A., and
Orlovsky, L. 2001. Photosynthesis,
chlorophyll
integrity,
and
spectralreflectane in lichens exposed
to
air
pollution.
Journal
Environmental
Quality,
Vol.
30:884-893.
Haryanti, S. 2010. Jumlah dan Distribusi
Stomata pada Daun Beberapa
Spesies Tanaman Dikotil dan
Monokotil. Jurnal buletin Anatomi
dan Fisiologi, Vol. 18, No. 2.
Karliansyah, N. S. W. 1997. Kerusakan
Daun
Tanaman
sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara
(Studi Kasus Tanaman Peneduh
Jalan Angsana dan Mahoni dengan
Pencemar
Udara
NO
dan SO). Tesis. Program studi ilmu
lingkungan, Universitas Indonesia.
Kusuma, A. W. 2011. Penggunaan Tumbuh
-an Sebagai Bioindikator dalam Pem
-antauan Pencemaran Udara.
Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan.

Institut Teknologi Sepuluh


November Surabaya.
Malholtra, S.S., & Khan, A.A. 1984.
Biochemichal and Physiological
impact of major pollutants. John
Wiley & Sons Ltd.
Meitiyani. 2003. Klorofil Daun Angsana
dan Mahoni sebagai Bioindikator
Pencemaran Sulfur Dioksida dan
Nitrogen Dioksida di Kota Medan.
Tesis. Universitas Sumatera Utara
Mondal N.K., Das K., U. Dey, R. Bhaumik,
J.K. Datta. 2011. A comparative
study of lichen biochemistry and air
pollution status of urban, semi urban
and
industrial
area
of
Hooghly and Burdwan district, West
Bengal. Journal of Stress Physiology
& Biochemis-try, Vol. 7, No. 4.
Mulyani, S. 2010. Anatomi Tumbuhan.
Edisi ke-5. Yogyakarta : Kanisius.
Nurcahyadi, E. 2000. Pengaruh kedalaman
tanah dan jarak dari tepi jalan tol
jagorawi dibawah tanaman mahoni
(Swietenia
macrophylla
King.)
terhadap timbale dan cendawan mik
oriza arbuskula (CMA). Skripsi.
Jurusan manajemen hutan. Institut
Pertanian Bogor.
Otok, B. W., M. S. Akbar, Wibawati, dan A.
T. Rumiati. 2010. Faktor-faktor gas
bung kendaraan berbahan bakar
solar menggunakan Multivariate
adaptive regression spline. Jurnal
industri, Vol. 8, No. 1 : 8-21.
Pohan, N. 2010. Pengertian dan Jenis Penc
emaran Udara. Karya Ilmiah. (Onlin
e).Tersedia di : http://library.usu.ac.i
d/download/ft/kimia-nurhasmawaty2
.pdf. Di akses pada tanggal 28
November 2011

14
Pranasari R. A., T. Nurhidayati, dan K. I.
Purwani. 2012. Persaingan tanaman
jagung (Zea mays dan rumput teki
(Cyperus rotundus) pada pengaruh
cekaman NaCl. Jurnal sains dan seni
, Vol. 1, No. 1.
Radoukova, T. 2009. Anatomical mutability
of the leaf epidermis in two species
of Fraxinus L. In a region with autot
ransport pollution. Jurnal Biotechnol
& Biotechnol 23: 405-409.
Rai R., M. Rajput, M. Agrawal dan S.B.
Agrawal. 2011. Gaseous air
pollutants : a review on current And
future trends of emissions and
Impact on agriculture. Journal of
Scientific Research Vol. 55, 2011 :
77-102.
Ronaldo, R. 2008. Zeolit Alam dan chitosan
sebagai Adsorben Catal ytzc
Converter
Monolitik
untuk
Pereduksi Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor. Skripsi. Progr
am studi teknik hasil perikanan,
Institut Pertanian Bogor.
Saadabi, A. M. A dan A. N. E. Amin. 2011.
Effects of Environmental Pollution
(Auto-Exhaust) on the Micro-Morph
ology of Some Ornamental Plants fr
om Sudan. Environ-ment Research J
ournal 5 (2) : 38-41.
Sembiring, E., dan E. Sulistyawati. 2006.
Akumulasi Pb dan pengaruhnya
pada kondisi daun Swietenia macrop
hylla King. Makalah dipresentasikan
pada Seminar Nasional Penelitian
Lingkungan. Intitut Teknologi
Bandung, 17-18 juli 2006.
Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara,
Respon Tanaman, dan Pengaruhnya
pada Manusia. Karya Ilmiah. (Onlin
e). Tersedia di : http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/1001/1/h

utan-edi%20batara13.pdf. Di akses
pada tanggal 27 desember 2011
Solichatun,
Nurhidayah,
dan
E.
Anggarwulan. 2003. Analysis of the
growth, stomata, chlorophyll, and
carotenoid contents of potatos leaf
(Solanum tuberosum L.) variety of
granola and atlantic around
Sikidang crater, Dieng. Jurnal
Biosmart Vol. 5. No. 1.
Solichatun dan E. Anggarwulan. 2007.
Kajian klorofil dan Karotenoid
Plantago major L. dan Phaseolus
vulgaris L. sebagai Bioindikator
Kualitas
Udara.
Jurnal
Biodiversitas, Vol. 8, No. 4.
Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan toleransi
jenis tanaman jalur hijau jalan
dalam mereduksi pencemar NO2
akibat
aktivitas
transportasi.
(Online).
Disertasi. Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Tagupa C., A. Lopez, F. Caperida, G.
Pamunag, dan A. Luzada. 2010.
Carbon Dioxide (CO2) Sequestration
Capacity Of Tampilisan Forest. EInternational Scientific Research
Journal, Vol. 2, Edisi ke 3.
Tiwari S., K. Syed, J. Sikka dan O.P. Joshi.
2008. Air pollution induced changes
in foliar morphology of two species
of cassia at indore city (India).
Journal of Environmental Research
And Development, Vol. 2 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai