Anda di halaman 1dari 102

Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK)

PEMBENIHAN IKAN LELE

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

PEMBENIHAN IKAN LELE

KATA PENGANTAR
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional
memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis,
misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan
usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola
pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga
membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi
perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(Lending Model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 112 judul
buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan
sistem pembiayaan konvensional dan 30 judul dengan sistem syariah. Dalam
upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku
pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu
Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis
Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama
penyusunan buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik,
saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan
terkait dengan buku ini dapat menghubungi:

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM


Biro Pengembangan BPR dan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794
Fax. (021) 351.8951
Besar Harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang
pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas
replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.

ii

Jakarta,

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

November 2010

RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


USAHA PEMBENIHAN IKAN LELE
No

UNSUR PEMBINAAN

URAIAN

Jenis usaha

Usaha Pembenihan Ikan Lele

Lokasi usaha

Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono


Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah

Dana yang digunakan

Investasi
Modal Kerja
Total

Sumber dana
a. Kredit (40%)
b. Modal Sendiri (60%)

Periode pembayaran kredit

Kelayakan usaha
A Periode proyek
B Produk utama
C Skala proyek
D Teknologi
E Pemasaran produk

= Rp. 157.775.000
= Rp. 6.928.125
= Rp. 164.703.125

Rp. 65.881.250
Rp. 98.821.875
Suku Bunga per tahun
Jangka Waktu Kredit Investasi
Jangka Waktu Kredit Modal Kerja

= 14%
= 3 tahun
= 1 tahun

Pengusaha melakukan angsuran pokok dan


angsuran bunga setiap bulan selama jangka
waktu kredit
3 tahun
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Pendapatan per tahun : Rp. 111.360.000
Pemijahan alami dan Pendederan
Pembudidaya/pembesaran ikan lele di lokal
kabupaten, pedagang pengumpul untuk pasar
antar kabupaten

iii

No
7

UNSUR PEMBINAAN
Kriteria kelayakan usaha
NPV
IRR
Net B/C Ratio
Pay Back Period
BEP rata-rata

Penilaian

URAIAN
Rp. 31.776.985
23,50%
1,20
2,7 tahun
Rupiah
= Rp. 57.705.643
Benih Ikan Lele = 72.132 ekor
Layak dilaksanakan

Analisis sensitivitas
(1) Kenaikan Biaya variabel 34%
Analisis Profitabilitas :
NPV

Rp. 163.322

IRR

14,05%

Net B/C Ratio

1,00

Pay Back Period

3,00 tahun

Penilaian

Layak

(2) Kenaikan Biaya variabel 35%


Analisis Profitabilitas :
NPV

(-) Rp. 766.491

IRR

13,77%

Net B/C Ratio

0,99

Pay Back Period

> 3 tahun

Penilaian

Tidak Layak

(3) Penurunan Pendapatan 12%


Analisis Profitabilitas :

iv

NPV

Rp. 752.552

IRR

14,23%

Net B/C Ratio

1,00

Pay Back Period

2,99 tahun

Penilaian

Layak

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

UNSUR PEMBINAAN

URAIAN

(4) Penurunan Pendapatan 13%


Analisis Profitabilitas :
NPV

(-) Rp. 1.832.817

IRR

13,45%

Net B/C Ratio

0,99

Pay Back Period

> 3 tahun

Penilaian

Tidak Layak

(5) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel dan Penurunan Pendapatan 9%


Analisis Profitabilitas :
NPV

Rp. 140.338

IRR

14,04%

Net B/C Ratio

1,00

Pay Back Period

3,00 tahun

Penilaian

Layak

(6) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel dan Penurunan Pendapatan 10%


Analisis Profitabilitas :
NPV

(-) Rp. 3.374.845

IRR

12,98%

Net B/C Ratio

0,98

Pay Back Period

> 3 tahun

Penilaian

Tidak Layak

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
RINGKASAN ..............................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR FOTO ..........................................................................................
DAFTAR TABEL . ........................................................................................
BAB I

Hal
i
iii
vii
ix
ix
x

PENDAHULUAN ..........................................................................

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN



2.1 Profil Usaha .........................................................................

2.2 Pola Pembiayaan .................................................................

5
8

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN



3.1 Aspek Pasar .........................................................................

3.1.1 Permintaan .................................................................

3.1.2 Penawaran .................................................................

3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ........................

3.2 Aspek Pemasaran ................................................................

3.2.1 Harga .........................................................................

3.2.2 Jalur Pemasaran Produk ..............................................

3.2.3 Kendala Pemasaran ....................................................

11
11
13
13
15
15
16
18

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI



4.1 Lokasi Usaha .......................................................................

4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan . ..........................................

4.3 Bahan Baku .........................................................................

19
19
20

vii

4.4
4.5.
4.6
4.7
4.8
4.9

Tenaga Kerja .......................................................................


Teknologi ............................................................................
Proses Produksi . ..................................................................
Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi .........................................
Produksi Optimum . .............................................................
Kendala Produksi .................................................................

BAB V ASPEK KEUANGAN



5.1 Pemilihan Pola Usaha . .........................................................

5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan...................

5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan

Biaya Operasional ................................................................

5.3.1 Biaya Investasi ............................................................

5.3.2 Biaya Operasional .......................................................

5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja .........................

5.5 Produksi dan Pendapatan ....................................................

5.6 Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point ...................

5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha . .............................

5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha....................................

21
21
23
31
32
33

35
36
37
38
40
41
42
43
44
45

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN



6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ..................................................

6.2 Aspek Dampak Lingkungan .................................................

49
50

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN



7.1 Kesimpulan .........................................................................

7.2 Saran . .................................................................................

51
52

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN . ................................................................................

55
59

viii

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal

3.1 Jalur Pemasaran Benih Ikan Lele .................................................... 17
4.1 Diagram Alir Proses Pembenihan Ikan Lele .................................... 23

DAFTAR FOTO
Foto
Hal
3.1 Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Lele dan Kelompok Pembibitan Lele

di Kabupaten Boyolali ................................................................... 11
3.2 Benih Ikan Lele Siap Jual Ukuran 5-6 cm ....................................... 16
4.1 Seleksi Induk Lele yang Siap Dipijah .............................................. 24
4.2 Pemijahan Secara Alami ................................................................ 26
4.3 Telur Ikan Lele Dumbo di Kakaban ................................................ 27
4.4 Pendederan I ................................................................................ 29
4.5 Pendederan II . .............................................................................. 30
4.6 Benih Ikan Lele Hasil Pendederan III . ............................................. 31

ix

DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
2.1 Data Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Kabupaten Boyolali .............. 6
3.1 Harga Benih Ikan Lele Berdasarkan Ukuran ...................................... 15
4.1 Fasilitas dan Peralatan Pembenihan Ikan Lele . .................................. 20
4.2 Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Menurut

SNI 01- 6484.1-2000 ....................................................................... 25
4.3 Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo Kelas Benih Sebar

Menurut SNI 01- 6484.2-2000 . ....................................................... 32
5.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan . .................................................... 36
5.2 Komposisi Biaya Investasi ................................................................. 38
5.3 Komposisi Biaya Operasional . .......................................................... 40
5.4 Komponen dan Struktur Kebutuhan Biaya Proyek ............................ 41
5.5 Perhitungan Angsuran Kredit ........................................................... 42
5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ................................................... 43
5.7 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha . ..................................... 43
5.8 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha . ................................................ 44
5.9 Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Lele ........................................... 45
5.10 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik ............................................ 46
5.11 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ............................................. 47
5.12 Analisis Sensitivitas Kombinasi . ........................................................ 48

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

BAB I
PENDAHULUAN
Selama kurun waktu 2005-2007, pembangunan perikanan budidaya telah
menunjukkan hasil yang siginifikan, dengan meningkatnya volume dan nilai
produksi perikanan budidaya. Dalam kurun tersebut, volume produksi perikanan
budidaya mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 19,56 % dengan
nilainya meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,85 %, yaitu dari 2,16 juta ton
senilai Rp 21,45 triliun pada tahun 2005 meningkat menjadi 3,09 juta ton, dengan
nilai sebesar Rp 26,36 triliun pada tahun 2007 (www.perikanan-budidaya.dkp.
go.id).
Meningkatnya permintaan ikan di masa yang akan datang mendorong
upaya untuk meningkatkan kualitas mutu sehingga dapat bersaing di pasar global,
antara lain melalui (1) efisiensi biaya produksi, (2) peningkatan mutu produk agar
diterima pasar, dan (3) jaringan pemasaran yang lebih luas.
Dengan meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat maka akan
meningkatkan produksi budidaya ikan air laut maupun budidaya ikan air tawar.
Semakin meningkatnya permintaan ikan konsumsi tersebut maka terdapat peluang
bagi para petani untuk memenuhi permintaan ikan konsumsi tersebut, serta
merencanakan jumlah produksi yang akan menghasilkan output lebih besar lagi
untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. Salah satu komoditi perikanan yang
dapat menjawab tantangan ini adalah budidaya ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek yang
cukup baik untuk dikembangkan, karena ikan lele adalah salah satu komoditas
perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat,
disamping memiliki prospek pasar, ikan lele dumbo juga memiliki kelebihan dapat
tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit.
Ikan lele dumbo dapat hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai
dengan ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut. Sumber air dapat

PENDAHULUAN

menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun
air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele dumbo semakin cepat karena
memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan lele lokal, dengan
jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat mencapai 40.000
60.000 telur untuk sekali pemijahan. Namun demikian harus diperhatikan
pengelolaan induk yang baik agar lele dumbo tidak mengalami penurunan kualitas,
seperti adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) hingga seleksi induk yang salah
atau penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang
gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit
dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele
dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang
diberi nama lele Sangkuriang.
Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004,
setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/
Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo,
mulai dari pembenihan sampai pembesaran dan pemanenan.
Salah satu sentra pembenihan lele dumbo adalah Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah, dimana masyarakat pembenih di wilayah ini tergabung
dalam organisasi yang disebut Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Saat ini tercatat
sebanyak 13 UPR yang tersebar di 11 desa dan 8 kecamatan, dengan jumlah
produksi benih mencapai 5,3 juta benih lele per bulan.
Namun demikian, produksi ikan lele di Boyolali tersebut belum mencapai
potensi optimal karena kebutuhan akan benih lele, khususnya di Kampung Lele di
Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit masih harus didatangkan dari luar Boyolali yaitu
dari Kediri dan Tulungagung Jatim yang mencapai 75% dari pasokan yang ada di
wilayah ini. Selama ini produksi lele di Kampung Lele mencapai 12 ton/hari namun
hanya digunakan untuk pembesaran.

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

Terdapat beberapa upaya dari Pemerintah untuk meningkatkan potensi ikan


lele di Kabupaten Boyolali. Dalam kunjungan ke Kabupaten Boyolali (Februari
2007), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan bantuan bibit unggul
lele dumbo strain sangkuriang 20 paket atau 300 ekor, subsidi benih 15 juta ekor
lele dan 1 juta ekor nila senilai Rp 500 juta, serta penataan dan perbaikan prasarana
kawasan perkolaman lele di senilai Rp 600 juta. Sementara Pemerintah pusat
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan bantuan untuk bidang perikanan
di Kabupaten Boyolali senilai Rp. 1,7 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk
tujuh kegiatan, diantaranya unit pembenihan rakyat (UPR) senilai Rp. 500 juta,
pembesaran ikan bagi empat kelompok senilai Rp. 412 juta, unit pelayanan
perikanan Rp. 300 juta dan peningkatan fasilitas perikanan di Balai Benih Ikan
(BBI).
Dengan adanya
bantuan
DAK itu diharapkan masyarakat bisa
mengembangkan pembibitannya, karena selama ini belum banyak investor yang
mengembangkan pembibitan ikan lele berukuran antara 2-7 cm yang memiliki
siklus pemeliharaan yang cukup singkat, yaitu 21 hari pemanenan benih ikan
lele.

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha
Kabupaten Boyolali terkenal sebagai salah satu sentra pengembangan
komoditas perikanan dengan komoditas utama ikan lele. Salah satu sentra budidaya
ikan lele di Kabupaten Boyolali bahkan telah ditetapkan sebagai Kampung Lele
yaitu Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit, karena sebagian besar masyarakatnya
berprofesi sebagai pembudidaya pembesaran lele, dengan kebutuhan benih ikan
lele pada tahun 2007 mencapai 250.000 benih per hari.
Kebutuhan benih lele yang sedemikian besar hanya untuk satu desa
tentunya akan semakin besar jika digabungkan dengan wilayah lainnya, dan hal
ini memberikan peluang usaha yang sangat besar bagi usaha pembenihan ikan
lele. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali,
saat ini kegiatan usaha pembenihan ikan lele dijalankan oleh 13 Unit Pembenihan
Rakyat (UPR) dengan produksi mencapai 5,3 juta benih ikan lele per bulan atau
sekitar 175.000 benih per hari. Kekurangan benih ikan lele untuk memenuhi
kebutuhan Kampung Lele dan wilayah lainnya di Kabupaten Boyolali masih harus
didatangkan dari luar, khususnya Kediri dan Tulung Agung di Jawa Timur.

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

Tabel 2.1. Data Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Kabupaten Boyolali


Alamat
No

Nama UPR

Desa

Kecamatan

Rata-rata
Produksi per
Bulan (Ekor)

Komoditas
Utama

Bangun Mina Tani

Bendan

Banyudono

323.000

Lele

Mina Karya Pemuda

Ketaon

Banyudono

400.000

Lele

Tani Mulyo

Bendan

Banyudono

345.000

Lele

Kedung Lele

Bendungan

Simo

1.680.000

Lele

Mina Jaya Makmur

Mudal

Boyolali

365.000

Lele

Mina Asih Pambudi

Guwokajen

Sawit

520.000

Lele

Mina Maju

11.000

Lele

Mina Sejahtera

Keoangan

Nogosari

324.000

Lele

Candi Mandiri

Kiringan

Boyolali

175.000

Lele

10

Perintis

Mudal

Boyolali

740.000

Lele

11

Patil

Mudal

Boyolali

76.000

Lele

12

Mina Sari Mulya

Tanjungsari

Teras

302.500

Lele

13

Minasari

Blagung

Simo

47.250

Lele

Karang
Kepoh

Jumlah

Karanggede

5.308.750

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali Tahun 2010

Alasan utama masyarakat melakukan usaha pembenihan ikan lele antara lain
adalah siklus usaha yang relatif pendek (1,5 bulan) sehingga perputaran uang untuk
kegiatan usaha menjadi lebih cepat dengan rentabilitas relatif tinggi (mortalitas
larva 30-40%), risiko budidaya relatif kecil dengan penanganan yang baik, serta
kecenderungan pola makan masyarakat yang bergeser pada bahan pangan yang
sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap kesehatan menjadi stimulan
bagi peningkatan permintaan ikan termasuk ikan lele.

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

Pola usaha pembenihan ikan lele umumnya masih dilakukan secara tradisional
dengan sistem pemijahan alami, dimana sepasang indukan yang telah siap pijah
akan ditempatkan pada bak penampungan berupa kolam permanen/tembok,
tanpa campur tangan pembenih. Sistem pemberian pakan juga masih mengikuti
standar pakan ikan lele, meliputi pakan alami dan pakan buatan, yaitu dengan
memberikan cacing sutera (tubifex) untuk larva ikan lele umur 4-5 hari, dilanjutkan
dengan tepung pelet (umur 2-3 minggu) dan selanjutnya diberikan pelet hingga
dapat dipanen pada minggu ke 6 dengan ukuran benih 5-6 cm.
Kajian ini menggunakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai obyek
ini dengan pertimbangan bahwa jenis lele dumbo ini pada umumnya diusahakan
oleh pembenih dan pembesaran ikan lele serta lebih banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan.
Dengan obsesi menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun
2015, maka Indonesia memiliki modal besar untuk sumberdaya perikanan yang
dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, khususnya perikanan budidaya yang
merupakan ujung tombak pencapaian obsesi tersebut.
Upaya pencapaian target produksi dilaksanakan melalui tiga pendekatan,
(1) fokus kepada pencapaian produksi dan menumbuhkan wirausaha pemula
perikanan budidaya, (2) mendorong dan mengoptimalkan pemanfaatan kredit
program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
(KKP-E), PKBL dan Badan Layanan Umum (BLU) untuk menggerakan aktivitas
usaha kelompok masyarakat pembudidaya ikan (Pokdakan), dan (3) menciptakan
iklim usaha yang mampu memacu Pokdakan Maju untuk melakukan ekspansi dan
memperbesar skala usahanya dengan menggunakan fasilitas kredit komersial.

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.2. Pola Pembiayaan


Seperti halnya pelaku usaha skala mikro dan kecil yang masih mengandalkan
modal sendiri dan keluarga, maka kegiatan usaha pembenihan ikan lele di
Kabupaten Boyolali juga masih dipenuhi melalui modal sendiri atau keluarga.
Tercatat hanya satu bank yang sudah menyalurkan kredit kepada 3 orang
pembenih ikan di Desa Talakbroto Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, dengan
plafond kredit Rp. 20.00.0000 s/d Rp. 50.000.000 untuk pembiayaan modal kerja.
Jangka waktu pengembalian selama 3 tahun, suku bunga 13% menurun dengan
angsuran pokok dan bunga dilakukan setiap bulannya.
Kebijakan penyaluran pembiayaan investasi belum pernah terealisasi untuk
usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten Boyolali, namun demikian pembiayaan
investasi sangat dimungkinkan karena berdasarkan wawancara dengan narasumber
pembenih bahwa jumlah kolam yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap
kemampuan menghasilkan benih ikan lele.
Keikutsertaan perbankan dalam upaya pengembangan usaha pembenihan
ikan lele didasarkan atas beberapa alasan, yaitu :
a). Potensi sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang besar
bagi kelangsungan kegiatan usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten
Boyolali yang merupakan sentra komoditas ikan lele dan telah ditetapkan
sebagai wilayah minapolitan;
b). Tingkat kematian benih yang kecil dengan harga benih lele yang relatif
stabil menjadikan peluang keuntungan yang diperoleh semakin terbuka;
c). Pemasaran dilakukan di lokasi pembenihan yang menjadikan terbukanya
peluang pengembangan usaha mengingat Kabupaten Boyolali masih
kekurangan benih ikan lele;
d). Upaya meningkatkan lapangan kerja yang diharapkan mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan pengembangan potensi ekonomi daerah.

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat Bank, pembenih ikan lele


memiliki kesadaran untuk mengembalikan pembiayaan tepat waktu, seperti
tercermin dari realisasi pembiayaan sebesar Rp 110 juta untuk 3 pembenih dan
tidak tercatat adanya pengusaha yang menunggak.
Pihak bank masih menerapkan kriteria karakter pengusaha dengan
melakukan kunjungan ke lokasi pembenihan, diskusi pola usaha dan pembiayaan
usaha pembenihan, disamping aturan standar yang diterapkan bank kepada calon
debitur (5C). Melalui metode seperti itu, baik pihak bank maupun calon debitur
dapat memahami kebutuhan masing-masing sehingga dengan kelengkapan
administrasi pengajuan pinjaman oleh calon debitur maka dana akan dicairkan
dalam waktu 5-6 hari efektif.

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1. Aspek Pasar
3.1.1. Permintaan
Lele adalah salah satu jenis ikan yang bergizi tinggi, sehingga mendukung
asupan masyarakat untuk konsumsi ikan yang kaya akan omega 3. Lele setidaknya
mengandung 17-37% protein, 4,8% lemak, 1,2% mineral, 1,2% vitamin, dan
75,1% air. Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang
lezat, daging empuk, duri teratur, dan dapat disajikan dalam berbagai macam
menu masakan. Walaupun sebelum tahun 1990-an lele belum begitu popular
sebagai makanan lezat, namun oleh warung-warung pecel lele menjadi makanan
popular yang merakyat dan menyebar ke mana-mana. Harga kuliner lele juga
cukup terjangkau.
Dengan produksi benih per hari lebih dari 175.000 benih lele membuktikan
bahwa Kabupaten Boyolali menjadi salah satu sentra usaha pembenihan ikan lele di
Indonesia. Namun jika dikaitkan dengan kebutuhan benih lele di wilayah ini yang
mencapai lebih dari 300.000 benih per hari membuat peluang usaha pembenihan
semakin terbuka.

Foto 3.1. Lokasi Usaha


Pembenihan Ikan
Lele dan Kelompok
Pembibitan Ikan Lele di
Kabupaten Boyolali

11

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Metode pemasaran benih ikan lele yang dilakukan pembenih masih


sederhana dan konvensional yaitu dengan cara menunggu calon pembeli datang
ke lokasi pembenihan. Pada umumnya setiap pembenih sudah memiliki jaringan/
relasi dalam memasarkan benih ikan lelenya.
Hasil olahan lele masih menjadi makanan favorit bagi sebagian besar
masyarakat, sehingga lele termasuk makanan yang digemari dan tak surut
menghadapi persaingan yang ketat antarusaha makanan. Jenis makanan yang
banyak disajikan adalah lele goreng dan lele lalapan atau sering disebut dengan
istilah pecel lele. Harga jual yang terjangkau semua kalangan masyarakat,
menambah nikmatnya mengkonsumsi menu lele goreng ini.
Dengan memanfaatkan keahlian mengolah makanan, saat ini produk
olahan lele semakin variatif, antara lain lele goreng saus cabai, lele kuah santan,
lele goreng kremes, lele sambal mangga, lele bakar bumbu Bali, dan masih banyak
lainnya, bahkan di wilayah Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali lele telah diolah
menjadi produk abon lele, kulit lele goreng, serta kerupuk dan keripik lele.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan dalam acara Pembukaan
Pencanangan dan Kampanye Gerakan Makan Ikan di Denpasar pada tanggal 13
Juni 2010, hingga 2009 tercatat rata-rata tingkat konsumsi ikan nasional baru
30,17 kilogram per kapita per tahun atau lebih rendah dibanding pola pangan
harapan yang seharusnya sebesar 31,4 kg.
Revitalisasi lele sampai akhir tahun 2009 menargetkan produksi sejumlah
175 ton atau meningkat rata-rata 21,64% per tahun. Sementara itu, permintaan
benih lele juga terus meningkat dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360
juta ekor pada tahun 2003 atau meningkat rata-rata sebesar 46% per tahun.
Kebutuhan benih lele hingga akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai 1,95 miliar
ekor.
Berdasarkan informasi tersebut, maka terlihat bahwa kebutuhan masyarakat
akan makanan yang sehat dengan harga terjangkau antara lain melalui hasil
olahan ikan lele menyebabkan bisnis budidaya/pembesaran lele menjadi terbuka
dan berdampak kepada semakin terbukanya pasar bagi benih ikan lele.

12

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

3.1.2. Penawaran
Permintaan ikan lele yang semakin meningkat membuat peluang usaha sangat
terbuka bagi para pelaku usaha pembesaran ikan lele. Dengan tingkat konsumsi
yang tinggi, antara lain terlihat melalui warung-warung makanan dengan menu
ikan lele, berdampak secara langsung kepada upaya pemenuhan kebutuhan akan
benih ikan lele oleh para pengusaha pembesaran ikan lele. Kondisi ini membuat
para petani pembenihan ikan lele tidak membutuhkan usaha khusus untuk
memasarkan produknya, karena lebih banyak pembeli yang datang langsung ke
lokasi pembenihan dibandingkan upaya petani pembenih ikan menawarkan ke
masyarakat.
Untuk satu siklus usaha pembenihan dengan jangka waktu antara 40-45
hari dapat menghasilkan benih ikan lele hingga 30.000 50.000 ekor dengan
berbagai macam ukuran. Berdasarkan ukurannya, dalam satu siklus tersebut
sebagian besar ditawarkan/dijual dengan ukuran 5-6 cm.
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan merupakan hal yang wajar dalam setiap kegiatan usaha yang
menghasilkan suatu produk, tidak terkecuali pada sektor perikanan yang umumnya
tidak mengenal monopoli karena semua pihak bebas bersaing di pasaran. Yang
perlu diperhatikan oleh para pelaku usaha adalah upaya menghasilkan produk
dengan kualitas baik dan dapat diterima pasar secara luas.

Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali
pada saat pelaksanaan kajian, total produksi benih ikan lele diperkirakan mencapai
300.000 ekor per hari, sementara kebutuhan untuk Kampung Lele di Kecamatan
Sawit Kabupaten Boyolali mencapai 400.000 ekor benih ikan lele sedangkan untuk
wilayah Boyolali secara keseluruhan membutuhkan lebih dari 600.000 ekor benih
lele. Kondisi ini membuat peluang pasar masih sangat terbuka.

13

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan lele dinilai masih rendah dengan
kemudahan pembenih dalam memasarkan produk dan pasar mampu menyerap
seluruh benih ikan lele yang dihasilkan. Namun kurangnya kemampuan finansial
membuat masyarakat pembenih seringkali sudah memasarkan benih ikan lele
ukuran 2-5 cm keluar daerah seperti Salatiga, Sleman dan Magelang. Sementara
untuk budidaya pembesaran di wilayah Boyolali, khususnya Kampung Lele
membutuhkan benih ikan lele dengan ukuran 7-11, sehingga kekurangannya
didatangkan dari Kabupaten Tulung Agung.
Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapang, masing-masing pelaku
usaha pembenihan ikan lele sudah memiliki pelanggan tersendiri (captive market)
yang secara periodik mendatangi lokasi pembenihan untuk membeli benih ikan
lele dengan berbagai macam ukuran atau sesuai ukuran yang dibutuhkan.
Keterlibatan Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Boyolali memberikan dampak positif dan menggairahkan
kegiatan usaha pembenihan ikan lele dan pembesarannya, antara lain melalui
Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
kep.32/men/2010 tanggal 14 Mei 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan,
yang antara lain menetapkan Kabupaten Boyolali dan 11 kabupaten/kota
lainnya di Provinsi Jawa Tengah sebagai Kawasan Minapolitan. Menarik untuk
disampaikan, adanya pola hulu-hilir dari pembenihan, budidaya dan pengolahan
pasca panen maka pengembangan produk ini dapat diterapkan secara integrated
dan berkelanjutan.
Dengan potensi pengembangan ikan lele, baik usaha pembenihan,
pembesaran hingga produk pengolahan pasca panen yang ada di Kabupaten
Boyolali akan dijadikan salah satu ikon nasional bidang perikanan. Ini menjadi
indikasi peluang usaha dan pasar untuk benih lele semakin besar dan luas.

14

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

3.2. Aspek Pemasaran


3.2.1. Harga
Usaha pembenihan ikan lele merupakan kegiatan yang dilaksanakan
pelaku usaha agar mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan
mengedepankan aspek bisnis sebagai pilihan utama. Dengan tetap menerapkan
prinsip ekonomi yang sehat dimana pengeluaran seefisien mungkin untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal, usaha pembenihan ikan lele tetap harus
mengikuti prosedur pemeliharaan benih lele dengan baik dan lele memerlukan
ketelatenan agar diperoleh benih ikan lele dengan kualitas yang baik.
Secara umum, petani pembenihan ikan lele di Desa Tanjungsari Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali yang tergabung dalam wadah unit pembenihan
rakyat (UPR) menjual benih ikan lele berdasarkan ukurannya dengan harga seperti
terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Harga Benih Ikan Lele Berdasarkan Ukuran
No

Ukuran Benih

Harga Jual per Ekor

1 -2 cm

Rp. 50

3-5 cm

Rp. 60

5-6 cm

Rp. 80

6-7 cm

Rp. 90

7-9 cm

Rp. 100

Sumber : Narasumber pembenih ikan lele

15

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Pembenih tidak menerapkan perbedaan harga benih ikan lele yang dijual
ke pengumpul/tengkulak maupun pembudidaya pembesaran ikan lele. Perbedaan
harga benih ikan lele semata-mata ditentukan berdasarkan ukuran/size dari benih
tersebut.

Foto 3.2. Benih Ikan Lele Siap Jual Ukuran 5-6 cm


3.2.2. Jalur Pemasaran Produk
S asaran pemasaran terkait erat dengan calon konsumen, jumlah permintaan
hingga ketepatan waktu pemenuhan permintaan pasar. Konsumen yang selama
ini menjadi target pasar pembenih ikan lele adalah pengusaha pembesaran ikan
lele yang memelihara ikan lele sampai dengan ukuran konsumsi, di wilayah sekitar
atau bahkan hingga luar kabupaten, seperti Salatiga, Sleman hingga Magelang.
Pemasaran benih ikan lele dilakukan secara langsung oleh para pembenih
di lokasi pembenihan. Penjualan dapat dilakukan secara langsung dan penjualan
melalui pemesanan. Penjualan benih ikan lele dilakukan dengan sistem Cash and
Carry sehingga memudahkan pembenih untuk melanjutkan siklus usaha segera
setelah benih ikan lele terjual.

16

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

Untuk sampai di tangan konsumen pengusaha pembesaran ikan lele, rantai


niaga benih ikan lele dapat dillakukan seperti gambar berikut :

Pedagang
Pengumpul
(3)
Produsen Benih
Ikan Lele
(1)

Pedagang
Antar Wilayah

(2)

Usaha
Pembesaran
Ikan Lele

Gambar 3.1. Jalur Pemasaran Benih Ikan Lele


Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembenih memasarkan benih ikan
lele kepada pembeli/konsumen yang datang ke lokasi dengan tujuan akhir usaha
pembesaran ikan lele. Untuk mencapai target sasaran akhir, paling tidak ada 3
(tiga) metode penjualan benih, yaitu :
(1) Pembenih menjual langsung ke pengusaha pembesaran ikan lele.
(2) Pembenih menjual ke pedagang pengumpul untuk selanjutnya dijual
kembali ke pengusaha pembesaran ikan lele.
(3) Pedagang pengumpul akan menjual kepada pedagang antar wilayah
sebelum dijual ke pengusaha pembesaran ikan dan ini biasanya terjadi jika
pengusaha pembesaran ikan lele berlokasi jauh dari wilayah Boyolali.

17

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.2.3. Kendala Pemasaran


Penetapan Kabupaten Boyolali sebagai kawasan minapolitan diarahkan
untuk menciptakan daerah dengan basis ekonomi sub sektor perikanan yang
mampu tumbuh dan berkembang sejalan dengan komoditas unggulan dan usaha
agribisnis yang dikembangkan termasuk sebagai daerah pemasok bahan baku dan
produksi pasca panen.
Sebagai kegiatan usaha yang menempati rantai awal dalam rantai nilai ikan
lele, posisi pembenih ikan lele menjadi sebagai salah satu titik sentral. Bagi para
pembenih ikan lele di wilayah Boyolali, pemasaran benih sampai saat ini tidak
menjadi kendala karena seluruh benih ikan lele yang dihasilkan dapat diserap
petani pembudidaya pembesaran ikan lele di wilayah Boyolali dan beberapa kota
di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Namun ironisnya, untuk memenuhi kebutuhan
wilayah Boyolali, khususnya Kampung Lele Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit,
benih ikan lele masih harus didatangkan dari luar daerah (Tulung Agung).

18

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembudidayaan benih lele sebenarnya tidak membutuhkan
suatu kondisi yang spesifik. Syarat utama yang harus dipenuhi suatu tempat untuk
menjadi lokasi pembudidayaan ikan lele adalah adanya air, media ikan untuk
hidup. Namun demikian, air sekarang bukan lagi kendala, karena bisa diusahakan
baik dari sumber alam maupun buatan. Seperti halnya kegiatan pembenihan ikan
lele di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, sumber air
untuk pembenihan lele berasal dari air tanah.
4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Lahan untuk proses produksi benih ikan lele tidak harus memenuhi suatu
standar tertentu, yang utama adalah ketersediaan sumber air untuk wahana hidup
ikan. Pada kolam untuk pemijahan dan pemeliharaan larva, diperlukan lahan yang
relatif terlindung dari cahaya matahari langsung. Peralatan yang digunakan dalam
proses pembenihan ikan lele adalah 1) peralatan pengadaan air bersih (seperti
pompa air, pompa celup), 2) pemijahan ikan lele (seperti kakaban), 3) pendederan
benih ikan lele (seperti blower), dan 4) pemanenan benih ikan lele, (seperti seser).

19

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Tabel 4.1 Fasilitas dan Peralatan Pembenihan Ikan Lele


No.
1

Keterangan

Satuan

1 unit

10 unit

Kolam
a. Kolam pemijahan (1X2 m)

buah

b. Kolam Perawatan Larva (1.5x2 m)

buah

20

c. Kolam Pendederan I (1.5x2 m)

buah

20

d. Kolam Pendederan II (1.5x2 m)

buah

20

e. Kolam Pendederan III (2x3 m)

buah

10

f. Kolam induk lele

buah

Pompa

buah

Seser

buah

10

Ember

buah

35

Kakaban

buah

Blower

buah

Pompa Celup

buah

Sumber : Narasumber Pembenih Ikan Lele

4.3. Bahan Baku


Bahan baku utama usaha pembenihan ikan lele adalah telur ikan lele yang
diperoleh dari induk ikan lele dumbo. Untuk satu pasang ikan lele dumbo dapat
menghasilkan 50.000 sampai dengan 60.000 larva ikan lele. Larva tersebut setelah
dibesarkan, akan mengalami penyusutan karena kematian (kisaran 35-45%), dan
sampai umur 5-6 minggu dapat menghasilkan benih lele kurang lebih sebanyak
32.500 38.000 ekor.

20

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

4.4. Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo
umumnya hanya 1 orang per unit usaha dengan upah Rp 245.000 per bulan. Gaji
perbulan diakumulasi dari beberapa kegiatan pembenihan, yaitu proses produksi/
budidaya, pemeliharaan pompa dan peneliharaan kolam. Pada umumnya tenaga
kerja yang terlibat berasal dari keluarga sendiri. Secara umum tidak ada spesialisasi
keahlian atau tingkat pendidikan minimum tertentu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja yang terlibat dalam kegiatan usaha ini. Meskipun demikian, pengetahuan
tentang karakteristik masa pertumbuhan ikan lele harus benar-benar dipahami
oleh pembenih terkait dengan ukuran untuk pemindahan dari satu kolam ke
kolam lainnya dan jenis pakan yang diberikan. Lebih jauh pemahaman ini akan
membantu pembenih dalam meminimalkan tingkat kematian lele.
4.5. Teknologi
Benih ikan lele dumbo dapat dihasilkan dari indukan ikan lele dumbo melalui
beberapa teknik pemijahan:
1) Pemijahan alami
Pada habitat aslinya, ikan lele dumbo memijah secara alami dengan
pemilihan pasangan yang ditentukan oleh alam dan naluri masing-masing
ikan lele dewasa. Dalam perkembangannya, masyarakat melanjutkan
kondisi tersebut kedalam proses pemijahan alami dengan campur tangan
manusia, yaitu dengan menempatkan pada bak/kolam tertentu dan media
kakaban. Metode ini adalah metode tradisional dalam pembiakan ikan
lele dumbo, dimana induk ikan lele jantan dan betina yang telah matang
gonad diletakkan bersama-sama dalam satu bak untuk proses pemijahan
secara alami.

21

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

2) Pemijahan buatan

Hasil pemijahan alami lele dumbo biasanya kurang memuaskan karena
jumlah telur yang dihasilkan tidak banyak. Agar produksi telur dapat
optimal maka dilakukan pemijahan buatan, atau dengan kawin suntik.
Sistem ini agak rumit dan memerlukan keahlian khusus. Tiga langkah kerja
yang harus dilakukan dalam sistem ini, yaitu penyuntikan, pengambilan
sperma dan pengeluaran telur.
a) Penyuntikan dengan ovaprim
Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke
tubuh induk betina. Hormon perangsang yang umum digunakan
adalah ovaprim. Induk betina yang sudah matang gonad, disuntikkan
sebanyak 0,3 mll ovaprim untuk setiap kilogram induk. Bila telah
selesai, induk betina yang sudah disuntik dimasukan ke dalam bak
lain dan dibiarkan selama 10 jam.
b) Penyuntikan dengan hypopisa
Selain penyuntikan dengan ovaprim, pemijahan buatan juga dapat
dilakukan dengan menyuntikkan ekstrak kelenjar hypopisa ikan mas
atau lele dumbo. Induk betina yang sudah matang gonad disuntik
dengan larutan hypopisa dari ikan mas atau lele. Bila telah selesai,
induk betina yang sudah disuntik dimasukan ke dalam bak lain dan
dibiarkan selama 10 jam.
Disamping teknologi untuk memacu terjadinya pemijahan, dalam proses
pembenihan ikan lele ini juga telah diperkenalkan pakan yang memacu
perubahan jenis kelamin benih ikan lele. Dimana benih-benih ikan lele
yang telah diberi pakan akan mengalami perubahan jenis kelamin menjadi
jantan semua. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ikan yang
mempunyai jenis kelamin jantan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan
dengan jenis ikan betina.

22

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

4.6. Proses Produksi


Proses produksi benih ikan lele yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan
ini adalah proses pembenihan ikan lele dengan cara pemijahan alami. Diagram alir
proses pembudidayaan benih ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :
Induk Lele Dumbo
Seleksi Induk

Pemijahan ikan lele dumbo alami


Penetasan
Pendederan I
Pendederan II
Pendederan III
Pemanenan Benih

Penjualan Benih

Pembesaran

Grafik 4.1. Diagram Alir Proses Pembenihan Ikan Lele

23

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Proses pembenihan ikan lele dumbo dengan cara pemijahan alami ini adalah
sebagai berikut:
a. Penseleksian induk lele

Seleksi induk lele dumbo dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada
tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad adalah perut gendut;
tubuh agak kusam; gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan.
Sedangkan tanda induk jantan yang sudah matang gonad adalah gerakan
lincah, tubuh memerah dan bercahaya; dan lubang kelamin kemerahan,
agak membengkak dan berbintik putih.

Foto. 4.1. Seleksi Induk Lele yang Siap Dipijah


24

Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin


(gamet). Gonad yang terdapat ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi
menghasilkan spermatozoa, sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan
betina dinamakan ovari berfungi menghasilkan telur (ovum).
Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum
dan sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya,
maka telur dan sperma ikan lele akan semakin berkembang. Selama proses

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

reproduksi tersebut, maka sebagian energi dipakai untuk perkembangan


gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan
memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan
berlangsung sampai selesai.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6484.1-2000, indukan
ikan lele dumbo ditetapkan berdasarkan umur, panjang dan bobotnya.
Secara lengkap kriteria indukan ikan lele ditampilkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Menurut SNI 01- 6484.1-2000

No.
1
2

Kriteria
Umur induk
Panjang standar
Bobot badan pertama
matang gonad

3
4

Fekunditas *)

Diameter telur

bulan
cm

Jenis Kelamin
Jantan
Betina
8-12
12-15
40-45
38-40

g/ekor

500-750

Satuan

butir/kg
bobot tubuh
mm

400-500
50.000 100.000
1,4-1,5

*)

Fekunditas adalah salah satu fase untuk menaksir jumlah benih yang akan dihasilkan, yaitu
saat telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan.
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2000

b. Pemijahan lele dumbo secara alami



Pemijahan lele dumbo pada usaha pembenihan ikan lele dumbo ini adalah
dengan menggunakan sistem pemijahan alami. Induk ikan lele dipijahkan
bersama-sama antara jantan dan betina pada bak pemijahan. Sebelumnya,
bak dikeringkan selama 2 4 hari. Selanjutnya bak diisi dengan air setinggi
30 cm dan membiarkan air mengalir selama pemijahan. Bersamaan dengan

25

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

itu, pasang atau masukan kakaban secukupnya. Bila sudah siap, induk
betina dan jantan yang sudah matang gonad dimasukkan ke dalam air pada
siang atau sore hari. Langkah selanjutnya adalah mengamati pasangan
lele tersebut sampai berpijah di keesokan harinya. Lele merupakan ikan
yang bersifat kanibal, sehingga untuk menghindari induk lele memakan
telurnya, maka kedua induk harus segera dipindahkan ke tempat lain dan
telur dibiarkan menetas di tempat tersebut.

Foto 4.2 Pemijahan Secara Alami


Pada kondisi normal, ciri khas bahwa induk lele siap memijah adalah calon
induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan
dan yang betina. Namun dalam studi ini tidak terjadi hal tersebut karena
pembenih menempatkan induk lele dalam kolam yang dengan air yang
sangat keruh, yang menyebabkan indukan tidak akan memijah secara
alami dalam kondisi kolam seperti itu. Secara fisik, induk ikan lele yang
sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
Induk jantan :
- Alat kelamin tampak jelas, meruncing;

26

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

-
-
-
-

Perutnya tetap ramping, jika perut diurut akan keluar sperma;


Tulang kepala lebih mendatar dibanding betinanya;
Jika warna dasar badannya hitam (gelap);
Umur induk jantan di atas tujuh bulan.

Induk betina :
- Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak
membesar;
- Tulang kepala agak cembung;
- Geraknya lambat;
- Warna badannya lebih cerah dari biasanya;
- Induk betina berumur satu tahun.
c.

Penetasan
Penetasan telur lele dumbo dilakukan dalam kolam tembok penetasan
(ukuran 2x1,5m). Sebelum digunakan untuk proses penetasan, kolam harus
dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari, kemudian kolam diisi dengan
air bersih setinggi 30 cm dan air harus dalam kondisi mengalir selama
penetasan. Untuk melindungi telur-telur ikan, kolam dipasangi kakaban.
Selanjutnya, telur ikan ditebarkan secara merata menempel di kakaban.
Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2 3 hari. Berdasarkan
pengalaman narasumber pengusaha
pembenihan ikan lele, akan dihasilkan
sekitar 50.000 60.000 larva ikan
lele.

Foto 4.3 Telur Ikan Lele Dumbo di


Kakaban

27

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

d. Pendederan I

Pendederan pertama di kolam pendederan I yang berjumlah 4 buah. Pada
masing-masing kolam ukuran (1,5 x 2 m2) yang telah dikeringkan selama
4 5 hari, ditebarkan 12.500 ekor larva. Larva umur 0 3 hari akan diberi
pakan cacing tubifex (atau sering disebut cacing sutera karena bentuknya
yang sangat lembut). Cacing ini bisa dibeli di peternak cacing tubifex di
sekitar peternak lele atau di toko makanan ikan. Harga cacing tubifex
berkisar Rp. 3.500 per kaleng susu cair. Pada umur tersebut dibutuhkan
sebanyak 10 takar (ukuran kaleng susu cair) per hari. Selanjutnya, dari umur
3 hari - 2 minggu diberikan pelet yang berbentuk serbuk/tepung pelet.
Harga pelet berbentuk tepung ini sekitar Rp. 12.500 per kg. Pemberian
serbuk dilakukan setiap 4 jam sekali, dan secara total dibutuhkan sekitar
0,8 kg/hari.

Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan
panjang tubuh 0,75 1 cm serta belum memiliki bentuk morfologi yang
definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan
makanan dalam bentuk kuning telur (yolk sac) dan butir minyak. Cadangan
makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ
tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip,
mulut, mata, dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya
akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan
organ tubuh larva. Oleh karena itu pemberian pakan pada larva ikan lele
baru dilaksanakan pada hari ke-4, dengan jenis pakan yang disesuaikan
dengan bukaan mulut larva, serta pakan bergerak agar mudah dideteksi
dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang
tinggi.

Pada saat umur larva diatas 4 hari, maka pakan yang diberikan berupa
Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutera) atau Artemia sp. Namun
pembenih di lokasi kajian hanya memberikan pakan jenis Tubifex sp.
Pemberian pakan diberikan secara adlibitum (pemberian pakan sampai

28

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

kenyang) dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam
4- 5 kali sehari dengan cara menyebarkan secara merata di seluruh
bagian kolam sehingga tidak mengotori air pemeliharaan, oleh karena itu
diusahakan agar tidak ada pakan yang tersisa.
Pada akhir masa pendederan I, benih ikan lele mulai diperkenalkan dengan
jenis pakan dalam bentuk tepung, yang oleh narasumber pembenih ikan
lele, diberikan dalam bentuk pelet yang dihaluskan dengan mesin (blender)
atau digerus.

Foto 4.4. Pendederan I


e. Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan di kolam 1,5x2m. Jumlah kolam yang
dibutuhkan 4 buah kolam dengan ukuran yang relative sama. Dengan
asumsi rata-rata tingkat kematian sebesar 20 - 30% di kolam pendederan
I, maka dari satu kolam pendederan I dihasilkan sekitar 9.375 ekor benih
ikan lele. Setelah kolam dikeringkan 4 5 hari sebelumnya, masing-masing
kolam ditebar sebanyak kurang lebih 9.375 ekor benih hasil pendederan I
(telah diseleksi). Benih ikan lele dipelihara di kolam pendederan II dari umur
2 minggu sampai dengan 3 minggu, ketika benih ikan lele telah mencapai
ukuran panjang 2 3 cm, dengan diberi pakan berupa pelet halus sebanyak

29

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

43% - 50% biomass setiap hari. Pakan pelet halus diberikan dalam selang
4 jam sekali dengan cara menaburkan pelet ke kolam pendederan. Pelet
bisa dibeli di toko pakan ikan dengan harga sekitar Rp. 12.500 per kg,

Foto 4.5. Pendederan II


f.

30

Pendederan III
Pada tahapan akhir proses budidaya, benih lele dari 4 kolam pendederan II
yang berukuran 2 3 cm, dipindahkan ke dalam dua unit kolam pendederan
III. Pengurangan jumlah kolam ini sejalan dengan berkurangnya benih lele
dari tahap pendederan II. Benih lele yang dapat dipanen dari pendederan
II sekitar 85 - 90% (atau 65% dari pendederan I), sehingga dari 4 kolam
pendederan II dihasilkan sekitar 32.500 ekor benih ikan lele. Pada tahap
pendederan III ini, benih lele dibesarkan pada kolam yang berukuran (2x3
m), dimana masing-masing ditebarkan sekitar 16.250 ekor benih ikan lele
hasil pendederan tahap II. Benih ikan lele dipelihara di kolam pendederan
tahap III sampai umur 5 6 minggu ketika benih ikan lele telah mencapai
ukuran panjang 5 6 cm. Pada tahapan ini benih ikan lele telah diberi pelet
PF 99 atau PF 100 sebanyak 2,5 kg per hari. Pelet diberikan dalam selang
4 jam sekali dalam satu hari. Pakan berupa pelet tersebut bisa diperoleh

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

di toko pakan ternak/ikan di sekitar lokasi budidaya dengan harga Rp.


11.500 per kg. Jika benih ikan lele yang telah mempunyai panjang 5 - 6
cm ini kemudian dijual ke petani pembesaran ikan lele.

Foto 4.6. Benih Ikan Lele Hasil Pendederan III

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi


Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6484.2.2000 tentang benih
ikan lele dumbo, kualitas benih lele yang dijual biasanya distandarisasi menurut
umur, panjang dan bobot minimal. Adapun kriteria kuantitatif benih ikan lele
dumbo kelas benih sebar berdasarkan standar nasional Indonesia ditampilkan
pada Tabel 4.3.

31

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Tabel 4.3. Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo Kelas Benih Sebar
Menurut SNI 01- 6484.2-2000
Kriteria

Satuan

Larva

Pendd
I

Pendd
II

Pendd
III

Pendd
IV

1 Umur Maksimal

Hari

20

40

54

75

2 Panjang Total

Cm

0,75-1,0

1-3

3-5

5-8

8-12

3 Bobot Minimal

Gram

0,05

2,5

10

Keseragaman
Ukuran

>90

>75

>75

>75

>75

Keseragaman
Warna

100

>90

>90

>90

>98

Sumber : Badan Standasarisasi Nasional, Tahun 2000

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan pembenih ikan lele dumbo,
jumlah benih ikan lele yang dihasilkan dengan ukuran 5-6 cm dari sepasang induk
ikan lele dalam satu siklus produksi kurang lebih sebanyak 23.200 ekor. Ukuran
benih ikan lele tersebut yang menjadi acuan bagi para pembenih untuk mulai
dipasarkan ke usaha pembesaran ikan lele.
4.8. Produksi Optimum.
Tingkat produksi ditentukan oleh keberhasilan penetasan telur ikan lele
dumbo. Secara teknis budidaya, berdasarkan unit skala usaha yang ada di wilayah
kajian, produksi optimum benih ikan lele yang dihasilkan kurang lebih sebanyak
25.000 ekor untuk setiap siklus produksi yang memakan waktu 5 6 minggu.
Untuk induk ikan lele, sampai saat ini belum ada data pasti masa produktif induk
ikan lele karena hingga umur 5 tahun, induk ikan lele yang sehat masih dapat
menghasilkan larva dengan jumlah besar.

32

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

4.9. Kendala Produksi


Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pembenihan ikan lele
dumbo adalah masa kritis benih ikan lele dari larva hingga ketika mulai makan.
Upaya pemberian pakan buatan kadang mengalami kegagalan sehingga jumlah
kematian larva lele melebihi ambang batas (35%) sehingga pembenih ikan lele
akan mengalami kerugian.
Faktor kritis dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo adalah cuaca.
Berproduksi pada musim kemarau lebih baik dibandingkan pada musim penghujan.
Faktor lainnya adalah kesehatan induk lele, karena ketersediaan telur lele akan
tergantung pada kesehatan ikan lele.
Pada proses pembenihan, faktor kendala produksi adalah banyaknya
kematian benih ikan lele karena adanya penyakit dari lingkungan perairan, dimana
benih ikan lele dipelihara. Disamping itu, perubahan makanan dari makan cacing
tubifex menjadi pakan buatan (pelet lembut) juga menjadi kendala yang besar
terhadap tingkat kematian benih lele. Untuk meminimalisir kematian benih ikan
lele, maka dalam pemberian pakan dilakukan pencampuran cacing sutera dengan
pellet halus dengan perbandingan semakin besar penggunaan pellet untuk benih
yang semakin besar.
Disamping itu, proses pemindahan dari pendederan satu ke pendederan
lainnya juga sering menimbulkan stress ikan dan pada akhirnya menambah tingkat
kematian, oleh sebab itu pada saat pemindahan benih ikan lele masih menggunakan
sebagian air dari kolam tempat asal benih ikan lele. Hal ini dilakukan agar terjadi
pengkondisian dalam penyesuaian lingkungan baru untuk benih ikan lele.

33

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

BAB V
ASPEK KEUANGAN
Untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan
pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank maka perlu
dilakukan analisa aspek keuangan. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan
pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pembenihan ikan lele
dumbo.
5.1. Pemilihan Pola Usaha
Pola usaha yang dipilih adalah usaha pembenihan ikan lele dumbo dengan
menggunakan teknologi pemijahan alami. Pembenihan ikan lele dumbo dilakukan
dengan cara tradisional, yaitu dengan mengumpulkan induk jantan dan betina yang
telah matang gonad dalam satu kolam. Meskipun tidak sebanyak dibandingkan
dengan pemijahan suntik, metode ini cukup efektif dan murah selama induk lele
masih dalam masa produktif. Pembenihan dalam satu siklus memakan waktu 5
6 minggu, ketika benih lele telah mencapai ukuran panjang 5 -\ 6 cm.
Kegiatan usaha pembenihan ikan lele di lokasi penelitian umumnya masih
dilakukan dalam skala usaha yang kecil (skala rumah tangga) yang membutuhkan
biaya operasional kecil dengan produksi ikan lele yang juga sedikit. Kondisi tersebut
menyebabkan usaha pembenihan ikan lele dengan skala usaha yang ada dinilai
belum bankable. Untuk membuat kegiatan usaha yang mampu dijangkau oleh
pihak perbankan, maka penyusunan pola pembiayaan untuk pembenihan ikan
lele dilakukan untuk 5 unit usaha pembenihan. Hal ini dapat dilakukan dengan 1
bentuk usaha yang memiliki 5 unit pembenihan atau 5 orang pembenih bergabung
dalam 1 kelompok usaha pembenihan ikan lele.
Pemasaran ikan lele masih menggunakan jalur pemasaran tradisional.
Pembeli, baik pedagang benih lele maupun petani ikan lele, akan datang langsung

35

ASPEK KEUANGAN

ke pengusaha benih ikan lele. Harga benih lele biasanya akan mengikuti harga
pasaran yang berlaku.

5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Untuk analisa kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai
parameter teknologi proses maupun biaya, sebagaimana terangkum dalam Tabel
5.1 (selengkapnya di Lampiran 1). Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap
usaha pembenihan ikan lele pada Usaha Perbenihan Rakyat (UPR) Mina Sari Mulyo
di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali serta informasi
yang diperoleh dari pustaka.
Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan
No

Asumsi

Bulan kerja tahun

Produksi Larva :

bulan

12

a. Jumlah Larva per siklus

ekor

50.000

b. Tingkat kematian Larva

35

unit

a. Produksi benih lele per bulan

ekor

116.000

b. Produksi benih lele per tahun

ekor

1.392.000

Jumlah per skala usaha

Output, Produksi dan Harga:

c. Harga penjualan benih lele

Rp./ekor

80

d. Lama menunggu pendapatan

hari

45

e. Hasil penjualan

hari

f. Kerusakan Bahan Baku dan Produk

36

Satuan Nilai / Jumlah

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

No
5

Asumsi
Tenaga kerja :

orang

a. Produksi benih lele per bulan

orang

14

a. Kredit

40

b. Modal Sendiri

60

tahun

60

Jangka waktu Kredit Investasi

tahun

Jangka Waktu kredit Modal Kerja

tahun

Suku Bunga per Tahun

Proporsi Modal :

Jangka waktu Kredit


b. Modal Sendiri

Satuan Nilai / Jumlah

Penentuan usia proyek selama 3 tahun didasarkan atas pertimbangan


investasi dan siklus produksi ikan lele. Bangunan investasi sebenarnya mempunyai
umur teknis yang lama (>10 tahun), tetapi alat-alat produksi lainnya umurnya
relatif pendek. Usaha pembenihan ikan lele ini diasumsikan terdapat 5 unit usaha
pembenih dalam kelompok usaha pembenihan ikan lele, yang akan menghasilkan
116.000 ekor benih lele per bulan atau 1.392.000 benih ikan lele per tahun. Jika
diasumsikan untuk satu siklus usaha selama 42 hari, maka produksi benih ikan
lele per siklus usaha berjumlah 162.400 ekor Harga benih ikan lele juga bervariasi
tergantung mutu dan ukuran benih ikan lele. Pada kajian ini, harga ikan lele
diasumsikan sebesar Rp. 80 per ekor, harga yang sering terjadi di lapangan.
5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional
Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pembenihan ikan lele dumbo
dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi

37

ASPEK KEUANGAN

adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal
pendirian usaha yang meliputi lahan/areal usaha, peralatan dan sarana produksi.
Sedangkan biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam
proses produksi.
5.3.1. Biaya Investasi
Untuk memulai usaha pembenihan ikan lele ini, maka tahap awal adalah
pengadaan kolam untuk tempat hidup ikan. Dalam satu unit usaha, dibutuhkan
satu set kolam yang terdiri dari 1 kolam induk lele, 1 kolam pemijahan, 4 kolam
perawatan larva, 4 kolam pendederan I, dan 4 kolam pendederan II serta 2 buah
kolam pembesaran (pendederan III). Mengingat skala usaha untuk 1 unit usaha
pembenihan lele ini dinilai terlalu kecil, maka skala usaha pembenihan dinaikkan
menjadi 5 unit usaha pembenihan (Tabel 5.2).
Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi

No
1

Satuan

Jumlah
Fisik

Ekor

150

e. Kolam induk lele


(2x3 m)

Buah

b. Kolam pemijahan
(1X2 m)
c. Kolam Perawatan
Larva (1.5x2 m)

Komponen Biaya

38

Jumlah
Biaya
(Rp)

Induk lele
Induk lele

Harga
per Satuan
(Rp)
25.000

3.750.000

3.200.000

16.000.000

Buah

1.250.000

6.250.000

Buah

20

1.625.000

32.500.000

Kolam

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

Harga
per Satuan
(Rp)

Jumlah
Biaya
(Rp)

Komponen Biaya

Satuan

Jumlah
Fisik

d. Kolam Pendederan I
(1.5x2 m)

Buah

20

1.625.000

32.500.000

e. Kolam Pendederan II
(1.5x2 m)

Buah

20

1.625.000

32.500.000

f. Kolam Pendederan III


(2x3 m)

Buah

10

2.750.000

27.500.000

Pompa

Buah

350.000

1.750.000

Seser

Buah

10

35.000

350.000

Ember

Buah

35

15.000

525.000

Kakaban

Blower

Buah

300.000

1.500.000

Pompa Celup

Buah

500.000

2.500.000

No

Jumlah

157.775.000

Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal kegiatan usaha pembenihan
ikan lele ini meliputi bangunan serta prasarana dan peralatan, produksi dengan
total biaya sebesar Rp 157.775.000. Komponen terbesar adalah pembuatan
kolam yaitu sebesar Rp. 147.250.000 (Tabel 5.2). Biaya investasi untuk komponen
lainnya relatif kecil dibandingkan biaya investasi untuk kolam.
Salah satu komponen utama dalam usaha pembenihan ikan lele adalah
induk ikan lele yang biasanya dibeli dalam bentuk paket yang terdiri dari 5 induk
jantan dan 10 induk betina untuk satu paketnya. Untuk menjaga keberlangsungan
proses pemijahan secara kontinyu maka untuk setiap unit usaha dibutuhkan 2
paket indukan ikan lele atau total 10 paket untuk pola pembiayaan ini yang
berjumlah 150 ekor. Secara rinci, investasi pembenihan ikan lele ini ditampilkan
pada Lampiran 2.

39

ASPEK KEUANGAN

5.3.2. Biaya Operasional


Secara umum, biaya operasional dalam usaha pembenihan ikan lele
dibedakan menjadi 2 jenis biaya, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Total biaya
variabel pertahun sebesar Rp. 40.050.000, sedangkan biaya tetap pertahun sebesar
Rp. 15.375.000, dengan asumsi bahwa pada tahun pertama hingga tahun ketiga
usaha ini beroperasi dengan kapasitas 100%. Selengkapnya rincian kebutuhan
biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan pada Lampiran 3 dan 4.
Tabel 5.3. Komposisi Biaya Operasional
No

Biaya per
satuan
Rp

Jumlah biaya
1 tahun
Rp

Satuan

Jumlah
Fisik

kg

5,0

7.500

13.500.000

kaleng

10,0

3.500

12.600.000

Pelet serbuk

kg

0,8

12.500

3.600.000

PF 99 atau PF 100

kg

2,5

11.500

10.350.000

Struktur biaya

BIAYA VARIABEL
1

Biaya pakan indukan


Pelet

Biaya pakan benih lele


Cacing sutera

Total Biaya Variabel

40.050.000

BIAYA TETAP
1

Sewa tanah

Tenaga kerja Produksi

40

m2

250

2.700

675.000

orang

80.000

4.800.000

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

No

Struktur biaya

Satuan

Jumlah
Fisik

Biaya per
satuan
Rp

Jumlah biaya
1 tahun
Rp

Perawatan Pompa

tahun

300.000

300.000

Perawatan kolam

buah

80

10.000

9.600.000

15.375.000

Total Biaya Tetap

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja


Total kebutuhan biaya proyek (untuk investasi dan modal kerja) adalah
sebesar Rp 164.703.125. Diproyeksikan 40% biaya tersebut diperoleh dari bank
dan sisanya dari modal sendiri. Biaya investasi yang diperlukan dalam usaha
pembenihan ikan lele ini adalah sebesar Rp 157.775.000 dan Rp 63.110.000
diantaranya (40%) berasal dari kredit bank. Kredit investasi ini seluruhnya diterima
pada masa konstruksi dengan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun dan suku
bunga 14% pertahun (Tabel 5.4).
Modal kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi benih ikan lele adalah
sebesar Rp 6.928.125. Sebesar Rp 2.771.250 (40%) diperoleh dari kredit bank
dengan jangka waktu pinjaman selama 1 tahun dan suku bunga 14% pertahun.
Kebutuhan modal kerja tersebut dihitung dari kebutuhan biaya variabel dan
biaya tetap selama 1,5 bulan. Penetapan jangka waktu tersebut didasarkan atas
perhitungan bahwa satu siklus produksi benih ikan lele membutuhkan waktu
antara 5 6 minggu sejak proses produksi dilakukan.
Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Kebutuhan Biaya Proyek
No
1

Komponen Biaya Proyek

Persentase

Biaya Investasi

Total Biaya (Rp)


157.775.000

a.

Kredit

40%

63.110.000

b.

Modal Sendiri

60%

94.665.000

41

ASPEK KEUANGAN

No
2

Komponen Biaya Proyek

Persentase

Total Biaya (Rp)

Biaya Modal Kerja

6.928.125

a.

Kredit

40%

2.771.250

b.

Modal Sendiri

60%

4.156.875

Total Biaya Proyek

164.703.125

a.

Kredit

40%

65.881.250

b.

Modal Sendiri

60%

98.821.875

Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran pokok dan angsuran


bunga dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit. Rekapitulasi jumlah
angsuran kredit pertahun dapat dilihat pada Tabel 5.5, sedangkan perhitungan
jumlah angsuran kredit perbulan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 6 dan
7.
Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit

No

Angsuran
Pokok

Angsuran
Bunga

Total
Angsuran

Saldo
Awal

Saldo
Akhir

65.881.250

65.881.250

23.807.917

7.695.700

31.503.617

65.881.250

42.073.333

21.036.667

4.540.414

25.577.081

42.073.333

21.036.667

21.036.667

1.595.281

22.631.947

21.036.667

5.5. Produksi dan Pendapatan


Berdasarkan kapasitas kolam dan produksi telur induk ikan lele, maka produksi
benih ikan lele per bulan adalah sebanyak 116.000 ekor per bulan. Usaha ini
diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga

42

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan harga jual benih ikan lele sebesar
Rp 80 per ekor, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan untuk memperoleh
pendapatan sebesar Rp 111.360.000. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha
serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.6 dan Lampiran 5.
Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan
No
1

Produk

Volume
per
Bulan

Unit

Harga
Jual
(Rp)

Benih lele

116.000

ekor

80

TOTAL

Penjualan
perbulan
(Rp)

Penjualan
pertahun
(Rp)

9.280.000

111.360.000

9.280.000

111.360.000

5.6. Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point


Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pembenihan ikan lele
dumbo telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas
100%) sebesar Rp 26.581.738 dengan nilai profit on sales 23,87%, dan mengalami
peningkatan laba hingga tahun ke-3 yang berjumlah Rp 31.767.095 dengan profit
on sales 28,53% (Tabel 5.7).
Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha
No

Uraian

Tahun
1

Total Penerimaan

111.360.000

111.360.000

111.360.000

Total Pengeluaran

80.087.367

76.932.081

73.986.947

Laba/Rugi Sebelum Pajak

31.272.633

34.427.919

37.373.053

Pajak (15%)

4.690.895

5.164.188

5.605.958

43

ASPEK KEUANGAN

No

Uraian

Laba Setelah Pajak

Profit on Sales

BEP:

Rupiah
Ekor

Tahun
1

26.581.738

29.263.732

31.767.095

23,87%

26,28%

28,53%

62.523.646

57.596.249

52.997.033

78.155

71.995

66.246

Keterangan : Benih ikan lele terjual per tahun = 1.392.000 benih ikan lele

Seperti terlihat pada Tabel 5.8, selama kurun waktu 3 tahun proyek usaha
pembenihan ikan lele dumbo secara rata-rata akan menghasilkan keuntungan
bersih per tahun sebesar Rp. 29.204.188 dan profit margin rata-rata 26,23%.
Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel
dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp.
62.523.646 pada tahun ke-1 hingga Rp 52.997.033 pada tahun ke-3, dengan
BEP rata-rata sebesar Rp. 57.705.643 untuk 72.132 ekor benih ikan lele dumbo.
Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 8.
Tabel.5.8. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha
Uraian
Laba per tahun
Profit Margin
BEP: Rupiah
Benih Ikan Lele

Nilai
Rp. 29.204.188
26,23%
Rp. 57.705.643
72.132 ekor

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek


Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,
yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk

44

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

diperoleh dari penjualan benih ikan lele dumbo selama satu tahun. Untuk arus
keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran
pokok, angsuran bunga.dan pajak penghasilan.
Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria
investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net
Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio).
Usaha budidaya pembenihan ikan lele dumbo dengan menggunakan asumsi yang
ada menghasilkan NPV Rp. 31.776.985 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR
adalah 23,50% dan Net B/C Ratio 1,20. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang
ada menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele dumbo ini layak untuk
dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 2,7 tahun. Proyeksi arus kas
untuk kelayakan usaha pembenihan ikan lele selengkapnya ditampilkan pada
Lampiran 9.
Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Lele

No

Kriteria

1.

NPV (Rp)

2.

IRR

3.

Net B/C Ratio

4.

Pay Back Period

Justifikasi
Kelayakan

Nilai
Rp 31.776.985

>0

23,50%

> 14%

1,20

> 1,00

2,7 tahun

< 3 tahun

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha


Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan
biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua
hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi

45

ASPEK KEUANGAN

bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi
dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk
mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk
menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun
output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:
(1). Skenario I
Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat
perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan
asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap
tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan baku
dan bahan pembantu maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan. Hasil
analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel 5.10
serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 10
dan 11.
Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik
No

Kriteria

1.

NPV

2.

IRR

3.

Net B/C Ratio

4.

Pay Back Period

Naik 34%

Naik 35%

Rp. 163.322

- Rp 766.491

14,05%

13,77%

1,00

0,99

3,00 tahun

> 3 tahun

Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario I, biaya variabel mengalami


kenaikan 34% dengan asumsi pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya variabel
sebesar 34%, Net B/C Ratio sebesar satu, NPV positif dan IRR mencapai 14,05%
serta PBP sama dengan umur proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada suku bunga 14% dengan kenaikan biaya variabel sebesar 34% maka proyek

46

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

ini layak dilaksanakan. Namun pada kenaikan biaya variabel mencapai 35%
ternyata proyek ini tidak layak dilaksanakan karena IRR kurang dari tingkat suku
bunga, yaitu 13,77%, Net B/C Ratio kurang dari satu, NPV negatif dan PBP lebih
besar daripada umur proyek.
(2). Skenario II
Suatu usaha selalu terkait dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga
pendapatan usaha pembenihan ikan lele dumbo mengalami penurunan karena
berbagai sebab. Pendapatan turun dapat disebabkan karena kualitas benih ikan
lele kurang baik sehingga kurang diminati pasar (pengusaha pembesaran ikan lele)
atau jumlah produksi benih ikan lele berkurang. Analisis sensitivitas penurunan
pendapatan dilakukan ketika biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan disajikan
pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya
pada Lampiran 12 dan 13.
Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun
No

Kriteria

1.

NPV

2.

IRR

3.

Net B/C Ratio

4.

Pay Back Period

Turun 12%

Turun 13%

Rp 752.552

- Rp 1.832.817

14,23%

13,45%

1,00

0,99

2,99 tahun

> 3 tahun

Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario II, pada saat pendapatan turun


sebesar 12% diperoleh NPV positif, Net B/C Ratio lebih dari satu dengan IRR
mencapai 14,23%. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan
sebesar 12% proyek tersebut layak dilaksanakan. Penurunan pendapatan sebesar
13% menyebabkan Net B/C Ratio kurang dari satu, NPV negatif, IRR 13,45 atau
dibawah suku bunga, sehingga PBP yang diperoleh juga melebihi 3 tahun umur

47

ASPEK KEUANGAN

proyek. Kondisi ini menyebabkan usaha tidak layak dilaksanakan.


(3). Skenario III
Sensitivitas ini dengan melakukan kombinasi terhadap sensitivitas pada
skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan.
Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan
secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk
sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 14 dan 15.
Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi

No

Kriteria

1.

NPV

2.

IRR

3.

Net B/C Ratio

4.

Pay Back Period

Biaya Variabel
Naik 9% dan
Pendapatan
Turun 9%

Biaya Variabel
Naik 10% dan
Pendapatan
Turun 10%

Rp 140.338

- Rp 3.374.845

14,04%

12,98%

1,00

0,98

3,00 tahun

> 3 tahun

Analisis sensitivitas menurut Skenario III, diasumsikan terjadi penurunan


pendapatan dan secara bersamaan terjadi kenaikan biaya variabel. Pada saat
terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel sebesar 9%, ternyata
proyek tersebut masih dianggap layak untuk dilaksanakan dengan tingkat suku
bunga 14% yang menghasilkan Net B/C Ratio lebih dari satu dan NPV positif serta
IRR 14,04%. Namun apabila pendapatan turun 10% dengan biaya variabel juga
naik sebesar 10%, maka menjadikan proyek ini menjadi tidak layak dilaksanakan
karena NPV negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga yaitu 12,98%, dengan Net B/C
Ratio kurang dari satu dan PBP melebihi umur proyek.

48

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN
6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial
Secara umum, masyarakat Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Tanjungsari,
Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali adalah berpencaharian sebagai
petani. Dengan berkembangnya usaha pembesaran lele, telah mengangkat
Kabupaten Boyolali sebagai sentra pengembangan dan produsen utama ikan
lele di Jawa Tengah. Bahkan keberhasilan Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali
dalam mengembangkan komoditi lele (pembesaran dan industri produk oleh
ikan lele) hingga disebut sebagai Kampung Lele, telah mendorong beberapa
desa di sekitarnya untuk ikut mengembangkan usaha serupa dengan mengambil
bagian dari sistem produksi ikan lele. Disamping mengusahakan ikan lele
dengan mengembangkan diversifikasi produk olahan, di beberapa lokasi juga
mengembangkan usaha sarana produksi seperti pengadaan pakan dan sarana
lainnya.
Mata rantai awal dalam sistem budidaya ikan lele dumbo adalah usaha
pembenihan ikan lele dumbo. Usaha ini akan menjadi jaminan keberlangsungan
dan keberhasilan usaha pembesaran dan produk olahan ikan lele. Bila dihasilkan
kualitas dan kuantitas benih ikan lele yang baik, maka kontinuitas produksi ikan
lele terjamin, sehingga roda perekonomian desa tetap berjalan.
Produksi ikan lele dewasa ini menjadi penting baik dari sisi peningkatan
kesejahteraan petani ikan yang selama ini hanya bertanam padi, juga menjadi
pemasok protein hewani yang murah kepada masyarakat perkotaan. Dari segi
pemenuhan gizi masyarakat ikan lele dapat menjadi salah satu sumber protein

49

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

yang dapat dijadikan sebagai pengganti daging. Dengan harga yang murah dan
rasa yang lezat, ikan lele mampu memiliki pasar yang luas yang tidak saja ditujukan
bagi masyarakat menengah ke bawah melainkan juga bagi masyarakat menengah
ke atas.
Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha ikan lele juga akan
memberi dampak yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya
peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan
pendapatan daerah.
6.2. Aspek Dampak Lingkungan
Proses produksi dalam usaha pembenihan ikan lele secara umum tidak
menghasilkan limbah yang memberikan dampak negatif kepada masyarakat dan
lingkungan. Dengan penggunaan yang tepat, maka air bekas pembenihan dapat
digunakan untuk menyuburkan lahan pertanian karena mengandung unsur-unsur
kimiawi dan hewani yang cocok untuk tanaman pertanian.

50

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
a.

Usaha pembenihan ikan lele dumbo mempunyai peranan penting dalam


rangka memenuhi kebutuhan sumber protein dan lemak yang berharga
murah bagi masyarakat. Perkembangan kebutuhan ikan lele di berbagai
kota, yang mendorong terhadap perkembangan usaha budidaya
pembesaran ikan lele, telah mendorong usaha pembenihan ikan lele
dumbo.
b. Faktor penting bagi keberhasilan usaha pembenihan ikan lele dumbo
adalah keberhasilan menekan angka kematian larva ikan lele dumbo. Bila
ikan telah berhasil melewati masa kritis ketika berpindah makanan dari
cacing sutra ke pellet, harga jual benih ikan lele akan ditentukan oleh
tingkat kesehatan dan ukuran benih ikan lele.
c. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha pembenihan ikan lele
adalah Rp 157.775.000, yang dibiayai dari pinjaman kredit 40% senilai
Rp 63.110.000 dan modal sendiri 60% senilai Rp 94.665.000, dengan
bunga pinjaman 14% dan jangka waktu pengembalian selama 3 tahun.
Dengan asumsi masa tunggu penerimaan hasil penjualan benih ikan lele
selama 45 hari kerja, maka biaya modal kerja yang dibutuhkan sebesar
Rp 6.928.125 akan dibiayai dari pinjaman kredit dengan proporsi 40%
(Rp 2.771.250) dan modal sendiri 60% (Rp 4.156.875), dengan bunga
pinjaman 14% dan jangka waktu pengembalian kredit selama 1 tahun.
d. Selama kurun waktu 3 tahun proyek usaha pembenihan ikan lele dumbo
secara rata-rata akan menghasilkan keuntungan bersih per tahun sebesar
Rp. 29.204.188 dan profit on sales rata-rata sebesar 26,23%. Nilai tersebut
diperoleh dari kenaikan keuntungan dari Rp. 26.581.738 pada tahun ke-1

51

KESIMPULAN DAN SARAN

sampai dengan Rp. 31.767.095 pada akhir tahun ke-3 proyek. Peningkatan
keuntungan setiap tahunnya menyebabkan semakin menurunnya BEP
benih ikan lele yang dihasilkan, yaitu dari 78.155 ekor pada tahun ke-1
menjadi 66.246 pada akhir tahun ke-3.
e. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha pembenihan ikan lele
sesuai asumsi yang digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan
nilai NPV Rp 31.776.985, IRR 23,50%, Net B/C 1,20 dan PBP 2,7 tahun.
Usaha ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada bank
f. Usaha pembenihan ikan lele cenderung kurang sensitif terhadap kenaikan
biaya variabel dibandingkan dengan penurunan pendapatan, karena usaha
ini masih dianggap layak bila kenaikan biaya variabel hingga 34%, sedangkan
penurunan pendapatan hanya sampai 12%. Lebih dari persentase tersebut
maka usaha menjadi tidak layak. Untuk skenario sensitivitas kombinasi,
dimana terjadi kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara
bersamaan, maka sensitivitas tertinggi terjadi pada kisaran 9% untuk
kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan, sementara
kondisi lebih dari persentase tersebut menyebabkan usaha tidak layak
untuk dilaksanakan.
g. Pengembangan usaha pembenihan ikan lele memberikan manfaat yang
positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang
kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, dan tidak menimbulkan
dampak negatif bagi masyarakat lingkungan, bahkan beberapa limbah
justru memberikan manfaat kepada usaha pertanian.
7.2. Saran
a.

52

Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses,


dan aspek finansial, usaha pembenihan ikan lele layak untuk dibiayai oleh
lembaga keuangan/perbankan.

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

b. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan


seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya
pada aspek keuangan, dan manajemen pembukuan.

53

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

DAFTAR PUSTAKA

Brown G. James, Deloitte and Touche. 1994 Agroindustrial Investment and


Operation. The World Bank Washington D.C
UNIDO, 1978 Manual For The Preparation Of Industrial Feasibility Studies, Oxford
& IBH Publishing Co, New Delhi
Darseno, SP. 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Lele. PT AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
Manajemen Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva. Mata Diktat 4. Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian.
Departemen Pendidikan Nasional. 2010
http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id

55

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

LAMPIRAN

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

59

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Pembenihan Ikan Lele

Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan


No

Asumsi

Satuan

Nilai / Jumlah

Periode proyek

tahun

Bulan kerja setahun

bulan

12

Hari Kerja :
a. per bulan

hari

30

b. per Siklus usaha

hari

42

a. Jumlah Larva per siklus

ekor

50.000

b. Tingkat kematian Larva

35

unit

ekor

116.000

Larva :

Jumlah per skala usaha

Output, Produksi dan Harga:


a. Produksi benih lele per bulan
b. Harga penjualan benih lele

Rp/ekor

80

c. Lama menunggu pendapatan

hari

45

d. Hasil penjualan

hari

orang

14

a. Kredit

40

b. Modal Sendiri

60

tahun

e. Kerusakan Bahan Baku dan Produk


7

Tenaga kerja :
Produksi benih lele per bulan

Suku Bunga per Tahun

Proporsi Modal :

10

Jangka waktu Kredit

61

62

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

3
4
5
6
7
8

No

5
20
20
20
10

buah
buah
buah
buah
buah

40%
60%

a. Kredit

b. Dana sendiri

5
10
35
30
5
5

150

Jumlah
Fisik

buah

ekor

Satuan

buah
buah
buah
buah
buah
buah
Jumlah

Sumber dana investasi :

Induk lele
Induk lele
Kolam :
a. Induk lele
(2x3 m)
b. Pemijahan
(1X2 m)
c. Perawatan Larva
(1.5x2 m)
d. Pendederan I
(1.5x2 m)
e. Pendederan II
(1.5x2 m)
f. Pendederan III
(2x3 m)
Pompa
Seser
Ember
Kakaban
Blower
Pompa Celup

Komponen Biaya

1.750.000
350.000
525.000
150.000
1.500.000
2.500.000
157.775.000

27.500.000

32.500.000

32.500.000

32.500.000

6.250.000

16.000.000

3.750.000

Jumlah
Biaya Rp

94.665.000

63.110.000

350.000
35.000
15.000
5.000
300.000
500.000

2.750.000

1.625.000

1.625.000

1.625.000

1.250.000

3.200.000

25.000

Harga
per Satuan
Rp

Lampiran 2. Biaya Investasi

5
3
3
3
5
5

10

10

10

10

10

10

350.000
116.667
175.000
50.000
300.000
500.000
16.966.667

2.750.000

3.250.000

3.250.000

3.250.000

625.000

1.600.000

750.000

Umur
Nilai
Ekonomis Penyusutan
(Tahun)
(Rp)

0
0
0
0
600.000
1.000.000
106.175.000

19.250.000

22.750.000

22.750.000

22.750.000

4.375.000

11.200.000

1.500.000

Nilai
Sisa (Rp)

LAMPIRAN

Biaya pakan indukan

kg
kg

Pelet serbuk

PF 99 atau PF 100

Total Biaya Variabel

kaleng

kg

Satuan

Cacing sutera

Biaya pakan benih


Ikan lele

Pelet

Struktur biaya

No

Lampiran 3. Biaya Variabel

2,5

0,8

10,0

5,0

Jumlah
Fisik

11.500

12.500

3.500

7.500

Biaya per
satuan (Rp)

3.337.500

862.500

300.000

1.050.000

1.125.000

Jumlah biaya
1 bulan (Rp)

(untuk memelihara larva 50.000 ekor per siklus)

40.050.000

10.350.000

3.600.000

12.600.000

13.500.000

Jumlah biaya
1 tahun (Rp)

Pembenihan Ikan Lele

63

64

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

60%

b. Dana sendiri

Rp. 4.156.875

Ket : *)
Modal kerja yang diperlukan adalah sama dengan biaya operasional dan
over head cost untuk satu setengah bulan pertama

40%

a. Kredit

Rp. 2.771.250

6.928.125

Modal Kerja 45 hari (Rp)

Sumber dana modal kerja dari *) :

55.425.000

9.600.000

4.618.750

800.000

300.000

Total Biaya Produksi (Rp)

10.000

25.000

4.800.000

15.375.000

buah

300.000

400.000

675.000

Total Biaya
1 Tahun (Rp)

1.281.250

80

tahun

80.000

56.250

Total Biaya
1 Bulan (Rp)

Biaya Tetap (Rp)

Perawatan kolam

Orang

2.700

Biaya Per
Satuan (Rp)

15.375.000

Perawatan Pompa

m2

Satuan

1.281.250

Tenaga kerja Produksi

250

Jumlah

TOTAL

Sewa tanah

Uraian

No

Lampiran 4. Biaya Tetap

LAMPIRAN

116.000

Volume
ekor

Unit

1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056

Bulan -2

Bulan -3

Bulan -4

Bulan -5

Bulan -6

Bulan -7

1.753.056

1.753.056

Angsuran
Tetap

Bulan -1

63.110.000

Tahun-0

Bulan -8

80

Harga Jual
(Rp)
9.280.000

9.280.000

Penjualan
1 Bulan (Rp)

593.117

613.569

634.022

654.474

674.926

695.379

715.831

736.283

Bunga

2.346.173

2.366.625

2.387.077

2.407.530

2.427.982

2.448.434

2.468.887

2.489.339

Total

50.838.611

52.591.667

54.344.722

56.097.778

57.850.833

59.603.889

61.356.944

63.110.000

63.110.000

Saldo Awal

Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi (Suku Bunga 14%) (Rp)

Kredit

TOTAL

Benih Ikan Lele

Produk

Periode

No

Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor

49.085.556

50.838.611

52.591.667

54.344.722

56.097.778

57.850.833

59.603.889

61.356.944

63.110.000

Saldo
Akhir

111.360.000

111.360.000

Penjualan
1 Tahun (Rp)

Pembenihan Ikan Lele

65

66
1.753.056
1.753.056
1.753.056
21.036.667
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056

Bulan -10

Bulan -11

Bulan -12

Tahun-1

Bulan -1

Bulan -2

Bulan -3

Bulan -4

Bulan -5

Bulan -6

Bulan -7

Bulan -8

Bulan -9

Bulan -10

Bulan -11

Bulan -12

Angsuran
Tetap
1.753.056

Kredit

Bulan -9

Periode

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

265.880

286.332

306.785

327.237

347.689

368.142

388.594

409.046

429.499

449.951

470.403

490.856

7.485.547

511.308

531.760

552.213

572.665

Bunga

2.018.936

2.039.388

2.059.840

2.080.293

2.100.745

2.121.197

2.141.650

2.162.102

2.182.554

2.203.006

2.223.459

2.243.911

28.522.214

2.264.363

2.284.816

2.305.268

2.325.720

Total

22.789.722

24.542.778

26.295.833

28.048.889

29.801.944

31.555.000

33.308.056

35.061.111

36.814.167

38.567.222

40.320.278

42.073.333

43.826.389

45.579.444

47.332.500

49.085.556

Saldo Awal

21.036.667

22.789.722

24.542.778

26.295.833

28.048.889

29.801.944

31.555.000

33.308.056

35.061.111

36.814.167

38.567.222

40.320.278

42.073.333

43.826.389

45.579.444

47.332.500

Saldo
Akhir

LAMPIRAN

21.036.667
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
1.753.056
21.036.667

Tahun-2

Bulan -1

Bulan -2

Bulan -3

Bulan -4

Bulan -5

Bulan -6

Bulan -7

Bulan -8

Bulan -9

Bulan -10

Bulan -11

Bulan -12

Tahun-3

1.595.281

20.452

40.905

61.357

81.809

102.262

122.714

143.166

163.619

184.071

204.523

224.975

245.428

4.540.414

22.631.947

1.773.508

1.793.960

1.814.413

1.834.865

1.855.317

1.875.769

1.896.222

1.916.674

1.937.126

1.957.579

1.978.031

1.998.483

25.577.081

1.753.056

3.506.111

5.259.167

7.012.222

8.765.278

10.518.333

12.271.389

14.024.444

15.777.500

17.530.556

19.283.611

21.036.667

1.753.056

3.506.111

5.259.167

7.012.222

8.765.278

10.518.333

12.271.389

14.024.444

15.777.500

17.530.556

19.283.611

Pembenihan Ikan Lele

67

68
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
230.938
2.771.250

Bulan -2

Bulan -3

Bulan -4

Bulan -5

Bulan -6

Bulan -7

Bulan -8

Bulan -9

Bulan -10

Bulan -11

Bulan -12

Tahun-1

2.771.250

Tahun-0

Angsuran
Tetap

Bulan -1

Kredit

Periode

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

210.153

2.694

5.389

8.083

10.777

13.471

16.166

18.860

21.554

24.248

26.943

29.637

32.331

Bunga

2.981.403

233.632

236.326

239.020

241.715

244.409

247.103

249.797

252.492

255.186

257.880

260.574

263.269

Total

230.938

461.875

692.813

923.750

1.154.688

1.385.625

1.616.563

1.847.500

2.078.438

2.309.375

2.540.313

2.771.250

2.771.250

Saldo Awal

Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku Bunga 14%) (Rp)

230.938

461.875

692.813

923.750

1.154.688

1.385.625

1.616.563

1.847.500

2.078.438

2.309.375

2.540.313

2.771.250

Saldo
Akhir

LAMPIRAN

Pembenihan Ikan Lele

Lampiran 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha


No

Uraian

Tahun
2

111.360.000

111.360.000

111.360.000

i. Biaya Variabel

40.050.000

40.050.000

40.050.000

ii. Biaya Tetap

15.375.000

15.375.000

15.375.000

iii. Depresiasi

16.966.667

16.966.667

16.966.667

iv. Angsuran Bunga

7.695.700

4.540.414

1.595.281

Total Pengeluaran

80.087.367

76.932.081

73.986.947

R/L Sebelum Pajak

31.272.633

34.427.919

37.373.053

Pajak (15%)

4.690.895

5.164.188

5.605.958

Laba Setelah Pajak

26.581.738

29.263.732

31.767.095

Profit on Sales

23,87%

26,28%

28,53%

BEP:

62.523.646

57.596.249

52.997.033

78.155

71.995

66.246

Penerimaan
Total Penerimaan

Pengeluaran

Rupiah
Ekor

Keterangan : Produksi benih per tahun = 1.392.000 ekor benih ikan lele

69

70

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

111.360.000

111.360.000

15.375.000

3. Biaya Tetap

111.360.000

40.050.000

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untut

15.375.000

40.050.000

111.360.000

15.375.000

40.050.000

150.000

217.535.000

217.535.000

118.288.125

111.360.000

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

111.360.000

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas

LAMPIRAN

PBP

2,7

1,20

23,50%

IRR

Net B/C Ratio

Rp 31.776.985

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(112.824.031)

44.950.969

0,8772

51.244.105

26.668.613

60.115.895

91.619.512

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(73.757.539)

39.066.491

0,7695

50.770.812

25.193.732

60.589.188

86.166.268

5.164.188

4.540.414

21.036.667

31.776.985

105.534.525

0,6750

156.354.042

133.722.095

61.180.958

83.812.905

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

71

72

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

111.360.000

111.360.000

15.375.000

3. Biaya Tetap

111.360.000

53.667.000

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untuk

15.375.000

53.667.000

111.360.000

15.375.000

53.667.000

150.000

217.535.000

217.535.000

118.288.125

111.360.000

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

111.360.000

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 34%

LAMPIRAN

1,00
3,00

PBP

14,05%

IRR

Net B/C Ratio

Rp163.322

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(124.768.767)

33.006.233

0,8772

37.627.105

13.051.613

73.732.895

105.236.512

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(96.180.116)

28.588.652

0,7695

37.153.812

11.576.732

74.206.188

99.783.268

5.164.188

4.540.414

21.036.667

163.322

96.343.438

0,6750

142.737.042

120.105.095

74.797.958

97.429.905

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

73

74

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

111.360.000

111.360.000

15.375.000

3. Biaya Tetap

111.360.000

54.067.500

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untuk

15.375.000

54.067.500

111.360.000

15.375.000

54.067.500

150.000

217.535.000

217.535.000

118.288.125

111.360.000

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

111.360.000

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 35%

LAMPIRAN

0,99
> 3

PBP

13,77%

IRR

Net B/C Ratio

(-) Rp 766.491

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(125.120.083)

32.654.917

0,8772

37.226.605

12.651.113

74.133.395

105.637.012

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(96.839.603)

28.280.480

0,7695

36.753.312

11.176.232

74.606.688

100.183.768

5.164.188

4.540.414

21.036.667

(766.491)

96.073.112

0,6750

142.336.542

119.704.595

75.198.458

97.830.405

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

75

76

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

97.996.800

97.996.800

15.375.000

3. Biaya Tetap

97.996.800

40.050.000

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untuk

15.375.000

40.050.000

97.996.800

15.375.000

40.050.000

150.000

204.171.800

204.171.800

104.924.925

97.996.800

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

97.996.800

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 12%

LAMPIRAN

1,00
2,99

PBP

14,23%

IRR

Net B/C Ratio

Rp 752.552

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(124.546.136)

33.228.864

0,8772

37.880.905

13.305.413

60.115.895

91.619.512

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(95.762.193)

28.783.943

0,7695

37.407.612

11.830.532

60.589.188

86.166.268

5.164.188

4.540.414

21.036.667

752.552

96.514.745

0,6750

142.990.842

120.358.895

61.180.958

83.812.905

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

77

78

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

96.883.200

96.883.200

15.375.000

3. Biaya Tetap

96.883.200

40.050.000

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untuk

15.375.000

40.050.000

96.883.200

15.375.000

40.050.000

150.000

203.058.200

203.058.200

103.811.325

96.883.200

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

96.883.200

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 13%

LAMPIRAN

PBP

>3

0,99

13,45%

IRR

Net B/C Ratio

(-) Rp 1.832.817

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(125.522.978)

32.252.022

0,8772

36.767.305

12.191.813

60.115.895

91.619.512

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(97.595.914)

27.927.064

0,7695

36.294.012

10.716.932

60.589.188

86.166.268

5.164.188

4.540.414

21.036.667

(1.832.817)

95.763.097

0,6750

141.877.242

119.245.295

61.180.958

83.812.905

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

79

80

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

101.337.600

101.337.600

15.375.000

3. Biaya Tetap

101.337.600

43.654.500

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untuk

15.375.000

43.654.500

101.337.600

15.375.000

43.654.500

150.000

207.512.600

207.512.600

108.265.725

101.337.600

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

101.337.600

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 9% dan Penurunan Pendapatan 9%

LAMPIRAN

1,00
3,00

PBP

14,04%

IRR

Net B/C Ratio

Rp 140.338

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(124.777.452)

32.997.548

0,8772

37.617.205

13.041.713

63.720.395

95.224.012

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(96.196.417)

28.581.034

0,7695

37.143.912

11.566.832

64.193.688

89.770.768

5.164.188

4.540.414

21.036.667

140.338

96.336.755

0,6750

142.727.142

120.095.195

64.785.458

87.417.405

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

81

82

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

No

100.224.000

100.224.000

15.375.000

3. Biaya Tetap

100.224.000

44.055.000

157.775.000

2. Biaya Variabel

1. Biaya Investasi

Arus Keluar

Menghitung IRR

Arus Masuk untuk

15.375.000

44.055.000

100.224.000

15.375.000

44.055.000

150.000

206.399.000

206.399.000

107.152.125

100.224.000

Total Arus Masuk

4.156.875

2.771.250

100.224.000

106.175.000
157.775.000

94.665.000

63.110.000

Tahun

4. Nilai Sisa Proyek

b. Modal Kerja

a. Investasi

3. Modal Sendiri

b. Modal Kerja

a. Investasi

2. Kredit

1. Total Penjualan

Arus Masuk

Uraian

Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 10% dan Penurunan Pendapatan 10%

LAMPIRAN

PBP

>3

0,98

12,98%

IRR

Net B/C Ratio

(-) Rp 3.374.845

15,85%

(157.775.000)

(157.775.000)

1,0000

(157.775.000)

157.775.000

NPV

USAHA

ANALISIS KELAYAKAN

KUMULATIF

Present Value

Discount Factor (14%)

MENGHITUNG IRR

CASH FLOW UNTUK

Arus Bersih (NCF)

Menghitung IRR

Arus Keluar untuk

tahun

(126.105.610)

31.669.390

0,8772

36.103.105

11.527.613

64.120.895

95.624.512

4.690.895

6. Pajak
157.775.000

7.695.700

5. Angsuran Bunga

Total Arus Keluar

23.807.917

4. Angsuran Pokok

(98.689.626)

27.415.983

0,7695

35.629.812

10.052.732

64.594.188

90.171.268

5.164.188

4.540.414

21.036.667

(3.374.845)

95.314.781

0,6750

141.213.042

118.581.095

65.185.958

87.817.905

5.605.958

1.595.281

21.036.667

Pembenihan Ikan Lele

83

LAMPIRAN

Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan

1. Menghitung Jumlah Angsuran.


Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran
bunga pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya.
Periode angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12
bulan untuk kredit modal kerja.
Cicilan pokok
= Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n).
Bunga
= i% x jumlah (sisa) pinjaman.
Jumlah angsuran
= Cicilan Pokok + Bunga.
2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus
dengan Nilai Sisa 0 (nol).
Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis.
3. Menghitung Net Present Value (NPV).
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari
biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:



n
B1 Ct
NPV =

t = 1 (1 + i)t
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh
pada tahun ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek
pada tahun ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut
dianggap merupakan modal atau dana rutin/operasional.

84

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

i
= Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of
capital.
n
= Umur Proyek.

Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari hasil
perhitungan NPV sebagai berikut:
a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial;
b. Apabila NPV = nol, berarti proyek mengembalikan dananya persis sama
besar dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya).
c. Apabila NPV < 0, berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek
tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.
4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan
0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi
bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara
otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan
tingkat keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek.
Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :


NPV1
IRR = i1 + (i2 i1) X

(NPV1 NPV2)
Keterangan :
IRR
= Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar
i1
= Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2
= Tingkat suku bunga /discount rate kedua.

85

LAMPIRAN


Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
5. Menghitung Net B/C.
Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu
proyek adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri
atas present value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih
itu bersifat positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari
benefit bersih dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif.
Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:

NPV B-C Positif
Net B/C =

NPV B-C Negatif
Keterangan :
Net BC
= Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif.
= Net present value positif.
NPV B-C Negatif. = Net present value negatif.

Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai Net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan.
b. Apabila nilai Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

86

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

Pembenihan Ikan Lele

6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).


Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu
keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut
proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih,
namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a, b dan c di bawah ini :

Biaya Tetap.
a. Titik Impas (Rp.) =

Total Biaya Variabel.

1 -

Hasil Penjualan.


Titik Impas (Rp)
b. Titik Impas (satuan) =

Harga satuan Produk
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian
titik impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total
pengeluaran.
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.

Titik Impas (Rp.)
d. Titik Impas (n) = X Total Produksi.

Hasil Penjualan (Rp.)

87

LAMPIRAN

7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal)


PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek
untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.
Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah
sebagai berikut:
a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan
maka suatu proyek dinyatakan layak.
b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek
dinyatakan tidak layak.
8. Menghitung Discount Factor (DF).
DF dapat didefinisikan sebagai: Faktor yang dipergunakan untuk
memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa
dengan mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga
faktor nilai sekarang (present worth factors) DF diperhitungkan apabila suatu
proyek bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini
periode lazim diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar
dari 0 sampai dengan 1
Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut :

Rumus DF per tahun

1
= ,
(1+ r) n

dimana

r = suku bunga
n = tahun 0, 1, .. n ; sesuai dengan tahun proyek

88

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(PPUK)

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Anda mungkin juga menyukai