Anda di halaman 1dari 61

SEBARAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI

KABUPATEN GARUT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Perencanaan
(PL-214)
Disusun oleh:
Praga Guntara
Agi Sugiharto
Fairuz Azminnisa N.
Mohamad Kevin R

24-2014-047
24-2014-048
24-2014-054
24-2014-064

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2016
1

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mempunyai peranan penting bagi masyarakat dalam menentukan kualitas
hidup mereka disamping faktor pendidikan. Masyarakat sehat adalah masyarakat yang memiliki
daya adaptasi, daya tahan kuat, dan produktif. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui pembangunan kesehatan diantaranya dengan pembangunan
fasilitas pelayanan kesehatan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Menurut
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
yang dimaksud dengan fasilitas

kesehatan

adalah

fasilitas

pelayanan kesehatan

yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,


preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan/atau Masyarakat.

Pembangunan fasilitas kesehatan bukan hanya kewajiban pemerintah, namun sangat


diperlukan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta sebagai mitra pemerintah yang saling
mendukung satu sama lain untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Peran pemerintah
dalam hal ini lebih dititikberatkan pada pembinaan, pengaturan dan pengawasan untuk
terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan dan tercapainya kondisi yang serasi dan seimbang
antara upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
Penyebaran fasilitas kesehatan tentunya harus memperhatikan Standar Pelayanan
Minimal agar semua masyarakat dapat terlayani dengan baik dan merata. Menurut Pedoman
Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman
dan Pekerjaan Umum

No. 534/KPTS/M/2001 bahwa dalam menentukan sebaran fasilitas

kesehatan harus memperhatikan beberapa indikator berupa tingkat pelayanan, jumlah penduduk,
umur penduduk, dan lokasi. Pengaturan lokasi tersebut harus memperhatikan kondisi geografis
1 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

sesuai dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Pemerintah Kabupaten Garut tidak henti-hentinya mengupayakan pembangunan
dibidang kesehatan berupa pembangunan sarana dan prasarana kesehatan hingga ke pelosok
daerah. Untuk itu perlu diketahui mengenai kriteria tingkatan pelayanan fasilitas kesehatan dan
lokasi sebaran fasilitas kesehatan agar pelayanan fasilitas kesehatan di Kabupaten Garut dapat
berjalan secara optimal.

1.2 Tujuan
Tujuan analisis ini adalah untuk merekomendasikan sebaran pelayanan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Garut.

1.3 Sasaran
Adapun untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sasaran sebagai berikut :

Teridentifikasinya lokasi yang tepat untuk pelayanan fasilitas kesehatan di Kabupaten


Garut.

Teridentifikasinya kriteria tingkatan pelayanan fasilitas kesehatan di Kabupaten Garut.

1.4 Ruang Lingkup Wilayah


Studi dilakukan di Kabupaten Garut yang terdiri dari 42 kecamatan yang dibagi lagi atas
424 desa dan 21 kelurahan dengan letak pusat pemerintahannya di Kecamatan Tarogong Kidul.
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 656'49'' - 7
45'00'' Lintang Selatan dan 10725'8'' - 1087'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas
wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km) dengan batas-batas sebagai berikut:
2 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

Sebelah Utara

: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang

Sebelah Timur : Kabupaten Tasikmalaya

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat

: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

3 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

1.5 Kerangka Pemikiran

4 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

Perlu diketahui mengenai


kriteria tingkatan pelayanan
dan lokasi sebaran fasilitas
kesehatan di Kabupaten Garut

Rekomendasi sebaran
pelayanan fasilitas kesehatan
di Kabupaten Garut.

Teridentifikasinya
lokasi
yang tepat untuk pelayanan
fasilitas
kesehatan
di
Kabupaten Garut.
Teridentifikasinya
kriteria
tingkatan
pelayanan
fasilitas
kesehatan
di

Studi literature
review

Metode deskriptif
kualitatif

Analisis kriteria lokasi


pelayanan
fasilitaskesehatan

Analisis tingkatan
pelayanan fasilitas
kesehatan

Rekomendasi lokasi dan tingkatan


pelayanan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Garut
Pemerataan pelayanan fasilitas
kesehatan di Kabupaten Garut

5 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Identifikasi Sebaran Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Garut

1.6 Konsep Identifikasi Sebaran Fasilitas Kesehatan


Salah satu yang menjadi tolak ukur dari kualitas masyarakat diantaranya adalah masalah
kesehatan dan salah satu tujuan pembangunan penduduk adalah meningkatkan kualitas
masyarakat. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas masyarakat diantaranya dengan
meningkatkan kesadaran cara hidup sehat bagi masyarakat yang ditopang oleh meningkatnya
sarana kesehatan yang memadai dan peningkatan mutu pelayanan terhadap masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Garut tidak henti-hentinya mengupayakan pembangunan dibidang
kesehatan. berupa pembangunan sarana dan prasarana kesehatan hingga ke pelosok daerah.

Penyebaran fasilitas kesehatan tentunya harus memperhatikan Standar Pelayanan


Minimal agar semua masyarakat dapat terlayani dengan baik. menurut SPM Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 bahwa dalam menentukan sebaran
fasilitas kesehatan harus memperhatikan indikator berupa tingkat pelayanan. jumlah penduduk.
umur penduduk. dan lokasi di pusat lingkungan/ kecamatan dengan kriteria bersih. mudah
dicapai. tenang. jauh dari sumber penyakit. sumber bau/ sampah. dan pencemaran lainnya.

Pengaturan lokasi tersebut harus memperhatikan kondisi

geografis sesuai dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yaitu sebagai
berikut :

tidak di tepi lereng;

tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;

6 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

tidak dekat anak sungai. sungai atau badan air yang dapat

mengikis pondasi;

tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;

tidak di daerah rawan tsunami;

tidak di daerah rawan banjir;

tidak dalam zona topan;

tidak di daerah rawan badai, dll.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kesehatan


Fasilitas sosial adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dalam lingkungan pemukiman. Fasilitas yang
termasuk fasilitas sosial (fasos) seperti puskemas, klinik, sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat
rekreasi, taman bermain, tempat olahraga, ruang serbaguna, makam, dan lain sebagainya.
Fasilitas sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas
sosial kemasyarakatan, serta merupakan milik bersama yang harus dijaga dan dirawat agar bisa
7 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

selalu dimanfaatkan secara maksimal untuk jangka panjang, fasilitas sosial yang memadai akan
membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih sulit. Salah satu fasilitas sosial yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan.

2.1.1 Definisi Pelayanan Kesehatan


Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa pengertian Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan menurut Murifah (2007:1.4) kesehatan pribadi
adalah segala usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan
derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, agar mendapatkan kesenangan
hidup dan mempunyai tenaga kerja yang sebaikbaiknya. Maka kesehatan itu merupakan keadaan
yang sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang diupayakan melalui tindakan menjaga,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sehingga bisa hidup produktif dan
mempunyai tenaga yang sebaik-baiknya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan pengertian pelayanan adalah suatu usaha
untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Sedangkan pengertian
service dalam Oxford (2000) didefinisikan sebagai a system that provides something that the
public needs, organized by the government or a private company. Oleh karenanya, pelayanan
berfungsi sebagai sebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya, pekerjaan atau kegiatan kesehatan yang ditujukan untuk
mencapai derajat kesehatan perorangan/ masyarakat yang optimal/ setinggi-tingginya (Pusdokkes
Polri, 2006).

Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan


promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
ke arah yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar
terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upayaupaya
8 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan


kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain,
baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang
secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. Fasilitas pelayanan
kesehatan adalah suatu alat dan / atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan / atau masyarakat.

Menurut Azwar (1996) suatu pelayanan harus mempunyai persyaratan pokok, hal ini
dimaksudkan persyaratan pokok itu dapat memberi pengaruh kepada pasien dalam menentukan
keputusannya terhadap penggunaan ulang pelayanan kesehatan.

1. Tersedia dan berkesinambungan


Syarat pokok pertama pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus
tersedia di masyarakat (acceptable) serta bersifat berkesinambungan (sustainable). Artinya semua
jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar


Syarat pokok kedua pelayanan yang baik adalah yang dapat diterima oleh masyarakat
serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan kenyakinan
dan kepercayaan masyarakat. pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan kenyakinan , adat
istiadat, kebudayaan masyarakat serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu keadaan pelayanan
kesehatan yang baik.

3. Mudah dicapai
Syarat pokok ke tiga adalah mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik maka pengaturan distribusi sarana kesehatan
menjadi sangat penting. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi
9 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan. Tingkat penggunaan dimasa lalu dan
kecendrungan merupakan indikator terbaik untuk perubahan jangka panjang dan pendek dari
permintaan pada masa yang akan datang.

4. Terjangkau

Syarat pokok keempat pelayanan yang baik adalah terjangkau (affordable) oleh
masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya untuk
dapat mewujudkan harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal yang hanya dapat dinikmati
oleh sebahagian masyarakat saja, bukan pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan yang baik adalah bermutu (Quality) yaitu yang
menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan
sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.1.2 Kriteria Pelayanan Kesehatan


Standar ini menetapkan keselamatan pada bangunan fasilitas pelayanan kesehatan.
Standar ini menetapkan kriteria untuk meminimalkan bahaya kebakaran, ledakan, dan kelistrikan
pada bangunan fasilitas yang memberikan pelayanan kesehatan untuk manusia. Standar ini
memuat persyaratan minimum untuk kinerja, pemeliharaan, pengujian, dan tindakan yang aman
untuk fasilitas, bahan, peralatan, dan peranti, termasuk bahaya lain yang terkait dengan bahaya
primer. Dalam standar ini dijelaskan sistem kelistrikan, sistem gas dan vakum, sistem
lingkungan, bahan, kelistrikan, Peralatan gas, persyaratan manufaktur, laboratorium, manajemen
pelayanan kesehatan darurat, persyaratan rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
persyaratan rumah perawatan, persyaratan fasilitas pelayanan terbatas, peralatan kelistrikan dan
10 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

gas untuk pelayanan di rumah, fasilitas hiperbarik, dan pusat bersalin mandiri. Adapun standarstandar yang mengatur tentang fasilitas kesehatan dapat disajikan sebagai berikut:

1.

Sarana Kesehatan Standar SNI

Sarana kesehatan yang sesuai dengan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan dengan sub bagian sarana kesehatan yaitu menjelaskan tentang
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Penyediaan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit atau kelompok lingkungan yang ada. Sedangkan penempatan fasilitas ini
akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Berikut ini beberapa jenis
sarana yang diatur SNI 03-1733-2004, yaitu:

Posyandu, yang berfungsi memberikan layanan kesehatan untuk anak-anak usia balita

Balai pengobatan warga, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk


dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (curative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu untuk vaksinasi.

Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA atau klinik bersalin), yang berfungsi
melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak
usia sampai dengan 6 tahun.

Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan
penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit di wilayah kerjanya.

11 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan
kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu
pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil.

Tempat praktek dokter, salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan
secara individual dan lebih di titik beratkan pada usaha penyembuhan tanpa
perawatan.

Apotek, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik


untuk penyembuhan maupun pencegahan.

2.

Sarana Kesehatan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Penentuan sarana kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman dan


Prasarana Wilayah No.534 Tahun 2001 tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan
Minimal

dengan sub bagian sarana kesehatan yaitu menjelaskan tentang pelayanan

kesehatan kepada masyarakat mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit atau


kelompok lingkungan yang ada, serta jumlah penduduk yang ada untuk melayani pada
area tertentu. Berikut ini beberapa jenis sarana yang diatur Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal, yaitu:

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai
tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

12 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA atau klinik bersalin), yang berfungsi
melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak
usia sampai dengan 6 tahun.

Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan
penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit di wilayah kerjanya.

Balai pengobatan warga, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk


dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (curative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu untuk vaksinasi.

2.2 Analisis Data Spasial


Analisis spasial adalah suatu teknik atau proses yang melibatkan sejumlah hitungan
dan evaluasi logika (matematis) yang dilakukan dalam rangka mencari atau menemukan
(potensi) hubungan (relationships) atau pola-pola yang (mungkin) terdapat di antara unsurunsur geografis yang terkandung di dalam data dijital dengan batas-batas wilayah
tertentu).

Analisa

spasial

merupakan

sekumpulan

metoda

untuk

menemukan

studi
dan

menggambarkan tingkatan/poladari sebuah fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan


lebih baik. Penggunaa analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru yang dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang yang dikaji.Metoda yang digunakan sangat
bervariasi, mulai observasi visual sampai ke pemanfaatanmatematika/statistik terapan
(Sadahiro.2006). De Mers (1997) menyebutkan bahwa analisis spasial mengarah pada banyak
macam operasi dan konsep termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpangsusun
geometris, dan pemodelan kartografis. Sementara Johnston (1994) secara sederhana mengatakan
bahwa analisis spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan pada analisis lokasi.
13 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Fotheringham (2005) memilah spasial analisis dalam dua bentuk yaitu analsis spasial berbasis
sistem informasi geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan analsis spasial
berbasis sistem informasi geografis lanjut (Advanced GIS-based spatial analysis).

2.2.1 Analisis Data Spasial GIS dalam Bidang Kesehatan


Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) merupakan sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau
informasi geografis. Secara umum pengertian GIS adalahsuatu komponen yang terdiri dari
perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya manusia yang bekerja bersama
secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, meng-integrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi
berbasis geografis. Pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya berdampak pada peningkatan
kebutuhan penduduk sehingga perlu didukung fasilitas umum maupun fasilitas sosial. Fasilitas
kesehatan menjadi fasilitas penting yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan
pembangunan manusia. Faktor lokasi dan keterjangkauan menjadi komponen utama dalam
persentase kunjungan ataupun pemanfaatan fasilitas kesehatan. Permasalahan Dinas Kesehatan
saat ini adalah masih belum memiliki sebaran fasilitas kesehatan secara visual dalam bentuk
peta. Penyajian informasi dalam bentuk peta akan mempermudah masyarakat menemukan lokasi
fasilitas kesehatan yang akan dituju. Kebijakan dalam penggunaan GIS dalam perencanaan
infrastruktur dan manfaatnya juga akan membantu untuk memastikan keseimbangan spasial
kepada para penerima manfaat.

Analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat mendukung


untuk pengambilan keputusan dalam penanggulangan penyakit berbasis lingkungan. Prinsip
dasar dari konsep ini adalah pemanfaatan SIG untuk mengkonversi data populasi, data penyakit,
data lingkungan, fasilitas kesehatan, dll menjadi bentuk visual seperti peta dan grafik guna
memudahkan interpretasi data penyakit serta mendukung pengambilan keputusan terkait
program penanggulangan penyakit berbasis lingkungan. Fungsi analisis spasial dari SIG
termasuk antara lain klasifikasi, penilaian, tumpang susun, dan fungsi-fungsi lingkungan.
14 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Integrasi SIG dan penginderaan jauh mempermudah analisis spasial karena kenampakan yang
mendekati dunia nyata. Produk luaran yang dihasilkan dari analisis spasial adalah: identifikasi
wilayah berisiko tinggi, persebaran kasus, tren waktu, populasi berisiko, memantau kegiatan
surveilans dan penanggulangan penyakit, penilaian aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan serta
memperkirakan terjadinya kasus di masa datang.

Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat memberikan manfaat dalam bidang kesehatan
diantaranya adalah untuk mempelajari hubungan antara lokasi, lingkungan dan kejadian
penyakit oleh karena kemampuannya dalam mengelola dan menganalisis serta menampilkan
data spasial. SIG juga dapat menghasilkan

analisa data epidemiologi dengan baik,

menggambarkan trend kejadian suatu penyakit, menggambarkan ketergantungan dan saling


keterkaitan antara berbagai faktor penyebab timbulnya penyakit pada suatu wilayah. Disamping
itu, dengan SIG dapat dilakukan pemetaan terhadap sumber daya kesehatan masyarakat,
penyakit-penyakit tertentu dan permasalahan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan
lingkungan, infrastruktur, demografi dan sosial. (Nurhayati, 2005). Seiring dengan kemajuan
teknologi, SIG makin banyak digunakan dalam berbagai bidang, antara lain karena berikut ini:

1.

SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang interaktif dan menarik dalam
rangka peningkatan wawasan dan pengetahuan. Namun, yang paling penting adalah
peningkatan penibelajaran dan pendidikan bagi usia sekolah, khususnya tentang konsep
lokasi, ruang, dan unsur geografis di permukaan bumi.

2.

SIG menggunakan data spasial dan data atribut secara terintegrasi sehingga
sistemnya memiliki kemampuan analisis spasial dan non-spasial.

3.

SIG dapat memisahkan secara tegas antara bentuk tampilan dan data-datanya.
Oleh karena itu, SIG memiliki kemampuan untuk mengubah tampilan dalam berbagai
bentuk.

15 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

4.

SIG secara mudah dapat menghasilkan berbagai peta tematik. Peta-peta tematik
tersebut merupakan turunan dari peta-peta lain yang data-datanya telah dimanipulasi.

5.

SIG sangat membantu pekerjaan-pekerjaan yang erat hubungannya dengan bidang


bidang spasial.

Analisis data dengan SIG ini dilakukan menggunakan software ArcGIS. SIG memiliki
keunggulan dalam menyajikan data-data spasial tersebutsehingga lebih mudah untuk dianalisis
dan diketahui polanya. Salah satu keunggulanyang dimiliki oleh SIG adalah kemampuan untuk
melakukan overlay atau tumpangtindih dari data-data atribut suatu wilayah. Proses overlay atau
tumpang tindih ini biasa digunakan untuk menganalisis dan menghasilkan informasi baru
berdasarkan data-data spasial dan atribut yang telah ada. Misalnya dalam menghasilkan peta
kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu, overlaydari beberapa data atribut seperti elevasi lahan,
kemiringan lereng, dan data curah hujan dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan
untuk ditanami jenis tanaman tertentu

2.2.2 Identifikasi Sebaran Pelayanan Kesehatan


2.2.2.1 Identifikasi Sebaran Menggunakan Digitasi
Data dalam SIG terdiri atas dua jenis, yaitu data spasial dan data atribut. Data spasial
adalah data grafis yang mengidentifikasikan kenampakkan lokasi geografi berupa titik garis, dan
poligon. Data spasial diperoleh dari peta yang disimpan dalam bentuk digital (numerik). Pada
penentuan fasilitas kesehatan ini yang digunakan berupa digitasi dengan point (titik). Sebuah
titik dapat menggambarkan objek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah titik
menggambarkan kota jika pada peta skala kecil, tetapi menggambarkan objek tertentu yang ebih
spesifik dalam wilayah kota, misalnya pusat kesehatan pada peta skala besar.

Pada proses pemasukan data guna memasukkan data spasial ke dalam SIG dapat
dilakukan salah satunya dengan cara digitasi. Kegiatan digitasi merupakan pekerjaan yang
16 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

banyakmenyita wakm karena daspat menghabiskan waktu hingga 60% dari keseluruhan waktu
pemrosesan data sampai dengan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, proses ini merupakan
hambatan bagi penyelesaian seluruh proses dalam SIG. Proses digitasi terdiri atas empat tahap,
yaitu berikut ini:

1.

Penyiapan peta yang akan didigitasi.

Peta yang akan didigitasi terlebih dahulu harus dalam keadaan baik dan henar.
Artinya, peta merupakan lembar bidang datar tanpa bekas lipatan, tidak sobek, dan
harus jelas.

2.

Menentukan koordinat peta.

Pencatatan koordinat pada meja digitasi mempunyai satuan milimeter. Jika data yang
akan didigitasi berupa peta, koordinat digitasi harus ditransformasikan sesuai dengan
koordinat peta dan skala harus diubah dari satuan milimeter ke meter. Guna
melakukan transformasi ini minimal ada tiga titik yang sudah diketahui
kedudukannya di lapangan dan harus ditransformasikan sebagai titik kontrol.
Pengambilan ketiga titik tersebut untuk mengontrol apabila terjadi pengerutan atau
pembesaran objek yang didigitasi. Oleh karena itu, peta yang didigitasi tidak boleh
geser atau lepas dari meja digitasi karena sistem koordinat pada meja digitasi telah
disesuaikan dengan sistem koordinat peta.

3.

Mengedit data sebelum disimpan ke dalam data dasar

Pengeditan dilakukan karena selalu terjadi kesalahan dalam proses digitasi. Kesalahan
dalam proses digitasi umumnya terjadi pada sambungan garis, garis yang terlalu
panjang atau terlalu pendek, kelolosan mencantumkan garis atau titik, pencatatan
rangkap, kesalahan kode, dan kesalahan lokasi.
17 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Guna menghilangkan kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilakukan dengan


memanfaatkan fasilitas berikut ini.

Fungsi pembesaran (zoom) untuk pembesaran atau pengecilan penayangan.

Penghapusan titik akhir (delete last point).

Penghapusan garis (delete line) untulc memperbarui data.

Pengancingan (snap), yaitu pengaitan dan penyambungan segmen garis dengan


segmen lainnya.

Fungsi pindah (move) untuk memindahkan letak titik ke lokasi baru.

Fungsi geometri.

Memasukkan atribut dengan kode

Atribut yang dimasukkan untuk melengkapi data dibuat dengan kode-kode tertentu
(kodifikasi).

2.2.2.2 Identifikasi Sebaran Menggunakan Analisis SKL


Pada implementasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
diperlukan adanya Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang bahwa Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik
dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
diperlukan agar pengembangan wilayah dan kawasan dapat dilaksanakan sesuai dengan kaidah
18 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

penataan ruang. Salah satu analisis yang digunakan yaitu analisis SKL, ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan guna dikembangkan sebagai perkotaan,
sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Hasil dari
analisis ini merupakan peta kempuan lahan di Kabupaten Garut.

Adanya analisis SKL ini untuk mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk
dikembangkan sesuai fungsi kawasan. Selain itu memperoleh gambaran potensi dan kendala
masing-masing kelas kemampuan lahan, serta ebagai dasar penentuan: arahan-arahan kesesuaian
lahan pada tahap analisis berikutnya dan rekomendasi. Adapun data yang dilibatkan yaitu semua
data yang dimintakan pada tahap pengumpulan data, kecuali data kebijaksanaan yang sudah ada.
Analisis ini akan menghasilkan peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan
kawasan, kelas-kelas atau tingkatan kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsi kawasan, serta dapat diketahui uraian potensi dan kendala fisik masing-masing kelas
kemampuan lahan. Analisis kemampuan lahan digunakan untuk mengetahui kemampuan lahan
yang terdapat di suatu wilayah. Analisis kemampuan lahan merupakan upaya yang dilakukan
untuk mengetahui potensi suatu lahan. Dari analisis ini akan didapatkan penilaian terhadap
potensi lahan yang nantinya akan menjadi acuan untuk menentukan pengelolaan dan
pemanfaatan lahan yang benar. Selain itu, analisis kemampuan lahan juga dapat digunakan untuk
mendukung proses dalam penyusunan rencana penggunaan lahan di suatu wilayah.

19 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

20 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

3
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Gambaran Karakteristik Wilayah


3.1.1 Letak Geografis Kabupaten Garut
Kabupaten Garut memiliki luas sebesar 306.519 Ha, dengan ibukota kabupaten
berada pada ketinggian 717 M Dpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1838 M), Gunung
Cikuray (2821 M), Gunung Papandayan (2622 M), dan Gunung Guntur (2249 M) dan
secara geografis wilayahnya terletak pada koordinat 6 05649 704500 Lintang Selatan dan
1070258 1080730 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang;


Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya;
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia;
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur.
Berdasarkan fisiografinya, Kabupaten Garut dapat distratifikasikan kedalam 4 (empat)

strata, yaitu wilayah Garut Utara, Garut Tengah, Garut Barat Daya, dan Garut Selatan. Daerah
Garut sebelah utara, timur, dan barat, pada umumnya berupa dataran tinggi dengan kondisi alam
berbukit-bukit dan pegunungan. Sedangkan kondisi alam daerah Ga rut sebelah selatan sebagian
besar berupa lereng dengan tingkat kemiringan ta nah yang relatif curam. Corak alam di daerah
Selatan Garut pada umumnya diwarnai oleh segenap potensi alam dan keindahan pantai
Samudera Indonesia.

21 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kabupaten Garut

3.1.2 Topografi Kabupaten Garut


Wilayah Kabupaten Garut memiliki ketinggian yang bervariasi, mulai dari 0,5 meter di
atas permukaan laut - seperti di daerah sepanjang pantai selatan yang meliputi sebagian
Kecamatan Bungbulang, Cibalong, Cikelet, Cisewu, Pakenjeng dan Pameungpeuk - hingga
ketinggian 2.830 meter di atas permukaan laut, seperti puncak Gunung Cikurai di Kecamatan
Bayongbong. Ketinggian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

22 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Tabel 3.1 Luas Lahan Berdasarkan Ketinggian


No

Ketinggian

1.
2.
3.
4.
5.
6.

0 - 25
25 - 100
100 - 500
500 - 1000
1000 - 1500
1500 - 3000
Jumlah

Luas (Ha)

Presentase (%)

8.078
14,01
63.260
122.465
77.409
21.300
406.519

2,64
4,57
20,64
39,95
25,25
6,95
100

Sumber: Diperta Kabupaten Garut, (2003)

Dilihat dari topografinya, sebagian besar Kabupaten Garut bagian utara terdiri atas
dataran tinggi dan pegunungan dengan areal persawahan terluas. Pada umumnya pegunungan
dan bukit-bukit ini kead aannya sangat kritis, terutama di sepanjang daerah aliran sungai
Cimanuk. Sedangkan Garut Selatan sebagian besar permukaan wilayahnya memiliki tingkat
kecuraman yang terjal dan bahkan di beberapa tempat tergolong labil. Wilayah selatan ini dialiri
12 buah sungai ke arah selatan yang bermuara ke Samudera Indonesia. Rangkaian pegunungan
vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umumnya memiliki lereng dengan
kemiringan 30-45 persen di sekitar puncak, 15-30 persen di bagian tengah dan 10-15 persen di
bagian kaki lereng pegunungan.
Berbagai potensi komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi dan agribisnis dapat
tumbuh baik asal disertai penerapan teknologi, diantaranya padi-padian, palawija sayuran dataran
rendah, sayuran dataran tinggi, tanaman perkebunan dan tanaman industri.

3.2 Gambaran Kependudukan Kabupaten Garut


Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Garut dalam angka 2015, jumlah
penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2014 tercatat sebanyak 2.526.186 jiwa, dengan jumlah
penduduk laki laki sebanyak 1.274.098 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.252.088
jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

23 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Garut Tahun 2014

Jumlah Penduduk
No

Kecamatan

Jumlah
Laki - laki

Perempuan

1.

Cisewu

16.949

16.740

33.689

2.

Caringin

15.787

15.273

31.060

3.

Talegong

15.765

15.829

31.594

4.

Bungbulang

31.074

30.900

61.974

5.

Mekarmukti

8.272

8.294

16.566

6.

Pamulihan

9.085

9.103

18.188

7.

Cikenjeng

34.891

34.390

69.281

8.

Cikelet

21.996

21.898

43.894

9.

Pameungpeuk

20.412

20.735

41.147

10
.

Cibalong

21.527

21.342

42.869

11.

Cisompet

25.546

25.489

51.035

12
.

Peundeuy

11.594

11.278

22.872

13
.

Singaja

23.729

23.921

47.650

24 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Jumlah Penduduk
No

Kecamatan

Jumlah
Laki - laki

Perempuan

14
.

Cihurip

9.382

9.154

18.536

15
.

Cikajang

42.284

41.571

83.855

16
.

Banjarwangi

29.520

28.877

58.397

17
.

Cilawu

52.633

52.040

104.673

18
.

Boyongbong

49.945

48.904

98.849

19
.

Cigedug

20.495

19.774

40.269

20
.

Cisurupan

51.074

49.612

100.686

21
.

Sukaresmi

20.035

19.723

39.758

22
.

Samarang

37.643

37.222

74.865

23
.

Pasir Wangi

32.943

31.861

64.804

24
.

Tarogong Kidul

60.829

60.030

120.859

25

Tarogong Kaler

46.229

45.313

91.542

25 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Jumlah Penduduk
No

Kecamatan

Jumlah
Laki - laki

Perempuan

.
26
.

Garut Kota

65.282

64.734

130.016

27
.

Karangpawitan

63.000

61.901

124.901

28
.

Wanaraja

23.099

23.415

46.514

29
.

Sucinaraja

13.531

13.048

26.579

30
.

Pangatikan

20.391

19.926

40.317

31
.

Sukawening

25.501

25.995

51.496

32
.

Karangtengah

8.209

8.395

16.604

33
.

Banyuresmi

45.152

43.594

88.746

34
.

Leles

40.328

39.599

79.927

35
.

Leuwigoong

21.134

20.786

41.920

36
.

Cibatu

35.304

34.541

69.845

26 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Jumlah Penduduk
No

Kecamatan

Jumlah
Laki - laki

Perempuan

37
.

Karsamanah

18.705

18.004

36.709

38
.

Cibiuk

16.009

15.324

31.333

39
.

Kadungora

45.818

44.454

90.272

40
.

Bl Limbangan

40.032

38.840

78.872

41
.

Selaawi

19.268

18.864

38.132

42
.

Malangbong

63.696

61.395

125.091

1.274.098

1.252.088

2.526.186

Jumlah

Sumber : Kabupaten Garut dalam Angka, 2015

Dari data penduduk tersebut dapat diketahui bahwa kecamatan yang paling banyak
penduduknya, yaitu Kecamatan Garut Kota dengan jumlah penduduk sebanyak 130.016 jiwa,
sedangkan kecamatan terendah jumlah penduduknya adalah Kecamatan Karangtengah dengan
jumlah penduduk sebanyak 16.604 jiwa.

27 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

3.3 Gambaran Fasilitas Kesehatan Kabupaten Garut


Kabupaten
Puskesmas

Garut

tahun

2014

mempunyai

DTP (Dengan Tempat Perawatan) dan

65
50

Puskesmas yang terdiri dari 15


Puskesmas TTP (Tanpa Tempat

Perawatan) yang tersebar di 42 kecamatan. Dari 65 Puskesmas tersebut 30 Puskesmas


diantaranya telah mampu PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar). Selain
itu

juga

terdapat

Rumah

Sakit

PONEK (Pelayanan

Obstetri

Neonatal

Emergency

Komprehensif) yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut, 1 buah rumah sakit TNI dan
Rumah Sakit Umum Daerah Pameungpeuk. Hal ini masih menunjukan kekurangan sarana
pelayanan kesehatan yang memadai dibandingkan dengan rasio jumlah penduduk Kabupaten
Garut sebanyak 2.526.186 jiwa. Namun demikian masih dapat terlayaninya kebutuhan
masyarakat dengan berbagai unit pelayanan praktek swasta yang tersebar dibeberapa
wilayah di Kabupaten Garut. (Dinas Kesehatan Kabupaten Garut). Untuk lebih jelasnya berikut
adalah data puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Garut:

Tabel 3.3 Daftar Puskesmas di Kabupaten Garut


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kode
10240502
10242001
10241501
10241602
10242501
1210104
10242401
10241201
10243001
10241902
10241801
10242301
10241601
10241502
10240302
10242302
10240406
10243102

Nama Puskesmas
Bagendit
Banjarwangi
Bayongbong Dtp
Bojongloa
Bungbulang
Cempaka
Cibalong
Cibatu Dtp
Cibiuk
Cihurip
Cikajang Dtp
Cikelet
Cilawu Dtp
Cilimus
Cimaragas
Cimari
Cipanas
Cisandaan

Alamat
Jl H.Hasan Arif Kec.Banyuresmi
Jl Raya Banjarwangi No 45
Jl Simpang Bayongbong No 183
Jl Raya Garut-Tasik Km 8 No 73
Jl Garuda-Bungbulang
Jl. Ir. H. Djuanda No. 2
Jl Raya Miramareu -Cibalong
Jl Ki Hajar Dewantoro No 10
Jl Cibiuk Kaler No 1
Jl Raya Cihurip
Jl Raya Cikajang No 1
Jl Raya Cikelet
Jl Raya Garut-Tasik Km 18
Jl Raya Bayongbong
Jl Raya Cibatu Km 6
Jl Cimari Kec.Cikelet
Jl Raya Cipanas
Jl Raya Bungbulang

28 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

No
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61

Kode
10242701
10242201
10241701
10241302
10240603
10243103
10240102
10240402
10240801
10240202
10240201
1210904
10241404
1210902
1210003
1210004
10240701
10240702
10241101
10240901
10241301
10241403
1210001
10242502
10240405
1024o002
1024o005
1024o004
1024o003
10240602
10241703
10242101
10243101
10240103
10240404
10242901
1210006
1210005
10240802
10240601
10241001
10240101
10242601

Nama Puskesmas
Cisewu
Cisompet
Cisurupan Dtp
Citeras
Gadog
Garawangsa
Guntur
Haurpanggung
Kadungora
Karang Mulya
Karang Pawitan
Karangsari
Karangtengah
Kersamenak
Klinik Denkesyah Garut
Klinik Yonif 303/Ssm
Leles Dtp
Lembang
Leuwigoong
Limbangan Dtp
Malangbong Dtp
Maripari
Maroko
Mekarmukti
Mekarwangi
Optik Cahya
Optik Medika
Optik Mian
Optik Taufik
Padaawas
Pakuwon
Pameungpeuk
Pamulihan
Pasundan
Pembangunan
Peundeuy
Polres Garut
Posk 03.10.11 Garut
Rancasalak
Samarang
Selaawi
Siliwangi
Sindangratu

Alamat
Jl Puswabakti No 13 Cisewu
Jl Raya Cisompet No 74
Jl Raya Cisurupan No 27
Jl Raya Malangbong Km 5r .
Jl Raya Pasirwangi
Kp Sukaratu Ds Sukaratu
Jl Guntur No 171 Garut Kota
Jl Guntur Melati
Jl Raya Kadungora
Jl Cibangban Kec Karangpawitan
Jl Raya Karangpawitan
Kampung Sadang Gentong No. 01
Jl Raya Cintamanik
Jl. Raya Cikamiri, Ds. Kersame
Jl. Bratayudha 99b Garut
Jl. Cibuluh
Jl Pramuka No 4 Kec.Leles
Jl Lembang Kec.Leles
Jl Raya Leuwigoong No 4
Jl.Raya Limbngan Tengah No 119
Jl Raya Alun-Alun Timur No 5
Jl Raya Cibatu Km 4,5
Kp. Cijambe Kec.Cibalong
Jl Raya Pantai Cijayana
Jl Raya Samarang No 218
Jl.Ciledug No.22 Garut
Jl Cimanuk No 107 Garut
Jl.Pasundan No.15 Garut
Jl.Garut Kota
Jl Raya Pasirwangi
Jl Raya Pangauban
Jl Cilaut Eureun No 212
Jl Raya Pakenjeng - Pamulihan
Jl Pasundan No 104 Garut Kota
Jl Pembangunan No 216 Tarogong
Jl Raya Peundeuy
Jl. Jend. Sudirman
Jl. Veteran No. 27
Jl Raya Rancasalak Kec.Kadungo
Jl Raya Samarang No 85
Jl Raya Selaawi No 49
Jl Siliwangi No 13 Kec Garut
Jl Raya Bungbulang Km 65

29 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

No
62
63
64
65

Kode
10241901
10241503
10243104
10241202

Nama Puskesmas
Singajaya Dtp
Sukahurip
Sukakarya
Sukamerang

Alamat
Jl Raya Singajaya
Jl Raya Cigedug No 23
Jl Raya Komojang Kec.Samarang
Jl Raya Sukamerang

Sumber : http://www.garutkab.go.id/

Tabel 3.4 Daftar Rumah Sakit di Kabupaten Garut


No

Kode

Nama Rumah Sakit

Alamat

1024r002

Rs Tni Guntur

Jl.Brata Yudha No.101

1024r001

Rsud Dr Slamet Garut

Jl.Rumah Sakit No.12

0121r003

Rsud Pameungpeuk

Miramare No 9

Sumber : http://www.garutkab.go.id/

4
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan suatu pernyataan (statement) tentang sifat,
keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002 : 110).
30 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai
kependudukan di Kabupaten Garut, data keadaan geografi Kabupaten Garut, data ketentuan
penyebaran fasilitas kesehatan berupa SPM (Standar Pelayanan Minimal), dan daftar fasilitas
kesehatan di Kabupaten Garut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Kebutuhan Data


Kelompok

Informasi dari Data

Data

yang dibutuhkan
Kependudukan
di

Demografi

Kelompo

Data

Kabupaten Garut

Jumlah penduduk
tiap kecamatan di
Kab. Garut

Batas
administrasi

Geografi

Peta

Satuan

Lahan

BPS Kabupaten Garut

Sekunder

BAPEDA Kab. Garut

Kabupaten

Garut
Kelerengan.
morfologi. daerah

Kemampuan

Sekunder

Daftar kecamatan
di

kecamatan

Sumber data

k Data

rawan bencana di

di

Kab. Garut

Kabupaten
Garut
Sarana dan

prasarana

Ketentuan

Jumlah

tingkat

Sekunder

SPM

Keputusan

tingkatan

pelayanan

Menteri

pelayanan

kesehatan

Permukiman dan

kesehatan

minimal

Prasarana
Wilayah

No.

534/KPTS/M/200

Gambaran
fasilitas

1
SNI
2004

31 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

03-6981-

Kelompok
Data

Informasi dari Data


yang dibutuhkan
kesehatan Kab.

Garut
Kriteria

Daftar

Sumber data

k Data

eksisting

fasilitas kesehatan
di

penetapan
lokasi

Kelompo

Data

fasilitas

kesehatan

Garut
Lokasi

Dinas Kesehatan
Kab. Garut

Kabupaten
sebaran

fasilitas kesehatan

Bupati Kabupaten Garut

Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor
75 Tahun 2014
Tentang

Pusat

Kesehatan

Dinas Kesehatan Kebijakan Fasilitas Kesehatan BAPPEDA Kabupaten Garut

Masyarakat

Sumber
: Hasil
Pengolahan 2016
BPS Kab. Garut
Data
Demografi/Non
Spasial

urvei & Pemetaan Nasional Peraturan Peta Bagi Penataan Ruang


Rencana Tata Ruang Kabupaten Garut

Kawasan Lindung

awasan Konservasi

Kawasan Budidaya

Kawasan Hutan
Kawasan Pertanian

Kawasan Hutan Produksi & Hu


Kawasan Cagar
Kawasan
BudayaRawan Bencana

Kawasan Perikanan
Kawasan Pariwisata
Kawasan Pertambangan

Kawasan Permukiman
-sarana dan prasarana transportasi
32 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
-fasilitas peribadatan
Kabupaten Garut
-fasilitas pendidikan
-fasilitas perdagangan dan jasa
-fasilitas perkantoran dan pemerintahan
-fasilitas kesehatan

Gambar 4.3 Diagram Alir Sharing Data

4.2 Metode Analisis


Studi mengenai Sebaran Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Garut bersifat
deskriptif kualitatif, yaitu menjabarkan suatu keadaan berdasarkan fakta yang ada untuk
memperoleh

gambaran

permasalahan.

Tujuan

penelitian

deskriptif

adalah

33 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

membuat

deskripsi/gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan fenomena yang diselidiki (Nazir, 1998 : 93).

Penelitian deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan cara mengkaji sebaran fasilitas
kesehatan di Kabupaten Garut dengan ketentuan penyebaran fasilitas kesehatan yang berada
pada SPM (Standar Pelayanan Minimal).

4.3 Metodologi Kerja


Pada penelitian ini, adapun metodologi tahapan kerjanya dimulai dari latar belakang,
identifikasi masalah yang ada, metode pengumpulan data sekunder berupa data mengenai
kependudukan di Kabupaten Garut, data keadaan geografi Kabupaten Garut, data ketentuan
penyebaran fasilitas kesehatan berupa SPM (Standar Pelayanan Minimal), dan daftar fasilitas
kesehatan di Kabupaten Garut, analisis data, dan rekomendasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram berikut :

34 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Mulai

IDENTIFIKASI MASALAH
Gambar 4.4 Diagram Metodologi Tahapan Kerja
METODE PENGUMPULAN DATA
LATAR BELAKANG
35 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Mu

5
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Kriteria Lokasi Fasilitas Kesehatan


5.1.1 Kriteria Sebaran Lokasi Menurut Standar Pelayanan
Pada standar pelayanan minimal yang mengatur tentang fasilitas kesehatan serta ketentuan SNI
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6 Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Kesehatan
No
.

Indikator
-Sebaran fasilitas

1.

Standar Pelayanan
Cakupan
Tingkat Pelayanan
1 unit Balai

Kualitas
Lokasi di pusat

pelayanan kesehatan /

Pengobatan/3.000

lingkungan/

jangkauan pelayanan

jiwa
1 Unit BKIA/RS

kecamatan bersih,

- Tingkat harapan hidup


2.

3.

Satuan wilayah

Bersalin/10.000-

Kabupaten/Kota

30.000 jiwa
1 unit Puskesmas/
120.000 jiwa
1 unit Rumah Sakit/

4.

240.000 jiwa

mudah dicapai,
tenang, jauh dari
sumber penyaki,
sumber bau/
sampah, dan
pencemaran lainnya

Sumber: SPM Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001

Tabel 5.7 Ketentuan Standar Nasional Indonesia untuk Pelayanan Kesehatan


No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fasilitas yang
disediakan
Posyandu
Balai Pengobatan
BKIA
Puskesmas
Praktek Dokter
Apotik

Jumlah minimum penghuni


yang dilayani (jiwa)
1.000
1.000
10.000
30.000
5.000
10.000

Kualitas
Berada dipusat lingkungan,
dapat bersatu dengan fasilitas
kesehatan lainnya, mudah
dicapai

36 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Sumber: SNI 03-6981-2004

Standar diatas merupakan ketentuan yang digunakan sebagai salah satu acuan dalam
menganlisis sebaran pelayanan kesehatan di Kabupaten Garut. Adapun cakupan pelayanan
minimal untuk sebuah fasilitas kesehatan dilihat dari Standar Pelayanan Minimal serta syarat
kualitas keberadaan suatu pelayanan kesehatan yaitu berdasarkan ketentuan Standar Nasional
Indonesia.

5.1.2 Kriteria Sebaran Lokasi Kemampuan Lahan


Sesuai dengan pengaturan lokasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014, bahwa dalam penetapan lokasi fasilitas kesehatan harus sesuai dengan kriteria sebagai
berikut:

Tidak di tepi lereng


Tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor
Tidak dekat anak sungai
Tidak di daerah rawan tsunami
Tidak dalam zona topan
Tidak di daerah rawan badai dll.
Dalam menentukan kriteria lokasi sebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten Garut
dilakukan dengan menggunakan analisis Satuan Kemampuan Lahan, yang terdiri dari beberapa
tahapan.

Tahap pertama membuat peta kemampuan lahan adalah dengan cara memasukan datadata SHP tematik yang sudah disediakan, disertai dengan melakukkan penilaian. Penilaian
masing-masing SHP juga disertai dengan penghitungan tiap-tiap peta tematik yang memiliki
bentuk polygon agar kita dapat melihat berapa luasnya, dengan cara klik kanan pada peta tematik
yang terdapat pada table of contents lalu buat field baru dengan nama Nilai dan Luas/Area,
37 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

masukan nilai-nilai untuk masing-masing komponen yang ada dan samakan dengan data yang
ada di file word sebelumnya, setelah itu klik kanan pada field luas/area lalu pilih calculate
geometry. Lakukan pada semua peta tematik yang akan digunakan, dalam hal ini sesuai dengan
pengaturan lokasi menurut Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 maka SKL yang
diperlukan berupa: Morfologi, Lereng, Penggunaan Lahan, Curah Hujan, Rawan Bencana.

Pada tahap selanjutnya dilakukkan intersect, yaitu penggabungan antara peta tematik
sesuai dengan SKL yang dibutuhkan, sebagai berikut :

1. SKL Morfologi

Untuk SKL Morfologi peta yang dibutuhkan adalah peta morfologi dan peta lereng.
Gabungkan peta yang sudah ada nilainya tersebut dengan cara intersect. Setelah mendapatkan
hasil intersect dilakukkan pemberian skor. Selanjutnya kita melakukan pengkelasan gunanya
agar dapat terlihat rentang tiap kelasnya dan untuk mempermudah dalam melakukan analasis,
dalam field SKL_Morfol dibuat dalam format text karena akan diisi oleh kata-kata, Kemampuan
lahan dari morfologi tinggi, Kemampuan lahan dari morfologi cukup, Kemampuan lahan dari
morfologi sedang, Kemampuan lahan dari morfologi kurang, Kemampuan lahan dari morfologi
rendah.selanjutya kita beri nilai SKL tersebut antara 1 sampai 5, 1 untuk morfologi tinggi dan 5
untuk morfologi rendah.

2. SKL Kemudahan Dikerjakan

Untuk SKL ini dibutuhkan beberapa peta tematik seperti Peta morfologi, peta kelerengan,
peta ketinggian, peta jenis tanah, dan peta penggunaan lahan. Sebelum melakukan intersect,
sebaiknya kita mengecek nilai peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan agar sesuai dengan
nilai yang diberikan di SKL Kemudahan Dikerjakan. Dengan cara editor- start editing- pilih peta
jenis tanah/penggunaan lahan, lalu rubah field bagian nilai sesuaikan dengan format yang ada
pada file word sebelumya. Lalu save jika sudah selesai, dan stop editor. Maka setelah kita
mendapatkan nilai yang cocok kita lakukan intersect petapeta tersebut.
38 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Setelah kita lakukan intersect maka akan muncul shp baru, dan jangan lupa pada saat
melakukan intersect kita harus simpan outputnya pada folder SHP Analisis. Hasil intersect
tersebut kita view atribut, lalu kita tambahkan field SKOR , SKL_kemdik dan Nilai_SKL. Cara
mengisi SKOR yaitu mengkalikan nilai-nilai dari peta-peta tematik, Nilai morfolgi x nilai lereng
x nilai jenis tanah x nilai penggunaan lahan. Lalu kita lakukan classify yang menjadi 5 kelas agar
mudah dalam melakukan analisisnya. Isikan analisis tersebut ke field SKL_Kemdik dengan cara
melihat format yang ada pada file word sebelumnya. Lakukan sampai pada tahap Nilai_SKL.
Maka pembuatan SKL Kemudahan Dikerjakan selesai

3. SKL kestabilan Lereng

Peta yang dibutuhkan ialah morfologi, lereng, jenis tanah, penggunaan lahan, curah hujan
dan rawan bencana. Ke enam peta tersebut kita intersect untuk menggabungkannya, setelah ada
hasilnya, lakukan proses yang sama yaitu menambahkan field SKOR, SKL_Kesler, Dan
Nilai_SKL. Pada field SKOR kita kalikan keenam nilai yang ada pada atribute, sehingga didapat
range antara 1-2500. Dan kita lakukan penyederhanaan dengan cara menjadikannya kelas-kelas
dengan total ada 5 kelas dengan cara Propertise-symbology- quantities-unique value- pada value
field rubah menajdi SKOR- lalu klik ok, maka akan kita dapatkan kelas kelasnya. Dari setiap
kelas tersebut kita lakukan analisis dan hasil analisisnya dimasukan pada field SKL_Kesler dan
Nilai_SKL. Catatan penting pada saat awal melakukan intersect, seharusnya kita memperhatikan
nilai jenis tanah dan penggunaan lahan, karena pada tiap SKL selalu berubah-ubah mengikuti
formatnya.

4. SKL Kestabilan Pondasi

Pada skl ini peta yang dibutuhkan adalah peta SKl kestabilan lereng, Jenis Tanah, dan
Penggunaan lahan. Maka untuk itu kita harus melihat lagi masing-masing nilainya agar sesuai
dengan formatnya. Jika berbeda maka kita edit dahulu nilai tiap petanya, namun pada peta SKL
kestabilan Lereng nilai yang digunakan adalah nilai SKLnya. Setelah kita dapatkan nilai yang
sesuai maka selanjutnuya kita lakukan hal yang sama yaitu intersect ketiga peta tersebut, lalu
39 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

pada hasilnya kita berikan SKORsing, analisis dan penilaian tiap hasilnya. Maka SKL Kestabilan
Pondasi akan kita dapatkan.

5. SKL Ketersediaan Air

SKL ini adalah SKL yang penting untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan
lahan, untuk itu pada skl ini peta yang dibutuhkan adalah peta morfologi, lereng, jenis tanah,
penggunaan lahan, dan curah hujan. Untuk nilai jenis tanah dan penggunaan lahan mengalami
perubahan lagi oleh karena itu harus dilakukan penilaian ulang dengan cara editor pada atributeatributenya. Jika sudah mendapatkan nilai yang tepat maka tahap selanjutnya adalah melakukan
intersect semua peta yang di butuhkan tersebut. Sehingga akan kita dapatkan peta shp yang baru
hasil dari penggabungannya. Sama dengan SKL sebelumnya kita akan melakukan pemberian
SKOR, analisis dan Nilai_SKLnya, sebelum kita melakukan itu, maka kita harus melakukan
pengkelasan terlebih dahulu, untuk dapat melihat dengan benar nilai-nilainya. Skor terendah
pada SKL ini adalah 3 artinya pada kasus ini ketersediaan air sangatlah rendah. Lalu lakukan
penilaian tiap kelas-kelas yang sudah dibuat.

6. SKL Drainase

Berbeda dengan SKL Ketahanan air, pada SKL ini morfologi dan lereng mempunyai nilai
yang terbalik, jika pada sebelumnya daerah yang datar memiliki nilai yang besar, maka pada
SKL ini datar memiliki nilai terendah, mengapa? Karena daerah yang datar tidak mengalami
aliran air yang baik, sehingga nilainya pun rendah. Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah
jenis tanah dan penggunaan lahan. Peta yang digunakan untuk SKL ini sama dengan SKL
Ketersediaan air, namun berbeda dari penilainnya saja.
Caranya pun sama, yaitu ketika semua peta sudah memiliki nilai yang sesuai dengan
format maka selanjutnya akan dilakukan intersect, dan hasil intersect akan dilakukan
penskorsingan untuk selanjutnya diberikan penilaian, skorsingnya pun sama harus di kelaskelaskan supaya mudah.
40 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

7. SKL Terhadap Erosi

Peta yang digunakannya ialah Morfologi Lereng Jenis tanah penggunaan Lahan dan
curah Hujan. Sebelum menggabungkan maka harus disesuaikan dahulu nilai-nilai dari peta
tematik tersebut agar sesuai dengan format yang ada di file word sebelumnya. Setelah sama
nilainya maka dilakukan penggabungan dengan cara intersect sehingga akan didapatkan SKL
terhadap erosi. Pada analisis, caranya adalah dengan membka view atribute lalau menambakna
field SKOR, SKL_erosi dan Nilai_SKL, skorsing dilakukan dengan cara pengkalian dari tiap
nilai peta tematik yang tadi digabungkan, setelah itu dilakukan pembagian kelas menjadi 5 range
dari yang terendah dengan analisisnya erosi cukup tinggi hingga skor tertinggi yaitu tdak adanya
erosi. Setelah kita lakuan analisisnya maka kita beri penilaian dari 1-5 sesuai dengan format yang
ada di word sebelumnya, maka kita akan mendapatkan hasil dari SKL Terhadap erosi.

8. SKL Pembuangan Limbah

Pembuangan Limbah adalah SKL yang penting untuk menilai kemampuan lahan, karena
pada skl ini menggunakan beberapa peta antara lain, Morfologi, Lereng, Jenis tanah yang sudah
dirubah nilai nya disesuaikan dengan format yang ada di word begitu juga dengan penggunaaan
lahan yang dirubah dahulu, lalu selanjutnya ada peta curah hujan dimana nilai seluruhnya itu
adalah 1 karena pada format di word curah hujan lebih dari 3000mm/tahun sama dengan 1, dan
pada peta curah hujan yang tersedia adalah 13,6-20,7 mm/hr artinya jika di konversikan pada
mm/tahun maka akan didapatkan nilai yang lebih dari 3000mm/tahun, hal tersebut yang
membuat nilai curah hujan hanya 1. Selanjutnya kita akan melakukan intersect dengan cara
arctoolbox analysis tools- overlay- intersect dan masukan semua peta yang dibutuhkan, ganti
outputnya simpan pada folder yang sudah disediakan dan klik Ok, tunggu beeberaapa saat maka
akan kita dapatkan hasil dari intersect semua petanya. Selanjutnya kita beri SKORsing dan
analisis dengan cara yang sama dengan SKL sebelum-sebelumnya.

9. SKL Terhadap Bencana Alam


41 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Peta yang dibutuhkan Peta morfologi, lereng, ketinggian, jenis tanah, peta penggunaan
lahan eksisting, peta curah hujan, peta tekstur tanah dan peta rawan bencana. Namun
dikarenakan peta ketinggian tidak bisa digunakan dan tidak adanya peta tekstur tanah, maka yang
digunakan hanya peta yang ada, yaitu morfologi, lereng, jenis tanah yang disesuaikam lagi
nilainya, penggunaan lahan yang juga disesuaikan nilainya, dan peta rawan bencana yang pada
saat penilaian dibantu oleh peta tematik lainnya. Selanjutnya dilakukan intersect sehingga
mengeluarkan satu peta baru yang isinya terdapat lebih dari 1000 atribute. Selanjutnya
melakukan skorsing dan analaisis untuk mendapatkan nilai SKLnya

Setelah mendapatkan ke-sembilan SKL tersebut maka kita akan melakukan


penggabungan. Penggabungan disini diawali oleh Batas Desa yang menjadi targetnya dan
SKL Morfologi yang menajadi join feautrenya, jangan lupa outpunya disimpan pada folder
baru yang letaknya pada folder SHP Analisis dan diberi judul SHP Spatial Joint, hasil dari
spatial join pertama diberi nama SJ_MorBD artinya Spatial Joint Morfologi dan Batas Desa,
hasil spatial join ini dijadikan target selanjutnya spatial join untuk SKL berikutnya yaitu SKL
kemudahan Dikerjakan hasil tiap penggabungan Spatial Joint akan selalu menjadi target dari
SKL-SKl selanjutnya, sehingga di dapat hasil Spatial Join terakhir yaitu KemampuanLahan
dikarenakan, ini adalah shape terakhir untuk melakukan analisis kemampuan lahan, pada shp ini
terdapat Spatial Joint untuk Morfologi, Batas Desa, kemudahan dikerjakan, Kestabilan lereng,
kestabilan pondasi, ketersediaan air, drainase, erosi, limbah, dan bencana. Selanjutnya kita akan
melakukan pembobotan, lakukan dengan cara menabahkan field baru pada atribute kemampuan
lahan , dengan nama KemLahan field ini diisi oleh jumlah nilai-nilai SKL yang sudah
dikalikan

dengan

bobotnya,

caranya

adalah

menggunakan

rumus

( [nilai_SKLmorfologi]*bobotnya] + ([Nilai_SKLKemudahanDikerjakan]*bobotnya)+ sampai


SKL terakhir. Hasilnya tersebut akan didapatkan kisaran antara 57-134, maka setelah itu kita
harus lakukan pengkelasan sehingga didapat 5 kelas dengan range 57-63, 64-74, 75-89, 90-106,
dan 107-134. Sama seperti cara pengisian SKL dan Nilainya, namun pada cara terakhir ini hanya
membuat field mengenai kelas kemampuan lahan dan Klasifikasi Pengembangan. Pada
pengerjaan terakhir, kita harus merubah tampilan kemudahanlahan yang sebelumnya

42 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

dikategorikan pada pengkelasan dirubah menjadi categories dan diganti dengan klasifikasi
pengembangan guna sebagai Keterangan pada legenda nanti.

Setelah memiliki nilai dari masing-masing wilayah terhadap Satuan Kemampuan


Lahannya maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan memasukan data jaringan jalan, data guna
lahan, data kontur, dan data sungai. Sehingga untuk menempatkan fasilitas kesehatan dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut sesuai dengan pengaturan lokasi menurut
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta SKL
Kemampuan Lahan di Kabupaten Garut sebagai berikut:

Sumber : Hasil Pengolahan 2016

Gambar 5.5 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Garut

43 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

5.2 Sebaran Tingkatan Pelayanan Fasilitas Kesehatan


Sesuai dengan SPM Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 bahwa tingkatan pelayanan fasilitas kesehatan terdiri dari puskesmas,rumah
sakit bersalin dan rumah sakit umum. Namun pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai
sebaran fasilitas kesehatan berupa puskesmas dan rumah sakit umum di Kabupaten Garut. Sesuai
ketentuan pada SPM tersebut dijelaskan bahwa untuk pembangunan satu puskesmas dibutuhkan
untuk 120.000 jiwa, sedangkan untuk pembangunan satu rumah sakit umum dibutuhkan untuk
240.000 jiwa.

Menurut data Dinas Kesehatan Garut jumlah puskesmas yang tersebar di beberapa
kecamatan di Kabupaten Garut adalah sebanyak 65 unit, jumlah tersebut sudah sangat jauh
terpenuhi dari kebutuhan puskesmas per jiwanya. Hal ini karena jumlah puskesmas yang ada,
lebih banyak daripada jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Garut yaitu sebanyak 42. Ini
berarti dalam satu kecamatan terdapat satu atau dua unit puskesmas yang tersebar di Kabupaten
Garut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peta persebaran pusekesmas di Kabupaten Garut
sebagai berikut:

44 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Sumber : Hasil Pengolahan 2016

Gambar 5.6 Peta Persebaran Rumah Sakit di Kabupaten Garut


45 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Peta persebaran rumah sakit diatas hanya mengidentifikasi fasilitas yang belum sesuai
dengan kebutuhan di kecamatan pada Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari keadaan
demografi masyarakat per kecamatan di Kabupaten Garut. Fasilitas yang telah memenuhi
ketentuan telah dianggap sesuai dengan standar yang ada.

Menurut Standar Pelayanan Minimum, jumlah rumah sakit di Kabupaten Garut sesuai
dengan jumlah penduduk dibutuhkan 11 Rumah Sakit tipe C sedangkan yang ada saat ini hanya
terdapat 3 rumah sakit, oleh itu diperlukan 8 buah Rumah Sakit tambahan.

Penambahan rumah sakit pertama dilakukan di

Desa Hanjuang Kecamatan

Bungbunglang dengan melihat guna lahan yang terbangun, jaringan jalan yang memadai dan
menyatukan wilayah sekitar sehingga mudah diakses dan jauh dari potensa bencana alam.
Penambahan Rumah Sakit kedua terletak di Kecamatan Cikajang, ketiga di Talegong, keempat di
Cisompet, kelima di Bayongbong, keenam di Wanaraja, ketujuh di Kadungora, kedelapan di
Selaawi. Dalam penambahan 8 buah rumah sakit disesuaikan dengan kriteria lokasi fasilitas
kesehatan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat peta persebaran rumah sakit di Kabupaten Garut sebagai berikut:

46 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Sumber : Hasil Pengolahan 2016

Gambar 5.7 Peta Persebaran Puskesmas di Kabupaten Garut

Peta persebaran puskesmas diatas hanya mengidentifikasi fasilitas yang belum sesuai
dengan kebutuhan di kecamatan Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari keadaan demografi
masyarakat per kecamatan di Kabupaten Garut. Fasilitas yang telah memenuhi ketentuan telah
dianggap sesuai dengan standar yang ada.

47 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

5.3 Hasil Identifikasi Tingkat Sebaran Fasilitas Kesehatan


Semakin berkembangnya masyarakat,

maka pelayanan kesehatan masyarakatpun

dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan heterogenitas populasi yang menyebabkan
semakin kompleksnya penyakit berikut faktor-faktor penyebabnya. Sistem Informasi Geografis
(SIG) dapat digunakan untuk menganalisa heterogenitas tersebut, terutama yang berhubungan
dengan perbedaan geografis, faktor-faktor demografis, budaya dan sebagainya. Hasil dari
analisis dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) akan sangat menunjang proses
pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, selain digunakan untuk menentukan jenis

pelayanan kesehatan yang seperti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, dapat mengidentifikasi
aksesabilitas tempat-tempat pelayanan kesehatan masyarakat

dan bahkan mengetahui

kecenderungan penyakit yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Sistem Informasi Geografis
(SIG) dalam kesehatan masyarakat diantaranya adalah untuk menilai resiko dan ancaman
kesehatan dalam

masyarakat,

mengetahui

distribusi

penyakit

dan

investigasi

wabah,

dapat digunakan untuk perencanaan dan implementasi program pelayanan kesehatan, serta
sekaligus juga dapat dimanfaatkan untuk evaluasi dan pengawasan program. Serta perannnya
dalam meneliti perkembangan trend sementara suatu penyakit, mengidentifikasi kesenjangan,
celah di daerah terpencil, mengurangi kerugian masyarakat melalui pemetaan dan stratifikasi
faktor-faktor

resiko, menggambarkan kebutuhan-kebutuhan dalam pelayanan kesehatan

berdasarkan data dari masyarakat dan menilai alokasi sumber daya, meramalkan kejadian
wabah, memantau perkembangan penyakit dari waktu ke waktu, dan dapat menempatkan
fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat memberikan manfaat dalam bidang kesehatan
diantaranya adalah untuk mempelajari hubungan antara lokasi, lingkungan dan kejadian
penyakit oleh karena kemampuannya dalam mengelola dan menganalisis serta menampilkan
data spasial. Sistem Informasi Geografis dapat di manfaatkan dalam bidang kesehatan,
diantaranya memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di
masyarakat, mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta resiko kesehatan di masyarakat,
menginformasikan, mendidik dan memberdayakan masyarakat nmengenai isu isu kesehatan,
48 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

membangun dan menggerakkan hubungan kerjasama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi


dan memecahkan masalah kesehatan, membangun kebijakan dan rencana yang mendukung
usaha individu maupun masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan, membangun
perangkat hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan
masyarakat, menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut jika belum tersedia, menjamin
ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat yang berkompeten di bidangnya,
mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat,
penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi dalam memecahkan masalah
masalah kesehatan di masyarakat.

Pada beberapa daerah untuk penyediaan fasilitas kesehatan, faktor keterjangkauan


pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan masih rendah.
Selain itu, masih banyak yang kesulitan dalam akses transportasi menuju tempat pelayanan
kesehatan, sehingga mereka menjadi berpikir panjang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
di tempat yang tersedia. Hal ini terutama terjadi pada daerah yang mayoritasnya masyarakat
kalangan bawah. Model SIG berdasarkan data lingkungan dapat digunakan untuk
mengintegrasikan berbagai data (peta) lingkungan guna mengidentifikasi wilayah sebaran
fasilitas kesehatan. Sebagai alat perencanaan, SIG dapat digunakan untuk menilai cakupan
layanan surveilans dan penanggulangan penyakit. Radius jarak tertentu (buffering) dapat
dihitung pada SIG untuk mengungkapkan wilayah cakupan terhadap layanan tertentu misalnya
Rumah Sakit, Puskesmas, dan Puskesmas pembantu.

Berdasarkan hasil identifikasi sebaran pelayanan kesehatan di Kabupaten Garut. Sebaran


fasilitas ksehatan sudah memenuhi kriteria pada standar pelayanan maupun SNI yaitu
keberadaannya yang mudah aksesibilitas nya. Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan,
fasilitas yang ada tidak dekat aliran sungai, fasilitas kesehatan yang ada juga tidak berada di
daerah yang rawan serta kelerengannya rendah. Identifikasi ini berdasarkan analisis spasial yang
dilakukan serta pengamatan dari hasil analisis kemampuan lahan. Maka dapat dilihat hasil dari

49 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

analisis kemampuan lahan pada attribute table keserasian letak fasilitas dengan kriteria yang
ditentukan.

Pada analisis yang dilakukan hanya mengidentifikasi keberadaan rumah sakit dan
puskesmas. Hasil yang didapat yaitu sebagian besar kebutuhan pelayanan kesehatan sudah
terpenuhi bahkan lebih dari yang ditentukan, hal ini dapat berarti jangkauan fasilitas yang ada
tersebar luas. Namun perlu diperhatikan pemanfaatannya oleh masyarakat agar tidak berlebihan
dari apa yang dibutuhkan sehingga fasilitas nya dapat dimanfaatkan dengan baik dan dana
pembangunan dapat dialihkan untuk kebutuhan lainnya. Fasilitas kesehatan yang telah
memenuhi kriteria dianggap sudah memenuhi kebutuhan sehingga yang dianalisis dalam peta
hanya kebutuhan yang belum atau seharusnya terpenuhi di Kabupaten Garut. Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografi (SIG) salah satunya untuk megetahui kondisi eksisting persebaran
sarana kesehatan. Dengan mengindentifikasi persebaran eksisting dapat diketahui kesesuainnya
dengan standar minimal kebutuhan masyarakat.

50 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

6
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

Sesuai dengan SPM Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 dalam penyediaan fasilitas kesehatan berupa puskesmas dibutuhkan
satu puskesmas untuk 120.000 jiwa, sedangkan untuk rumah sakit diperlukan satu rumah
sakit untuk setiap 240.000 jiwa. Menurut ketentuan SNI tahun 2004 menerangkan bahwa
puskesmas dapat melayani minimum 30.000 jiwa dalam radius pencapaian maksimum

1000 m dari unit hunian terjauh.


Kriteria dalam penentuan lokasi sebaran fasiltas kesehatan sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat harus
memperhatikan kondisi geografis berupa: tidak di tepi lereng, tidak dekat kaki gunung
yang rawan terhadap tanah longsor, tidak dekat anak sungai, tidak di daerah rawan

tsunami, tidak dalam zona topan, dan tidak di daerah rawan badai.
Jumlah kebutuhan puskesmas di Kabupaten Garut sudah jauh terpenuhi, yaitu sebanyak
65 puskesmas yang tersebar dari 42 kecamatan yang ada. Hal ini berarti dalam satu

kecamatan terdapat satu atau dua unit puskesmas yang tersebar di Kabupaten Garut.
Jumlah kebutuhan rumah sakit di Kabupaten Garut masih belum sesuai dengan SPM
yang ditentukan, yaitu hanya ada 3 rumah sakit yang tersebar di Kabupaten Garut
sedangkan idealnya dibutuhkan sebanyak 11 unit yang dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang ada.


Pada umumnya sebaran lokasi puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Garut sudah
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.

51 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

6.2 Saran
Berdasarkan hasil identifikasi sebaran pelayanan kesehatan dengan analisis spasial yang
digunakan, maka dapat disajikan rekomendasi sebagai berikut:

Perlu adanya pemerataan pembangunan fasilitas kesehatan di semua wilayah. Terutama

dalam membangun akses untuk menjangkau fasilitas tersebut.


Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelayanan kesehatan dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, sehingga mereka mempunyai kesadaran untuk
memperoleh hak berupa pelayanan kesehatan yang layak. Peningkatan sarana dan
prasarana serta kualitas tenaga medis baik dalam pelayanan kesehatan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan juga kedepannya menjadi hal yang harus diperhatikan.
Analisis spasial terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk
menemukan dan menggambarkan tingkatan atau pola dari suatu fasilitas pelayanan
kesehatan di wilayah tertentu, sehingga dapat memberikan informasi yang mendukung
dalam perencanaan program maupun pengambilan keputusan tentang kebijakan

pembangunan di bidang kesehatan.


Bagi pemerintah Kabupaten Garut agar menambah jumlah fasilitas kesehatan berupa
rumah sakit. Hal ini karena jumlah rumah sakit yang tersedia di Kabupaten Garut sangat
minim, yaitu sebanyak 3 unit, sedangkan apabila dibandingkan dengan ketentuan SPM
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001
berdasarkan jumlah penduduk yang ada dibutuhkan penambahan sebanyak 8 unit.

52 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007


tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Jakarta.
Sitorus, Santun, RP.1995. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Tarsito
Suganda, A.H. 1988. Pertimbangan Aspek Fisik Dasar Dalam Perencanaan Kota. Thesis
Program Magister, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
Dharmaputeri, E. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pelayanan Kesehatan Kota Depok
Berbasis

Web

Menggunakan

Quantum

GIS,

(Gunadarma).

http://

www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/computerscience/2009/Artikel_10105565.
pdf
Jakartapedia. 2012. Sarana Kesehatan: Jenis Fasilitas Kesehatan. Jakartapedia, Jakarta.
Garutkab.go.id
Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno. 1987. Metode Analisa Geografi. Edisi ketiga. Penerbit
LP3ES, Jakarta.
Hariwibowo, Ivan. 2011. Sistem Informasi Geografi ArcGIS Dasar. Yogyakarta.
Prahasta, Eddy. 2003. Sistem Informasi Geografis: Tool dan Plug-Ins. Informatika, Bandung
Supriatna, et.al. 2003. Analisis dan Aplikasi SIG. Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis.
FMIPA UI, Depok
Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta
Trisasongko, Bambang H., Diar Shiddiq. 2012. Manajemen dan Analisis Data Spasialdengan
ArcView GIS. Bogor: IPB
53 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

54 | S e b a r a n F a s i l i t a s P e l a y a n a n K e s e h a t a n d i
Kabupaten Garut

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "Sebaran Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
Kabupaten Garut". Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.

Bapak Dhani Gumelar ST., MT. selaku dosen yang telah

2.
3.

dan memberi ilmu, nasehat

serta dukungan selama

proses

perkuliahan;
Asisten Dosen yang telah membina dan memberi ilmu

serta dukungan selama proses asistensi;


Teman-teman yang membantu dalam memberi dukungan
dan

4.

membina

masukan;
Orangtua yang telah memberi banyak dukungan moril;

Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak, terutama bagi
penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Bandung, Mei 2016

Penulis
2 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................................................2
1.3 Sasaran...................................................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Wilayah........................................................................................................2
1.5Kerangka Pemikiran................................................................................................................3
1.6 Konsep Identifikasi Sebaran Fasilitas Kesehatan..................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5
2.1 Pelayanan Kesehatan..............................................................................................................5
2.1.1 Definisi Pelayanan Kesehatan.........................................................................................5
2.1.2 Kriteria Pelayanan Kesehatan.........................................................................................7
2.2 Analisis Data Spasial..............................................................................................................9
2.2.1 Analisis Data Spasial GIS dalam Bidang Kesehatan.....................................................10
2.2.2 Identifikasi Sebaran Pelayanan Kesehatan....................................................................12
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH..............................................................................16
3.1 Gambaran Karakteristik Wilayah.........................................................................................16
3.1.1 Letak Geografis Kabupaten Garut.................................................................................16
3.1.2 Topografi Kabupaten Garut...........................................................................................17
3.2 Gambaran Kependudukan Kabupaten Garut.......................................................................18
3.3 Gambaran Fasilitas Kesehatan Kabupaten Garut.................................................................20
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................24
3 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

4.1 Metode Pengumpulan Data..................................................................................................24


4.2 Metode Analisis....................................................................................................................27
4.3 Metodologi Kerja.................................................................................................................27
BAB V PEMBAHASAN..............................................................................................................29
5.1 Kriteria Lokasi Fasilitas Kesehatan.....................................................................................29
5.1.1 Kriteria Sebaran Lokasi Menurut Standar Pelayanan...................................................29
5.1.2 Kriteria Sebaran Lokasi Kemampuan Lahan................................................................30
5.2 Sebaran Tingkatan Pelayanan Fasilitas Kesehatan..............................................................36
5.3 Hasil Identifikasi Tingkat Sebaran Fasilitas Kesehatan.......................................................39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................42
6.1 Kesimpulan..........................................................................................................................42
6.2 Saran.....................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................44

4 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Lahan Berdasarkan Ketinggian.............................................................................17


Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Garut Tahun 2014.............................19
Tabel 3.3 Daftar Puskesmas di Kabupaten Garut..........................................................................21
Tabel 3.4 Daftar Rumah Sakit di Kabupaten Garut.......................................................................23
Tabel 4.1 Kebutuhan Data.............................................................................................................24
Tabel 5.1 Standar Pelayanan Minimal Pelayanan Kesehatan........................................................29
Tabel 5.2 Ketentuan Standar Nasional Indonesia untuk Pelayanan Kesehatan.............................29

5 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Identifikasi Sebaran Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Garut...4
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Garut...........................................................................17
Gambar 4.1 Diagram Alir Sharing Data........................................................................................26
Gambar 4.2 Diagram Metodologi Tahapan Kerja..........................................................................28
Gambar 5.1 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Garut................................................................36
Gambar 5.2 Peta Persebaran Rumah Sakit di Kabupaten Garut....................................................37
Gambar 5.3 Peta Persebaran Puskesmas di Kabupaten Garut.......................................................38

6 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

7 | S eb a r a n Fa si li t a s Pe l ay a n a n Ke se h a t a n di
Kabupaten Garut

Anda mungkin juga menyukai